By Made Parwica
Klasifikasi Applegate-Kennedy
Menurut Gunadi dkk. (1995) dalam praktek pada akhir-akhir ini tampak dengan jelas
penekanan masalah fisiologik dan biomekanik dalam bidang prostodontik. Adanya perubahan
konsep dan filosofi ini membuat perlunya juga diadakan perubahan pendekatan pada klasifikasi
yang digunakan. Pembuatan desain geligi tiruan sebagian lepasan hendaknya didasarkan kepada
sebanyak mungkin tanda-tanda klinis dan prinsip biomekanis, karena keadaan-keadaan ini
bersangkut paut erat dengan cara-cara memperoleh dukungan untuk protesa yang akan dibuat.
Setelah bertahun-tahun menggunakan dan menerapkan Klasifikasi Kennedy, Applegate
mengganggap perlu mengadakan perubahan-perubahan tertentu demi perbaikan. Hal ini
dimaksudkan semata-mata untuk lebih mendekatkan prosedur klinis dengan pembuatan desain
dengan klasifikasi yang dipakai (Gunadi dkk, 1995).
Sebenarnya keadaan tidak bergigi yang serupa, mungkin saja membutuhkan perawatan
prostodontik yang berbeda, karena hal ini tergantung pula dari kondisi jaringan yang belum tentu
sama. Karena itu, sangat masuk akal, bila dalam penerapan klasifikasi dipertimbangkan hal-hal
lain yang lebih hakiki daripada sekedar melihat ruang kosong yang ditinggalkan gigi (Gunadi
dkk, 1995).
Sejauh ini, pertimbangan-pertimbangan yang diberikan kepada keadaan-keadaan gigi dan
jaringan pendukungnya tidak memadai, karena penekanan lebih banyak diberikan kepada ruang-
ruang kosong yang sudah ditinggalkan gigi. Atas dasar pemikiran inilah, Applegate kemudian
memperbaiki Klasifikasi Kennedy yang kemudian dikenal sebagai Klasifikasi Applegate-
Kennedy. Applegate membagi rahang yang sudah kehilangan sebagian giginya menjadi 6 kelas
dengan rincian sebagai berikut (Gunadi dkk, 1995).
Kelas I
Daerah yang tidak bergigi sama dengan klasifikasi Kennedy. Keadaan ini sering dijumpai
pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi. Secara klinis dijumpai :
1.Derajat resorpsi residual ridge bervariasi.
2.Tenggang waktu pasien tidak bergigi akan mempengaruhi stabilitas gigi tiruan
yang akan dipasang.
3.Jarak antar lengkung rahang bagian posterior biasanya sudah mengecil.
4.Gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi ke dalam berbagai posisi.
5.Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat.
6.Jumlah gigi yang masih tertinggal bagian anterior umumnya sekitar 6-10 gigi saja.
7.Ada kemungkinan dijumpai kelainan Sendi Temporo Mandibula.
Indikasi Pelayanan Prostodontik Kelas I : Gigi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral
dan perluasan basis distal.
Kelas II
Daerah tidak bergigi sama dengan kelas II Kennedy. Kelas ini sering tidak diperhatikan
pasien. Secara klinis dijumpai keadaan :
1.Resorbsi tulang alveolar terlibat lebih banyak.
2.Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur.
3.Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi antagonis ini.
4.Pada kasus ekstrim, karena tertundanya pembuatan gigi tiruan (protesa) untuk
5.Jangka waktu lama, kadang-kadang perlu pencabutan satu atau lebih gigi antagonis.
6.Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan Sendi Temporo Mandibula.
Indikasi Pelayanan Prostodontik Kelas II : Gigi tiruan sebagian lepasan disain bilateral perluasan
basis distal.
Kelas III
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga, tidak lagi mampu memberi
dukungan kepada gigi tiruan (protesa) secara keseluruhan. Secara klinis dijumpai keadaan :
1.Daerah tidak bergigi sudah panjang.
2.Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai.
3.Tulang pendukung mengalami resorpsi servikal dan atau disertai goyangnya gigi
secara berlebihan.
4.Beban oklusal berlebihan.
Indikasi Pelayanan Prostodontik Kelas III : Gigi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dengan
desain bilateral.
Kelas IV
Daerah tidak bergigi sama dengan klas IV Kennedy. Pada umumnya untuk klas ini dapat
dibuat gigi tiruan sebagian lepasan, bila :
1. Tulang alveolar sudah banyak hilang, seperti pada kasus akibat trauma.
2. Gigi harus disusun dengan overjet besar, sehingga dibutuhkan banyak gigi
pendukung.
3. Dibutuhkan distribusi merata melalui lebih banyak gigi penahan, pada pasien
dengan daya kunyah besar.
4. Diperlukan dukungan dan retensi tambahan dari gigi penahan.
5. Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk memenuhi faktor
estetik.
Indikasi Pelayanan Prostodontik Kelas V : Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral
dan prinsip basis berujung bebas tetapi di bagian anterior.
Kelas VI
Daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi tetangga gigi asli dapat dipakai sebagai
gigi penahan. Kasus seperti ini sering kali merupakan daerah tak bergigi yang terjadi pertama
kalinya dalam mulut. Biasanya dijumpai keadaan klinis :
1. Daerah tak bergigi yang pendek.
2. Bentuk atau panjang akar gigi tetangga memadai sebagai pendukung penuh.
3. Sisa prosesus alveolaris memadai.
4. Daya kunyah pasien tidak besar.
Daftar Pustaka
Gunadi, Haryanto A., Anton Margo, Lusiana K. Burhan, Freddy Suryatenggara, dan Indra Setiabudi.
1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I. Jakarta : Hipokrates.