Anda di halaman 1dari 29

RESUME KASUS KLINIK

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Supervisor:
drg Aris Aji Kurniawan, M.H.

Disusun oleh:
Jatmiko Yudo Nugroho, S.KG
G4B016041

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI
PURWOKERTO

2020
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

A. Gambaran umum
Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) atau removable partial denture
merupakan gigi tiruan yang digunakan untuk menggantikan satu atau lebih
gigi beserta jaringan sekitar di bawahnya. Penggunaan GTSL dapat dilakukan
sendiri oleh pasien, baik ketika memasukkan ataupun mengeluarkan dari
rongga mulut. GTSL digunakan sebagai gigi tiruan karena dapat
menggantikan fungsi gigi asli yang telah hilang, meliputi fungsi mastikasi,
estetik, fonetik, serta dapat mempertahankan jaringan mulut yang masih ada
agar tetap sehat. Penggunaan GTSL difungsikan untuk mencegah terjadinya
migrasi pada gigi akibat adanya gigi yang hilang dan dapat meningkatkan
distribusi beban kunyah (Gunadi dkk., 2012).

B. Indikasi
Penggunaan GTSL dapat dilakukan pada beberapa indikasi tertentu,
diantaranya yaitu (Gunadi, dkk., 2012):
1. Keadaan hilangnya gigi dengan area edentulous yang panjang,
2. Adanya resorpsi atau kerusakan tulang alveolar yang parah,
3. Tidak adanya gigi penyangga untuk gigi tiruan cekat,
4. Jaringan periodontal yang ada tidak mampu untuk mendukung gigi tiruan
cekat,
5. Kebutuhan untuk perawatan immediate setelah pencabutan gigi,
6. Pertimbangan biaya yang lebih murah dan keinginan pasien

C. Kontra Indikasi
kontraindikasi dari perawatan GTSL yaitu (Gunadi, dkk., 2012):
1. Adanya kasus rampant caries dan penyakit periodontal seperti
aggressive periodontitis
2. Oral hygiene (OH) pasien buruk
3. Pasien tidak kooperatif
4. Pasien tidak bersedia dalam hal ini kemungkinan dipengaruhi faktor
estetik
5. Kondisi gigi penyangga atau gigi abudment yang diharapkan tidak
sehat atau tidak cukup kuat sebagai gigi penyangga seperti pada gigi
dengan perawatan saluran akar
6. Adanya penurunan tulang alveolar yang ekstrim
7. Adanya bad habit seperti bruxism

D. Penentuan kehilangan gigi menurut Kennedy


Penentuan kehilangan gigi menurut Kennedy terbagi menjadi empat
macam keadaan, yaitu:
1. Kelas I : Daerah tak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang
masih ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral).
2. Kelas II : Daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada, tapi hanya pada salah satu sisi (unilateral).
3. Kelas III : Daerah tak bergigi terletak diantara gigi-gigi yang masih ada di
bagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.
4. Kelas IV : Daerah yang tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-
gigi yang masih ada dan melewati garis tengah rahang.

Kemudian klasifikasi Kennedy dilakukan modifikasi oleh Applegate,


melihat bahwa pembuatan desain gigi tiruan sebagian lepasan hendaknya
didasarkan pada sebanyak mungkin tanda-tanda klinis dan prinsip biomekanis,
karena keadaan-keadaan ini bersangkutan dengan cara memperoleh dukungan
untuk protesa yang akan dibuat. Oleh karena itu, Applegate memodifikasi
klasifikasi Keneddy menjadi Applegate-Kennedy. Klasifikasi Applegate-
Kennedy:

1. Kelas I : Daerah yang tak bergigi sama dengan klasifikasi Kennedy


(bilateral free end). Keadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah dan
biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi.
2. Kelas II : Daerah yang tak bergigi sama dengan kelas II Kennedy
(unilateral free end)
3. Kelas III : Daerah yang tak bergigi paradental dengan kedua gigi
tetangganya tidak lagi mampu memberi dukungan kepada gigi tiruan
secara keseluruhan (abutment).
4. Kelas IV : Daerah tak bergigi sama dengan kelas IV Kennedy, daerah
tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis median.
5. Kelas V : Daerah tak bergigi para dental, dimana gigi tetangga anterior
tidak dapat dipakai sebagai gigi penyangga atau tak mampu menahan gaya
kunyah.
6. Kelas VI : Daerah yang tak bergigi para dental dengan kedua gigi
penyangga dapat digunakan sebagai penahan.

Selain ke enam kelas tersebut, klasifikasi Aplegate Kennedy mengenal


juga modifikasi untuk daerah tak bergigi tambahan. Bila tambahan ini terletak
di anterior, maka disebut kelas.... modifikasi A. Pada penambahan yang
terletak di posterior, sebutan menjadi kelas ... modifikasi P. Sedangkan untuk
penambahan ruangan yang lebih dari satu, dimuka huruf petunjuk modifikasi.
Diberi tambahan angka arab sesuai jumlahnya. Contoh: Kelas II Modifikasi
2A (atau 1P atau 2A dan 3P dan seterusnya).
Dalam penentuan klasifikasi Kennedy, terdapat peraturan-peraturan
tertentu yang harus di perhatikan, antara lain (Applegate, 1960):
1. Klasifikasi yang diikuti pencabutan gigi yang mengubah klasifikasi
sebelumnya
2. Jika M3 tidak ada, maka M3 tersebut tidak diperhitungkan dalam
klasifikasi.
3. Jika M3 ada dan dapat digunakan sebagai penyangga, maka harus
diperhitungkan dalam klasifikasi
4. Jika M2 tidak ada dan tidak diganti maka tidak dipertimbangkan dalam
klasifikasi
5. Kebanyakan daerah tidak bergigi pada bagian belakang selalu menentukan
dalam klasifikasi.
6. Daerah tidak bergigi selain menentukan klasifikasi juga menenujukan
adanya modifikasi dan direncanakan pada daerah tidak bergigi
7. Luasnya modifikasi ini tidak menjadi pengaruh, hanya jumlahnya yang
menentukan
8. Tidak ada modifikasi untuk lengkung kelas IV.

E. Klasifikasi
1. Klasifikasi gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) berdasarkan waktu
pemasangannya yaitu (Bakar, 2012):
a. Konvensional : tidak segera dipasang setelah pencabutan
b. Immediate : dipasang segera setelah pencabutan
2. Klasifikasi gigi tiruan sebagian lepasan berdasarkan bahan pembuat yaitu
(Anusavice, 2004; Bakar, 2012):
a. Acrylic denture : dikenal pula sebagai polymethyl methacrylate
(PMMA). Bahan ini merupakan sejenis polimer yang non-
biodegradable namun memiliki sifat biocompability yang tergolong
tinggi. Bahan ini pun tergolong bersifat plastis sehingga memudahkan
untuk dibentuk dan memiliki varian warna diantaranya warna yang
menyerupai mukosa rongga mulut serta termasuk mudah didapat
sehingga menjadi salah satu bahan yang masih banyak digunakan dalam
pembuatan GTSL ini. Kerusakan GTSL yang dibentuk dari bahan ini
tergolong dapat diperbaiki. Kelemahan bahan ini diantaranya dapat
berubah warna seperti pada pasien yang rutin mengonsumsi kopi dan
adanya beberapa kasus alergi karena penggunaannya.
b. Vulcanite denture : bahan plastis dari karet yang ditambahkan sulfur
yang akan mengeras ketika dipanaskan. Vulkanit digunakan sebagai
basis protesa sebelum akrilik ditemukan.
c. Frame denture: terdapat frame work yang merupakan bagian kerangka
logam dari protesa gigi sebagai tempat melekatnya protesa-protesa gigi.
Kerangka logam tersebut hanya menutupi sebagian kecil jaringan lunak
dimana ia umumnya terdiri dari basis, konektor, dan penahan
d. Valplast (flexi): merupakan bahan dasar yang terdiri dari nilon
termoplastik. Termoplastik adalah bahan yang menjadi plastik dibawah
tekanan dan panas sementara pada suhu ruang justru bersifat keras.
Bahan ini bersifat fleksibel, tidak mempunyai cengkram logam dan
ringan serta transparan yang kemudian menghasilkan penampilan alami
dengan estetika yang memuaskan. Bahan ini bersifat bebas monomer
dan hipoalergik yang menjadikannya alternatif bagi pasien yang alergi
akrilik, nilon ataupun logam. Biasanya digunakan untuk kasus
klasifikasi Kennedy Kelas 1 dan Kelas 2.
3. Klasifikasi GTSL berdasarkan jaringan pendukung yaitu (Gunadi, 2012):
a. Tooth supported : geligi tiruan dengan dukungan seluruhnya berasal
dari gigi sehingga beban kunyah akan disalurkan pada gigi yang masih
ada. Geligi tiruan ini dikenal dengan istilah tooth borne partial denture
atau tooth supported partial denture. Contohnya pada gigi tiruan cekat
dan removable bridge.
b. Tissue supported : geligi tiruan mendapatkan seluruh dukungan dari
jaringan disekitarnya yang dikenal pula dengan istilah tissue borne
partial denture atau tissue supported partial denture. Contohnya pada
gigi tiruan penuh.
c. Geligi Tiruan Dukungan Kombinasi : dikenal pula dengan istilah tooth
tissue borne partial denture ataupun geligi tiruan sebagian dengan
perluasan distal (distal extention partial denture).
4. Klasifikasi GTSL berdasarkan letak sadel (bagian protesa yang berhadapan
dengan jaringan lunak dibawahnya) yaitu (Gunadi, 2012):
a. Berujung tertutup (bounded=paradental) yang pada kedua ujungnya
atau sisinya dibatasi gigi asli yang terbagi menjadi anterior tooth
supported case dan all tooth supported case
b. Free end supported case biasanya ditemukan pada bagian posterior
yang gigi aslinya hanya membatasi di salah satu sisi aja.
F. Komponen
1. Retainer
Retainer merupakan bagian GTSL yang berfungsi memberikan retensi
dan menahan protesa tetap pada tempatnya. Retainer dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu direct retainer dan indirect retainer.
a. Direct retainer
Direct retainer merupakan bagian yang berkontak langsung dengan
gigi penyangga dan dapat berupa clasp atau cengkeram.
1) Menurut Konstruksinya
Cengkeram atau klamer kawat dapat terbuat dari bahan aloi
nikel kromium atau stainless steel. Jenis kawat yang dipakai
untuk cengkeram anterior memiliki diameter 0,7 mm,
sedangkan untuk cengkeram posterior diameter 0,8 mm.
Terdapat beberapa syarat cengkeram kawat, sebagai berikut.
a) Kontak cengkeram dengan gigi penyangga secara kontinu,
b) Lengan cengkeram harus melewati garis survei (1-2 mm di
atas tepi gingiva),
c) Badan cengkeram sirkumferensial harus terletak di atas titik
kontak gigi penyangga,
d) Sandaran dan badan tidak mengganggu oklusi dan
artikulasi,
e) Ujung lengan cengkeram harus dibulatkan dan tidak boleh
melukai jaringan lunak,
f) Tidak ada tanda bekas tang pada permukaan cengkeram
(Gunadi dkk., 2012).
Penggunaan cengkeram kawat memiliki beberapa keuntungan,
diantaranya, lentur, retensinya sesuai kebutuhan, diameter
dapat kecil sehingga estetis baik, penutupan permukaan gigi
lebih minim dibandingkan klamer tuang, indiasi luas dan teknik
pembuatan mudah. Kerugian penggunaan cengkeram kawat
diantaranya, mudah mengalami distorsi, mudah patah,
dukungan kurang memuaskan, dan tidak mampu menahan gaya
horizontal. Cengkeram kawat dibedakan menjadi cengkeram
oklusal dan gingiva (Gunadi dkk., 2012).
a) Cengkeram kawat oklusal
i) Cengkeram tiga jari
ii) Cengkeram dua jari
iii) Cengkeram Jackson
iv) Cengkeram setengah Jackson
v) Cengkeram S
vi) Cengkeram panah
vii) Cengkeram Adam
viii) Cengkeram rush anker
b) Cengkeram kawat gingiva
i) Cengkeram Meacock
ii) Cengkeram panah Anker
iii) Cengkeram penahan bola
iv) Cengkeram C
2) Menurut desainnya
a) Cengkeram sirkumferensial (circumferential clasp)
b) Cengkeram batang (bar type clasp)

