Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN TUTORIAL

“REHABILITATIF”

SKENARIO 2 : Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Tutor : drg. Winny Adriatmoko, M Kes

Kelompok Tutorial 5
Anggota Kelompok :
1. Ghafran Nailul Farchi (161610101041)
2. Sunana Ageng Hikmawati (161610101042)
3. Nafra Glenivio Agretdie (161610101043)
4. Khairunnisa Fadhilatul Arba (161610101044)
5. Firmansyah Adi Pradana (161610101045)
6. Liyathotun Fatimah (161610101046)
7. Hamy Rafika Pratiwi (161610101047)
8. Shintia Dwi Pramesty (161610101048)
9. Endang Nur Hidayati (161610101049)
10. Windy Nanda Eriyati (161610101050)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2019
SKENARIO 2
Seorang pasien perempuan usia 50 tahun yang berprofesi sebagai ibu rumah
tangga ingin dibuatkan gigi tiruan. Pasien pernah memakai gigi tiruan sejak 7
tahun yang lalu. Kesehatan umum baik. Pemeriksaan intra oral: gigi 36 karies
profunda preforasi, 35, 37,38 hilang, 45,46 memakai gigi tiruan. Ada oklusi. OH
penderita bagus. Kemudian dokter gigi melakukan rencana perawatan dengan
melakukan ekstraksi pada gigi 36, membuatkan gigi tiruan sebagian lepasan
menggunakan anasir akrilik, basis akrilik. Dokter gigi membuat model studi,
membuat model kerja dan membuat desain dengan menentukan klasifikasi
berdasarkan Kennedy dan melakukan survey.
STEP 1: Clarifying UnfamiliarTerms

1. GTSL (Gigi Tiruan Sebagian Lepasan)


Gigi tiruan yang digunakan untuk mengganti sebagian dari gigi asli
dimana bisa dilepas dan dipasangkan kembali secara mandiri oleh pasien.
2. Anasir akrilik
Anasir akrilik adalah bagian dari gigi tiruan yang berfungsi menggantikan
gigi asli yang telah hilang dimana bahan yang digunakan yaitu berupa
akrilik. Keuntungan penggunaan anasir akrilik yaitu resorbsi tulang
alveolar yang rendah karena daya kunyah yang diterima gigi tiruan dapat
diredam.
3. Basis akrilik
Bahan basis akrilik adalah bahan yang digunakan pada pembuatan basis
gigi tiruan dengan bahan dasar yaitu resin akrilik poli metil metakrilat.
Bahan basis gigi tiruan resin akrilik yang sering digunakan yaitu jenis heat
cured yang mempunyai kelebihan; estetik yang baik, karena basis dapat
didesain sesuai warna normal gingiva, lebih ringan, dan nyaman
digunakan. Namun, bahan tersebut juga mempunyai kekurangan yaitu
menyerap cairan dan mempunyai sifat porus yang merupakan tempat ideal
untuk pengendapan sisa makanan sehingga mikroorganisme dapat tumbuh
dan berkembang biak.
4. Klasifikasi Kennedy
Penggolongan berdasarkan lengkung tak bergigi untuk membantu
pembuatan desain gigi tiruan sebagian lepasan.
5. Desain gigi tiruan
Gambaran yang menggambarkan model dari gigi tiruan sebagian lepasan
yang akan digunakan.
6. Survey
Proses diagnostik berupa analisis dimensional jaringan lunak dan jaringan
keras dalam rongga mulut untuk menghasilkan desain gigi tiruan sebagian
lepasan.
7. Oklusi
Perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada rahang atas (maksila)
dan rahang bawah (mandibula) yang terjadi selama pergerakan mandibula
dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang.

