Supervisor:
drg Aris Aji Kurniawan, M.H.
Disusun oleh:
Jatmiko Yudo Nugroho, S.KG
G4B016041
2020
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)
A. Gambaran umum
Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) atau removable partial denture
merupakan gigi tiruan yang digunakan untuk menggantikan satu atau lebih
gigi beserta jaringan sekitar di bawahnya. Penggunaan GTSL dapat dilakukan
sendiri oleh pasien, baik ketika memasukkan ataupun mengeluarkan dari
rongga mulut. GTSL digunakan sebagai gigi tiruan karena dapat
menggantikan fungsi gigi asli yang telah hilang, meliputi fungsi mastikasi,
estetik, fonetik, serta dapat mempertahankan jaringan mulut yang masih ada
agar tetap sehat. Penggunaan GTSL difungsikan untuk mencegah terjadinya
migrasi pada gigi akibat adanya gigi yang hilang dan dapat meningkatkan
distribusi beban kunyah (Gunadi dkk., 2012).
B. Indikasi
Penggunaan GTSL dapat dilakukan pada beberapa indikasi tertentu,
diantaranya yaitu (Gunadi, dkk., 2012):
1. Keadaan hilangnya gigi dengan area edentulous yang panjang,
2. Adanya resorpsi atau kerusakan tulang alveolar yang parah,
3. Tidak adanya gigi penyangga untuk gigi tiruan cekat,
4. Jaringan periodontal yang ada tidak mampu untuk mendukung gigi tiruan
cekat,
5. Kebutuhan untuk perawatan immediate setelah pencabutan gigi,
6. Pertimbangan biaya yang lebih murah dan keinginan pasien
C. Kontra Indikasi
kontraindikasi dari perawatan GTSL yaitu (Gunadi, dkk., 2012):
1. Adanya kasus rampant caries dan penyakit periodontal seperti
aggressive periodontitis
2. Oral hygiene (OH) pasien buruk
3. Pasien tidak kooperatif
4. Pasien tidak bersedia dalam hal ini kemungkinan dipengaruhi faktor
estetik
5. Kondisi gigi penyangga atau gigi abudment yang diharapkan tidak
sehat atau tidak cukup kuat sebagai gigi penyangga seperti pada gigi
dengan perawatan saluran akar
6. Adanya penurunan tulang alveolar yang ekstrim
7. Adanya bad habit seperti bruxism
E. Klasifikasi
1. Klasifikasi gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) berdasarkan waktu
pemasangannya yaitu (Bakar, 2012):
a. Konvensional : tidak segera dipasang setelah pencabutan
b. Immediate : dipasang segera setelah pencabutan
2. Klasifikasi gigi tiruan sebagian lepasan berdasarkan bahan pembuat yaitu
(Anusavice, 2004; Bakar, 2012):
a. Acrylic denture : dikenal pula sebagai polymethyl methacrylate
(PMMA). Bahan ini merupakan sejenis polimer yang non-
biodegradable namun memiliki sifat biocompability yang tergolong
tinggi. Bahan ini pun tergolong bersifat plastis sehingga memudahkan
untuk dibentuk dan memiliki varian warna diantaranya warna yang
menyerupai mukosa rongga mulut serta termasuk mudah didapat
sehingga menjadi salah satu bahan yang masih banyak digunakan dalam
pembuatan GTSL ini. Kerusakan GTSL yang dibentuk dari bahan ini
tergolong dapat diperbaiki. Kelemahan bahan ini diantaranya dapat
berubah warna seperti pada pasien yang rutin mengonsumsi kopi dan
adanya beberapa kasus alergi karena penggunaannya.
b. Vulcanite denture : bahan plastis dari karet yang ditambahkan sulfur
yang akan mengeras ketika dipanaskan. Vulkanit digunakan sebagai
basis protesa sebelum akrilik ditemukan.
c. Frame denture: terdapat frame work yang merupakan bagian kerangka
logam dari protesa gigi sebagai tempat melekatnya protesa-protesa gigi.
Kerangka logam tersebut hanya menutupi sebagian kecil jaringan lunak
dimana ia umumnya terdiri dari basis, konektor, dan penahan
d. Valplast (flexi): merupakan bahan dasar yang terdiri dari nilon
termoplastik. Termoplastik adalah bahan yang menjadi plastik dibawah
tekanan dan panas sementara pada suhu ruang justru bersifat keras.
Bahan ini bersifat fleksibel, tidak mempunyai cengkram logam dan
ringan serta transparan yang kemudian menghasilkan penampilan alami
dengan estetika yang memuaskan. Bahan ini bersifat bebas monomer
dan hipoalergik yang menjadikannya alternatif bagi pasien yang alergi
akrilik, nilon ataupun logam. Biasanya digunakan untuk kasus
klasifikasi Kennedy Kelas 1 dan Kelas 2.
3. Klasifikasi GTSL berdasarkan jaringan pendukung yaitu (Gunadi, 2012):
a. Tooth supported : geligi tiruan dengan dukungan seluruhnya berasal
dari gigi sehingga beban kunyah akan disalurkan pada gigi yang masih
ada. Geligi tiruan ini dikenal dengan istilah tooth borne partial denture
atau tooth supported partial denture. Contohnya pada gigi tiruan cekat
dan removable bridge.
b. Tissue supported : geligi tiruan mendapatkan seluruh dukungan dari
jaringan disekitarnya yang dikenal pula dengan istilah tissue borne
partial denture atau tissue supported partial denture. Contohnya pada
gigi tiruan penuh.
c. Geligi Tiruan Dukungan Kombinasi : dikenal pula dengan istilah tooth
tissue borne partial denture ataupun geligi tiruan sebagian dengan
perluasan distal (distal extention partial denture).
4. Klasifikasi GTSL berdasarkan letak sadel (bagian protesa yang berhadapan
dengan jaringan lunak dibawahnya) yaitu (Gunadi, 2012):
a. Berujung tertutup (bounded=paradental) yang pada kedua ujungnya
atau sisinya dibatasi gigi asli yang terbagi menjadi anterior tooth
supported case dan all tooth supported case
b. Free end supported case biasanya ditemukan pada bagian posterior
yang gigi aslinya hanya membatasi di salah satu sisi aja.
F. Komponen
1. Retainer
Retainer merupakan bagian GTSL yang berfungsi memberikan retensi
dan menahan protesa tetap pada tempatnya. Retainer dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu direct retainer dan indirect retainer.
a. Direct retainer
Direct retainer merupakan bagian yang berkontak langsung dengan
gigi penyangga dan dapat berupa clasp atau cengkeram.
1) Menurut Konstruksinya
Cengkeram atau klamer kawat dapat terbuat dari bahan aloi
nikel kromium atau stainless steel. Jenis kawat yang dipakai
untuk cengkeram anterior memiliki diameter 0,7 mm,
sedangkan untuk cengkeram posterior diameter 0,8 mm.
Terdapat beberapa syarat cengkeram kawat, sebagai berikut.
a) Kontak cengkeram dengan gigi penyangga secara kontinu,
b) Lengan cengkeram harus melewati garis survei (1-2 mm di
atas tepi gingiva),
c) Badan cengkeram sirkumferensial harus terletak di atas titik
kontak gigi penyangga,
d) Sandaran dan badan tidak mengganggu oklusi dan
artikulasi,
e) Ujung lengan cengkeram harus dibulatkan dan tidak boleh
melukai jaringan lunak,
f) Tidak ada tanda bekas tang pada permukaan cengkeram
(Gunadi dkk., 2012).
Penggunaan cengkeram kawat memiliki beberapa keuntungan,
diantaranya, lentur, retensinya sesuai kebutuhan, diameter
dapat kecil sehingga estetis baik, penutupan permukaan gigi
lebih minim dibandingkan klamer tuang, indiasi luas dan teknik
pembuatan mudah. Kerugian penggunaan cengkeram kawat
diantaranya, mudah mengalami distorsi, mudah patah,
dukungan kurang memuaskan, dan tidak mampu menahan gaya
horizontal. Cengkeram kawat dibedakan menjadi cengkeram
oklusal dan gingiva (Gunadi dkk., 2012).
a) Cengkeram kawat oklusal
i) Cengkeram tiga jari
ii) Cengkeram dua jari
iii) Cengkeram Jackson
iv) Cengkeram setengah Jackson
v) Cengkeram S
vi) Cengkeram panah
vii) Cengkeram Adam
viii) Cengkeram rush anker
b) Cengkeram kawat gingiva
i) Cengkeram Meacock
ii) Cengkeram panah Anker
iii) Cengkeram penahan bola
iv) Cengkeram C
2) Menurut desainnya
a) Cengkeram sirkumferensial (circumferential clasp)
b) Cengkeram batang (bar type clasp)
3. Pembuatan Cengkram
Cengkram merupakan bagian dari GTSL yang terbuat dari kawat
khusus atau kawat klamer atau dari logam yang berfungsi sebagai retensi
pada gigi penyangga, stabilisasi, dan support bagi GTSL tersebut (Gunadi
dkk, 2012). Prinsip dari desain cengkram adalah (Hartono dkk, 2000):
a. Pemelukan .
b. Pengimbangan.
c. Retensi tergantung dari:
1) Besar undercut yang ditempati lengan cengkram.
2) Penampang lengan cengkram.
3) Panjang lengan cengkram.
4) Arah datang lengan menuju gerong.
d. Stabilisasi.
e. Dukungan.
Menurut Gunadi dkk (2012), cengkram dibagi menjadi beberapa
macam yaitu:
a. Kelompok cengkram kawat oklusal:
1) Cengkram tiga jari.
2) Cengkram jackson/ full jackson.
3) Cengkram setengah jackson.
4) Cengkram S.
5) Cengkram panah.
6) Cengkram adam.
7) Rush anker crib.
b. Kelompok cengkram gingival:
1) Cengkram mecock.
2) Cengkram panah anker.
3) Cengkram penahan bola.
4) Cengkram C/ half jackson gingival/ gillet.
4. Pembuatan Lempeng Gigit (Base Plate) dan Galangan Gigit (Bite Rim)
Pembuatan lempeng gigit dan galangan gigit berfungsi menentukan
hubungan relasi antara rahang atas dan rahang bawah dan informasi lain
yang diperlukan. Lempeng gigit terbuat dari akrilik sedangkan galangan
gigit terbuat dari malam. Pada pembuatan tahapan ini sesuaikan dengan
ukuran yang ditentukan yaitu (Gunadi dkk, 2012):
a. Tingginya lebih tinggi dari gigi tetangganya (1-2mm).
b. Lebar sesuai dengan gigi yang akan diganti.
c. Permukaan oklusal datar.
d. Dirapikan dan dihaluskan dengan permukaan bukal mengkuti lengkung
bukal gigi yang masih ada.
Setelah itu, lanjutkan dengan menyusun oklusi yang fungsional dan
harmonis berdasarkan oklusi sentrik yang baik dan benar. Oklusi sentrik
merupakan kontak bidang oklusal gigi pada rahang atas dan bawah secara
mengunci dengan posisi kondilus berada pada posisi paling belakang dari
fosa glenoid. Kontak oklusi yang diharapkan pada GTSL adalah (Devenport
dkk, 198):
a. Pada oklusi sentrik harus terjadi kontak bilateral serentak pada semua
geligi posterior berantagonis.
b. Pada protesa dukungan gigi, oklusi boleh disusun seperti oklusi harmonis
pada geligi asli.
c. Pada GTSL bilateral dengan perluasan distal pada rahang atas sedapat
mungkin diupayakan terjadi kontak serentak pada sisi kerja maupun sisi
pengimbang.
10. Remounting
Remounting adalah suatu prosedur pemasangan kembali geligi dalam
artikulator yang bertujuan untuk mengkoreksi hubungan oklusi yang tidak
harmonis dari geligi tiruan yang baru selesai diproses. Setiap perubahan
dalam hubungan kontak oklusal dari geligi tiruan setelah selesai diproses,
harus diperbaiki dengan mengembalikan geligi tiruan akrilik beserta model
kerjanya pada articulator sebelum geligi tiruan akrilik beserta model
kerjanya pada artikulator sebelum geligi tiruan akrilik dilepaskan dari model
kerjanya (Thomson, 2007).
H. Resume Kasus
1. Anamnesis
a. CC: pasien laki-laki berusia 32 tahun datang ke RSGM Unsoed dengan
keluhan ingin dibuatkan gigi tiruan pada gigi yang telah hilang karena
dilakukan pencabutan.
b. PI: pasien tidak mengeluhkan rasa sakit pada ruang bekas pencabutan.
Pasien tidak pernah menggunakan gigi tiruan sebelumnya.
c. PDH: pernah dilakukan pencabutan gigi 1 tahun yang lalu.
d. PMH: tidak ada kelainan.
e. FH: tidak ada kelainan.
f. SH: pasien seorang wiraswasta.
2. Pemeriksaan keadaan umum
Pasien datang dalam keadaan compos mentis. Tekanan darah: 110/80
mmHg, nadi: 80x/menit, suhu: 36°, pernapasan: 20x/menit.
3. Pemeriksaan klinis
a. Pemeriksaan ektraoral
1) Bentuk wajah: Lonjong (ovoid)
2) Profl muka: cembung
3) Pupil: simetris, movable in all direction
4) Tragus: simetris
5) Hidung: normal, bernapas melalui hidung
6) Bibir atas: kompeten, tebal
7) Bibir bawah: kompeten, tebal
8) Sending rahang:
Kanan: normal
Kiri: normal
Deviasi: tidak ada
Trismus: tidak ada
9) Kelainan lain: tidak ada
b. Pemeriksaan intraoral
1) Saliva : kuantitas normal, kualitas normal
2) Lidah : ukuran normal, posisi normal, mobilitas
normal
3) Refleks muntah : tidak ada
4) Mukosa mulut : tidak ada kelainan
5) Kebiasaan buruk : tidak ada
6) Vestibulum : RA sedang, RB sedang
7) Prosessus alveolaris :
Rahang atas :
Bentuk : oval
Ketinggian : sedang
Tahanan jaringan : rendah
Bentuk permukaan : rata
Rahang bawah :
Bentuk : oval
Ketinggian : rendah
Tahanan jaringan : rendah
Bentuk permukaan : rata
Relasi rahang : normal
8) Frenulum :
Labialis superior : sedang
Bukalis superior kanan : sedang
Bukalis superior kiri : sedang
Labialis inferior : sedang
Labialis inferior kanan : sedang
Labialis inferior kiri : sedang
Lingualis : sedang
9) Palatum :
Bentuk : kuadratik
Kedalaman : sedang
Torus palatina : tidak ada
Palatum mole : normal
10) Tuberositas maksila : sedang
11) Ruang retromilihioid: sedang
12) Bentuk lengkung rahang: U-form
13) Lain-lain: tidak ada
4. Dokumentasi area edentoulus
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, K.J., 2004, Philips: Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Edisi 10, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Bakar, A., 2012, Kedokteran Gigi Klinis, Quantum Sinergis Media, Yogyakarta.
Devenport, J.C., Basker, R.M., Heath, J.R., Ralph, J.P., 1998, A Colour Atlas of
Removable Partial Dentures, Wolfe Medical Publication, London.
Gunadi, H.A., Margo, A., Burhan, L.K., Suryatenggara, F., Setiabudi, Edisi I.,
2012, Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan, Hipokrates, Jakarta.
Gunadi, H.A., Margo, A., Burhan, L.K., Suryatenggara, F., Setiabudi, Edisi II.,
2012, Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan, Hipokrates, Jakarta.
Hartono, R., Kosasih, A., Hidayat, H., Morganelli, J.C., 2000, Estetik dan
Prostetik Mutakhir Kedokteran Gigi, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Thomson, Hamish, 2007, Oklusi Edisi 2, Alih bahasa: T. Suta, Lilian Juwono,
EGC, Jakarta.