3) Menurut arah datang lengan


a) Cengkeram oklusal
b) Cengkeram gingiva

b. Indirect retainer, merupakan bagian yang berfungsi untuk


mengimbangi gerakan rotasi dan pemindahan gigi tiruan. Gerakan
rotasi apabila basis berotasi pada sandaran yang tetap pada tempatnya,
sedangkan gerakan pemindahan apabila sandaran oklusal bergerak dan
terangkat sehingga protesa terlepas. Penggunaan indirect retainer
berfungsi untuk mencegah pergerakan basis berujung bebas menjauhi
lingir sisa, mengurangi gaya torsional dalam arah antero-posterior pada
gigi penyangga, menambah stabilisasi, membantu splinting gigi
anterior, dan mencegah konektor utama tertekan pada jaringan. Berikut
macam bentuk indirect retainer.
1) Anterior
a) Gigi
i) Sandaran oklusal, merupakan sandaran oklusal yang tidak
terletak pada penyangga utama.
ii) Daerah modifikasi
iii) Batang lingual sekunder (Kennedy bar/continuous
clasp/lingual apron), berfungsi untuk memberi tahanan
tidak langsung, membantu menyalurkan tekanan kunyah,
memberi dukungan protesa, dan menambah kekuatan
konektor mayor.
iv) Cummer arm
b) Palatum
i) Dukungan rugae, dengan melakukan penutupan rugae
apabila kedudukan mukosa rugae padat.
ii) Batang anterior-posterior
iii) Batang horse shoe
2) Posterior
a) Gigi, meliputi sandaran oklusal sekunder
b) Palatum
i) Batang palatal posterior, digunakan pada kasus kehilangan
gigi Kennedy kelas IV rahang atas,
ii) Perluasan basis
c) Lingir sisa, meliputi retensi direct-indirect (Gunadi dkk.,
2012).
2. Rests
Rests atau sandaran merupakan bagian GTSL yang bersandar pada
permukaan gigi penyangga, memiliki fungsi untuk memberikan dukungan
vertikal. Sandaran ditempatkan permukaan gigi yang dipreparasi sebagai
kedudukan sandaran (rest seat or recess). Sandaran dapat dibedakan
menjadi sandaran posterior dan anterior.
a. Sandaran posterior
Sandaran gigi posterior memiliki fungsi untuk menyalurkan dan
membagi gaya atau tekanan oklusal, menahan lengan cengkeram tetap
pada tempat, mencegah ekstruksi gigi, dan mencegah terjebaknya sisa
makanan antara cengkeram atau basis. Berikut jenis sandaran
posterior, diantaranya.
1) Oklusal
Sandaran oklusal ditempatkan pada gigi premuloar dan molar yang
telah dipreparasi. Sandaran oklusal berbentuk spoon shaped
dengan sudut antara sandaran oklusal dengan konektor minor <90 o
untuk menghindari timbulnya gaya ortodontik. Kedudukan
sandaran oklusal berukuran mesiodistal 2,5-3 mm, bukolingual 3-
3,5 mm, dan tebal 1-1,5 mm.
2) Internal
Sandaran oklusal internal digunakan hanya pada GTSL yang
seluruhnya didukung gigi. Sandaran internal berfungsi sebagai
dukungan oklusal dan stabilisasi horizontal. Sandaran internal
harus terletak sejajar dengan arah pemasangan protesa.
3) Onlay
Sandaran onlay merupakan sandaran oklusal yang diperluas hingga
menutupi sebagian besar permukaan oklusal gigi penyangga.
Sandaran onlay dapat dibuat dari logam tuang atau dengan
kombinasi resin akrilik, hasilnya memiliki estetik yang baik namun
mudah aus, selain itu karies pada sandaran onlay mudah
berkembang. Sandaran onlay dapat memperbaiki dimensi vertikal
dan mengurangi gaya lateral.
4) Kail embrasur
Sandaran kail embrasur dibuat dengan melewati dua embrasur gigi
asli dan menutupi permukaan oklusal.
b. Sandaran anterior
1) Singulum
Sandaran singulum dari segi mekanik lebih baik dibandingkan
dengan sandaran insisal karena letaknya lebih dekat pada pusat
rotasi gigi. Sandaran singulum ditempatkan di atas singulum gigi,
tidak terlihat dan tidak mengganggu lidah. Sandaran singulum
berukuran bukolingual 2,5 mm dan tebal 2 mm.
2) Insisal
Sandaran insisal disebut juga dengan embrasure hook ditempatkan
pada sudut insisal gigi anterior dengan preparasi mencapai enamel.
Sandaran insisal berukuran mesiodistal 3 mm dan vertikal 2 mm.
3) Restorasi
4) Lingual sirkumferensial (Gunadi dkk., 2012).
3. Konektor
a. Konektor mayor
Konektor mayor atau konektor utama merupakan komponen GTSL
yang menghubungkan bagian protesa yang terletak pada satu sisi rahang
dengan satu sisi lainnya. Terdapat empat syarat konektor mayor, yaitu
rigid, sehingga gaya yang bekerja pada protesa dapat disalurkan ke seluruh
bagian, lokasi konektor tidak mengganggu jaringan, serta tepi konektor
tidak menekan dan harus membulat tidak tajam. Konektor mayor dapat
dibedakan menjadi konektor mayor maksila dan mandibula.
1) Konektor mayor maksila
a) Batang palatal tunggal (single palatal bar), terletak pada
bagian tengah palatum, indikasi pada kasus kehilangan satu
atau dua gigi pada setiap sisi rahang, daerah tak bergigi
berujung tertutup, dan kebutuhan dukungan palatum minimal.
b) Plat palatal bentuk U, disebut juga dengan konektor palatum
tapal kuda. Indikasi pemakaian pada kasus kehilangan satu atau
lebih gigi anterior atau posterior atas, adanya torus palatinus
luas, dan perlunya splint gigi anterior.
c) Batang palatal ganda (double palatal bar), indikasi pemakaian
pada semua kelas Kennedy, terutama kelas II dan IV, pada gigi
penyangga anterior dan posterior yang terpisah jauh.
d) Plat palatal penuh (full palatal coverage), memiliki fungsi
memberikan dukungan maksimal bagi gigi tiruan. Indikasi
pemakaian pada kasus kelas I dan II Kennedy dan pada kasus
tanpa adanya torus palatinus.
2) Konektor mayor mandibula
a) Batang lingual, konektor mandibula paling sederhana. Tepi
inferior batang lingual tidak boleh mengganggu jaringan
sekitar.
b) Batang lingual ganda, indikasi pemakaian pada kasus gigi
depan bebas perawatan periodontal dan pada kasus dengan
celah interproksimal besar.
c) Plat lingual, memiliki kekurangan dapat menghalangi stimulasi
fisiologik jaringan gingiva bagian lingual dan self cleansing
menjadi terganggu. Indikasi pemakaian pada kasus dengan
frenulum lingualis tinggi, torus mandibular besar, pasien
dengan indirect retainer, pasien perlu stabilisasi gigi anterior.
d) Batang labial, indikasi pemakaian apabila terdapat gigi yang
terlalu miring ke lingual, torus mandibula tidak dapat dikoreksi
dan pada kasus dengan banyak undercut jaringan lunak sisi
lingual (Gunadi dkk., 2012).
b. Konektor minor
Konektor minor merupakan komponen GTSL yang
menghubungkan antara konektor mayor dengan basis atau klamer atau
