“REHABILITATIF”
Kelompok Tutorial 5
Anggota Kelompok :
1. Ghafran Nailul Farchi (161610101041)
2. Sunana Ageng Hikmawati (161610101042)
3. Nafra Glenivio Agretdie (161610101043)
4. Khairunnisa Fadhilatul Arba (161610101044)
5. Firmansyah Adi Pradana (161610101045)
6. Liyathotun Fatimah (161610101046)
7. Hamy Rafika Pratiwi (161610101047)
8. Shintia Dwi Pramesty (161610101048)
9. Endang Nur Hidayati (161610101049)
10. Windy Nanda Eriyati (161610101050)
1. Karena kemauan dari pasien, dengan disertai inform consent. Bisa juga
Karena alasan dari kasus pada skenario yang disebutkan bahwa gigi 36
perforasi profunda yang akan dicabut sehingga dapat memudahkan untuk
pengklasifikasian Kennedy.
2. Akibat tidak dibuatkan gigi tiruan :
Gigi dapat bermigrasi sehingga makanan dapat tersumbatOH buruk
Tidak ada keseimbangan lengkung rahang pada pasien menurunkan
efisiensi kunyah dari pasien
Mengunyah satu sisi atrisi, gangguan TMJ
Migrasi gigi traumatik oklusi dengan gigi antagonisnya
Elongasi dari gigi antagonisnya
Terganggunya fungsi bicara
Terganggunya fungsi estetik.
3. Tujuan dan manfaat GTSL :
Untuk memperbaiki oklusi
Untuk mengembalikan fungsi mastikasi, fonetik dan estetiknya.
Untuk meningkatkan kepercayaan diri dari pasien
Untuk mempertahankan/ memelihara jaringan pendukung dan gigi
yang masih tersisa
Untuk mencegah migrasi gigi
Untuk menyeimbangkan distribusi beban kunyah
4. Indikasi GTSL :
Adanya satu gigi/ sebagian gigi yang hilang
Tidak memenuhi syarat untuk pembuatan GTL
Tidak ada abutment pada posterior gigi yang mengalami edentulus
ridge
Tidak memungkinkan untuk dipakaikan gigi tiruan cekat
Keinginan dari pasien sendiri
Keadaan sosial ekonomi
Kontraindikasi GTSL:
OH yang buruk
Pasien yang alergi pada bahan
Pasien yang memiliki penyakit sistemik
Tidak ada pengaruh faktor psikologis
Pasien epilepsi GTSL mungkin bisa tertelan
5. Syarat GTSL
Biokompatibel
Fisik dan mekanik yang baik tidak porus, stabilitas warna yang
baik, tahan abrasi, mudah dibersihkan
Memiliki warna yang sesuai dengan gigi yg ada
Pemasangan klamer harus ada nilai estetiknya
6. Klasifikasi Kennedy:
Kelas 1: daerah tidak bergigi terletak pada posterior dari gigi masih
ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral free end).
Kelas 2: daerah tidak bergigi terletak pada posterior dari gigi masih
ada dan berada pada satu sisi rahang (unilateral free end).
Kelas 3: daerah tidak bergigi terletak pada bagian diantara gigi
yang masih ada pada posterior maupun anterior.
Kelas 4: daerah yang tidak bergigi pada bagian anterior dan
melewati garis midline.
Syarat:
Klasifikasi dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai
dilaksanakan atau gigi yang diindikasikan untuk dicabut selesai
dicabut.
Bila gigi M3 hilang dan tidak diganti, tidak termasuk dalam
klasifikasi.
Bila gigi M3 masih ada dan digunakan sebagai pengganti, gigi ini
dimasukkan klasifikasi
M2 hilang tidak diganti jika antagonisnya sudah hilang.
Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan Klas utama
dalam klasifikasi.
Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam
klasifikasi masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan
jumlah daerah atau ruangannya.
Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV.