STEP 2 : Problem Identification

1. Mengapa pada gigi 36 dilakukan pencabutan tetapi tidak dipertahankan?


2. Apa akibat tidak dibuatkan gigi tiruan ?
3. Apa tujuan dan manfaat dari GTSL?
4. Apa indikasi dan kontraindikasi dari GTSL?
5. Apa saja syarat dari GTSL?
6. Apa saja klasifikasi Kennedy?
7. Apa saja komponen dari GTSL?
8. Bagaimana menentukan desain dari gigi tiruan pada skenario?
9. Bagaimana prosedur pembuatan GTSL?
10. Apakah melakukan cetakan GTSL sama dengan GTL ataukah beda?
11. Apa yang dilakukan saat survey?
12. Apa indikator keberhasilan dari GTSL?
STEP 3 : Brainstorming

1. Karena kemauan dari pasien, dengan disertai inform consent. Bisa juga
Karena alasan dari kasus pada skenario yang disebutkan bahwa gigi 36
perforasi profunda yang akan dicabut sehingga dapat memudahkan untuk
pengklasifikasian Kennedy.
2. Akibat tidak dibuatkan gigi tiruan :
 Gigi dapat bermigrasi sehingga makanan dapat tersumbatOH buruk
 Tidak ada keseimbangan lengkung rahang pada pasien menurunkan
efisiensi kunyah dari pasien
 Mengunyah satu sisi atrisi, gangguan TMJ
 Migrasi gigi traumatik oklusi dengan gigi antagonisnya
 Elongasi dari gigi antagonisnya
 Terganggunya fungsi bicara
 Terganggunya fungsi estetik.
3. Tujuan dan manfaat GTSL :
 Untuk memperbaiki oklusi
 Untuk mengembalikan fungsi mastikasi, fonetik dan estetiknya.
 Untuk meningkatkan kepercayaan diri dari pasien
 Untuk mempertahankan/ memelihara jaringan pendukung dan gigi
yang masih tersisa
 Untuk mencegah migrasi gigi
 Untuk menyeimbangkan distribusi beban kunyah
4. Indikasi GTSL :
 Adanya satu gigi/ sebagian gigi yang hilang
 Tidak memenuhi syarat untuk pembuatan GTL
 Tidak ada abutment pada posterior gigi yang mengalami edentulus
ridge
 Tidak memungkinkan untuk dipakaikan gigi tiruan cekat
 Keinginan dari pasien sendiri
 Keadaan sosial ekonomi
Kontraindikasi GTSL:
 OH yang buruk
 Pasien yang alergi pada bahan
 Pasien yang memiliki penyakit sistemik
 Tidak ada pengaruh faktor psikologis
 Pasien epilepsi GTSL mungkin bisa tertelan

5. Syarat GTSL
 Biokompatibel
 Fisik dan mekanik yang baik tidak porus, stabilitas warna yang
baik, tahan abrasi, mudah dibersihkan
 Memiliki warna yang sesuai dengan gigi yg ada
 Pemasangan klamer harus ada nilai estetiknya

6. Klasifikasi Kennedy:
 Kelas 1: daerah tidak bergigi terletak pada posterior dari gigi masih
ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral free end).
 Kelas 2: daerah tidak bergigi terletak pada posterior dari gigi masih
ada dan berada pada satu sisi rahang (unilateral free end).
 Kelas 3: daerah tidak bergigi terletak pada bagian diantara gigi
yang masih ada pada posterior maupun anterior.
 Kelas 4: daerah yang tidak bergigi pada bagian anterior dan
melewati garis midline.

Syarat:
 Klasifikasi dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai
dilaksanakan atau gigi yang diindikasikan untuk dicabut selesai
dicabut.
 Bila gigi M3 hilang dan tidak diganti, tidak termasuk dalam
klasifikasi.
 Bila gigi M3 masih ada dan digunakan sebagai pengganti, gigi ini
dimasukkan klasifikasi
 M2 hilang tidak diganti jika antagonisnya sudah hilang.
 Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan Klas utama
dalam klasifikasi.
 Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam
klasifikasi masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan
jumlah daerah atau ruangannya.
 Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV.

7. Komponen GTSL
a. Basis: alas protesa yang menutupi jaringan lunak pada bagian bukal,
lingual, dan palatum
- Basis dukungan gigi
- Basis dukungan jaringan
- Ada 2 bahan: akrilik dan metal
b. Sadel: bagian GTL yang menutupi processus alveolaris
- Bounded saddle pada gigi asli
- Free end saddle pada gigi tiruan
c. Elemen gigi tiruan ( akrilik dan porselen)
- Pemilihan tergantung pada warna, bentuk, dari kondisi gigi pasien
sebelumnya
d. Cengkram/klamer
- Biasanya dari stainless steel untuk menghasilkan retensi, stabilisasi,
dan mencengkram gigi penjangkaran.
- Ada 2 macam: Tak langsung plat anterior setinggi cingulum,
langsung menggunakan klamer
8. Menentukan desain GTSL :
Gigi tiruan sebagian adalah suatu alat yang berfungsi untuk
mengembalikan beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama
adalah jaringan lunak di bawah plat dasar dan dukungan tambahan dari
gigi asli yang masih tertinggal dan terpilih sebagai gigi pegangan /
abutment.
1. Tahap I : Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi.
Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi
untuk setiap rahang. Klasifikasi yang umum digunakan
adalah Klasifikasi Kennedy (1923) berdasarkan letak
daerah tak bergigi (DTG)/sadel dengan masing-masing
indikasi protesanya (IP)
2. Tahap II : Menentukan macam-macam dukungan dari setiap sadel.
Bentuk daerah tak bergigi ada dua macam yaitu daerah
tertutup (paradental) dan daerah berujung bebas (free end).
Sesuai dengan sebutan ini, bentuk sadel dari geligi tiruan
dibagi dua macam juga dan dikenal dengan sebutan
serupa, yaitu sadel tertutup (paradental saddle) dan sadel
berujung bebas (free end saddle).
Ada tiga pilihan untuk dukungan sadel paradental, yaitu
dukungan dari gigi, dari mukosa, atau dari gigi dan
mukosa (kombinasi). Sedangkan, untuk sadel berujung
bebas, dukungan bisa berasal dari mukosa, dari gigi dan
mukosa (kombinasi).

3. Tahap III : Menentukan macam retainer / penahan.


Menentukan macam retainer / penahan yang digunakan
dalam pemakaian gigi tiruan. Terdapat 2 (dua) macam
jenis yang retainer yang dapat digunakan sesuai kebutuhan
desain gigi tiruan yaitu: direct retainer dan indirect
retainer.
4. Tahap IV : Menentukan macam konektor.
Menentukan macam konektor yang akan digunakan sesuai
desain dan kebutuhan bagi pasien pemakai gigi tiruan.
Terdapat 2 (dua) jenis konektor yang dapat dipilih sesuai
kebutuhan dan desain: konektor utama dan konektor
minor.

9. Prosedur Pembuatan GTSL Pada Pasien :


Kunjungan Pertama
1. Anamnesa Indikasi
2. Membuat Studi Model
- Alat : Sendok cetak
- Bahan Cetak : Hyidrokoloid Irreversible (alginat)
Cara mencetak
Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W yaitu 3:1,
setelah dicapai konsistensi yang tepat dimasukkan ke dalam sendok
cetak dengan merata, kemudian dimasukkan ke dalam mulut pasien
dan tekan posisi ke atas atau ke bawah sesuai dengan rahang yang
dicetak. Di samping itu dilakukan muscle triming agar bahan cetak
mencapai lipatan mukosa. Posisi dipertahankan sampai setting,
kemudian sendok dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan dari saliva.
Hasil cetakan diisi dengan stone gips dan di-boxing.
Kunjungan Kedua
1. Membuat work model
- Alat : sendok cetak fisiologis
- Bahan cetak : hyidrokoloid irreversible (alginat)
- Cara mencetak
Rahang Atas :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan
ke dalam sendok cetak. Posisi operator di samping kanan belakang.
Masukkan sendok cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, sehingga
garis tengah sendok cetak berimpit dengan garis median wajah.
Setelah posisinya benar sendok cetak ditekan ke atas. