Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Disusun oleh :

Nisma Dinastiti, S.K.G

J3A019009

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2020
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Disusun oleh :

Nama: Nisma Dinastiti, S.K.G

NIM : J3A019009

Semarang, 10 Desember 2020

Disetujui Oleh :

Pembimbing

drg. Lisa Oktaviana Mayasari


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gigi tiruan sebagian lepasan atau GTSL merupakan suatu gigi tiruan sebagai
pengganti satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah
yang dapat dilepas-pasang oleh pasien. Perawatan dengan menggunakan gigi tiruan
sebagian lepasan dapat dipilih untuk merestorasi kehilangan gigi pada pasien yang
sebagian besar memiliki keluhan kehilangan gigi sebagian yang membutuhkan
biayanya yang terjangkau (Gunadi dkk., 1991).
Dampak dari kehilangan gigi sebagian yang tidak digantikan adalah
Migrasi dan rotasi gigi asli yang masih ada, erupsi berlebihan, penurunan
efisiensi kunyah, gangguan pada sendi temporomandibular, beban berlebihan pada
jaringan pendukung, gangguan bicara, estetis yang buruk, terganggunya kebersihan
mulut, atrisi, serta efek yang tidak diinginkan pada jaringan lunak merupakan
dampak dari akibat kehilangan gigi sebagian di dalam rongga mulut yang tidak
digantikan. Fungsi dari gigi tiruan sebagian lepasan itu sendiri antara lain
memperbaiki fungsi pengunyahan, memulihkan fungsi estetik, meningkatkan
fungsi fonetik, serta mempertahankan jaringan mulut yang masih ada agar tetap
sehat (Jones dan Garcia, 2009).
Operator perlu mengetahui klasifikasi, desain, dan penatalaksanaan pada
kasus kehilangan gigi sebagian pada pasien. Pengetahuan dan teori mengenai
klasifikasi, desain, dan penatalaksanaan pada kasus tersebut diperlukan untuk
menentukan rencana perawatan yang tepat bagi pasien.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan perawatan gigi tiruan
sebagian lepasan pada pasien yang kehilangan sebagian giginya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)


A. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang
menggantikan satu atau beberapa gigi pada lengkung rahang yang
kehilangan sebagian gigi dan gigi tiruan tersebut dapat dilepas pasang dari
rongga mulut. Bahan yang paling sering digunakan untuk membuat
landasan dari gigi tiruan adalah resin akrilik (Carr dkk., 2011). Definisi lain
dari gigi tiruan sebagian lepasan yaitu suatu gigi tiruan yang menggantikan
satu/beberapa gigi pada rahang atas ataupun rahang bawah yang hilang
dengan dukungan gigi, mukosa, atau kombinasi keduanya yang dapat
dilepas pasang sendiri oleh pasien (Gunadi, dkk., 1991). Menurut Osborne
dan Lammie (1968), Pembuatan gigi tiruan sebagian memiliki tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk mengembalikan fungsi estetik
2. Untuk mengembalikan fungsi bicara
3. Untuk perbaikan dan peningkatan fungsi pengunyahan
4. Untuk mempertahankan kesehatan jaringan mulut yang masih tinggal
5. Memperbaiki oklusi
6. Membantu mempertahankan gigi yang masih ada
Keuntungan pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan ( GTSL ) adalah
(Seal and Jones, 2003) :
1. Pasien dapat memakai dan melepas sendiri sehingga mudah dan cepat
dalam membersihkannya.
2. Mudah dipreparasi bila ada kerusakan.
3. Harganya relatif murah jika dibandingkan dengan gigi tiruan cekat
(GTC).
B. Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Ruangan tak bergigi atau sadel pada rongga mulut dapat
diklasifikasikan untuk memungkinkan dokter gigi berkomunikasi dengan
sejelas mungkin tentang keadaan rongga mulut yang akan dibuatkan gigi
tiruan sebagian. Klasifikasi gigi tiruan sebagian yang baik akan membantu
dalam pengelompokkan gigi yang hilang termasuk kombinasi serta varias-
variasi yang jumlahnya tak terbatas dan terjadi karena adanya gigi yang
dicabut (Gunadi dkk., 1995).
Klasifikasi hendaknya memenuhi persyaratan-persyaratan berikut
ini (Car, dkk., 2005) :
(1) Menunjukkan dengan jelas dan tepat jenis keadaan tidak bergigi,
(2) Memungkinkan perbedaan antara geligi tiruan sebagian lepasan
yang didukung gigi atau yang didukung gigi dan jaringan bukan gigi
(dukungan kombinasi).
(3) Dapat menjadi petunjuk pembuatan desain geligi tiruan .
(4) Dapat diterima secara luas.
Gigi tiruan sebagian lepasan dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa macam berdasarkan beberapa hal, yaitu:
1. Berdasarkan bahan yang digunakan:
a. Gigi tiruan kerangka logam (frame prosthesa/ metal prosthesa)
b. Gigi tiruan akrilik
c. Kombinasi kerangka logam dan akrilik
2. Berdasarkan saat pemasangan:
a. Protesa immediate, dipasang segera setelah pencabutan
b. Protesa konvensional, dipasang setelah gigi lama dicabut
3. Berdasarkan ada tidaknya wing (sayap):
a. Open face denture, gigi tiruan sebagian dibuat tanpa gusi tiruan di
bagian bukal/labial. Gigi tiruan open face diindikasikan pada bagian
anterior bila tulang alveolar belum resorbsi sehingga gigi artifisial
dapat dipasang seolah-olah keluar dari gusi (tampak estetik seperti
gigi asli).
b. Close face denture, gigi tiruan sebagian dibuat dengan gusi tiruan di
bagian bukal/labial. Gigi tiruan close face diindikasikan pada bagian
anterior bila tulang alveolar telah resorpsi karena sayap dapat
meningkatkan estetika dengan memberi dukungan bagi bibir.
4. Berdasarkan jaringan pendukungnya menurut Carr dan McGivney
(2005):
a. Gigi tiruan dengan dukungan mukosa (mucosa supported), yaitu
gigi tiruan yang hanya mendapat dukungan dari jaringan mukosa
b. Gigi tiruan dengan dukungan gigi (tooth supported), yaitu gigi tiruan
yang hanya mendapat dukungan dari gigi asli
c. Gigi tiruan dengan dukungan mukosa dan gigi (mucosa and tooth
supported), yaitu gigi tiruan yang mendapat dukungan dari mukosa
dan gigi asli.
5. Berdasarkan letak dari daerah yang tidak bergigi menurut Kennedy
(Gunadi, dkk., 1995) yaitu:
a. Klas I
Mempunyai daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada dan berada pada kedua sisi rahang(bilateral Free end).

b. Klas II
Mempunyai daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral
free end).
c. Klas III
Mempunyai daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi-gigi yang
masih ada di bagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.

d. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dari gigi-gigi yang
masih ada dan melewati garis tengah rahang.

Pada klasifikasi Kennedy, disamping adanya kelas-kelas ada juga


yang disebut modifikasi. Modifikasi ialah daerah tanpa gigi lainnya
disamping daerah yang menentukan kelas dan jumlah dari daerah ini.
Menurut Henderson, dkk. (1985) untuk menentukan klasifikasi, maka ada
aturan-aturan yang harus dipertimbangkan sebagai berikut :

1. Klasifikasi harus dilakukan setelah mouth preparation, sebab bila tidak


akan merubah klasifikasi yang ada contohnya pencabutan.
2. Jika molar ketiga tidak ada maka tidak diperhitungkan dalam klasifikasi,
karena molar ketiga tidak diganti.
3. Jika molar ketiga ada dan diperhitungkan sebagai gigi pegangan maka harus
diperhitungkan dalam klasifikasi.
4. Molar kedua kadang-kadang tidak diganti jika gigi lawannya tidak ada, gigi
ini tidak dimasukkan dalam klasifikasi.
5. Bagian tak bergigi paling posterior selalu menentukan kelas utama
klasifikasi.
6. Daerah-daerah tanpa gigi disamping daerah yang menentukan klasifikasi
disebut modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau
ruangannya.
7. Luasnya modifikasi atau jumlah gigi yang hilang tidak dipersoalkan, yang
dipersoalkan adalah jumlah daerah atau ruangannya.
8. Hanya kelas I, II, dan III yang mempunyai modifikasi, karena kelas IV
hanya mempunyai daerah tanpa gigi dibelkangnya.
6. Klasifikasi gigi tiruan Applegate Kennedy yaitu (Carr dkk., 2011) :
a. Klas I
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi
yang tertinggal pada kedua sisi rahang (bilateral Free end).

b. Klas II
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi
yang tertinggal tetapi hanya pada satu sisi rahang saja (unilateral free end).
c. Klas III
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga tidak lagi
mampu memberi dukungan kepada gigi tiruan secara keseluruhan.

d. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis
median.

e. Klas V
Keadaan tidak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior tidak dapat
dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah
f. Klas VI
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga gigi asli
dapat dipakai sebagai penahan.

