Anda di halaman 1dari 28

1.

M4 dasar prostodontik

Jenis Gigi Tiruan

Berdasarkan cabang Prostodontics gigi tiruan dibagi menjadi 4 yaitu


a. Fixed prostodontics (gigi tiruan cekat) : cabang prostodonti yang berhubungan
dengan penggantian satu gigi atau lebih dan restorasi gigi dengan artificial substitutes
yang dipasang secara permanen di mulut pasien contohnya crown and bridge.
Kelebihan : Lebih estetik karena tidak ada kawat/logam, Nyaman karena tidak ada
landasan.
Rerugian : Teknik pembersihan rumit, Pengurangan gigi penyangga, mahal.
Indikasi : Daerah edentulous pendek (short span), terdapat gigi sehat sebagai
penyangga, kestabilan dan retensi GTL tidak mungkn didapat, kemauan pasien,
pasien kelainan mental, cacat fisik tidak dapat memelihara protesa lepasan.
Kontra indikasi : kehilangan tulang yang banyak akibat trauma, usia pasien<17
th>55th,kelainan periodontal gigi penyangga, long span, edentulous bilateral yang
membutuhkan stabilitas antar rahang,malformasi kangenital dimana gigi tidak dapat
memberikan dukungan yang adekuat,mental pasien yang tidak kooperatif, pasien
kelainan medis (leukemia,hipertensi dan DM),perluasan distallandasan gigi tiruan
seperti kasus klas I dan II kenedy.
b. Removable prostodontics (gigi tiruan sebagian) : cabang prosthodonti mengenai
penggantian gigi dan/struktur jaringan pendukung gigi yang dapat dibuka/dilepas
pasien. Terdiri dari Gigi Tiruan Penuh dan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan.
Indikasi gigi tiruan sebagian lepasan adalah :
1. Hilangnya satu atau lebih sebagian gigi
2. Gigi yang tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat sebagai gigi
pegangan
3. Keadaan processus alveolaris masih baik
4. Kesehatan umum dan kebersihan mulut pasien baik
5. Pasien mau dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan
6. Bila tidak memenuhi syarat untuk suatu gigi tiruan cekat:
a. Usia : Usia pasien masih muda, ruang pulpa masih besar, panjang mahkota klinis
masih kurang. Pasien usia lanjut dengan kesehatan umum yang buruk, karena
perawatannya memerlukan waktu yang lama
b. Panjang daerah edentulous tida memenuhi syarat Hukum Ante
c. Kehilangan tuang yang banyak pada daerah edentulous
7. Tidak ada abutment gigi posterior pada ruang edentulous(free end saddle)
8. Bila dukungan sisa gigi asli kurang sehat
9. Bila dibutuhkan stabilisasi dari lengkung yang berseberangan
10. Bila membutuhkan estetik yang lebih baik
11. Bila dibutuhkan gigi segera setelah dicabut

Kontraindikasi GTSL
1. Penderita yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai perawatan gigi tiruan.

2. Umur lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita sebaiknya dibuatkan


GT temporer.

3. penyakit sistemik (epilepsy, DM tidak terkontrol)

4. OH jelek.

Gigi tiruan Penuh Gigitiruan penuh (GTP) adalah gigitiruan yang menggantikan
seluruh gigi – geligi yang hilang dan jaringan pendukungnya di rahang atas dan
rahang bawah. Tujuan pembuatan GTP adalah untuk memenuhi kebutuhan estetik,
fonetik, dukungan oklusal, untuk pengunyahan, kenyamanan dan kesehatan
jaringan pendukung. Hal – hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan
GTP yaitu:

o Dukungan terhadap gigitiruan diberikan oleh tulang (rahang bawah dan


rahang atas) dan jaringan yang menutupinya.
o Stabilitas : Kontak yang rapat antara basis gigitiruan dengan mukosa,
besar dan bentuk daerah pendukung, bentuk permukaan yang dipoles,
serta lokasi dan susunan anasir gigitiruan yang mempengaruhi
kestabilan gigitiruan.
o Retensi
GTSL dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan beberapa hal,
yaitu :
1. Berdasarkan jaringan pendukungnya
 GT dukungan mukosa, yaitu gigi tiruan yang hanya mendapat dukungan dari
jaringan mukosa.
 GT dukungan gigi, yaitu gigi tiruan yang hanya mendapat dukungan dari gigi
asli.
 GT dukungan mukosa dan gigi, yaitu gigi tiruan yang mendapat dukungan dari
mukosa dari gigi asli.
2 .Berdasarkan saat pemasangannya :

 Immediate prothesa, dipasang segera setelah pencabutan

 Conventional prothesa, dibuat setelah gigi lama dicabut

3.Berdasarkan ada tidaknya wing

 Open face denture, tanpa wing pada bagian bukal dan labial, biasanya untuk
anterior.

 Close face denture, memakai wing pada bagian bukal, biasanya untuk
posterior.
4. Pembagian gigi tiruan sebagian berdasarkan bahan yang digunakan menurut
Soelarko dan Wachijati (1980) adalah :

 Frame denture adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang terdiri dari kerangka
logam tuang dan bagian sadel terdiri dari akrilik serta elemen gigi tiruan.

 Acrylic denture adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang basisnya terdiri dari
akrilik serta elemen gigi tiruan.

 Vulkanite denture adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang terdiri dari karet
yang dikeraskan sebagai basis gigi tiruan serta elemen gigi tiruan.

c. Maxillofacial Prosthetic : penggantian sistem stomatognatik atau struktur wajah yang rusak
karena penyakit/luka/bawaan ataupun akibat bedah.

Klasifikasi Gigi Tiruan

a. Klasifikasi kennedy
Kelas I Kennedy : daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih
ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral).

Gambar Klas I Kennedy Gambar Klas II Kennedy


Kelas II Kennedy : daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang
masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu rahang saja (unilateral). Kelas III Kennedy :
daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada, tetapi berada hanya
pada salah satu rahang saja (unilateral). Kelas IV Kennedy : darah tak bergigi terletak
dibagian anterior dari gigi-gigi yang masih ada dan melewati garis tengah rahang.
Gambar Klas III Kennedy Gambar Klas IV Kennedy
b. Klasifikasi applegate
Kelas I : daerah tak bergigi sama dengan kelas I kennedy. Keadaan ini sering
dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi.

Kelas II : daerah tak bergigi sama seperti kelas II kennedy.Kelas III : keadaan tak bergigi
paradental dengan kedua gigi tetangganya tidak lagi mampu memberi dukungan kepada
protesa secara keseluruhan.

Kelas IV : daerah tak bergigi sama dengan kelas IV kennedy. Kelas V : daerah tak
bergigi paradental dimana gigi asli anterior tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan atau
tidak mampu menahan gayah kunyah.Kelas VI : daerah tak bergigi paradental dengan kedua
gigi tetangga asli dapat dipakai sebagai penahan.
c. Klasifikasi Cummer
Klasifikasi pertama yang diakui secara professional. Dirancang tahun 1920 oleh
Cummer gigi tiruan diklasifikasikan berdasarkan pada posisi dari penahan langsung (direct
retainer). Diagonal : Dua penahan langsung (direct retainer) secara diagonal berlawanan
dengan penahan lainnya. Diametrik : Dua penahan langsung secara diametrik bersebrangan
dengan penahan lainnya. Unilateral : Dua atau lebih penahan langsung terhadap sisi yang
sama Multilateral : 3 terkadang 4 penahan langsung dalam hubungan triangular (kadang
– kadang guadrangular)

Diagonal GTSL diametrik GTSl Unilateral

GTSL multilateral triangular GTSL Multilateral Quadrangular


d. Klasifikasi Meuk
Dirancang pada tahun 1942, berdasarkan pada jumlah, panjang, dan posisi dari
edentulous dan jumlah serta posisi dari gigi yang masih ada.
Kelas I : Bilateral space tanpa adanya gigi posterior pada ruang tersebut.Kelas II :
Bilateral space dengan adanya gigi posterior pada salah satu ruang.Kelas III : Bilateral
space dengan adanya gigi posterior pada kedua ruang.Kelas IV : Unilateral space tanpa
adanya gigi posterior pada ruang tersebut. Lengkung lawan tidak hilang. Kelas V : Anterior
space dengan lengkung posterior pada kedua sisi tidak hilang.Kelas VI : Irregular space pada
daerah lengkung gigi yang ada dapat single atau double group

e. Klasifikasi Gadfrey
Dirancang pada tahun 1951, klasifikasi ini didasarkan pada lokasi dan ukuran dari
daerah edentulous. Kelas utama tidak memiliki modifikasi.
Kelas A : Denture base ditunjang oleh gigi, pada bagian anterior. Dapat berupa ruang
5 gigi tanpa terputus, ruang 5 gigi terputus atau ruang 4 gigi tanpa terputus.

Kelas A Kelas B
Kelas B : Denture base yang ditunjang oleh mukosa pada daerah anteriornya. Dapat
berupa ruang 6 gigi tanpa terputus, ruang 5 gigi tanpa terputus atau ruang 5 gigi terputus.
Kelas C : Denture base ditunjang oleh gigi pada bagian posterior, dapat berupa ruang
3 gigi tanpa terputus, ruang 2 gigi tanpa terputus atau ruang 2-3 gigi yang terputus.
Kelas C Kelas D
Kelas D : Denture base ditunjang oleh mukosa pada bagian posterior. Dapat berupa
ruang 4 gigi tanpa terputus atau ruang setengah atau 3 gigi tanpa teputus
f. Klasifikasi Friedman
A : Anterior B : Bounded C : Cantilever

Gambar Tipe A Gambar Tipe B Gambar Tipe C


g. Klasifikasi Beckett dan Wilson (1957)
Tahun 1921 ditemukan, klasifikasi ini untuk mempertimbangkan jumlah yang
sebanding dengan dukungan yang diberikan oleh gigi dan jaringan lunak. (mukosa dan yang
mendasari tulang)
 Kualitas dari batasan dukungan (abutment support)
 Besarnya dukungan oklusal (occlusal support)
 Keharmonisan dari oklusi
 Kualitas dari mukosa dan ridge yang masih ada
Mereka percaya bahwa setiap upaya dapat dibuat untuk menghindari dukungan yang
hanya dari jaringan lunak.
Kelas I : Bounded Saddle : Dibatasi oleh gigi yang memiliki syarat untuk
mendukung gigi tiruan. Mukosa tidak digunakan sebagai pendukung.
Kelas II : Free End
Tooth and Tissue Borne : Didukung oleh gigi dan jaringan lunak
Tissue Borne : Didukung oleh jaringan lunak
Kelas III : Bounded Saddle
Dibatasi oleh gigi tetapi tidak memiliki syarat untuk mendukung gigi tiruan seperti
pada kelas I.
Kelas 1 kelas 2 kelas 3
h. Klasifikasi Craddock
Dirancang tahun 1954, mengklasifikasikan gigi tiruan sebagian menurut :
Kelas I : Saddle Support pada kedua sisi atau batasan gigi yang kuat
Kelas II : Kekuatan gigitan vertikal di aplikasikan sebagai penahan gigi tiruan
sebagai jaringan lunak.
Kelas III : Didukung gigi pada satu ujung dari penjangkar

Kelas I Kelas II Kelas III


J. Klasifikasi Austin dan Lidge
Ditemukan tahun 1957. Menyebutkan bahwa ada 65.000 kemungkinan kombinasi dari
gigi dan area edentulous.

Kelas A : Gigi anterior hilang


A2 : Gigi anterior hilang pada kedua sisi tapi masih ada gigi diantara gigi yang
hilang.. AB1 : Gigi anterior hilang pada kedua sisi (bilateral).. A1 : Gigi anterior hilang
pada satu sisi

Gambar A1 Gambar A2 Gambar AB1


Kelas P : Gigi Posterior Hilang. P1 : Gigi posterior hilang pada satu sisi
(unilateral). P2 : Gigi posterior hilang pada kedua sisi, tapi masih ada sisi di antara
gigi yang Hilang. PB1 : Gigi posterior hilang pada kedua sisi (bilateral)

Gambar P1 Gambar P2 Gambar PB 1


Kelas AP : Gigi anterior dan posterior hilang. AP 1 : Gigi anterior dan
posterior pada satu sisi. AP2 : Gigi anterior dan posterior pada kedua sisi, tapi masih ada
diantara sisi yang Hilang. APB1: Gigi anterior dan posterior pada kedua sisi (bilateral)

Gambar AP1 Gambar AP2 Gambar APB1

Alat Pembuatan Protesa


a. Surveyor
Bagian-bagian Surveyor Gigi
Surveyor gigi (dental surveyor) terdiri dari bagian-bagian berikut :
Basis Datar (horizontal base)
Bagian dasar yang datar dan horizontal.
Tiang Tegak (upright column)
Suatu tiang yang tegak lurus basis datar.
Lengan Datar (horizontal arm)
Bagian yang memegang gelendong tegak.
Gelendong Tegak (vertical spindle)
Bagian yang memegang berbagai alat untuk melakukan survey yaitu :
a. Tongkat Analisis (analyzing rod), sebatang logam kecil dan lurus yang digunakan
untuk melakukan analisis.
b. Karbon Penanda (carbon marker), sebatang karbon yang digunakan untuk
menggambar garis pada permukaan model.
c. Pelindung (sheath), untuk melindungi karbon penanda agar tidak mudah patah.
d. Pengukur Gerong (undercut gauge), untuk mengukur dalamnya gerong pada gifi yang
sudah disurvei.
e. Pemangkas Sejajar dan Lancip (parallel and tapered trimmer), alat seperti pisau kecil
untuk merapikan malam penutup gerong.
Meja Basis (table base)
Meja kecil dengan sendi peluru yang memungkinkan gerakan ke segala arah; model
yang akan disurvei diletakkan di atas meja ini dan dapat dikunci pada posisi tertentu.

Prinsip Suatu Surveyor


Bila suatu benda diletakkan suatu bidang vertical dan bidang ini digerakkan
melingkari permukaannya, maka bidang tersebut akan menggambarkan suatu garis dimana
tergambar permukaan terbesar dari benda itu.
Surveyor mempunyai lengan vertical, pada lengan ini dapat dipasang pensil atau
carbon marker. Bila lengan ini digerakkan pada permukaan gigi, maka carbon marker akan
membentuk suatu garis yang melingkari gigi dan menggambarkan permukaan gigi yang
terbesar gigi yang terbesar. Garis ini disebut garis survei.
Garis survei membagi gigi menjadi dua bagian yaitu :
1. Permukaan gigi di ataas garis survei yang merupakan permukaan yang tidak ada
undercut disebut supra bulge area.

2. Permukaan di bawah garis survey merupakan permukaan yang ada undercut disebut
infra bulge area.

Penggunaan Surveyor
I. Mensurvei Study Cast
Tujuannya :
a. Menentukan arah pasang yang terbaik yang akan mengurangi hambatan pada waktu
pemasukan dan pengeluaran geligi tiruan sebagian.
b. Menemukan adanya permukaan-permukaan proksimal yang bisa dibuat sejajar
sehingga dapat bertindak sebagai guiding planes.
c. Menemukan dan mengukur daerah-daerah pada permukaan gigi yang dapat
digunakan untuk retensi.
d. Menetukan apakah daerah-daerah gangguan pada gigi dan tulang perlu dibuang
dengan jalan extraksi gigi atau memilih arah pasang lain.
e. Memungkinkan pemberian tanda bagi persiapan mulut yang akan dilaksanakan,
termasuk pemotongan jaringan proksimal dan kontur gigi yang berlebihan untuk
mengurangi interferensi (hambatan).
f. Menggambarkan garis kontur terbesar pada gigi pendukung dan menentukan gerong
yang tak diharapkan yang perlu ditutupi atau dibuang.
g. Menetapkan posisi model rahang dalam hubungan dengan arah pasang yang dipilih
dengan jalan melakukan tripoding.
II. Menentukan Batas dan Bentuk Pola Malam
Trimer dan surveyor digunakan senagai wax carver selam preparasi dalam mulut,
sehinggan arah pasang yang sudah ditentukan dapat dipertahankan selama preparasi
restorasi tuang bagi gigi pendukung dilakukan.
III. Penempatan Internal Attachment
Dalam hal ini, surveyor digunakan untuk :
a. Memilih arah pasang dalam hubungan dengan sumbu panjang gigi pendukung,
sehingga daerah gangguan dimanapun pada lengkung rahang dapat dihindari.
b. Membuat preparasi untuk kaitan presisi (precision attachment) pada model studi
dengan memperhatikan jangan sampai mengenai ruang pulpa. Hal ini dapat
dilakukan dengan bantuan foto rontgen.
c. Membentuk model wax untuk precision attachment.
IV. Penempatan Precision Rest (sandaran presisi)
Surveyor dapat digunakan sebagidrill press, dengan melekatkan dental handpiece pada
vertical spindle.
V. Pembuatan Restorasi Tuang
Dengan dental handpiece yang dipasang pada vertical spindle, permukaan-permukaan
vertical restorasi tuang dapat dihaluskan dengan suatu batu carborundum berbentuk
silindris yang sesuai.
VI. Mensurvei Model Kerja
Tujuannya :
a. Memilih arah pasang yang paling sesuai, sesudah preparasi dalam mulut yang
memenuhi persyaratan dari guiding planes, retensi, tanpa hambatan dan estetis
diselesaikan.
b. Mengukur daerah retentive dan lokasi ujung cengkram sesuai dengan fleksibilitas
dari cengkram yangsedang dibuat.
c. Menetukan daerah undesirable undercut yang masih didapati pada model.
d. Merapikan bahan block out sampai sejajar dengan arah pasang sebelum kita
melakukan duplikasi.
b. Artikulator
Artikulator : Alat mekanik tepat meletakkan model rahang atas dan rahang bawah
sekaligus memproduksi relasi rahang bawah terhadap rahag atas dan digunakan untuk
kajian oklusi, pembuatan protesa dan restorasi.
Macam –  macam artikulator :
 Simple hinge type / artikulator type engsel : Hanya bisa menirukan gerakan buka
tutup (oklusi). Contoh : okludator.
 Average type / non adjustable / type rata rata : Dapat meniru gerakan buka tutup
( oklusi ) dan gerakan ke kiri kanan, ke depan belakang ( artikulasi ). Inklinasi lereng
sendi dan lereng incisal ditentukan oleh pabrik, berdasarkan ukuran rata rata. Contoh :
Free plane articulator, Gysi simplex.
 Semi adjustable type : Contoh : Hanau H3.
 Fully adjustable type : Contoh : Denar D4A.
2.M4 aspek anatomis, fisiologis , dan psikologis kehilangan gigi

Aspek psikologis

  Pasien penakut (anxious patient)

  Pasien tidak percaya (distrustful patient)

  Pasien agresif (agrresive patient)

  Pasien acuh (indifferent patient)

  Pasien penakut (anxious patient)

  Pengerjaan GTSL lebih banyak membuat pasien tidak nyaman  dibutuhkan pengertian
penuh dari pasien

  Bila pasien gugup, operator harus mampu menenangkan pasien dan menimbulkan
kepercayaan diri pasien  ini akan menghilangkan rasa takut pasien sementara

  Rasa takut diakibatkan oleh stress pada kehidupan sehari hari adalah reaksi normal 
meningkatnya sekresi kelenjar adrenalin  akan hilang dengan sendirinya (pada umumnya
orang mampu mengelola rasa takutnya)

  Berbeda dengan tipe pasien neurotik (gampang stress)  tindakan yang dilakukan harus
mampu meredam rasa takutnya  terlebih dahulu di gali emosinya untuk mencari apa yang
membuat dia stress  di terangkan maksud tindakan yang akan di lakukan

  Pasien tidak percaya (distrustful patient)

  Karakteristik orang seperti ini adalah orang yang selalu sangat teliti, selalu cerewet soal
penampilan, penampilan harus nomor satu, royal soal penampilan dan bangga terhadap
penampilan dirinya.

  Tipe pasien ini sering di sebut obsesi  susah beradaptasi, enggan untuk menerima nasehat
dan ragu atas kompetensi dokter gigi yang merawatnya

  Ketidakpercayaan ini disebabkan karena tingkat ekspektasinya sangat tinggi  ingin hasil
yang sangat perfec

  Kurang percaya diri dari pasien bisa menjadi perhatian bagi dokter gigi untuk mengelola
pasien seperti ini. Jauhi kata kata seperti “kira kira” bila berbicara dengan pasien seperti ini.

  Berbicara harus meyakinkan dan mengesankan, harus mampu memberikan ketepatan waktu
, terapihan dan ketelitian hasil pekerjaan,

  Pasien agresif (agrresive patient)


  Karakteristik pasien seperti ini adalah tidak kooperatif, antagonis, sinis.

  Ketika berdiskusi sebelum pekerjaan di mulai, dokter gigi biasanya sering kesal dan tidak
sabar dalam menghadapi pasien spt ini

  Pasien umumnya laki laki, sebetulnya ia sangat bergantung pada dokter gigi namun ia sangat
berlebihan memperlihatkan sikap ketergantungannya. Pasien seperti ini akan menuntut
frekwensi yang berulang ke dokter gigi dan ia dapat membuat permintaan yang mustahil
serta berbuat kurang sopan.

  Dokter gigi tidak boleh merespon dengan marah dan tidak sabar  menghadapinya harus
sabar , tenang dan berusaha menerangkan pekerjaan yang akan dilakukan dengan cara
efektif.

  Bila merasa terancap dengan sikap kurang sopan pasien ini, dokter gigi harus bersikap tegas
dengan pasien. Bila pasien tidak kooperatif juga pasien dipersilahkan untuk mencari dokter
gigi lain.

  Pasien acuh (indifferent patient)

  Karakteristik pasien ini adalah seperti orang depresi, kurang minat terhadap apapun,
biasanya ia menghadapi masalah yang membuat ia stress seperti kehilangan pekerjaan .

  Biasanya terjadi pada usia dekade menengah dan lanjut, depresi membuat mereka merasa
kehilangan minat soal penampilan, memiliki gangguan tidur, mengurangi nafsu makan,
kehilangan berat badan,

  Kurang kooperatif (pasif), tidak gigih, sulit untuk merangsang minatnya untuk menerima
perawatan, biasanya orang sepert ini melakukan perawatan karena di dorong oleh orang
dekatnya spt suami atau istri

  Di butuhkan konsultasi dengan psikiatri sebelum merawat pasien seperti ini, dengan kondisi
seperti ini biasanya mustahil akan didapat perawatan yang memuaskan

Aspek anatomis

  JARINGAN PENDUKUNG GIGI TIRUAN

  Tempat gigi tiruan ditempatkan/bersandar atau jaringan yang akan menerima beban kunyah
dari gigi tiruan

  Jaringan ini adalah mukosa mulut yang bergerak dan tidak bergerak, submukosa dengan
ketebalan yang berbeda beda dan tulang yang berada dibawahnya

  Gigi tiruan dapat berfungsi dengan baik apabila jaringan pendukungnya memiliki kesehatan
optimal

  a.Gigi geligi

  Berkurangnya jumlah gigi akan menyebabkan tekanan terhadap gigi yang masih ada
bertambah berat  ini menyebabkan kerusakan jaringan periodontal yang ada dan
akhirnya menyebabkan gigi-gigi tersebut menjadi goyah
  Makin banyak gigi yang hilang, makin besar pula tekanan yang diterima oleh gigi yang tersisa

  b.Mukosa mulut

  Ketebalan mukosa pada linggir alveolus mandibula berkisar 1,2 – 1,3 mm sedangkan pada
maxila berkisar 1,4 – 2,9 mm

  Pada kelompok yang memakai gigi tiruan, mukosanya sedikit lebih tipis dari yang tidak
memakai gigi tiruan

  Pada pasien geriatrik ketebalan mukosa berkurang karena adanya atrofi mukosa seiring
dengan penurunan ketinggian tulang alveolus

  Mukosa yang flabby disebabkan karena bertambahnya jaringan yang fibrous diatas
processus aveolaris, kondisi ini sering menyebabkan ketidak stabilan gigi tiruan diatasnya

  c.Processus aveolaris

  Fisiologis normal Processus aveolaris sangat bergantung pada 3 tipe sel yaitu osteblas yang
membentuk tulang, osteosit yang mempertahankan tulang dan osteoklas yang
menghancurkan tulang

  Resorbsi di residual ridge Processus aveolaris sering terjadi karena ketidak seimbangan
osteoblas dan osteoklas

  Resorbsi Processus aveolaris merupakan proses biologi normal, resorbsi meningkat seiring
berkurangnya fungsi dan jugan meningkat saat bertambahnya usia

  Resorbsi yang berlebihan terjadi di daerah buko-lingual berkisar sampai 5 mm terutama


pada pasien geriatric

  BATAS ANATOMIS GIGI TIRUAN RAHANG ATAS

  Frenulum labialis

  Vestibulum labialis

  Frenulum bucalis

  Vestibulum bucalis

  Coronoid bulge

  Residual alveolar ridge

  Maxilla tuberositas

  Hamular notch

  Posterior palatal seal

  Fovea palatina

  Median palatina raphe

  Papila incisivum

  Ruggae palatina
  BATAS ANATOMIS GIGI TIRUAN RAHANG Bawah

  Frenulum labialis

  Vestibulum labialis

  Frenulum bucalis

  Vestibulum bucalis

  Residual alveolar ridge

  Retromolar pad

  Pterigomandibular raphe

  Retromylohyoid fossa

  Lingual tubercle

  Alveolingual sulcus

  tongue

  Lingual frenulum

  Buccal shelf/premylohyoid eminence

Aspek fisiologis

  PASIEN GERIATRI

  Geriatrik berasal dari kata “geron” yang berarti orang tua.

  Geriatrik adalah ilmu yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan penyakit dan
ketidakmampuan selama proses penuaan

  Proses fisiologis penuaan menyebabkan terjadinya perubahan morfologis pada jaringan


pendukung : berkurangnya gigi, atrofi mukosa dan resorbsi linggir alveolar

  PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA PASIEN GERIATRI

  Sistem Saraf Pusat  penurunan daya ingat dan lamban, kemunduran indra perasa,
pendengaran

  Jaringan pendukung  hilang gigi, atrofi mukosa, resorbsi tulang alveolar

  Saliva  berkurang apabila berhubungan dengan obat-obatan  xerostomia

  Gangguan nutrisi  asam folat, Vit B komplek, zat besi  mulut rasa terbakar

  Gangguan psikiatri  Bertambah usia depresi meningkat, kurang pemeliharaan diri, nafsu
makan menurun

  Perubahan psikologis  peran yang berkurang : anak anak sdh mandiri, pensiun,
penghasilan berkurang, orang yang dicintai meninggal, kesehatan menurun, kurang mampu
mengasuh diri sendiri

  PENYAKIT SISTEMIK PASIEN GERIATRI


  Angina  nyeri tulang rahang

  Gagal jantung kongestif, bronkitis kronis dan empisema  sesak nafas

  Kerusakan serebrovaskular  kelumpuhan otot wajah, pengunyahan, bicara

  Penyakit parkinson  sulit menelan dan tremor rahang

  Diabetes infeksi mulut meningkat  candida albican, mulut terasa terbakar

  Osteoprosis  tulang alveolus mengalami resorbsi belebihan  Processus aveolaris rata

  Atritis  sulit mengangkat tangan, gerakan terbatas

3. M4 dampak kehilangan gigi

1. Dampak Kehilangan Gigi


Secara umum dampak kehilangan gigi
A. Fungsional
Kesehatan mulut yang rendah berdampak pada kehilangan gigi yang dapat
menyebabkan masalah pada pengunyahan dan pola makan sehingga mengganggu status
nutrisi. Individu yang kehilangan gigi sebagian atau seluruhnya hanya dapat memakan
26
makanan yang lembut sehingga nutrisi bagi tubuh menjadi terbatas. Populasi yang
mengalami kehilangan gigi terutama kehilangan seluruh gigi akan mengubah pola
konsumsinya, sehingga makanan yang keras dan kesat seperti buah-buahan, sayur –
sayuran dan daging yang merupakan sumber vitamin, mineral dan protein menjadi sesuatu
27
hal yang sulit bahkan tidak mungkin untuk dikunyah. Hasil penelitian Osterberg dkk
(1996) menemukan bahwa kemampuan mengunyah pada pasien yang kehilangan seluruh
1
gigi hanya /6 dari pasien yang memiliki gigi asli. Kekuatan gigit pada pemakai GTP hanya
sekitar 20% jika dibandingkan dengan subjek yang masih bergigi. Hal ini dapat
menjelaskan mengapa orang yang kehilangan gigi – geliginya mengeluhkan kesukaran
dalam mengunyah makanan yang keras.
Dampak fungsional dari kehilangan gigi yaitu berupa gangguan pada proses bicara
dan mengunyah.
a. Bicara
Dalam proses bicara, gigi geligi mempunyai peranan penting. Beberapa huruf
dihasilkan melalui bantuan bibir dan/atau lidah yang berkontak dengan gigi geligi
sehingga dihasilkan pengucapan huruf tertentu. Huruf-huruf yang dibentuk
melalui kontak gigi geligi dan bibir adalah huruf f dan v. Huruf-huruf yang
dibentuk dari kontak gigi geligi dan lidah adalah huruf konsonan seperti s, z, x, d,
n, l, j, t, th, ch dan sh. Huruf-huruf inilah yang sulit dihasilkan oleh orang yang
telah kehilangan gigi geliginya sehingga dapat mengganggu dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Hal tersebut sesuai oleh penelitian yang dilakukan oleh Hugo
FN dkk (2007) yang melaporkan bahwa adanya kesulitan bicara pada subjek yang
kehilangan gigi.
b. Mengunyah
Proses mengunyah merupakan suatu proses gabungan gerak antar dua rahang
yang terpisah, termasuk proses biofisik dan biokimia dari penggunaan bibir, gigi,
pipi, lidah, langit-langit mulut, serta seluruh struktur pembentuk oral, untuk
mengunyah makanan dengan tujuan menyiapkan makanan agar dapat ditelan.
Adapun fungsi mengunyah adalah memotong dan menggiling makanan,
membantu mencerna selulosa, memperluas permukaan, merangsang sekresi
saliva, mencampur makanan dengan saliva, melindungi mukosa, dan
mempengaruhi pertumbuhan jaringan mulut.
Selain kehilangan gigi, keadaan gigi, gangguan pengunyahan dapat juga
disebabkan karena penurunan fungsi dari lidah, mukosa mulut, otot-otot
pengunyah, kelenjar ludah, dan sistem susunan saraf. Gangguan psikologis karena
kompleksnya masalah kehidupan yang dihadapi dan kerap kali terus dipikirkan
juga dapat mempengaruhi selera makan dan kegiatan mengunyah.2 Gangguan
akibat pengunyahan dapat mempengaruhi asupan makanan dan status gizi
seseorang. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Okada K dkk
(2010) yang melaporkan bahwa gangguan pengunyahan dapat mempengaruhi
status gizi pada lansia
c. Erupsi Berlebih
Bila gigi sudah tidak mempunyai antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi
berlebih (overeruption). Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai
pertumbuhan tulang alveolar. Bila hal ini terjadi tanpa pertumbuhan tulang
alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi
mulai ekstrusi. Bila terjadinya hal ini disertai pertumbuhan tulang alveolar
berlebih, maka akan menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari penderita perlu
dibuatkan geligi tiruan lengkap.
d. Gangguan pada Sendi Temporo-Mandibula
Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (over closure), hubungan
rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat menyebabkan gangguan pada
struktur sendi rahang.
e. Beban Berlebih pada Jaringan Pendukung
Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang masih ada
akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi pembebanan yang
berlebih (over loading). Hal ini akan mengakibatkan kerusakan membrane
periodontal dan lama kelamaan gigi tadi menjadi goyang dan akhirnya terpaksa
dicabut.
f. Terganggunya Kebersihan Mulut
Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan tetangganya,
demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya ruang interproksimal
tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah disisipi sisa makanan.
Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi terganggu dan mudah terbentuknya
plak. Pada tahap berikut terjadinya karies gigi dapat meningkat
g. Efek terhdap jaringan lunak mulut
Bila ada gigi yang hilang, ruang yang di tinggalkanya akan ditempati jaringan
lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan kesukaran
adaptasi terhadap geligi tiruan yang kemudian dibuat, karena terdesaknya kembali
jaringan lunak tadi tempat yang di tempati protesi. Dalam hal ini, pemakaian gigi
tiruan akan dirasakan sebagai suatu benda asing yang cukup mengganggu.

B. Sistemik
Dampak sistemik yang timbul akibat kehilangan gigi berupa penyakit sistemik
seperti defisiensi nutrisi, osteoporosis dan penyakit kardiovaskular (artherosclerosis).
Penyebabnya adalah status gigi yang buruk dan perubahan pola konsumsi.Kurangnya
konsumsi kalsium dan vitamin D yang berasal dari buah – buahan dan sayur – sayuran
akibat kehilangan gigi dapat meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis. Selain itu,
penyakit kardiovaskular dapat disebabkan bersatunya agen infeksius dalam bentuk
atheroma dan faktor predisposisi genetik terhadap penyakit periodontal dan penyakit
kardiovaskular. Penyebaran bakteri dari penyakit periodontal akan masuk ke sirkulasi
pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan resiko sistemik.
B. Emosional
Dampak emosional adalah perasaan atau reaksi yang ditunjukkan pasien sehubungan
dengan status kehilangan seluruh gigi yang dialaminya. Kehilangan gigi dapat merubah
bentuk wajah, tinggi muka dan vertikal dimensi serta rahang yang prognasi sehingga
menimbulkan reaksi seperti merasa sedih dan depresi, kehilangan kepercayaan diri, merasa
tua, perubahan tingkah laku, merasa tidak siap untuk menerima kehilangan gigi dan tidak
ingin orang lain melihat penampilannya saat tidak memakai gigitiruan serta mengubah
tingkah laku dalam bersosialisasi. Fiske dkk (1998) menyatakan bahwa hilangnya gigi dan
pemakaian gigitiruan berdampak pada psikososial seseorang.Penelitian oleh Davis dkk
(2000) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh emosional yang signifikan sebagai
konsekuensi kehilangan gigi, 45% dari pasien kehilangan seluruh gigi di London sulit untuk
menerima kehilangan gigi.
Dampak kehilangan gigi (Davenport, 2000):
a. Drifting dan Tilting dari gigi asli yang masih ada
Hal ini disebabkan, kehilangan kontinuitas deretan lengkung gigi dan juga
kehilangan posisi ideal gigi asli dalam menerima tekanan gigitan sewaktu terdapat gerak
pengunyahan. Struktur jaringan periodontium gigi asli tersebut menderita gangguan.
Secara tidak langsung akibat miringnya letak gigi asli akan menyulitkan pembersihan
gigi, dengan demikian menambah cepatnya karies di tempat itu.
b. Over Eruption
Bila geligi asli tidak mempunyai antagonis maka gigi akan menjadi bebas
bergerak ke arah oklusal. Hal ini dapat diikuti ataupun tidak oleh pertumbuhan tulang
alveolar. Pada contoh gigi yang mengalami extruded tidak diikuti pertumbuhan tulang
alveolar, dapat terjadi kerusakan struktur periodontal. Sedangkan pada contoh gigi
extruded yang diikuti pertumbuhan tulang alveolar, akan menyebabkan kesulitan jika
pasien membutuhkan gigi tiruan penuh di kemudian hari.
c. Berkurangnya efisiensi pengunyahan
Fungsi mekanis gigi asli menurun, atau hilang sama sekali. Kejadian ini dapat
diterangkan bahwa fungsi pengunyahan merupakan faktor yang sangat penting dalam
pemeliharaan kesehatan pasien.
d. Persendian Temporomandibular

Kebiasaan mengunyah yang tidak teratur, gangguan pada persendian


temporomandibular (Eccentric jaw relationship) biasanya terjadi karena hilangnya
beberapa gigi asli. Hal ini menyebabkan rasa sakit pada persendian atau pada otot-otot
yang berhubungan.
e. Tekanan yang berlebihan pada jaringan penyangga
Jika tekanan pengunyahan dan oklusi dibebankan oleh beberapa gigi yang masih
ada, biasanya menyebabkan beban yang berlebihan, akibatnya terjadi kerusakan jaringan
periodontal disertai hilangnya gigi

4.M4 Pemeriksaan pasien kehilangan gigi

Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan subjektif dapat dilakukan dengan suatu anamnesis. Anamnesis adalah riwayat yang
lalu dari suatu penyakit atau kelainan berdasarkan ingatan penderita pada waktu dilakukan
wawancara dan pemeriksaan medik atau dental. Wawancara dengan penderita ditujukan untuk
menimba segala informasi yang diperlukan untuk mengetahui keadaan yang sedang dihadapi.
Pada saat anamnesis, biasanya ditanyakan hal-hal berikut:
A. Identitas Pasien
B. Chief Complain
Keluhan utama adalah simptoma hingga durasi penyakit yang disampaikan oleh penderita secara
singkat.
C. Present illness
Mencatat riwayat penyakit yang dikeluhkan dengan memberi kesempatan penderita untuk
mengambarkan penyakitnya dengan caranya sendiri.
D. Post Medical History
pemeriksaan ini meliputi :
1. Penyakit sistemik
2. Reaksi Alergi
3. Tindakan Medik terakhir
4. Psikologis
E. Dental History
meliputi:
1. Perwatan orthodontic
2. Ada tidaknya komplikasi setelah ekstraksi
3. Perawatan gigi yang pernah diterima, seperti PSA, ada tidaknya
tambalan, dll.
F. Family History
-Riwayat keluarga harus dapat memberi evaluasi tendensi penderita yang dapat diturunkan atau
kemungkinan mendapat penyakit dari dalam keluarga sendiri. Seperti, Diabetes Mellitus .

II. Pemeriksaan Objektif


Secara dapat dibedakan menjadi 2 metode pemeriksaan, yaitu:
a. Metode Langsung
i. Extra Oral
Dalam pemeriksaan extra oral, kita harus melakukan pemeriksaan yang meliputi :
- Profil wajah dan adanya asimetri serta deviasi
- Palpasi daerah leher untuk mengetahui ada tidaknya Lymphadenophaty atau pembesaran
kelenjar.
- Palpasi TMJ untuk mengetahui pergerakan mastikasi
ii. Intra Oral
-kegoyahan gigi
- keadaan gusi (radang, poket)
- keadaan pemukaan gigi (tambalan, noda)
- oral hygine
iii. General Examination
-Tekanan darah
-Denyut nadi
-Suhu tubuh
-Respirasi

b. Metode Tidak Langsung/penunjang


1. Pemeriksaan model rahang
2. Rontgen

 Pemeriksaan psikologi dan komunikasi pasien


Gangguan pada pasien yang tidak pernah puas, keadaan ini sebaiknya diwaspadai, sehingga pada
awal perawatan dijelaskan seluruh masalah yang mungkin akan dihadapi pasien sehubung
dengan tindakan rehabilitasi menggunakan gigi tiruan jembatan. Pasien mendapat penjelasan
keuntungan dan kerugian/hal-hal penyakit yang mungkin akan dijumpai selama perawatan
berlangsung.
 Prostodontis harus sepenuhnya memahami pasien mereka, karena pemahaman seperti itu
membuat pasien cenderung menerima jenis perawatan yang mereka butuhkan
 Menurut De Van Stated, dokter gigi harus memenuhi pikiran pasien sebelum dia bertemu mulut
pasien. Calon gigi tiruan prespektif harus diberi kesempatan untuk memberi tau dokter gigi apa
yang dia inginkan, sebelum dia diberitau oleh dokter gigi apa yang dia butuhkan agar usaha gigi
tiruan berhasil (mental pasien).

5.M4 Penegakan diagnosis dan prognosis pasien kehilangan gigi

 Diagnosa :

1. Diagnosa Oral

Mencari ketidaknormalan dan lesi-lesi patologis. Permukaan dalam dari pipi dan bibir, lantai
mulut, palatum keras dan lunak, dan lidah haruslah didiagnosa dengan teliti. Orofaring dan
nasofaring juga harus didiagnosa. Variasi pada bentuk dan kontur gigi, kurangnya titik jumpa atau
malah titik jumpa yang tidak pada tempatnya. Ada tidaknya karies dari perubahan warna enamel
walau karies tersebut belum tersingkap pada gambar radiografi. Rotasi, kelainan posisi maupun
kehilangan gigi. Adanya plak dan pus juga harus ditindak. Gigi yang mempunyai kelainan warna
sering diindikasikan sebagai kematian dental pulp.

