TUGAS INDIVIDU
MODUL 1
NAMA : HANINDIRA
KELOMPOK : 1
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
I. Kata Kunci
1. Perempuan usia 45 tahun berprofesi penyiar TV
2. Menderita penyakit kencing manis
3. Gigi hilang 11, 12, 21, 22, 34, 35, 36, 37, 46
4. Gigi 28, 47, 48 sisa akar dan tidak tertanam dalam tulang alveolar
5. Keluhan malu
6. Gigi 43 karies profunda dan pernah bengkak
7. Kalkulus region anterolingual RB dan bukal RA
8. Pemeriksaan radiografi gigi 43 perforasi pulpa dan radiolusen periapikal
9. Pasien ingin dibuatkan GT agar bisa makan dengan baik dan memperbaiki
penampilannya
III. Jawaban
1. Apa klasifikasi Kennedy dari kehilangan gigi pada skenario?
Jawaban:
Klasifikasi Kennedy awalnya diusulkan oleh Dr. Edward Kennedy pada tahun 1925. Ini
mencoba untuk mengklasifikasikan lengkungan edentulous sebagian dengan cara yang
menunjukkan prinsip-prinsip desain tertentu untuk situasi tertentu. Kennedy membagi semua
lengkungan edentulous sebagian menjadi empat kelas dasar. Daerah edentulous selain kelas
dasar ditetapkan sebagai modifikasi ruang. Klasifikasi Kennedy, yaitu:1
a. Kelas I : daerah tak bergigi terletak pada bagian posterior gigi yang masih ada dan pada
kedua sisi rahang (free-end bilateral).
b. Kelas II : daerah tak bergigi terletak pada bagian posterior dari gigi yang masih ada, tetapi
berada pada satu regio saja (free-end unilateral.)
c. Kelas III : daerah tak bergigi terletak di antara gigi-gigi yang masih ada di bagian posterior
maupun anteriornya.
d. Kelas IV : daerah tak bergi terletak dibagian anterior dari gigi-gigi yang masih ada dan
melewati garis tengah/midline. Pada kelas ini tidak ada modifikasi
Berdasarkan skenario rahang atas pasien adalah kelas IV Kennedy dan rahang bawah pasien
adalah kelas II modifikasi 1.
2. Apa macam-macam GTS berdasarkan bahan, waktu pemasangan dan teknik pembuatan?
Jawaban:
Pembagian gigi tiruan saat ini yaitu gigi tiruan lengkap, gigi tiruan sebagian, removable
implant retained denture, immediate denture dan soft liner. Gigi tiruan lengkap adalah gigi
tiruan yang menggantikan seluruh gigi asli atau gigi tiruan pada penderita dengan diagnose
full edentulous ridge. Ada dua jenis gigi tiruan lengkap yaitu gigi tiruan lengkap immediate
dan konvensional. Gigi tiruan sebagian yaitu gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih,
tetapi tidak semua gigi. Gigi tiruan sebagian ini terdiri dari gigi tiruan sebagian cekat (fixed)
atau lepasan (removable). Fixed denture yaitu gigi tiruan sebagian yang dicekatkan pada gigi
abutment. Gigi tiruan sebagian lepasan dapat didukung oleh gigi, jaringan mukosa atau
kombinasi. Selain itu, gigi tiruan sebagian lepasan dibedakan berdasarkan bahan yang
digunakan, yaitu berbahan resin akrilik, metal/acrylic partial, dan termoplastik.2
Desain gigi tiruan yang digunakan pada kasus adalah Gigi Turuan Sebagian Lepasan.
a. Rahang atas pasien sesuai skenario kehilangan gigi 12, 11, 21, 22
1) Tahap I : Gigi tiruan lepasan dengan desain bilateral
2) Tahap II : Dukungan dipilih dari gigi 13 dan 23
3) Tahap III : Cengeram dengan sandaran oklusal dan melewati titik kontak pada gigi 17,
13, 23, dan 27
4) Tahap IV : Memilih konektor
b. Rahang bawah pasien sesuai skenario kehilangan gigi 38, 37, 36, 35, 34, 43, 46, 47, 48
1) Tahap 1 : Gigi tiruan lepasan dengan desain bilateral
2) Tahap II : Dukungan gigi dipilih dari gigi 33 dan 45
3) Tahap III : Cengeram dengan sandaran oklusal pada gigi 33 dan 45
4) Tahap IV : Memilih konektor
13. Apa indikasi dan kontra indikasi perawatan kasus pada skenario?
Jawaban:
Indikasi gigi tiruan sebagian lepasan meliputi:1,2,12
a. Diperlukan sebagai efek dari stabilisasi bilateral. Dalam mulut yang dilemahkan oleh
penyakit periodontal, restorasi tetap dapat membahayakan gigi abutment yang terlibat
kecuali efek splinting dari beberapa abutment digunakan. Gigi tiruan sebagian lepasan, di
sisi lain, mungkin bertindak sebagai splint periodontal melalui cross-arch yang efektif
menstabilkan gigi yang melemah akibat penyakit periodontal.
b. Usia muda (kurang dari 17 tahun). Pasien di bawah 17 tahun merupakan kontraindikasi
dari gigi tiruan sebagian cekatan dikarenakan pulpa yang besar dan rendahnya ketinggian
mahkota klinis (cekatan membutuhkan pengurangan gigi penyangga).
c. Cross arch stabilization, gigi tiruan sebagian lepasan diindikasikan ketika gigi akan di
stabilkan terhadap gaya lateral dan anteroposterior.
d. Free end edentulous area, gigi tiruan parsial cekatan dapat dipilih hanya jika ada gigi
posterior sebagai penopang.
e. Dukungan jaringan periodontal. Membran periodontal adalah struktur yang memindahkan
semua beban dari gigi ke tulang di bawahnya. Ketika dukungan buruk, maka itu adalah
kontraindikasi dari gigi tiruan sebagian cekatan, melainkan indikasi dari gigi tiruan
sebagian lepasan karena hanya butuh sedikit dukungan dari gigi tetangganya.
f. Kehilangan tulang berlebih. Ketika terjadi trauma atau resorpsi tulang berlebihan, sulit
untuk ditempatkan gigi tiruang sebagian cekatan dalam posisi buccolingual yang ideal.
Sedangkan cocok untuk gigi tiruan sebagian lepasan dikarenakan dapat diposisikan sesuai
preferensi operator juga untuk memberikan dukungan estetika.
g. Estetika, gigi tiruan sebagian lepasan memberikan hasil yang lebih baik untuk estetik
pasien karena basis gigi tiruan memberikan rasio terbaik dari gigi alami. Gigi tiruan dapat
diatur lebih mudah untuk memenuhi persyaratan fonetik dan estetika pasien.
h. Pertimbangan ekonomi.
Kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan laboratorium yaitu mengisi hasil cetakan studi
model dengan stone gips, kemudian dibuat model form (boxing).
b. Kunjungan kedua
1) Membuat model kerja
2) Membuat gigitan sentrik untuk mendapatkan hubungan yang tepat antara gigi geligi
rahang atas dan rahang bawah sesuai sentrik oklusi. Dua lapis malam merah dibuat
tapal kuda, ukuran disesuaikan dengan lengkung gigi pasien. Malam dilunakkan dan
pasien disuruh menggigit malam tersebut.
3) Membuat base plate. Setelah diperoleh cetakan yang akurat, kemudian diisi dengan
gips stone. Pada model kerja ditentukan batas tepi dengan memperhatikan daerah
mukosa yang bergerak dan tidak bergerak. Kemudian menurut batas-batas tersebut
dibuat base plate dari wax. Cengkeram dibuat sesuai dengan desain dan ditanamkan
pada base plate. Model malam base plate harus benar-benar menempel pada work
model kemudian diproses menjadi akrilik. Base plate yang diperoleh dihaluskan lalu
siap untuk try in ke pasien.
c. Kunjungan ketiga
1) Insersi base plate, retensi dan stabilisasi diperiksa.
2) Membuat bite rim dan dilakukan pencatatan Maxillo Mandibular Relationship (MMR)
Bite rim dibuat dari malam merah dan diletakkan di atas base plate untuk memperoleh
tinggi gigitan pada keadaan oklusi sentrik yang nantinya akan dipindahkan ke
artikulator. Yang perlu diperhatikan dalam membuat bite rim rahang bawah yaitu
ukuran bite rim bagian bagian posterior selebar 6 mm, dibagi oleh garis alveolar ridge
menjadi 3 mm untuk bukal dan 3 mm untuk lingual. Kemudian dicari hubungan
vertikal (interocclusal distance) dengan metode Willis, yaitu pengukuran jarak pupil ke
sudut mulut sama dengan jarak hidung ke dagu (PM = HD) saat rest position atau HD =
PM – 2 mm saat relasi sentris. Cara mendapatkan relasi sentris: pasien diminta
menggigit malam pada bite rim sampa jarak HD = jarak PM-2 mm. Setelah sentrik
oklusi ditentukan, selanjutnya dilakukan pencetakan model kerja rahang atas dan
bawah. Pencetakan rahang bawah dengan base plate dan bite rim masih terpasang.
Cetakan model kerja rahang atas dan rahang bawah serta base plate dipasang pada
artikulator.
d. Kunjungan keempat, yaitu emasangan gigi artifisial.
e. Kunjungan kelima
Try in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, lalu dilakukan
pengamatan pada oklusi dan retensinya, stabilisasinya dengan working side dan balancing
side, estetis dengan melihat garis kaninus dan garis ketawa, pasien disuruh menyebut
huruf-huruf p, b, t, th, d, f, v dan lain-lain sampai tidak ada gangguan.
f. Kunjungan keenam, yaitu insersi gigi tiruan sebagian lepasan, yaitu pemasangan gigi
tiruan sebagian lepasan dalam mulut pasien. Selain kenyamanan pasien perlu diperhatikan:
pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan, retensi, stabilisasi, oklusi.
g. Kontrol
16. Apa alternatif perawatan yang dapat diberikan kepada pasien sesuai skenario?
Jawaban:
Penggunaan gigi tiruan sebagian yang seluruhnya terbuat dari bahan resin untuk memasukkan
bahan yang fleksibel dan undercuts. Sebuah gigi tiruan sebagian lepasan akrilik digunakan
untuk jangka waktu terbatas dan disebut sebagai prostesis sementara. Pasien membutuhkan
stabilitazion dan fungsi selama fase penyembuhan teraphy. Sebuah proseesis transtional
digunakan setelah itu antisipated bahwa pasien akan terus kehilangan gigi tambahan yang
dapat diganti dalam prantisesis trantional yang ada. Resin gigi tiruan lepasan juga dirancang
untuk mengembalikan penampilan sampai prantisesis definitif dapat dibuat. Pada gigi tiruan
yang memerlukan modifikasi minimal hingga tidak ada selama periode waktu perior untuk
pembuatan prostesis definitif, yang terakhir menyiratkan waktu tambahan untuk perawatan
pasien, pemberian perawatan tambahan, dukungan laboratorium gigi tambahan, dan dapatkan
cont tambahan yang terlibat dalam perawatan pasien ideal yang ideal.15
18. Bagaimana akibat kehilangan gigi yang tidak diganti dengan GT?
Jawaban:
Dampak jika gigi alami yang hilang tidak diganti, yaitu:4
a. Migrasi gigi pada lengkung gigi. Gigi mungkin miring ke mesial atau distal. Akibatnya,
akan ada peningkatan free-way-space (jarak antar-oklusal) dan mandibula harus bergerak
lebih jauh menuju tengkorak untuk mencapai kontak antara gigi.
b. Depresi gigi. Karena peningkatan beban pada gigi yang masih ada, gigi mungkin tertekan
lagi ke dalam tulang alveolar.
c. Deviasi lateral dan antero-posterior mandibula. Merupakan akibat dari defek dalam
hubungan antar cusp setelah kehilangan gigi atau mungkin merupakan upaya untuk
melindungi kontak oklusal yang paling efisien.
d. Atrisi lokal. Ini karena lebih banyak beban yang diterima gigi yang masih ada.
e. Disorientasi hubungan oklusal. Untuk contoh "over-eruption" gigi dapat terjadi jika gigi
yang berlawanan tidak ada. Ini akan mempengaruhi fungsi dan hubungan dinamis antara
rahang bawah dan rahang atas.
f. Hilangnya tulang alveolar. Ini adalah akibat hilangnya gigi yang paling merugikan.
Adapun tujuan dari gigi tiruan sebagian harus;
1) Melestarikan tulang alveolar dan pmenghindari kehilangan gigi lebih lanjut. Untuk
menyatakan bahwa "kehilangan gigi diikuti oleh hilangnya tulang alveolar”, jika gigi
yang hilang dan tidak diganti sama benarnya dengan “kehilangan tulang alveolar
diikuti dengan hilangnya gigi” seperti yang terjadi pada penyakit periodontal.
2) Menunda status edentulous.
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Carr B. Alan, Brown T. David. McCracken’s removable partial prosthodontics. Ed. 12.
St. Louis: Mosby Elsevier; 2011. H. 17, 169, 177, 178, 179.
2. Nallawamy Deepak. Textbook of prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers; 2003. H.
7, 267-9, 290, 291, 409-20, 376, 377, 439, 440, 441, 436-43.
3. Khan SB, Geerts GAVM. Aesthetic clasp design for removable partial dentures: a
literature review. SADJ. Juni 2005; 60(5): 190-3.
4. Soratur SH. Essentials of prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers; 2006. H. 24, 127,
5. Goldstein E. Ronald, Haywood B. Van. Esthetic in dentistry. Ed. 2. London: BC Decker
Inc; 2002. H. 340-3.
6. Neill DJ, Walter JD. Yuwono L, alih bahasa. Sherley, editor. Buku pintar geligi tiruan
sebagian lepasan. Ed. 2. Jakarta: EGC; 1992. H. 3-6.
7. Suci DAW. Managemen pasien diabetes melitus di prostodonsia. JKG Unej. 2013: 10(3);
128-9.
8. Glickman N. Gerald dan Schweitzer L. Jordan. Endodontics colleagues for excellent.
Chicago: American Association of Endodontists; 2013. H. 3.
9. Yuwono B. Penatalaksanaan pencabutan gigi dengan kondisi sisa akar (gangren radiks).
JKG Unej. 2010:7(2); 89.
10. Gunadi H, Lusiana KB, Freddy S. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan. Jilid 2.
Jakarta: Hipokrates; 1995. H. 309, 314-316, 321-324.
11. Primasari KL. Analisis sistem rujukan jaminan kesehatan nasional RSUD Dr. Adjidarmo
Kab. Lebak. Jurnal ARSI. Jan 2015; 79-80.
12. Herwanda, Rahmayani L, Fadhilla S. Gambaran penggunaan persetujuan tindakan medis
(informed consent) oleh dokter gigi muda di RSGM Unsyiah. Cakradonya Dent J. 2016;
8(2): 123.
13. Oktarina. Kebijakan informed consent dalam pelayanan gigi di Indonesia. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan. Mar 2010; 13: 5-6.
14. Fayad M. Removable partial denture theory and practice. Ed. 2. Cairo: 2011. H. 6.
15. Jones John D, Lily T. Garcia. Removable partial denture a clinician’s guide. Hong Kong:
Blackwell Publishing; 2009. H. 137.
16. Wahjuni S, Mandanie SA. Pembuatan protesa kombinasi dengan castable extracoronal
attachments (prosedur laboratorium). Journal of Vocational Health Studies. 2017; 1: 76.
17. Atlas of head and neck pathology.