7. Berdasarkan letak klamer menurut Miller ditentukan sebagai berikut:


a. Klas I
Menggunakan dua buah klamer dimana klamer-klamer tersebut lurus
berhadapan dan tegak lurus median line.
b. Klas II
Menggunakan dua buah klamer yang letaknya saling berhadapan dan
membentuk garis diagonal serta melewati median line.
c. Klas III
Menggunakan tiga buah klamer yang letaknya sedemikian rupa sehingga
apabila klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis, merupakan
suatu segitiga yang terletak di tengah gigi tiruan.
d. Klas IV
Menggunakan empat buah klamer yang letaknya sedemikian rupa
sehingga apabila klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis lurus,
merupakan suatu segi empat yang terletak di tengah gigi tiruan.

C. Indikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


1. Pasien mengeluhkan berkurangnya kemampuan mengunyah
2. Hilangnya satu gigi atau lebih.
3. Gigi yang tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat sebagai
gigi pegangan,
4. Keadaan processus alveolaris masih baik,
5. Kesehatan umum dan kebersihan mulut pasien baikPasien mau
dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan (Osborne dan Lammie, 1968;
Jepson, 2004).
D. Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Menurut Austin dan Lidge (1975), gigi tiruan mempunyai beberapa
komponen sebagai berikut :
1. Basis/Plat Akrilik
Suatu bagian GTS yang terbuat dari akrilik untuk mendukung gigi
tiruan dan memindahkan tekanan oklusal ke jaringan di bawahnya.
Fungsi dari basis/plat akrilik ini adalah :

a. mendukung gigi (elemen) tiruan


b. meneruskan tekanan oklusal ke jaringan di bawahnya
c. memberikan retensi dan stabilisasi kepada gigi tiruan
2. Retainer/Penahan atau klamer
Bagian gigi tiruan sebagian yang terletak pada abutment dan terbuat
dari kawat tahan karat. Retainer berfungsi memberi retensi sehingga
menahan protesa tetap pada tempatnya. Retainer dibagi menjadi 2
kelompok:

a. Retainer langsung (direct retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan


yang berkontak langsung dengan permukaan gigi abutment, dan
dapat berupa cengkeram atau kaitan presisi.
b. Retainer tidak langsung (indirect retainer), yaitu bagian dari gigi
tiruan yangmemberikan retensi untuk melawan gaya yang
cenderung melepas protesa ke arah oklusal dan bekerja pada
basis. Retensi tak langsung ini diperoleh dengan cara
memberikan retensi pada sisi berlawanan dari garis fulkrum
dimana gaya tadi bekerja. Retensi tidak langsung dapat berupa
lengan pengimbang, sandaran/rest (bagian dari cangkolan yang
bersandar pada bidang oklusal atau incisal gigi pegangan yang
memberikan dukungan vertikal terhadap gigi tiruan).
3. Gigi pengganti atau gigi artifisial
Merupakan bagian dari gigi tiruan yang menggantikan gigi asli yang
hilang.

4. Konektor
Konektor dibagi dua, yaitu:
a. Mayor konektor
Merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang
menghubungkan bagian protesa yang terletak pada satu sisi
rahang dengan sisi rahang lainnya. Menghubungkan dua sadel
kanan dan kiri.
b. Minor konektor
Merupakan penghubung antara mayor konektor dengan bagian-
bagian lain pada kerangka gigi tiruan seperti cangkolan

E. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Mendesain Gigi Tiruan


Sebagian Lepasan
Penentuan desain dari gigi tiruan sebagian lepasan, perlu
diperhatikan beberapa faktor, yaitu :

1. Retensi
adalah kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya pemindah yang
cenderung memindah protesa ke arah oklusal. Yang dapat memberikan
retensi adalah:

a) lengan retentif
b) klamer
c) oklusal rest
d) kontur dan landasan gigi
e) oklusi
f) adhesi
g) tekanan atmosfer
h) surface tension
2. Stabilisasi
adalah perlawanan atau ketahanan terhadap perpindahan gigi tiruan
dalam arah horisontal. Stabilisasi terlihat bila dalam keadaan berfungsi.
Gigi yang mempunyai stabilisasi pasti mempunyai retensi, sedangkan
gigi yang mempunyai retensi belum tentu mempunyai stabilisasi.

3. Estetika
a) Penempatan klamer harus sedemikian rupa sehingga tidak terlihat
dalam posisi bagaimanapun juga
b) Gigi tiruan harus pantas dan tampak asli bagi pasien, meliputi warna
gigi dan inklinasi/ posisi tiap gigi
c) Kontur gingiva harus sesuai dengan keadaan pasien
Syarat-syarat pemilihan gigi abutment yang digunakan sebagai
pegangan klamer adalah:
1) Gigi abutment harus cukup kuat
a) Akarnya panjang
b) Masuk ke dalam prosesus alveolaris dalam dan tidak longgar
c) Makin banyak akar makin kuat
d) Gigi abutment tidak boleh goyang
e) Tidak ada kelainan jaringan periodontal pada gigi abutment.
2) Bentuk mahkota sedapat mungkin sesuai dengan macam klamer
yang digunakan.
3) Kedudukan gigi tersebut hendaknya tegak lurus dengan prosesus
alveolaris, gigi yang letaknya rotasi atau berputar tidak baik untuk
abutment
4) Gigi tersebut masih vital atau tidak mengalami perawatan
5) Bila memerlukan dua klamer atau lebih maka hendaknya dipilihkan
gigi yang letaknya sejajar. (Gunandi dkk., 1995)

F. Tahap Pembuatan Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Rencana pembuatan desain merupakan salah satu tahap penting dan
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan sebuah
gigi tiruan. Desain yang baik dapat mencegah terjadinya kerusakan jaringan
mulut akibat kesalahan yang tidak sehausnya terjadi dan yang tak dapat
dipertanggung jawabkan. Menurut Gunadi dkk. (2013) terdapat empat tahap
dalam pembuatan desain gigi tiruan sebagian yaitu:
a. Tahap I: menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi
(sadel)
Daerah tak bergigi dalam suatu lengkung gigi dapat bervariasi dalam
hal panjang, macam, jumlah, dan letaknya. Semua ini akan berpengaruh
terhadap rencana pembuatan desain gigi tiruan, termasuk bentuk sadel,
konektor, maupun dukungannya.

b. Tahap II: menentukan macam dukungan dari setiap sadel


Dukungan bagi gigi tiruan sebagian lepasan merupakan semua
dukungan yang diterima dari jaringan mulut untuk melawan atau
menahan atau menyangga gaya oklusal yang diterima protesa.
Dukungan terbaik untuk protesa sebagian lepasan dapat diperoleh
dengan memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa faktor,
seperti keadaan jaringan pendukung, panjang sadel, jumlah sadel, dan
keadaan rahang yang akan dipasangi gigi tiruan.

Bentuk daerah tak bergigi ada dua macam, yaitu sadel tertutup
(paradental) dan daerah berujung bebas (free end). Ada tiga pilihan
untuk dukungan sadel paradental, yaitu dukungan dari gigi, dari
mukosa, atau dari gigi dan mukosa (kombinasi), sedangkan untuk sadel
berujung bebas, dukungan bisa berasal dari mukosa, atau gigi dan
mukosa (kombinasi).

c. Tahap III: menentukan jenis penahan (retainer)


Ada dua macam retainer untuk gigi tiruan, yaitu direct retainer dan
indirect retainer. Penentuan jenis retainer yang akan dipilih perlu
memperhatikan faktor seperti:

Dukungan sadel, hal ini berkaitan dengan indikasi dari macam


cengkeram yang akan dipakai dan gigi penyangga yang ada.
Stabilisasi gigi tiruan, hal ini berhubungan dengan jumlah dan
macam gigi pendukung yang ada dan akan dipakai.
Estetika, hal ini berhubungan dengan bentuk atau tipe cengkeram
serta lokasi gigi penyangga.
d. Tahap IV: menentukan jenis konektor
Untuk gigi tiruan sebagian resin, konektor yang dipakai berbentuk plat,
sedangkan pada gigi tiruan sebagian kerangka logam bentuk konektor
bervariasi dan dipilih sesuai dengan indikasinya. Gigi tiruan kerangka
logam terkadang menggunakan lebih dari satu konektor berdasarkan
pertimbangan sebagai berikut:

Pengalaman pasien
Stabilisasi
Bahan gigi tiruan
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
1 Nama : Mr Marcell S.X
2 Tempat, Tanggal Lahir : Brasil , 12 Desember 1950
3 Usia : 70 tahun
4 Jenis Kelamin : Pria
5 Status : Menikah
6 Suku/Ras : Eastern Origin
7 Pekerjaan : Pedagang
8 Alamat Rumah : Brasil
9 No. Telepon / Hp : 01701XXXXXXX
10 Nomor RM : 54321

B. Data Medis Umum


1 Golongan Darah :-
2 Tekanan Darah : 120/80 mmHg
3 Penyakit Jantung : Tidak Ada
4 Diabetes Melitus : Tidak Ada
5 Hemofilia : Tidak Ada
6 Riwayat Asma : Tidak Ada
7 Hepatitis : Tidak Ada
8 Epilesy : Tidak Ada
9 Gastritis : Tidak Ada
10 Asma : Tidak Ada
11 TBC : Tidak Ada
12 Penyakit Lainya : Tidak Ada
13 Alergi Terhadap Makanan : Tidak Ada
C. Anamnesa
1. Keluhan Utama
Pasien berusia 70 tahun datang ke Bauru Dental School,
University of São Paulo bagian Prostodontik dengan keluhan utama
memiliki masalah gigi fungsional dan estetik. Selain beberapa gigi yang
hilang, pasien mengeluhkan ketidakpuasan karena kualitas hidup yang
buruk terkait dengan kehilangan gigi.

2. Riwayat Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan utama memiliki masalah fungsional


dan estetik pada rongga mulutnya akibat kehilangan gigi sejak kurang
lebih 2 tahun yang lalu. Beberapa gigi pada rahang atas dan bawah
hilang akibat dicabut 8 bulan yang lalu karena berlubang dan goyang,
pasien merasa terganggu saat sedang makan, berbicara, dan beraktivitas
lainnya sehingga membuat kualitas hidupnya terganggu. Keluhan
tersebut berkurang ketika tidak sedang makan dan tidak sedang
beraktivitas, tidak pernah mengkonsumsi obat tertentu untuk
mengurangi keluhan dan cenderung dibiarkan saja. Pasien ingin
dibuatkan gigi palsu sebagian agar gigi yang hilang kembali utuh dan
dapat mengunyah makanan dengan nyaman kembali serta dapat
memperbaiki kualitas hidup yang sebelumnya terganggu akibat gigi
yang hilang.

3. Riwayat Medis
Pasien dalam keadaan sehat, tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik maupun herediter.
4. Riwayat Gigi Terdahulu
Pasien datang ke dokter gigi untuk mencabut gigi kanan atas
belakang 2 tahun yang lalu, kemudian 8 bulan yang lalu mencabut
seluruh gigi pada rahang atas kanan dan kiri (kecuali gigi 13).
Kebiasaan menyikat gigi 2x sehari, ketika pagi dan sore setelah mandi,
serta memiliki kebiasaan buruk meyikat gigi dengan kencang. Tidak
memakai obat kumur ataupun benang gigi sebagai alat penunjang
membersihkan gigi, sebelumnya pasien belum pernah memakai gigi
palsu dan ingin dibuatkan gigi palsu sebagian lepasan agar gigi yang
hilang kembali utuh sehingga kualitas hidup kembali baik.

5. Riwayat Keluarga
Ibu dalam keadaan sehat, tidak ada penyakit sistemik dan Ayah
dalam keadaan sehat tidak ada penyakit sistemik serta saudara kandung
juga dalam keadaan sehat tidak ada penyakit sistemik.

6. Riwayat Sosial
Pasien merupaan seorang pedagang sayuran, jarang berolahraga
dan gemar mengkonsumsi teh atau kopi, setiap pagi mengkonsumsi kopi
hitam serta rutin mengkonsumsi sayur dan buah. Tidak mengkonsusmsi
alkohol dan masih mengkonsumsi rokok.

D. Keadaan Umum
1 Berat Badan : 67 kg
2 Tinggi Badan : 172 cm
3 Pernapasan : 15 x permenit
4 Nadi : 80 x permenit
5 Cacat Fisik : Tidak Ada
6 Warna Kulit Muka : Tidak Ada
7 Daerah Kulit Yang Tampak : Tidak Ada
8 Jaringan parut : Tidak Ada

E. Pemeriksaan Ekstra Oral


1 Kepala
a) Tonjolan : Tidak Ada
b) Cacat : Tidak Ada
c) Bercak Kulit : Tidak Ada
d) Wajah : Tidak Ada
2 Leher
a) Kelenjar Tiroid : Normal
b) Kelenjar Sublingualis : Tidak Ada
c) Nodus Limfatikus : Tidak Ada
d) Kelenjar Submandibula : Tidak Ada

3 TMJ
a) Luas pergerakan : Normal
b) Nyeri tekan pada TMJ : Tidak Ada
c) Suara : Tidak Ada
d) Locking : Tidak Ada
e) Dislokasi : Tidak Ada

F. Pemeriksaan Intra Oral


a. Mukosa
Tidak terdapat kelainan
b. Gingiva
Tidak terdapat kelainan
c. Palatum
Tidak terdapat kelainan
d. Lidah
Tidak terdapat kelainan

Gambaran Klinis Gigi Geligi Pasien


G. Pemeriksaan Gigi Geligi
a. Terdapat edentulous ridge pada elemen gigi pada Rahang Atas :
17,16,15,14,12,11, 21,22,23,24,25,26,27, dan pada Rahang Bawah :
36,37, dan 45,46.
b. Terdapat karies pada gigi 41 dibagian mesio-incisal dengan kedalaman
enamel dengan penilaian sondasi negatif, perkusi negatif, palpasi negatif
dan vitalitas positif.
c. Terdapat karies pada gigi 32 dibagian incisal dengan kedalaman enamel
dengan penilaian sondasi negatif, perkusi negatif, palpasi negatif dan
vitalitas positif.
d. Terdapat atrisi pada seluruh gigi anterior pada rahang atas dan rahang
bawah gigi 11,33,32,31,43,42,41 dengan kedalaman dentin dengan
penilaian sondasi negative, perkusi negative, palpasi negative, dan
vitalitas positif.

H. Diagnosa
Dx Edentelous ridge gigi 36,37, dan 45,46.
Klassifikasi Kennedy’s Class II Modification 1.

I. Prognosis
Bonam (Baik).

J. Rencana Perawatan
Dari hasil anamnesis, diperoleh informasi bahwa pasien ingin
dibuatkan gigi palsu sebagian agar gigi yang hilang kembali utuh dan dapat
mengunyah makanan dengan nyaman kembali sehingga kualitas hidup
kembali baik, sebelumnya pasien belum pernah memakai gigi palsu. Pada
pemeriksaan klinis (pemeriksaan Obyektif dan Subyektif), kesehatan umum
pasien baik dan tidak ada riwayat penyakit sistemik sehingga rencana
perawatan yang akan dilakukan adalah pembuatan gigi tiruan sebagian
lepasan akrilik.
K. Desain Gigi
a. Desain Utama Rahang Bawah

A
B

1 Jenis dukungan : Kombinasi (gigi dan mukosa).


2 Gigi penyangga : 47, 44, dan 35.
3 Retainer : Klamer 3 Jari dengan sandaran Oklusal
pada gigi 47 dan 44 serta Klamer 2 jari pada gigi 35 (C).
4 Plat dasar : Akrilik (A).
5 Anasir : Gigi 36,37,45, dan 46 (B)

b. Desain Alternatif Rahang Bawah

A
B

1 Jenis dukungan : Kombinasi (gigi dan mukosa).


2 Gigi penyangga : 47, 44, dan 35.
3 Retainer : cengkraman kombinasi pada gigi 35, 36, 37
dan 44, 45, 46 serta cengkraman cirkumferensial pada gigi 47 (A).
4 Plat dasar : Nilon Termoplastik (Flexi/Valplast) (A)
5 Anasir : Gigi 36,37,45, dan 46 (B)
BAB IV
PENATALAKSANAAN

A. Perawatan Pra Prostodontik


Perawatan pra-prostodontik yang sebelumnya telah dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Penumpatan RMGIC pada bagian mesio-incisal gigi 32
2. Penumpatan Resin Komposit pada bagian incisal gigi 41

B. Pengisian Rekam Medis Prostodonsia


Dilakukan pengisian rekam medis prostodonsia yang terdiri dari data
pasien, pemeriksaan subjektif dan objektif, diagnosis, rencana perawatan, dan
alternative rencana perawatan. Pasien diinformasikan tentang diagnosis yakni
edentulous sebagian pada rahang bawah dan diinformasikan tentang rencana
perawatan yang akan dilakukan yakni pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
dari bahan akrilik.

C. Pencetakan
Terdapat dua macam pencetakan untuk model kerja gigi tiruan sebagian
lepasan yaitu cetakan non fungsional (mukostatik) dan cetakan fungsional
(mukokompresi). Pada indikasi kasus Kelas VI modifikasi IA Applegate
Kennedy menggunakan cetakan mukostatik dengan bahan alginat dan
menggunakan stock tray. Hal ini bertujuan untuk mencetak keadaan rongga
mulut dalam keadaan statis (Jahongiri dkk., 2011) .
Tujuan utama mencetak adalah mereproduksi permukaan jaringan yang
akan menyangga gigi tiruan (denture bearing tissue ) sehingga didapatkan
basis gigi tiruan yang mampu beradaptasi akurat dengan penyangga dan
mampu menahan beban. Salah satu yang dapat mendukung keberhasilan gigi
tiruan adalah keakuratan dimensi dan detail kontur model studi dan kerja yang
didapat dari percetakan. Model studi merupakan replika anatomical landmark
yang digunakan untuk keperluan diagnostik dan penentuan rencana perawatan,
terbuat dari cetakan yang menggunakan bahan irreversible hydrocolloid
(alginat).
Posisi pasien dan operator saat mencetak rahang atas dan rahang bawah
dengan mengatur posisi pasien pada kursi dental unit. Pasien duduk dalam
posisi tegak dengansandaran kepala sejajar dengan tubuh pasien. Lap dada
dipasang supaya baju pasien tidak kotor.

Tahapan mencetak Rahang Atas dan Rahang Bawah

1 Menyiapkan ukuran sendok cetak yang akan digunakan untuk mencetak,


sesuai dengan besar lengkung rahang
2 Manipulasi material cetak dengan cara mencampur bahan cetak alginat
tersebut kedalam mangkuk karet berisi air dan adonan tersebut diaduk
sambil ditekan ke tepi mangkuk karet (teknik vigourou eight-hand
mixing) hingga homogen. Perhatikan working time dan setting time bahan
cetak.
3 Letakan adonan bahan cetak ke dalam sendok cetak lalu cetakan pada
RA/RB phantom.
4 Saat mencetak rahang bawah, instruksikan pasien untuk mengangkat
lidahnya dan menyentuh ujung pada palatum sesaat setelah sendok cetak
dimasukan mulut. Kemudian pasien diminta untuk menjulurkan lidahnya.
Hal ini dilakukaan agar didapatkan hasil cetakan yang meluas hingga
retromylohyoid dan menentukan posisi frenulum lingualis pasien.

5 Instruksi khusus pada pasien saat mencetak Rahang atas yaitu meminta
pasien untuk bernafas melalui hidung sehingga reflekes untuk muntah
berkurang.
6 Setelah adonan mengeras, lepaskan sendok cetak dari mulut pasien. Cuci
bersih pada air mengalir untuk menghilangkan kotoran/saliva yang
menempel dan didesinfektan dengan cairan khusus.
7 Amati hasil cetakan anatomis, lihat porositas dan detail cetakan, apakah
ada landmark anatomi yang tidak bercetak (mis: ridge. Peripheral,
retromolar pad, retromylohyoid, frenelum, tuber maksila) detail hasil
cetakan haruslah akurat dan tidak boleh robek. Apabila kurang baik, ulang
kembali tahapan diatas.
D. Model kerja
Model kerja merupakan replika anatomis dalam rongga mulut pasien yang
dapat digunakan sebagai acuan dalam tahap pembuatan gigi tiruan sebagian
lepasan(Jahongiri dkk., 2011).

E. Penentuan Desain dan Pembuatan Klamer/Cengkeram


Penentuan desain disesuaikan dengan garis fulkrum untuk menentukan
direct dan indirect retainer yang digunakan. Klamer merupakan bagian dari
gigi tiruan lepasan sebagai direct retainer.Beberapa syarat yang harus dipenuhi
dalam pembuatan klamer pada gigi tiruan sebagaian lepasan adalah (Tamin
dkk., 2012):
1. Ujung lengan klamer terletak pada daerah undercut (di bawah garis
survey) pada bagian bukal dan palatal, lingual
2. Ujung dari klamer tidak boleh menekan dan menyentuh gigi sebelah
3. Lengan dari klamer tidak boleh menyentuh gingiva
4. Ujung dari klamer harus dibulatkan

F. Survey dan Block Out


Tindakan survey dilakukan dengan alat dental surveyor. Manfaat dari
survey ini adalah sebagai berikut.
1. Sebagai panduan menentukan arah pemasangan yang baik sehingga
terjadi sangkutan (interference) pada saat gigi geligi tiruan dipasang
dan dikeluarkan.
2. Menentukan lokasi dan besarnya daerah undercut pada permukaan gigi.
3. Menentukan kesejajaran bidang
4. Menentukan penutupan daerah undercut.
G. Lempeng dan Galangan Gigit
Lempeng dan galangan gigit ini terbuat dari malam merah. Lempeng gigit
dibuat mengikuti outline gigi tiruan. Galangan gigit digunakan untuk
menentukan tinggi bidang oklusal, catatan awal hubungan antar rahang dalam
arah vertikal dan horizontal, dan perkiraan jarak interoklusal (Tamin dkk.,
2012).
H. Penetapan gigit
Penetapan gigit sebagai kunci oklusi yang sesuai dengan rahang. Pada gigi
tiruan sebagian lepasan dengan tinggi gigit yang tetap, galangan gigit rahang
atas dimasukkan terlebih dahulu hingga ada kontak antara galangan dan gigi
lawan, kemudian catat kontak antara gigi lawan yang dapat dipakai sebagai
panduan oklusi.

I. Penyusunan Gigi
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam seleksi elemen gigi
anterior dan posterior adalah ukuran, bentuk, tekstur permukaan, warna, dan
bahan dari elemen. Dalam penyusunan gigi yang dapat menjadi panduan
adalah:
1. Gigi geligi harus disusun tepat pada puncak ridge
2. Gigi geligi disusun harus kontak dengan gigi sebelahnya, serta gigi
antagonis. Sehingga diperoleh oklusi gigi yang harmonis antara gigi asli
dengan anasir gigi tiruan, atau antar anasir gigi tiruan.

J. Kontur Akhir
Kontur pada malam dilakukan agar mendapat bentukan menyerupai
anatomis asli jaringan lunak yang menyangga gigi geligi. Kontur dilakukan
saat gigi tiruan saat di packing akrilik (Tamin dkk., 2012).

K. Hasil Kasar Akrilik


Setelah dilakukan packing akrilik di laboratorium, didapatkan hasil kasar
akrilik. Hal yang perlu diperhatikan dari hasil kasar akrilik adalah (Tamin dkk.,
2012):
1. Tidak boleh terdapat bagian yang porus.
2. Tidak boleh terdapat bagian yang kasar dan tajam pada permukaan gigi
tiruan yang menghadap mukosa.
3. Kontur gingiva termasuk daerah servikal gigi tetap dipertahankan
bentuknya.
4. Dilakukan pembersihan dari sisa-sisa gipsum yang menempel pada akrilik.
L. Percobaan Gigi Tiruan Akrilik dan Selective Grinding
Sebelum dilakukan pemasangan akhir, gigi tiruan akrilik terlebih dahulu
dicobakan kepada pasien. Pada percobaan gigi tiruan akrilik dalam rongga
mulut pasien yang perlu diperhatikan adalah (Tamin dkk., 2012):
1. Retensi
Diperiksa dengan cara menggerak gerakan pipi dan bibir pasien. Dapat
dilihat penempatan oklusal rest harus sesuai dengan rest seat, dan lengan
retentif klamer pada bagian undercut gigi penyangga.
2. Stabilisasi
Diperiksa saat rongga mulut berfungsi. Bagian basis tidak boleh over
extended, dan protesa tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan,
bicara, dan berekspresi.
3. Oklusi
Diperiksa dengan bantuan articulating paper. Bagian yang mengalami
kontak prematur harus dilakukan selektif grinding. Pengasahan pada gigi
tidak boleh mengurangi tinggi cusp gigi, dan disesuaikan kontak dari gigi
antagonis asli ataupu n anasir gigi tiruan (Tamin dkk., 2012)

M. Insersi
Saat pemasangan akhir atau insersi padapasien perlu diperhatikan oklusi
sentrik, artikulasi rahang, kenyamanan pasien, estetik, dan fungsi fonetik.
Operator mengajarkan kepada pasien cara memasang dan memakai gigi tiruan
sebagian lepasan. Kemudian pasien diberikan instruksi penggunaan dan
pemeliharaan gigi tiruan sebagai berikut (Carr and Brown, 2011):
1. Bersihkan gigi tiruan dengan sikat halus sehabis dipakai
2. Gigi tiruan direndam dengan air bersih suhu kamar sewaktu dilepas
3. Pada malam hari sebelum tidur, lepaskan gigi tiruan agar jaringan otot
dibawahnya istirahat
4. Sebagai latihan, pertama-tama makan-makanan yang lembut dan lunak.
Apabila tidak ada keluhan dan terbiasa, maka boleh makan makanan yang
biasa
5. Biasakan menguyah pada kedua sisi rahang secara bersamaan
6. Apabila ada rasa tidak nyaman, sakit, gangguan bicara, gigi tiruan tidak
stabil, kerusakan pada kawat atau gigi tiruan, dapat segera menghubungi
operator.

N. Kontrol
Pada kunjungan ini, perlu diperoleh riwayat yang cermat dari keluhan
seperti rasa sakit atau longgarnya gigi tiruan tersebut serta kenyamanan dan
kesesuaian gigi tiruan tersebut pada rongga mulut.
DAFTAR PUSTAKA

Carr, A.B., McGivney, G.P., Brown, D.T., 2011, McCracken’s removable partial
prosthodontics, Elsevier Mosby, St.Louis.
Gunadi, H., Margo, A., Burhan, L., 1991, Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian
lepasan, Hipokrates, Jakarta.
Grant, A.A., Heath, J.R., and Cord, J.F., 2005, Complete Prosthodontics Problem,
Diagnosis, and Management, Wolfe, New York.
Jahongiri, L., Moghadham, M., Choi, M., and Fergusm, M. 2011.Clinical
Cases inProsthodontics (Terj). Singapore: Blackwell Publishing
Jones, J.D., Garcia, L.T., 2009, Removable partial dentures: a clinician’s guide,
Wiley-Blackwell, Iowa.
Seals, R.R.,Jones, J.D., 2003, Evidence Based Practice in Removable
Prosthosontics, Texas Dent, J., 12 (12):1138.
Tamin, H.Z., Zulkarnain, M., Ariyani, 2012, Bahan ajar ilmu gigi tiruan Sebagian
lepasan, Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas
Sumatera Utara, Medan.
The Academy of Denture Prosthetics, 2005, The Glossary of Prosthodontic Terms,
J Prosthet Dent: 31-68.

Anda mungkin juga menyukai