 Periodonsium gigi penyangga yang keras dan berwarna merah muda menandakan keadaan
sehat.

 Sebaliknya yang berwarna merah tua dan lunak haruslah dicurigai.

 Kedalaman sela gusi sampai 3 mm atau lebih perlu dicurigai dimana kedalaman normal
adalah 0,5 mm.

 Kerusakan jaringan ikat periodonsium di daerah leher gigi dapat disebabkan meluasnya
gingivitis

 Penyangga yang poros panjangnya membuat sudut ke mesial atau distal masih dapat
digunakan sebagai gigi penyangga dalam pembuatan bridge
 bila ke arah lingual atau bukkal, akan mempunyai kecenderungan lebih besar lagi untuk
menukik karena memdapat beban tambahan dari jembatan

Diagnosa Radiografi

Pada diagnosa ini, dapat kita dapatkan :

 Ukuran, bentuk dan panjang dari akar gigi

 Ukuran dan posisi dari ruang pulpa

 Kondisi dari jaringan pendukung

 Jenis dari tulang alveolar penyangga; apakah padat atau longgar.

Posisi akar pada hubungannya dengan dengan crown dan mandibula dan maksila

Diagnosa ini juga dapat memperlihatkan kondisi patologis, seperti :

 Kehancuran tulang

 Odontomas

 Gigi impacted

 Bekas akar yang rusak

 Penampakan daerah nekrosis akibat pencabutan gigi.

Prognosa

 Prognosa merupakan ramalan atau perkiraan tentang sejauh mana derajat keberhasilan
suatu perawatan yang dicapai.

 Faktor yang akan mempengaruhi :

1. Watak Pasien

2. Kesehatan umum

3. Kondisi lokal

Watak Pasien menurut MM. House :


 Philosophical Mind : Rasional, Tenang, Seimbang, Yakin dan Percaya pada Dokter Gigi atau
operator  Prognosa Baik

 Exacting / Critical Mind : Terlalu hati-hati, Teratur, Berharap banyak (Fungsi dan Estetika
GTC)  Prognosa Baik jika Dokter Gigi atau operator mampu Merawat dengan cermat dan
teliti

 Hysterical Mind : Gugup, Tidak Peduli Kesehatan Giginya, Ragu-ragu, Tidak kooperatif,
Banyak mengeluh, Sulit menerima alasan, Kurang percaya  Prognosa meragukan

 Indifferent Mind : Tidak Peduli Penampilan, Masalah mastikasi dianggap tidak perlu,
Kesehatan mulut kurang diperhatikan, Berobat karena bujukan keluarg atau pihak lainnya 
Prognosa Tidak Baik

Kesehatan Umum

 Operator yang teliti seharusnya dapat membedakan keadaan ini.

 Pada anak-anak, adakalanya kita jumpai keterlambatan erupsi gigi atau persistensi dari gigi
desidui  hipopituitary.

 Sering kali, daerah edentulous dan jumlah dari deposit pada gigi mungkin dapat
meningkatkan kemungkingan terdapat diabetes pada pasien berusia 50 tahun.

Kondisi lokal :

 Keadaan gigi penyangga

Bila pada pasien dijumpai keadaan gigi penyangga yang cukup kuat, cukup tebal, bebas
karies, jika pda gigi yang kuat dan tinggi maka akan mempunyao retensi yang kuat, makin kecil konus
axial preparasi maka retensi makin kecil, makin besar konus axial maka makin besar retensi.

 Jaringan pendukung dari gigi penyangga

Kesehatan pulpa harus baik, garis servikal bebas plak

 Oklusi

 Tipe Restorasi

 Kebiasaan Buruk (Bruxism).


6.M4 Pertimbangan pemilihan protesa

Gigi tiruan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dalam mengunyah, berbicara,


memberikan dukungan untuk otot wajah, dan meningkatkan penampilan wajah dan senyum. Gigi
tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi tiruan tetap dan gigi
tiruan lepasan.
Gigi tiruan lepasan/ removable denture (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien)
dibagi menjadi dua bagian, yaitu gigi tiruan lengkap dan gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan tetap/
fixed yang disemenkan ke gigi pasien secara permanen (Pongibidan, 2013). Gigi tiruan tetap
adalah restorasi yang direkatkan secara permanen pada gigi yang telah dipersiapkan untuk
memperbaiki sebagian atau seluruh permukaan gigi yang mengalami kerusakan atau kelainan
untuk menggantikan kehilangan gigi. Penggunaan gigi tiruan tetap di kalangan masyarakat sudah
sangat populer untuk menggantikan gigi yang hilang. Hal ini disebabkan oleh gigi tiruan tetap
memiliki konstruksi yang baik dan hanya menutupi sedikit jaringan penyangga sehingga lebih
nyaman untuk digunakan serta terpasang secara cekat di dalam mulut (Aschi 2013, Smith, 2007).
Gigi tiruan lepasan adalah bagian prostodonsia yang menggantikan satu atau beberapa gigi
yang hilang atau seluruh gigi asli yang hilang dengan gigi tiruan dan didukung oleh gigi, mukosa
atau kombinasi gigi, mukosa dan yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien (Wagner, 2012,
Mendoza, 2012). Tujuan pembuatan gigi tiruan lepasan adalah untuk mengembalikan fungsi
pengunyahan, estetis, bicara, membantu mempertahankan gigi yang masih tertinggal,
memperbaiki oklusi, serta mempertahankan jaringan lunak mulut yang masih ada agar tetap
sehat. Basis gigi tiruan sebagian lepasan dapat berupa akrilik atau metal frame.

Gigi tiruan penuh : gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi yang hilang dan jaringan
pendukungnya baik di rahang atas maupun bawah.
Indikasi :
 Pasien edentulous
 Gigi yang tersisa tidak dapat dipertahankan
 Gigi yang tersisa tidak dapat mendukung gigi tiruan sebagian dan tidak ada alternatif yang
tersedia
 Pasien menolak alternatif perawatan
Kontraindikasi:
 Ada alternatif perawatan lain
 Kelainan mental/fisik yang menyebabkan gangguan kemampuan pasien untuk kooperatif
selama perawatan gigi tiruan
 Pasien hipersensitif terhadap material gigi tiruan
 Tidak tertarik sama sekali menggunakan gigi tiruan

Gigi tiruan sebagian lepasan : gigi tiruan menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dan
jaringan pendukung pada rahang atas/bawah serta dapat dibuka pasang oleh pasien.

Indikasi:
 Hilangnya satu atau lebih sebagian gigi
 Gigi yang tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat sebagai gigi pegangan.
 Kondisi processus alveolaris masih baik
 Kesehatan umum dan OH pasien baik
 Pasien mau dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan
Kontraindikasi:

 Pasien yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai perawatan gigi tiruan.
 Usia lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita sebaiknya dibuatkan GT cekat
 Penyakit sistemik (epilepsi, DM uncontrolled)
 OH buruk

Gigi tiruan cekat : gigi tiruan yang memperbaiki mahkota gigi yang rusak atau menggantikan satu
atau beberapa gigi yang hilang dengan bahan tiruan dan dipasangkan secara permanen serta
tidak bisa dibuka-buka oleh pasien. Contoh dari gigi tiruan cekat adalah crown&bridge. Crown
adalah suatu restorasi untuk membangun kembali permukaan anatomia dari mahkota klinis.

Indikasi :

 Gigi yang rusak parah akibat karies

 Gigi fraktur akibat trauma

 Gigi yang mengalami perubahan warna

 Gigi yang mengalami keausan

 Gigi yang hipoplastik

 Untuk memperbaiki bentuk, ukuran atau inklinasi gigi

 Untuk memperbaiki oklusi

 Sebagai bagian dari restorasi lain

Kontraindikasi:

 Gigi posterior, jarang direkomendasikan gigi molar karena peningkatan beban oklusal dan
mengurangi estetika

 Gigi yang tipis dari aspek fungsional dan gigi yang pendek

Berdasarkan Jenis Bahan


1. Gigi tiruan jembatan akrilik
Semua bagian terbuat dari akrilik, biasanya digunakan untuk gigi tiruan jembatan sementara yang
mana gigi tiruan jembatan yang di rencanakan belum memenuhi atau belum siap untuk di insersi.
Gigi tiruan jembatan berbahan dasar akrilik mudah berubah warna kekuatannya minimal dan
berbau.
2. Gigi Tiruan Jembatan Logam
Gigi tiruan jembatan yang secara keseluruhan terbuat dari logam. Biasanya digunakan pada gigi
posterior. Gigi tiruan jenis ini hanya membutuhkan pengasahan abutment yang sedikit sehingga
akan mempersingkat lama waktu kerja. Namun estetiknya kurang bagus.
3. Gigi tiruan jembatan porcelain
Gigi tiruan jembatan yang secara keseluruhan terbuat dari porcelain. Gigi tiruan jenis ini memiliki
nilai estetik sangat bagus. Namun penggunaannya minim, karena porcelain membutuhkan biaya
yang tidak sedikit dan pengunaaannya pun terbatas, karena porcelain memiliki sifat brittle (getas)
dan membutuhkan pengasahan jaringan yang banyak.
4. Gigi tiruan jembatan logam berlapis akrilik
Gigi tiruan jembatan yang secara keseluruhan terbuat dari logam dengan facing akrilik. Gigi tiruan
jenis ini dapat di gunakan untuk gigi anterior maupun posterior. Gigi tiruan jenis ini dapat
berubah warna serta berbau. Koifisien muai dari akrilik juga tidak sesuai dengan muai logam
5. Gigi tiruan jembatan porcelain fuse to metal
Gigi tiruan jenis ini kerangkanya terbuat dari logam kemudian di lapisi porcelain. Gigi tiruan
porcelain fuse to metal tidak mudah menjadi retensi plak dan memiliki estetik yang angat bagus.
Walaupun kerangkanya terbuat dari logam, namun gigi tiruan porcelain fuse to metal tetap
memerlukan pengasahan jaringan yang banyak

7.M4 pertimbangan oklusi pada pemilihan gigi tiruan


 Penyusuaian oklusal merupakan cara sistemik yang dilakukan untuk menghilangkan gangguan
oklusal yang ada baik pada saat mandibula melakukan gerakan menutup dalam hubungan
sentrik.
 Indikasi penyusuaian yang harus dilakukan sebelum pembuatan gigi tiruan adalah sebelum
perawatan praorthodontic dan restoratif lainnya yang bertujuan untuk memperbaiki
hubungan rahang dan kontak gigi geligi menjad stabil
 Untuk mendapatkan dataran oklusal yang baik dan agar diperoleh hubungan oklusi dan
fungsional yang serasi dan seimbang.
 Model diagnostik yang dipasang pada articulator akan menampakan hubungan antara gigi
dengan linggir edontulus lawan.

1. Oklusi Statis:
Oklusi statis mempelajari kontak antara gigi maksila dan mandibula yang terjadi ketika rahang
tidak bergerak.
A. Oklusi Sentrik
Oklusi sentrik adalah oklusi ketika pasien mengoklusikan giginya dalam keadaan interkuspasi
maksimum. Sinonim dari oklusi sentrik yang umum dikenal adalah posisi interkuspasi (ICP) atau
habitual bite.
B. Relasi Sentrik
Relasi sentrik bukan merupakan oklusi karena tidak berhubungan dengan gigi. Relasi sentrik
merupakan hubungan rahang, yang menggambarkan hubungan konseptual antara maksila dan
mandibula. Relasi sentrik dapat dijelaskan dalam tiga cara yang berbeda, yaitu secara anatomis,
konsepsional, dan geometris.
C. Freedom in Centric Occlusion
Freedom in centric occlusion juga dikenal sebagai long centric occlusion. Freedom in centric
occlusion terjadi ketika mandibula dapat digerakan ke arah anterior dalam jarak yang pendek
ketika gigi tetap berkontak pada horizontal plane dan sagital plane yang sama.

1. Oklusi Dinamis
Oklusi Dinamis Oklusi dinamis mengacu pada kontak oklusal yang dihasilkan ketika mandibula
bergerak secara relatif terhadap maksila, baik pergerakan ke arah anterior, lateral, maupun
posterior. Kontak yang dihasilkan bukan berupa titik, melainkan berbentuk garis. Mandibula
digerakkan oleh otot-otot pengunyahan dan jalur dari pergerakan mandibula diatur tidak hanya
oleh otot, tetapi juga oleh dua sistem guidence, yaitu posterior guidence yang diatur oleh sendi
temporomandibula dan anterior guidence.
A. Canine Guidence
Canine guidence merupakan oklusi dinamis yang terjadi pada kaninus selama pergerakan
ekskursif ke arah lateral dari mandibula (hanya gigi kaninus yang akan berkontak).
B. Group Function
Group function merupakan kontak yang termasuk ke dalam anterior guidence dimana kontak
terjadi di beberapa gigi pada working side selama pergerakan ekskursi ke lateral sehingga beban
dibagi ke gigi tersebut.

C. Working Side
Working side adalah sisi mandibula yang menuju ke arah pergerakan mandibula selama
pergerakan ekskursi ke lateral. Working side interference adalah kontak yang terjadi pertama kali
hanya pada satu gigi pada working side ketika rahang digerakkan ke arah lateral.
D. Balancing Side
Balancing side adalah sisi mandibula yang berlawanan dari arah pergerakan mandibula selama
pergerakan ke arah lateral. Balancing side interference adalah kontak yang terjadi jika bagian
yang berlawanan dari working side berkontak.

Anda mungkin juga menyukai