7. Komponen GTSL
a. Basis: alas protesa yang menutupi jaringan lunak pada bagian bukal,
lingual, dan palatum
- Basis dukungan gigi
- Basis dukungan jaringan
- Ada 2 bahan: akrilik dan metal
b. Sadel: bagian GTL yang menutupi processus alveolaris
- Bounded saddle pada gigi asli
- Free end saddle pada gigi tiruan
c. Elemen gigi tiruan ( akrilik dan porselen)
- Pemilihan tergantung pada warna, bentuk, dari kondisi gigi pasien
sebelumnya
d. Cengkram/klamer
- Biasanya dari stainless steel untuk menghasilkan retensi, stabilisasi,
dan mencengkram gigi penjangkaran.
- Ada 2 macam: Tak langsung plat anterior setinggi cingulum,
langsung menggunakan klamer
8. Menentukan desain GTSL :
Gigi tiruan sebagian adalah suatu alat yang berfungsi untuk
mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama
adalah jaringan lunak di bawah plat dasar dan dukungan tambahan dari
gigi asli yang masih tertinggal dan terpilih sebagai gigi pegangan /
abutment.
1. Tahap I : Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi.
Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi
untuk setiap rahang. Klasifikasi yang umum digunakan
adalah Klasifikasi Kennedy (1923) berdasarkan letak
daerah tak bergigi (DTG)/sadel dengan masing-masing
indikasi protesanya (IP)
2. Tahap II : Menentukan macam-macam dukungan dari setiap sadel.
Bentuk daerah tak bergigi ada dua macam yaitu daerah
tertutup (paradental) dan daerah berujung bebas (free end).
Sesuai dengan sebutan ini, bentuk sadel dari geligi tiruan
dibagi dua macam juga dan dikenal dengan sebutan
serupa, yaitu sadel tertutup (paradental saddle) dan sadel
berujung bebas (free end saddle).
Ada tiga pilihan untuk dukungan sadel paradental, yaitu
dukungan dari gigi, dari mukosa, atau dari gigi dan
mukosa (kombinasi). Sedangkan, untuk sadel berujung
bebas, dukungan bisa berasal dari mukosa, dari gigi dan
mukosa (kombinasi).
Pemeriksaan
Subjektif Objekktif
Diagnosis
Rencana Perawatan
GTSL
Indikator Keberhasilan
Dan
Evaluasi
STEP 5 : Learning Objective
Fungsi basis:
Untuk meneruskan beban kunyah ke mukosa dan tulang alveolar
dibawahnya.
Untuk memberi retensi dari protesa, karena adanya gaya adhesive
antara basis dan mukosa yang dibatasi dengan media air ludah.
Untuk tempat melekatnya cengkram.
Untuk menggantikan jaringan yang hilang serta memberikan
dukungan kepada bibir dan pipi ( estetik ).
3. Elemen gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan yang merupakan
bentuk gigi tiruan dari gigi asli yang hilang. Bahan dasar gigi tiruan
dapat bermacam-macam, yaitu: resin akrilik, porselen,logam (Haryanto,
1995).
Elemen gigi tiruan resin akrilik:
Mudah aus, terutama pada penderita yang mempunyai
kekuatan kunyah yang kuat
Perlekatannya dengan basis merupakan persenyawaaan kimia,
karena bahannya sama
Dapat berubah warna
Mudah tergores
Mudah dibentuk/diperkecil sesuai dengan ruangan
Lebih ringan dibanding gigi tiruan yang dari porselen dan
logam
Dapat diasah dan dipoles
Karena sifat mudah aus, baik sekali dipakai untuk prosesus
alvolaris yang datar
Elemen gigi tiruan porselen:
Tidak mudah aus/tergores
Perlekatannya dengan basis secara mekanis, sehingga elemen
gigi tiruan harus mempunyai retensi untuk pelekatnya terhadap
basis bentuk retensi gigi tiruan porselen: undercur, pin, alur
Tidak berubah warna
Tidak dapat diasah
Lebih berat daripada akrilik
Tidak baik dipakai untuk prosesus alveoalris yang datar
(resorbsi).
Elemen gigi tiruan logam:
Biasanya dibuat sendiri sesuai dengan ruang protesa yang ada,
terutama untuk gigi posterior yang ruang protesanya sempit.
Estetis kurang baik
Tahan terhadap daya kunyah yang besar/kuat
a. Fungsi cengkram:
untuk retensi
untuk stabilisasi
untuk meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran
b. Syarat umum gigi penjangkaran:
gigi vital atau non vital yang telah dilakukan PSA dengan
sempurna
bentuk anatomis dan besarnya normal
tidak ada kerusakan/kelainan. Misalnya: tambalan yang besar,
karies, hypoplasia, konus
posisi dalam lengkung gigi normal
keadaan akar gigi:
bentuk ukurannya normal
tertanam dalam tulang alveolar dengan perbandingan
mahkota akar 2:3
jaringan periodonta sehat
tidak ada kelainan periapikal
sedapat mungkin tidak goyang
c. Cengkram kawat
Bagian-bagian dari cengkram kawat:
1) Lengan, yaitu bagian dari cengkram kawat yang
terletak/melingkari bagian bukal/lingual gigi penjangkaran.
Sifat agak lentur, berfungsi untuk retensi dan stabilisasi.
2) Jari, yaitu bagian dari lengan yang terletakdi bawah lingkaran
terbesar gigi. Sifat lentur/fleksibel dan berfungsi untuk retensi.
3) Bahu, yaitu bagian dari lengan yang terleta di atas lingkaran
terbesar dari gigi. Sifat kaku dan berfungsi untuk stabilisasi
yaitu menahan gaya-gaya bucco-lingual .
4) Badan/body, yaitu cengkram kawat yang terletak di atas titik
kontak gigi di daerah aproksimal. Sifat kaku, dan berfungsi
untuk stabilisasi yaitu menaha gaya-gaya anteroposterior.
5) Oklusal rest, yaitu bagian dari cengkram kawat yang terletak di
bagaian oklusal gigi. Sifat kaku, panjang ±1/3 lebar
mesiodistal gigi. Berfungsi untuk meneruskan beban kunyah
ke gigi penjangkaran.
6) Retensi dalam akrilik, yaitu bagian dari cengkram kawat yang
tertanam dalam basis akrilik
d. Syarat-syarat cengkram kawat yang melingkari gigi:
1) harus kontak garis
2) tidak boleh menekan/harus pasif
3) ujung jari tidak boleh menyinggung gigi tetangga dan tidak
boleh tajam/harus dibulatkan
4) tidak ada lekukan bekas tang(luka)pada lengan cengkram
5) bagian cengkram yang melalui oklusal gigi tidak boleh
mengganggu oklusi/artikulasi
6) jarak bagian jari ke servikal gigi: cengkram paradental:1/2-1
mm cengekeram gingival:1 ½-2 mm
7) bagian retensi dalam akrilik harus dibengkokkan
e. Macam-macam desain cengkram
Desain cengkram menurut fungsinya dibagi dalam dua bagian:
1) Cengkram paradental
Yaitu cengkram yang fungsinya selain dari retensi dan
stabilisasi protesa, juga sebagai alat untuk meneruskan beban
kunyah yang diterima gigi tiruan ke gigi penjangkarannya
Jadi,cengkram paradental harus mempunyai bagian yang
melalui bagian oklusal gigi penjangkaran atau melalui titik
kontak antara gigi penjangkaran dengan gigi tetangganya
(Haryanto, 1995). Macam-macam cengkram paradental:
Cengkram 3 jari terdiri dari:
lengan bukal dan lingual
body
bahu
oklusal rest
bagian retensi dalam akrilik
Indikasi: gigi molar dan premolar
Cengkram Jackson
Desain cengkram ini mulai dari palatal/lingual, terus ke
oklusal di atas titik kontak, turun ke bukal melalui di bawah
lingkaran terbesar, naik lagi ke oklusal di atas titik kontak,
turun ke lingual masuk retensi akrilik. Indikasi: gigi
molar,premolar yang mempunyai kontak yang baik di bagian
mesial dan distalnya Bila gigi penjangkaran terlalu cembung,
seringkali cengkram ini sulit masuk pada waktu pemasangan
protesa(Haryanto, 1995).
Cengkram ½ jackson paradental
Desainnya mulai dari bukal terus ke oklusal di atas titik
kontak, turun ke lingual dan terus ke retensi akrilik Indikasi:
gigi molar dan premolar gigi terlalu cembung sehingga
cengkram jackson sulit melaluinya ada titik kontak yang baik
di anatar 2 gigi (Haryanto, 1995).
Cengkram S
Desain cengkram ini mulai dari bukal terus ke
oklusal/insisal di atas titik kontak, turun ke lingual melalu atas
cingulum, kemudian turun ke bawah masuk ke dalam akrilik
Indikasi: Untuk kaninus rahang atas perlu diperhatikan agar
letak cengkram tidak mengganggu oklusi (Haryanto, 1995).
Cengkram Kippmeider
Tidak mempunyai lengan, yang ada hanya rest di atas
cingulum Indikasi: hanya untuk kaninus. Bentuk cingulum
harus baik. Fungsi: hanya untuk menerusan beban kunyah dan
stabilisasi (Haryanto, 1995).
Cengkram rush angker
Desainnya mulai dari oklusal di aproksimal(daerah
mesial/distal)terus ke arah lingual ke bawah, masuk dalam
akrilik. Indikasi: molar, premolar yang mempunyai titik
kontak yang baik. Fungsi: hanya untuk meneruskan beban
kunyah protesa ke gigi penjangkaran dan sebagai retensi pada
pembuatan splin (Haryanto, 1995).
Cengkram roach
Desainnya mulai dari oklusal di daerah titik kontak
aproksimal, turun ke bukal dan lingual terus ke aproksimal di
daerah diastema, masuk dalam akrilik Indiksai:gigi molar dan
premolar yang mempunyai konta yang baik (Haryanto, 1995).
2) Cengkram gingival
Yaitu cengkram yang fungsinya hanya untuk retensi dan
stabilisasi protesa. Jadi, karena tidak berfungsi untuk
meneruskan beban kunyah yang diterima protesa ke gigi
penjangkaran, maka cengkram ini tidak mempunyai bagian
yang melalui bagian oklusal gigi penjangkaran, bisa diatas
permukaan oklusal (Haryanto, 1995). Macam-macam
cengkram gingival:
Cengkram 2 jari
Desainnya sama dengan cengkram 3 jari, hanya tidak
mempunyai rest. Indikasi: gigi molar dan premolar (Haryanto,
1995).
Cengkram 2 jari panjang
Desainnya seperti cengkram 2 jari, hanya disini melingkari
2 gigi berdekatan Iindikasi:gigi molar, premolar, dimana gigi
yang deat diastema urang kuat (goyang derajat 1) (Haryanto,
1995).
Cengkram ½ jacson
Hampir sama dengan cengkram ½ jacson paradental
bedanya cengkram ini melalui bagian proksimal dekat
diastema dan di bagian lingual lurus ke bawah, tetap di tepi
lingual indikasi:gigi molar,premolar dan kaninus (Haryanto,
1995).
Cengkram vestibular finger
Cengkram ini berjalan mulai dari sayap bukal protesa ke
arah undercut di vestibulum bagian labial, ujungnya ditutupi
akrilik. Indikasi: gigi sisa hanya gigi anterior yangtidak dapat
dilingkari cengkram, dan bagian vestibulum labial harus
mempunyai undercut yang cukup. Fungsi: untuk tambahan
retensi, tetapi kurang efektif (Haryanto, 1995).
5. Desain klamer
1. Occlusal rest
2. Retainer/ retensi
3. Bracing
a) Dukungan mukosa
b) Dukungan kombinasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
- Keadaan jaringan pendukung
- Panjang sadel
- Jumlah sadel
- Keadaan rahang
Tahapan perawatan:
1. Pemeriksaan Utama:
a. Pemeriksaan subjektif berupa anamnesa
b. Pemeriksaan Objektif terdiri dari pemeriksaan intra oral dan
ekstra oral
2. Tahap Pencetakan rahang adalah bentuk negatif dari seluruh jaringan
pendukung geligi tiruan. Setelah dicor, maka akan didapatkan bentuk
positif dari rahang atau model rahang. Teknik mencetak ada 2:
secara mukostatis untuk tahanan jaringan rendah dan secara
mukokompresi/mukofungsional utnuk tahanan jaringan tinggi.
PPada kasus GTSL, bila mencetak dengan tekanan mukofungsional
kan menghasilkan GT yang stabil waktu berfungsi. Dalam keadaan
istirahat, GT tersebut akan tetap stabil/tak bergerak, karena ada
cengkram yang menahan sebagi retensi GT.
3. Penentuan Klasifikasi Kennedy
4. Penentuan desain
5. Tahapan laboratoris
Desain geligi tiruan, bersihkan model dari sisa-sisa gips dan buat
desain geligi tiruan yang akan dibuat, membuat garis median denture
out line, melakukan survey dan mendesain cengkram. Perencanaan
dimensi vertical dan oklusi sentries, pasien yang kehilangan sebagian
giginya berarti sudah kehilangan bidang oklusi, tinggi gigitan atau
dimensi vertical, oklusi sentrik. Ketiga hal ini harus kita cari saat
membuat geligi tiruan dengan media tanggul gigitan, galangan gigit
atau bagian noklusal bite trim. Memilih gigi, pada kasus pasien
ompong, memilih gigi berpedoman pada bentuk wajah, jenis kelamin
dan umur pasien untuk menentukan warna dan tingkat keaausanya,
sedangkan ukuran gigi disesuaikan dengan garis orientasi pada
tangul gigitan. Penyusunan gigi, penyusunan gigi dilakukan diatas
malam/ wax. Conturing, setelah bentuk kontur geligi tiruan
dipendam dalam kuvet. Packing, proses mencampur monomer dan
polimer resin akrilik. Procesing, polimerasi antara monomer yang
bereaksi dengan polimernya bila dipanaskan atau ditambahakan zat
kimia. Deflasking, bila curing telah selesai, maka flask dibiarkan
sampai pada suhu kamar, kemudian flask boleh dibuka. Pemasangan
kembali dan pengasahan selektif, pemasangan kembali geligi dalam
articulator bertujuan untuk mengoreksi hubungan oklusi yang tidak
harmonis dari geligi tiruan yang baru selesai diproses atau dimasak.
Penyelesain geligi tiruan, ini dilakukan dengan cara membuang sisa-
sisa resain akrilik pada batas geligi tiruan. Pemolesan geligi tiruan,
menghaluskan dan mengkilapkan geligi tiruan tanpa merubah kontur
(Merry,2015).
Surveyor gigi adalah instrumen diagnostik yang digunakan
untuk memilih letak insersi dan bantuan yang paling menguntungkan
dalam persiapan guiding planes, merupakan instrumen penting
dalam merancang GTSL. Tindakan menggunakan surveyor disebut
sebagai survei (Robert, 2011).
Penggunaan surveyor
1. Menemukan undercut jaringan lunak, yang dapat memengaruhi
basis gigi tiruan, jenis retainer langsung dan letak insersi yang
dipilih.
2. Membentuk pola lilin (wax patterns) untuk restorasi cekat yang
akan menjadi abutment gigi tiruan sebagian.
3. Mencocokkan permukaan paralel pada restorasi cor.
4. Memblokir undercuts yang tidak diinginkan pada master cast.
5. Menempatkan retainer intrakoronal (perlekatan yang presisi).
6. Merekam posisi cast terkait dengan letak insersi yang dipilih
(tripoding) (Robert, 2011).
Bagian-Bagian Surveyor
1. Surveying Table (Cast Holder)
Bagian dari surveyor dimana cast dapat dilekatkan. Melalui
penggunaan ball dan socket joint, ini memungkinkan cast untuk
berorientasi pada berbagai kemiringan dan untuk dicekatkan di
sepanjang salah satu planes ini.
2. Surveying Arm
Lengan vertikal yang digunakan untuk menganalisis paralelisme
berbagai permukaan cor aksial, berisi pemegang/holder sehingga
beberapa alat survei dapat dilekatkan dan digunakan.
3. Alat Suvey (Surveying Tools)
a. Analyzing Rod
Batang logam lurus tipis yang digunakan untuk
menganalisis kontur dan undercu, merupakan alat utama
yang digunakan dalam survei. Sisi analyzing rod
dihubungkan dengan permukaan gigi penyangga untuk
menganalisis kecenderungan aksial mereka. Batang ini
mudah ditekuk dan sekali bengkok sulit untuk diluruskan.
Gunakan dengan hati-hati.
b. Carbon Marker
Batang mirip dengan ujung pensil yang dapat
digunakan untuk menandai lokasi ketinggian kontur pada
gips gigi (dental cast). Beberapa surveyor menggunakan
pelindung (sheath) untuk mencegah atau mengurangi
kerusakan penanda karbon.
d. Wax Trimmer
Alat dengan ujung tajam lurus, yang sejajar dengan
lengan yang disurvei, ddigunakan untuk membentuk
mahkota gigi tiruan untuk abutment gigi tiruan sebagian,
atau untuk menempatkan blokout untuk kerangka gigi
tiruan sebagian. Digunakan dengan gerakan menyeret atau
mencukur untuk menghilangkan lapisan tipis.
(Robert, 2011).
Adnan Asti P. 2016. Tingkat Kebersihan Gigi Tiruan Lepasan pada Pasien
Pengguna Gigi Tiruan Lengkap Aktilik di Puskesmas Kecamatan Malili
(Skripsi). Makassar: Universitas Hasanuddin
Applegate, O. C. 1959. Essentials of Removable Partial Denture Prosthesis. 2nd
Edition. Philadelphia and London: W. B. Saunders Company.
Davenport, J.C, et.al. 1988. A Colour Atlas of Removable Partial Denture. Bpcc
Hazell Books, Aylesbury : England.
Falatehan Niko. 2018. Relining Gigi Tiruan Rahang Bawah secara Langsung
dengan Percetakan Tertutup (Laporan Kasus). Jakarta: Universitas
Trisakti. 14 (1): 27-32
Firnanda M. 2013. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan terhadap Kekuatan Kunyah.
Surabaya: Fakultas Kedokteran Gigi UA
Gunadi H.A, dkk. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan jilid 2.
Jakarta: Hipokrates
Gunadi, A., Kristiana, D., & Fluidayanti, I. 2016. Distribution of Tooth Loss
Based on Kennedy Classification and Types of Denture for Patient in
Dental Hospital of Jember University. Proccedings Book FORKINAS VI
FKG UNEJ 14th-15th 2016
Gunadi, dkk., 2012. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I.
Jakarta, Hipokrates, pp 14.
Haryanto, A. G. 1991. Buku Ajar Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 2. Jakarta:
Hipokrates.
Haryanto, A.G. 1995. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid II
Cetakan I. Jakarta: Hipokrates.
Lenggogeny P dan Masulili S. 2015. Gigi Tiruan Sebagian Kerangka Logam
sebagai Penunjang Kesehatan Jaringan Periodontal. Jakarta: Majalah
Kedokteran Gigi Indonesia. Vol 1, No. 2
Phoenix, R. D., Cagna, D. R., DeFreest, C. F. 2003. Mayor Connectors, Minor
Connectors, Rest, and Rest Seats. In: Stewart`S Clinical Removable Partial
Prosthodontics. Chicago: Quintessence.
Silalahi dkk. 2017. Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan pada Gigi
2 untuk Menggantikan Gigi Tiruan Sebagian Nonformal. Bandar
Lampung: Jurnal Analisis Kesehatan. Vol 6, No. 2
Sofya dkk. 2016. Tingkat Kebersihan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Resin
Akrilik Ditinjau dari Frekuensi dan Metode Pembersihan. Universitas
Syiah Kuala. 1 (1): 91-95
The academy of Prosthodontics. 2005. The Glossary of Prosthodontic Terms. The
Journal Prosthetic Dentistry. 94(1): 25.
Thressia, Merry. 2015. Proses Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Dari
Bahan Kombinasi Logam Dan Akrilik. Jurnal Kesehatan Perintis, Vol. 1
No. 3, Juni 2015 Issn 2355-9853. Padang
Wahjuni, Sri. PEMBUATAN PROTESA KOMBINASI DENGAN CASTABLE
EXTRACORONAL ATTACHMENTS (PROSEDUR LABORATORIUM). Journal Of
Vocational Health Studies 01 (2017): 75–81