indirect retainer atau sandaran oklusal. Konektor minor dapat berfungsi
untuk menyalurkan tekanan fungsional ke gigi penyangga. Syarat konektor
minor harus rigid, biasanya diletakkan pada daerah embrasur gigi dan
berbentuk lancip ke arah gigi penyangga (Gunadi dkk., 2012).
4. Anasir gigi
Anasir gigi merupakan bagian GTSL yang berfungsi untuk
menggantikan gigi asli yang hilang. Pemilihan anasir gigi perlu
memperhatikan beberapa faktor tertentu, diantaranya.
a. Ukuran, meliputi panjang gigi dan lebar gigi. Panjang gigi dapat
diketahui dari bertambahnya usia yang menyebabkan permukaan
insisal aus sehingga mahkota klinis menjadi lebih pendek, panjang
bibir atas yang pendek sehingga gigi depan terlihat sampai
setengahnya, kedalaman overbite yang dalam cenderung menyebabkan
gigi anterior terlihat, dan garis tertawa yang dapat memperlihatkan 2/3
panjang gigi. Lebar gigi menurut John H. Lee bahwa jarak antara
kedua ujung tonjol kaninus atas sesuai dengan lebar hidung, menurut
Sears, ukuran enam gigi anterior atas sama dengan 1/3 jarak bi-
zigomatikus, sedangkan lebar gigi insisif sentral seperdelapan
belasnya.
b. Bentuk, meliputi bentuk permukaan labial gigi depan, garis luar distal
gigi, dan garis luar mesial gigi. Permukaan labial yang konveks gigi
akan tampak lebih kecil, gigi dengan sudut distal besar akan tampak
lebih kecil, dan garis mesial konkaf akan membuat gigi lebih kecil.
Selain itu, bentuk gigi perlu memperhatikan bentuk muka agar
harmonis
c. Jenis kelamin, pria memiliki garis luar gigi depan atas bersudut lebih
tajam disebut kuboidal, sedangkan wanita garis luar gigi berbentuk
kurve disebut spheroidal.
d. Tekstur permukaan, memperhatikan estetik, meliputi garis retak,
daerah hipoplasia, groove, dan sebagainya.
e. Warna, dapat mempengaruhi posisi, bentuk, dan kesan hidupnya gigi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan warna anasir
gigi diantaranya, lingkungan kamar praktek meliputi sifat sinar,
sumber cahaya, pakaian dan warna kamar, serta perhatian kondisi
pasien.
f. Bahan elemen, biasanya terbuat dari bahan porselen atau plastik
(Gunadi dkk., 2012; Nallaswamy dkk., 2003).
5. Basis
Basis merupakan bagian GTSL yang mendukung elemen gigi
tiruan dan berfungsi untuk menggantikan tulang alveolar yang hilang.
Selain itu, basis berfungsi untuk meneruskan tekanan oklusal ke jaringan
periodontal dan gigi penyangga, faktor kosmetik, menstimulasi jaringan di
bawah dasar gigi tiruan atau jaringan sub basal, serta sebagai retensi dan
stabilisasi gigi tiruan. Basis gigi tiruan dapat berupa basis dukungan gigi
(bounded saddle) dan basis dukungan jaringan atau kombinasi ujung bebas
(free end). Berdasarkan bahannya, basis dapat dibedakan menjadi basis
metal dan non metal
a. Metal
Basis berbahan metal memiliki beberapa keuntungan diantaranya,
dapat menghantarkan termis, ketepatan dimensional, kekuatan
maksimal dengan ketebalan minimum, sedangkan kekurangannya
basis metal tidak dapat direkatkan kembali, warna basis tidak
harmonis, relatif lebih berat,serta teknik pembuatan yang lebih rumit
dan mahal. Indikasi pemakaian basis metal pada pasien dengan
hipersensitivitas terhadap resin akrilik, gaya kunyah abnormal, ruang
intermaksiler kecil, kasus basis dukungan gigi dengan desain
unilateral.
b. Non metal
Basis berbahan non metal salah satunya yaitu resin akrilik. Resin
akrilik memiliki beberapa keuntungan diantaranya, ringan, murah,
mudah, dapat dicekatkan kembali, dan warnanya harmonis dengan
jaringan sekitar. Kekurangan resin akrilik sebagai bahan basis
diantaranya, merupakan penghantar termis yang buruk, dimensi tidak
stabil, mudah mengalami abrasi, kalkulus mudah melekat, serta
stabilitas warna yang kurang (Gunadi dkk., 2012).
G. Tahapan Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)
Pembuatan GTSL dapat dilakukan setelah pemeriksaan dan penegakan
diagnosa pada pasien. Pemeriksaan diagnostik mulut pada sebagian gigi yang
hilang perlu dilakukan untuk mempertahankan gigi-gigi yang ada, memelihara
jaringan pendukung, serta menciptakan efek estetik yang harmonis. Pembuatan
GTSL dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut (Gunadi dkk,
2012):
1. Pencetakkan Model
Secara umum proses pencetkkan rahang pada pasien terdapat dua tahapan
pencetakkan. Tahap awal adalah pencetakkan pendaahuluan (preliminary
impression), setelah diisi dengan gypsum, dokter gigi mulai merencanakan
preparasi mulut yang harus dilakukan sebelum pasien benar-benar siap
menerima protesa. Setelah semua tindakan preparasi mulut selesai
dilaksankan yang dimulai dari pembersihan karang gigi, program kebersihan
dan kesehatan mulut, semua jaringan lunak dan keras secara klinis maupun
radiografis sehat atau pulih dari keadaan patologik yang terjadi sebelumnya.
Setelah semua preparasi tersebut selesai, selanjutnya pasien kembali
dilakukan pencetkkan utama atau kedua (master or secondary impression)
(Gunadi dkk, 2012).
a. Alat: rubber bowl, spatula, sendok cetak.
b. Bahan: bahan cetak alginate, Vaseline, dan gips stone.
c. Cara kerja: Sendok cetak berlubang yang dipilih harus sesuai dengan
ukuran rahang, melingkupi dan barjarak 4-5 mm dari bagian yang akan
dicetak. Rubber bowl diisi air sesuai takaran. Kemudian diisi bubuk
alginat sesuai petunjuk pabrik. Adonan alginat diaduk memakai spatula
dengan menekan dan memutar pada dinding bowl sampai merata, halus,
dan mengkilat. Adonan alginat segera ditempatkan ke dalam sendok
cetak. Kemudian sendok cetak berisi alginat dimasukan ke dalam rongga
mulut pasien ditekan dan ditunggu sampai alginat keras lalu dikeluarkan
dari rongga mulut pasien.
Faktor-faktor pengaruh ketidaktepatan model (Gunadi dkk, 2012):
a. Persiapan umum seperti permukaan gigi yang tdiak dipoles, adanya
lapisan eksudat pada palatum karena pasien tidak berkumur.
b. Persiapan bahan cetak dengan memperhatikan rasio, suhu, waktu
pengadukan, dan pengisian bahan cetak ke sendok cetak.
c. Pemasukan dan pengeluaran sendok cetak dengan bahan cetak yang
terlalu tipis menyebabkan cetakan mudah robek dan berubah bentuk.
d. Cetakkan yang keluar dari mulut tidak langsung diisi gypsum untuk
menjadi model studi atau model kerja karena terlalu lama disimpan
menyebabkan misalnya bahan alginat menjadi dehidrasi.

