1
SKENARIO 4
Disusun oleh :
Gempita Sekar Permata (22010218130048)
Dosen Pembimbing :
drg. Yoghi Bagus Prabowo
Seorang pasien laki-laki, berprofesi sebagai pengusaha batu bara, berusia 55 tahun datang ke
RSND untuk dibuatkan gigi tiruan karena gigi tiruan lama yang digunakan selama 5 tahun sudah
longgar. Ternyata kawat gigi tiruan sebagian lepasan akrilik sudah berubah bentuk. Hasil
pemeriksaan intra oral menunjukkan gigi yang hilang 16,15,23,24,27 pada rahang atas dan
38,37,36,44,45. Terdapat sisa akar pada gigi 46, 17, 26.
Dokter gigi menganjurkan gigi tiruan yang akan dibuat untuk pasien tsb adalah gigi tiruan
sebagian lepasan kerangka logam. Dia menjelaskan gigi tiruan ini berbeda dengan gigi tiruan
lama pasien.
TERMINOLOGI
1. Gtsl akrilik : gigi tiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang yang
basisnya dibuat dari resin akrilik. Kelebihan: warna menyerupai gingiva, mudah
dibersihkan, muda dimanupulasi, harga terjangkau. Kekurangan : mudah fraktur dan
menimbulkan porositas.
2. Gtsl kerangka logam : gigi tiruan yang terdiri dari basis kerangka logam yang terletak
diatas lingir dan bahan lain seperti resin akrilik diaplikasikan untuk mengembalikan
kontur jaringan yang hilang dan sebagai penahan anasir gigi tiruan.
3. Sisa akar: gangren radix. Gangren artinya adalah sesuatu yang sudah mati. Berasal dari
pencabutan yang tidak sempurna yang ditandai dengan tertinggalnya sebagian akar
bahkan mahkota yang terjadi apabila saat pencabutan mahkota gigi sudah sangat rapuh.
Gigi dengan sisa akar yang kronis menyebabkan jaringan rentan infeksi karena jaringan
pulpa yang mati merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.
RUMUSAN MASALAH
HIPOTESIS
1. Indikasi :
- Pada kasus single denture
- Pasien alergi thdp akrilik
- Pasien yang memilih untuk tdk menggunakan gigi tiruan cekat
- Pasien yang memiliki riwayat penggunaan gtsl yang patah secara berulang
- Pasien dengan kebutuhan khusus: atlit, pemadam kebakaran, cedera fisik
- Pasien dengan oral hygiene yang baik
- Gigi penyangga dengan dukungan tl. Alveolar yang baik
- Penderita yang hypersensitif terhadap resin
- Penderita dengan daya kunyah abnormal
- Pasien dengan ruang intermaksilar yang kecil
Kontra indikasi:
- Overbite dalam 4mm atau lebih
- Sedikit gigi yang tersisa dan goyang
- Jarak interoklusal pada daerah posterior kurang dari 4mm
- Pasien dengan dimensi vertikan yang rendah dan mahkota tidak sesuai untuk
kasus gigitiruan sebagian lepasan fleksibel
- Pasien dengan riwayat alergi thdp cobalt dan kromium
2.
- Karena penyakit sistemik pasien. Karena dengan adanya penyakit sistemik proses
resorbsi alveolar lebih cepat dan lebih meluas.
- Kesalahan oklusi atau oklusi berlebih yang menyebabkan iritasi jaringan
- pembuatan sayap gigi tiruan yang terlalu pendek
- pemakaian gtsl dalan jangka lama kehingga terjadi resorbsi proc. Alveolaris
- peradangan
- beban oklusi yang terlalu berat dapat mempengaruhi fungsi, retensi, dan stabilitas gtsl.
- Merendam pada air panas dapat merubah bentuk karena temperatur dapat mempengaruhi
kawat yaitu perubahan daya lenting bila terpapar oleh suhu yang lebih rendah atau tinggi.
3.
- Berdasarkan proses pembuatan: akrilik lebih mudah,
- logam lebih kuat dari akrilik,
- logam lebih baik dalam menghantar panas,
- akrilik menyerap air dan menyebabkan perubahan warna
- luas basis akrilik lebih luas
- akrilik lebih murah, logam lebih mahal
4.
- jika menimbulkan trauma
- terasa longgar dan tidak pas
- sulit mengucapkan huruf tertentu seperti s, p, b, f, dan v
- apabila pipi bibir atau lidah menjadi sering tergigit
- timbul rasa sakit atau peradangan di gusi bagian bawah plat akrilik
5. dampak : ada rasa tidak nyaman, tmj disorder, iritasi mukosa, beban pengunyahan tidak
seimbang, akumulasi plak di bawah gigi tiruan, pasien dengan gigi tiruan RA yang
longgar biasanya mengalami gangguan bicara apabila lidah menekan gigi tiruan untuk
retensi, pengucapan m, ng, n juga akan terganggu.
Kekurangan: lebih sulit menyesuaikan permukaan jaringan dibanding akrilik, lebih sulit
dilakukan relining permukaan metal yang menghadap jaringan, estetik kurang baik
karena basis logam tidak sewarna dengan jaringan mulut, prosedur pembuatan sulit.
8. Dapat bertahan 5 tahun atau lebih tergantung perawatan, selama kondisinya baik, tidak
ada keluhan, rutin perawatan, tidak perlu diganti. Meski demikian lebih baik diganti
setiap 3-5 tahun sekali karena pemakaian gigi pulsi bisa membuat gigi aus.
PETA KONSEP
GTSL KERANGKA
LOGAM
Definisi, indikasi
kelebihan dan tatalaksana
dan kontra Komponen
kekurangan sesuai kasus
indikasi
SASARAN BELAJAR
BELAJAR MANDIRI
Kontraindikasi :
4. Tatalaksana kasus
1. Pemeriksaan subjektif
Pemeriksaan subyektif dapat berupa anamnesa untuk mendapatkan data keluhan,
kebutuhan, dan keinginan pasien. Dengan melakukan anamnesa yang benar, maka
diagnosa akan dapat ditegakkan (90%).
2. Pemeriksaan objektif
Pemeriksaan obyektif berupa pemeriksaan ekstraoral dan intraoral juga harus
dilakukan untuk menegakkan diagnosa dan mendapatkan data-data kebutuhan
rencana perawatan, misalkan di bidang prostodonsia (dalam hal ini pembuatan gigi
tiruan sebagian lepasan/ GTSL) dibutuhkan data mengenai anatomical landmark
pasien untuk kebutuhan retensi dan stabilisasi gigi tiruan nantinya.
a. Intraoral
b. Ekstraoral
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang juga tidak jarang dilakukan untuk melihat keadaan tulang
alveolar dan sisa akar gigi yang tidak terlihat di permukaan.
4. Menegakkan diagnose dan rencana perawatan
Berdasarkan skenario pasien telah menggunakan GTSL akrilik selama 5 tahun dan
saat ini kawat gigi GTSL pasien sudah longgar. Pasien akan dilakukan perawatan
menggunakan GTSL kerangka logam untuk menggantikan GTSL akrilik sebelumnya.
5. Perawatan pendahuluan
Pasien dapat dilakukan perawatan dahulu seperti scalling, kontrol plak, ekstraksi
radiks, dll
Berdasarkan skenario, gigi pasien pasien terdapat sisa akar pada gigi 46, 17, 26. Maka
dapat dilakukan pencabutan sisa akar terlebih dahulu.
6. Cetak anatomis (model studi)
a. Alat yang dibutuhkan :
- Stok tray
b. Bahan yang dibutuhkan :
- Alginat
c. Posisi pencetakan
- Posisi operator : rahang bawah : di kanan depan pasien
- Posisi pasien : rahang baawah : pasien duduk tegak dan bidang oklusal sejajar
lantai posisi mulut setinggi siku operator.
d. Cara mencetak
Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu 3:1, setelah
dicapai konsistensi yang tepat dimasukkan ke dalam sendok cetak dengan merata,
kemudian dimasukkan ke dalam mulut pasien dan tekan posisi ke atas atau ke
bawah sesuai dengan rahang yang dicetak. Di samping itu dilakukan muscle
triming agar bahan cetak mencapai lipatan mukosa. Posisi dipertahankan sampai
setting, kemudian sendok dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan dari saliva.
Hasil cetakan diisi dengan stone gips dan di-boxing.
Kunjungan kedua :
1. Membuat work model wik aku bngung ini, kan udh dicetak pke alginate poin 6, ini
dicetak lagi?
- Alat : sendok cetak fisiologis
- Bahan cetak : hyidrokoloid irreversible (alginat)
- Metode mencetak : mucocompresi
- Cara mencetak
Rahang Atas :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke
dalam sendok cetak. Posisi operator di samping kanan belakang. Masukkan
sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, sehingga garis tengah sendok
cetak berimpit dengan garis median wajah. Setelah posisinya benar sendok
cetak ditekan ke atas. Sebelumnya bibir dan pipi penderita diangkat dengan jari
telunjuk kiri, sedang jari manis, tengah dan kelingking turut menekan sendok
dari posterior ke anterior. Pasien disuruh mengucapkan huruf U dan dibantu
dengan trimming.
Rahang Bawah :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan ke
dalam sendok cetak. Pasien dianjurkan untuk membuang air ludah. Posisi
operator di samping kanan depan. Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke
dalam mulut, kemudian sendok ditekan ke processus alveolaris. Pasien
diinstruksikan untuk menjulur lidah dan mengucapkan huruf U. dilakukan
muscle trimming supaya bahan mencapai lipatan mucobuccal. Posisi
dipertahankan sampai setting.
2. Pembuatan cangkolan yang akan digunakan untuk retensi gigi tiruan dengan
melakukan survey model terlebih dahulu pada gigi yang akan dipakai sebagai tempat
cangkolan berada nantinya.
3. Pembuatan basis gigi tiruan dengan menggunakan malam merah yang dibuat sesuai
dengan desain gigi tiruan.
Kunjungan ketiga : wik ini belum, soalnya defile akrilik, tinggal ganti tulisan
kerangka logam, atau prosesnya beda sama itu?
Kunjungan keempat :
Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTS lepasan dalam mulut pasien. Hal-hal
yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Part of insertion and part of removement
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat pemasangan
dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan cara pengasahan permukaan
gigi tiruan (hanya pada bagian yang perlu saja).
2. Retensi
Yaitu kemampuan GTS untuk melawan gaya pemindah yang cenderung
memindahkan gigi tiruan ke arah oklusal.
3. Stabilisasi
Yaitu perlawanan atau ketahanan GTS terhadap gaya yang menyebabkan
perpindahan tempat/gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan berfungsi,
misal pada saat mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan cara menekan
bagian depan dan belakang gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh
menunjukkan pergeseran pada saat tes ini.
4. Oklusi
Yaitu pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral, dan anteroposterior.
caranya dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan di bawah gigi atas dan
bawah, kemudian pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas
artikulasi pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu kertas artikulasi
diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan normal terlihat
warna yang tersebar secara merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang
tidak merata pada oklusal gigi maka dilakukan pengurangan pada gigi yang
bersangkutan dengan metode selective grinding. Pengecekan oklusi ini dilakukan
sampai tidak terjadi traumatik oklusi.
Kunjungan kelima :
1. Pemeriksaan subjektif : Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa
mengganjal saat pemakaian gigi tiruan tersebut.
2. Pemeriksaan objektif
- Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut
- Melihat keadaan GTS lepasan baik pada plat dasar gigi tiruannya maupun pada
mukosa di bawahnya.
- Melihat posisi cangkolan.
- Melihat keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya.
- Memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan.
Jawaban lain : ini jawaban lain wik tp gakdetail brpa kunjungan
1. Pemeriksaan subjektif
Pemeriksaan subyektif dapat berupa anamnesa untuk mendapatkan data keluhan,
kebutuhan, dan keinginan pasien. Dengan melakukan anamnesa yang benar, maka
diagnosa akan dapat ditegakkan (90%).
2. Pemeriksaan objektif
Pemeriksaan obyektif berupa pemeriksaan ekstraoral dan intraoral juga harus
dilakukan untuk menegakkan diagnosa dan mendapatkan data-data kebutuhan
rencana perawatan, misalkan di bidang prostodonsia (dalam hal ini pembuatan gigi
tiruan sebagian lepasan/ GTSL) dibutuhkan data mengenai anatomical landmark
pasien untuk kebutuhan retensi dan stabilisasi gigi tiruan nantinya.
a. Intraoral
b. Ekstraoral
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang juga tidak jarang dilakukan untuk melihat keadaan tulang
alveolar dan sisa akar gigi yang tidak terlihat di permukaan.
4. Menegakkan diagnose dan rencana perawatan
Berdasarkan skenario pasien telah menggunakan GTSL akrilik selama 5 tahun dan
saat ini kawat gigi GTSL pasien sudah longgar. Pasien akan dilakukan perawatan
menggunakan GTSL kerangka logam untuk menggantikan GTSL akrilik sebelumnya.
5. Perawatan pendahuluan
Pasien dapat dilakukan perawatan dahulu seperti scalling, kontrol plak, ekstraksi
radiks, dll
6. Cetak anatomis (model studi)
e. Alat yang dibutuhkan :
- Stok tray
f. Bahan yang dibutuhkan :
- Alginat
g. Posisi pencetakan
- Posisi operator : rahang bawah : di kanan depan pasien
- Posisi pasien : rahang baawah : pasien duduk tegak dan bidang oklusal sejajar
lantai posisi mulut setinggi siku operator.
h. Cara mencetak
9. Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu 3:1,
setelah dicapai konsistensi yang tepat dimasukkan ke dalam sendok cetak dengan
merata, kemudian dimasukkan ke dalam mulut pasien dan tekan posisi ke atas
atau ke bawah sesuai dengan rahang yang dicetak. Di samping itu dilakukan
muscle triming agar bahan cetak mencapai lipatan mukosa. Posisi dipertahankan
sampai setting, kemudian sendok dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan dari
saliva. Hasil cetakan diisi dengan stone gips dan di-boxing.
7. Desain geligi tiruan, bersihkan model dari sisa-sisa gips dan buat desain geligi tiruan
yang akan dibuat, membuat garis median denture out line.
8. Perencanaan dimensi vertical dan oklusi sentries, pasien yang kehilangan sebagian
giginya berarti sudah kehilangan bidang oklusi, tinggi gigitan atau dimensi vertical,
oklusi sentrik. Ketiga hal ini harus kita cari saat membuat geligi tiruan dengan media
tanggul gigitan, galangan gigit atau bagian noklusal bite trim.
9. Memilih gigi, pada kasus pasien ompong, memilih gigi berpedoman pada bentuk
wajah, jenis kelamin dan umur pasien untuk menentukan warna dan tingkat
keaausanya, sedangkan ukuran gigi disesuaikan dengan garis orientasi pada tangul
gigitan.
10. Penyusunan gigi, penyusunan gigi dilakukan diatas malam/ wax.
11. Conturing, setelah bentuk kontur geligi tiruan dipendam dalam kuvet.
12. Packing, proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik.
13. Procesing, polimerasi antara monomer yang bereaksi dengan polimernya bila
dipanaskan atau ditambahakan zat kimia.
14. Deflasking, bila curing telah selesai, maka flask dibiarkan sampai pada suhu kamar,
kemudian flask boleh dibuka.
15. Pemasangan kembali dan pengasahan selektif, pemasangan kembali geligi dalam
artikulator bertujuan untuk mengoreksi hubungan oklusi yang tidak harmonis dari
geligi tiruan yang baru selesai diproses atau dimasak.
16. Penyelesain geligi tiruan, ini dilakukan dengan cara membuang sisa-sisa resain akrilik
pada batas geligi tiruan.
17. Pemolesan geligi tiruan, menghaluskan dan mengkilapkan geligi tiruan tanpa
merubah kontur.
18. Uji coba.
DAFTAR PUSTAKA
1. Thressia M. Proses Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Dari Bahan Kombinasi
Logam Dan Akrilik. 2019;1–4.
Andrianto Soeprapto. 2017. Pedoman dan tatalaksana praktik kedokteran gigi. Edited by E.
Wijaya. Yogyakarta: STPI bina insan mulia.
Gunadi H.A, dkk. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian
Lepasan jilid 2. Jakarta: Hipokrates
Gurbuz, T. 2011. Epilepsy and Oral Health, Dalam Novel aspects on epilepsy,
Prof. Humberto Foyaca-Sibat, Ed. Ke-1, Intech, Rijeka
Freedman, G. 2012. Contemporary esthetic dentistry, Ed. ke-1, Philadelphia:
Mosby Inc.
Bakar, Abu. 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media.