2. Survey Model Rahang


Survey model rahang adalah penentuan lokasi dan garis luar (outline)
dari kontur dan posisi gigi geligi dan jaringan sekitarnya pada model rahang
sebelum membuat desain geligi tiruan. Survey model rahang menggunakan
alat surveyor yang merupakan alat untuk menentukan kesejajaran relatif
antara dua atau lebih permukaan gigi dan atau bagian lain pada suatu model
rahang. Manfaat dari survey model rahang ini untuk memungkinkan
pembuatan geligi tiruan yang mudah dipasang dan dilepas oleh pemakainya
dan dapat menahan gaya-gaya yang cenderung melepas protesa dari
tempatnya (Devenport dkk, 1998). Kegunaan dari surveyor alat yang
digunakan untuk mensurvey model rahang adalah (Gunadi dkk, 2012):
a. Menentukan garis survey.
b. Menentukan arah pemasangan.
c. Menentukan daerah undercut.
d. Menutup daerah undercut yang tidak diperlukan.
e. Menentukan guiding plane.
f. Menentukan penempatan cengkram.
Alat yang digunakan untuk survey model rahang yaitu surveyor The
Ney. Bahan yang digunakan adalah lilin merah dan gipsum. Cara kerjanya
adalah sebagai berikut:
a. Model diletakkan dan dikunci pada meja model dengan bidang kunyah
horizontal (zero tilting).
b. Memeriksa daerah undercut.
c. Bila pada posisi ini undercut, untuk ujung tangan retentif retainer sudah
cukup baik, maka arah pemasangan dipilih tegak lurus bidang oklusl,
yaitu searah dengan tongkat vertikal.
d. Membuat garis survei pada semua permukaan gigi sandaran dan daerah
yang akan diselipi landasan memakai batang pensil (carbon marker).
e. Bila tidak ada daerah undercut yang baik, maka dilakukan tilting model
(perubahan posisi model dari horizontal). Tilting bisa ke anterior,
posterior, lateral kiri dan lateral kanan.
f. Bila pada posisi tilting diperoleh undercut yang baik, meja model dikunci
kembali dan buat garis survei terpilih.
g. Sebelum model dilepas dari meja model, terlebih dahulu dibuat tanda
agar posisi survei terakhir dapat dicari ulang. Caranya dengan tripoding,
yaitu membuat tanda tiga titik pada model dengan ketinggian yang sama,
atau dibuat garis pada bidang yang sejajar arah pemasangan, dan garis
tersebut sejajar dengan tongkat vertikal.
Survei merupakan prosedur diagnostik yang dapat menganalisis
hubungan dimensional antara jaringan lunak dan keras dalam mulut. Hal ini
perlu dilakukan untuk menetapkan gigi yang akan dijadikan penyangga,
dimana cengkeram akan ditempatkan, dan lain-lain. Setelah analisis
dilakukan, akan didapatkan arah pemasangan terbaik dari gigi tiruan yang
akan dibuat (Gunadi, dkk, 2012).

3. Pembuatan Cengkram
Cengkram merupakan bagian dari GTSL yang terbuat dari kawat
khusus atau kawat klamer atau dari logam yang berfungsi sebagai retensi
pada gigi penyangga, stabilisasi, dan support bagi GTSL tersebut (Gunadi
dkk, 2012). Prinsip dari desain cengkram adalah (Hartono dkk, 2000):
a. Pemelukan .
b. Pengimbangan.
c. Retensi tergantung dari:
1) Besar undercut yang ditempati lengan cengkram.
2) Penampang lengan cengkram.
3) Panjang lengan cengkram.
4) Arah datang lengan menuju gerong.
d. Stabilisasi.
e. Dukungan.
Menurut Gunadi dkk (2012), cengkram dibagi menjadi beberapa
macam yaitu:
a. Kelompok cengkram kawat oklusal:
1) Cengkram tiga jari.
2) Cengkram jackson/ full jackson.
3) Cengkram setengah jackson.
4) Cengkram S.
5) Cengkram panah.
6) Cengkram adam.
7) Rush anker crib.
b. Kelompok cengkram gingival:
1) Cengkram mecock.
2) Cengkram panah anker.
3) Cengkram penahan bola.
4) Cengkram C/ half jackson gingival/ gillet.

4. Pembuatan Lempeng Gigit (Base Plate) dan Galangan Gigit (Bite Rim)
Pembuatan lempeng gigit dan galangan gigit berfungsi menentukan
hubungan relasi antara rahang atas dan rahang bawah dan informasi lain
yang diperlukan. Lempeng gigit terbuat dari akrilik sedangkan galangan
gigit terbuat dari malam. Pada pembuatan tahapan ini sesuaikan dengan
ukuran yang ditentukan yaitu (Gunadi dkk, 2012):
a. Tingginya lebih tinggi dari gigi tetangganya (1-2mm).
b. Lebar sesuai dengan gigi yang akan diganti.
c. Permukaan oklusal datar.
d. Dirapikan dan dihaluskan dengan permukaan bukal mengkuti lengkung
bukal gigi yang masih ada.
Setelah itu, lanjutkan dengan menyusun oklusi yang fungsional dan
harmonis berdasarkan oklusi sentrik yang baik dan benar. Oklusi sentrik
merupakan kontak bidang oklusal gigi pada rahang atas dan bawah secara
mengunci dengan posisi kondilus berada pada posisi paling belakang dari
fosa glenoid. Kontak oklusi yang diharapkan pada GTSL adalah (Devenport
dkk, 198):
a. Pada oklusi sentrik harus terjadi kontak bilateral serentak pada semua
geligi posterior berantagonis.
b. Pada protesa dukungan gigi, oklusi boleh disusun seperti oklusi harmonis
pada geligi asli.
c. Pada GTSL bilateral dengan perluasan distal pada rahang atas sedapat
mungkin diupayakan terjadi kontak serentak pada sisi kerja maupun sisi
pengimbang.

5. Pemasangan Model pada Artikulator


Artikluator adalah alat mekanis yang mewakili sendi rahang dan
bagian-bagiannya dengan model rahang atas dan rahang bawah dicekatkan.
Cara untuk memasang model pada alat artikulator adalah (Gunadi dkk,
2012):
a. Letakkan model rahang atas dan rahang bawah di mounting table dengan
diganjal bagian bawah model dengan malam mainan.
b. Base plate dan bite rim diletakkan bersama dengan model rahang atas
yang diletakkan pada mounting table.
c. Buat adonan gips, memasang rahang atas dengan membuka upper
member ke atas dan isi dengan adonan gips kemudian upper member
digerakkan ke bawah posisi semula dan tekan gips pada model kerja
rahang atas. Kemudian setelah kering, artikulator dibalik dan bagian
model rahang bawah yang dipasang dengan cara yang sama dengan
membuka lower member dan mengisi dengan adonan gips lalu ditekan.
d. Setelah itu fikasasi dengan menggunakan karet dan diikat sampai gips
kering sepenuhnya.

6. Penyusunan Gigi Artifisial dan Kontur Gusi


Pemilihan gigi artifisial harus memenuhi berbagai syarat seperti bentuk,
ukuran, tekstur permukaan, warna, dan bahan elemen. Gigi artifisial buatan
pabrik tidak selalu cocok dengan keadaan rahang dan oklusi dengan gigi
lawannya, maka bisa dilakukan modifikasi dengan cara menggerinda gigi
artifisial sesuai dengan gigi lawannya, digerinda bagian servikalnya untuk
menyesuaikan dengan tepi gusi asli disebelahnya dan sesuai dengan ruangan
yang tersedia (Devenport dkk, 1998).
a. Pemilihan dan penyusunan gigi posterior:
1) Ukuran mesio-distal gigi harus sesuai dengan daerah yang tidak
bergigi sesuai dengan oklusi gigi lawan. Pada kasus free end,
digunakan patokan jarak dari tepi distal gigi asli terakhir yang masih
ada ke mesial dari retromolar pad.
2) Ukuran bukolingual gigi buatan harus sama atau lebih kecil dari gigi
yang diganti. Ukuran oklusogingival ditentukan oleh besarnya
ruangan intermaksiler atau interolusal menyesuaikan dengan gigi
tetangganya.
b. Pemilihan dan penyusunan gigi anterior:
1) Pada prosedur klinis langsung, bentuk, ukuran, dan warna gigi yang
dipilih sesuai dengan gigi asli yang masih ada.
2) Penyusunan gigi anterior untuk GTSL menyesuaikan dengan ukuran
dan inklinasi gigi tetangganya.
Kontur gusi pada gigi tiruan adalah memberi bentuk landasan lilin gigi
tiruan semirip mungkin dengan anatomi dari gusi dan jaringan lunak mulut.
Bentuk permukaan ini akan memberikan etensi dan estetik pada gigi tiruan.
Kontur gusi meliputi margin gingiva, interdental papilla, dan tonjolan akar
(Devenport dkk, 1998). Alat dan bahan yang digunakan adalah lampu
spirtus, lekron, kain flanel, dan malam wax. Cara kerja konturing gingiva
adalah (Gunadi dkk, 2012):
a. Lilin lunak dimasukkan pada bagian bukal, labial, lingual, dan dibentuk
sesuai dengan anatomi dan batas desain yang telah ditentukan.
b. Menghaluskan lilin yang sudah dibentuk.
c. Setelah waxing selesai, permukaanya dihaluskan sampai permukaannya
mengkilat. Dihaluskan bisa dengan kain flanel atau alcohol torch.

7. Penanaman Kedalam Kuvet (Flasking) dan Membuang Wax (Wax


Elimination)
Flasking adalah tahapan penanaman suatu model dengan gigi tiruan
malam untuk diganti dengan bahan basis gigi tiruan sehingga bentuknya
seperti model/ gigi tiruan yang dikehendaki. Alat yang digunaka adalah
kuvet dengan tahapannya yaitu (Gunadi dkk, 2012):
a. Olesi permukaan flask/kuvet dengan vaseline.
b. Adonan gips ditaruh pada kuvet bawah lalu masukkan model di tengah
kuvet dan tanam setinggi basis/vestibulum.
c. Permukaan gips haluskan dan hindari undercut.
d. Model rahang atas posisi anterior lebih tinggi dari posterior.
e. Model rahang bawah posisi horizontal.
f. Setelah gips mengeras, olesi permukaan gips dengan vaseline dan tidak
boleh mengenai gigi.
g. Buatlah adaonan gips dan kuaskan pada gigi-gigi dan malam gigi tiruan
sambil digetarkan untuk menghindari gelembung udara, lalu pasang flask
bagian atas dan isi dengan gips sampai penuh ke permukaan oklusal.
h. Setelah gips mengeras olesi dengan vaseline dan buat adonan gips kedua
lalu tuangkan kedalam flask sampai penuh lalu flask ditutup dan di press
dan biarkan mengeras sebelum mengeluarkan malam.
Tahapan pembuangan malam dapat dilakukan dengan cara (Gunadi
dkk, 2012):
a. Rendam kuvet dengan air mendidih sampai terendam semua kuvet.
b. Diperkirakan malam meleleh 5 menit, kemudian kuvet dibuka.
c. Malam yang lunak dibuang, sisanya disiram dengan air panas dan hati-
hati gigi terlepas dari gipsum.
d. Sikat dengan kuas sampai benar-benar bersih dari malam.

8. Pengisian Akrilik (Packing)


Merupakan suatu tindakan pengisian suatu bahan basis gigi tiruan ke
dalam ruangan yangtelah disiapkan dalam suatu flask (Hartono dkk, 2000).
Cara kerja tahapan ini adalah (Gunadi dkk, 2012):
a. Mould flask atas diberi bahan separasi atau cold mould seal (CMS)
memakai kuas kecuali gigi-giginya.
b. Setelah fase buram (dough stage) aduk adonan dan padatkan ke dalam
mould. Adonan diambil dan diletakkan pada sehelai plastik/cellephone.
Untuk rahang atas adonan dibentuk bulat dan tempatkan pada regio
palatum dan rahang bawah dibuat bulat panjangdan tempatkan pada
mould yang bergigi.
c. Kuvet atas dan bawah dipasang dengan diberi selapis plastik/ cellephone
dan lakukan press, kuvet dibuka dan kelebihan dipotong. Press dan buka
kuvet dilakukan 2-3 kali sampai tidak ada lagi kelebihan akrilik.
d. Jika sudah baik, flask bawah diolesi CMS kemudian dibiarkan sampai
kering dan selanjutnya olesi permukaan akrilik dengan likuid, lalu press
akhir tanpa cellephone.
e. Kencangkan sekrup dan rendam flask dibawah air pada suhu kamar
selama 30 menit.

9. Pengeluaran Model dari Flask (Deflasking)


Merupakan tindakan mengeluarkan model dan gigi tiruan dari dalam
kuvet/flask tanpa rusak/pecah. Cara kerjanya (Devenport dkk, 1998) dan
(Gunadi dkk, 2012):
a. Tutup kuvet atas dibuka.
b. Dinding kuvet atas/bawah diketuk-ketuk dengan maksud agar kuvet
terpisah dari plaster.
c. Didapatkan bentuk plater utuh dengan model berada di dalamnya.
d. Model dan gigi tiruan dipisahkan dari plaster dan pelan-pelan sehingga
didapat model beserta gigi tiruan dalam keadaan utuh, tidak boleh cacat.
e. Gigi tiruan dibiarkan tetap melekat pada model.

10. Remounting
Remounting adalah suatu prosedur pemasangan kembali geligi dalam
artikulator yang bertujuan untuk mengkoreksi hubungan oklusi yang tidak
harmonis dari geligi tiruan yang baru selesai diproses. Setiap perubahan
dalam hubungan kontak oklusal dari geligi tiruan setelah selesai diproses,
harus diperbaiki dengan mengembalikan geligi tiruan akrilik beserta model
kerjanya pada articulator sebelum geligi tiruan akrilik beserta model
kerjanya pada artikulator sebelum geligi tiruan akrilik dilepaskan dari model
kerjanya (Thomson, 2007).

11. Selective Grinding


Pengasahan selektif ialah memodifikasi permukaan oklusal gigi-gigi
dengan mengasahnya pada tempat-tempat selektif/ terpilih sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Pengasahan ini menghilangkan kontak oklusal yang
menyimpangkan rahang bawah dari alur penutupan normal hingga relasi
sentris. Pada saat pemasangan geligi tiruan dalam articulator di
laboratorium, dimensi vertikal oklusal ditetapkan kembali dengan
pengasahan selektif. Oklusi harmonis dan seimbang merupakan salah satu
faktor pertimbangan penting pada pembuatan geligi tiruan. Jadi pengasahan
selektif merupakan suatu proses yang sangat tepat yang tidak boleh dicoba-
coba tanpa suatu pemahaman terhadap oklusi yang seimbang dan
pengasahan selektif. Kecuali dengan mengurangi tempat yang tepat dari
setiap kontak yang menyimpang, perbaikan terhadap oklusi seimbang tak
mungkin dilakukan. Sebenarnya pengasahan selektif dapat disempurnakan
oleh seorang operator gigi atau seorang tekniker gigi dibawah pengawasan
langsung dokter gigi (Thomson, 2007). Cara kerja selective grinding adalah
sebagai berikut:
a. Mandibula diarahkan ke relasi sentrik dengan ibu jari ditempatkan di
bagian atas anteroposterior dari dagu.
b. Pasangkan articulating paper atau malam pada permukaan oklusal rahang
bawah.
c. Pasien disuruh membuka & menutup mulut sampai terasa kontak yang
sangat ringan pada gigi posterior.
d. Lihat permukaan yang tebal dengan sisa articulating paper atau malam.
e. Kurangi bagian yang tebal tersebut hingga tidak ada lagi prematur
kontak.

12. Finishing dan Polishing


1. Finishing
a. Memotong ekses akrilik yang bukan bagian dari gigi tiruan dengan
stone bur.
b. Membersihkan interdental, margin gingiva dari sisa gips dengan
wassmess atau scaller atau dengan ujung instrumen berbentuk ujung
segitiga yang sesuai dengan margin gingiva.
c. Menghaluskan seluruh bagian permukaan gigi tiruan kecuali bagian
yang melekat pada mukosa.
2. Polishing
a. Gunakan split mandril dengan amplas besi untuk menghaluskan
seluruh permukaan akrilik basis gigi tiruan dengan mempertahankan
bentuk maupun tebal tepi sayap.
b. Daerah gingival margin dan interdental dipoles dengan menggunakan
bahan pumice dan alat brush wheel hitam.
c. Gunakan rag wheel dengan pumice untuk permukaan palatal,
permukaan bukal, dan lingual sayap juga tepi protesa.
d. Gunakan felt cone dengan kapur poles pada seluruh permukaan mula-
mula ditekan kemudian dikurangi tekanan.
e. Setelah cukup halus, lanjutkan dengan brush wheel yang halus dan
kapur poles dengan kecepatan lambat sampai cemerlang.
13. Insersi
Insersi adalah prosedur pemasangan gigi tiruan kepada pasien. Pada
awal pemasangan, pasein pada umumya akan bersikap menolak daripada
menerima geligi tiruan yang akan dipakainya. Setelah gigi tiruan dapat
dimasukkan ke dalam mulut sebagaimana mestinya, dilakukan
pemeriksaan untuk melihat stabilitas gigi tiruan tiruan, oklusi, artikulasi,
estetik dan kecekatan bagian-bagian protesa dengan jaringan yang ada di
rongga mulut. Selain memasangkan gigi tiruan pada pasien, pasien juga
diajarkan mengenai petunjuk cara memasang, melepas, serta merawat
protesa yang akan dipakai. Selain itu, perlu disampaikan pula bagaimana
cara menjaga kesehatan mulut serta gigi-gigi yang masih ada dan
gangguan-gangguan yang mungkin timbul akibat pemakaian geligi tiruan
(Gunadi, dkk,2012).

H. Resume Kasus
1. Anamnesis
a. CC: pasien laki-laki berusia 32 tahun datang ke RSGM Unsoed dengan
keluhan ingin dibuatkan gigi tiruan pada gigi yang telah hilang karena
dilakukan pencabutan.
b. PI: pasien tidak mengeluhkan rasa sakit pada ruang bekas pencabutan.
Pasien tidak pernah menggunakan gigi tiruan sebelumnya.
c. PDH: pernah dilakukan pencabutan gigi 1 tahun yang lalu.
d. PMH: tidak ada kelainan.
e. FH: tidak ada kelainan.
f. SH: pasien seorang wiraswasta.
2. Pemeriksaan keadaan umum
Pasien datang dalam keadaan compos mentis. Tekanan darah: 110/80
mmHg, nadi: 80x/menit, suhu: 36°, pernapasan: 20x/menit.
3. Pemeriksaan klinis
a. Pemeriksaan ektraoral
1) Bentuk wajah: Lonjong (ovoid)
2) Profl muka: cembung
3) Pupil: simetris, movable in all direction
4) Tragus: simetris
5) Hidung: normal, bernapas melalui hidung
6) Bibir atas: kompeten, tebal
7) Bibir bawah: kompeten, tebal
8) Sending rahang:
Kanan: normal
Kiri: normal
Deviasi: tidak ada
Trismus: tidak ada
9) Kelainan lain: tidak ada
b. Pemeriksaan intraoral
1) Saliva : kuantitas normal, kualitas normal
2) Lidah : ukuran normal, posisi normal, mobilitas
normal
3) Refleks muntah : tidak ada
4) Mukosa mulut : tidak ada kelainan
5) Kebiasaan buruk : tidak ada
6) Vestibulum : RA sedang, RB sedang
7) Prosessus alveolaris :
Rahang atas :
Bentuk : oval
Ketinggian : sedang
Tahanan jaringan : rendah
Bentuk permukaan : rata
Rahang bawah :
Bentuk : oval
Ketinggian : rendah
Tahanan jaringan : rendah
Bentuk permukaan : rata
Relasi rahang : normal
8) Frenulum :
Labialis superior : sedang
Bukalis superior kanan : sedang
Bukalis superior kiri : sedang
Labialis inferior : sedang
Labialis inferior kanan : sedang
Labialis inferior kiri : sedang
Lingualis : sedang

9) Palatum :
Bentuk : kuadratik
Kedalaman : sedang
Torus palatina : tidak ada
Palatum mole : normal
10) Tuberositas maksila : sedang
11) Ruang retromilihioid: sedang
12) Bentuk lengkung rahang: U-form
13) Lain-lain: tidak ada
4. Dokumentasi area edentoulus

Area edentoulus rahang bawah (36, 46)


5. Sikap mental: Filosofi
6. Rangkuman data:
Pasien seorang laki-laki berusia 32 tahun ingin dibuatkan gigi tiruan.
Keadaan pasien baik, pasien belum pernah dilakukan perawatan
pembuatan gigi tiruan lepasan. Rahang bawah terdapat daerah tak bergigi
pada bagian belakang kanan dan kiri.
7. Diagnosis
Partial edentoulus klas VI – mod. IP Applegate kennedy
8. Perawatan Pra prostodontik: tidak ada
9. Rencana perawatan:
Gigi tiruan sebagian lepasan
10. Prognosis: baik
11. Desain gigi tiruan sebagian lepasan:

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K.J., 2004, Philips: Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Edisi 10, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Bakar, A., 2012, Kedokteran Gigi Klinis, Quantum Sinergis Media, Yogyakarta.

Devenport, J.C., Basker, R.M., Heath, J.R., Ralph, J.P., 1998, A Colour Atlas of
Removable Partial Dentures, Wolfe Medical Publication, London.

Gunadi, H.A., Margo, A., Burhan, L.K., Suryatenggara, F., Setiabudi, Edisi I.,
2012, Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan, Hipokrates, Jakarta.

Gunadi, H.A., Margo, A., Burhan, L.K., Suryatenggara, F., Setiabudi, Edisi II.,
2012, Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan, Hipokrates, Jakarta.

Hartono, R., Kosasih, A., Hidayat, H., Morganelli, J.C., 2000, Estetik dan
Prostetik Mutakhir Kedokteran Gigi, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Thomson, Hamish, 2007, Oklusi Edisi 2, Alih bahasa: T. Suta, Lilian Juwono,
EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai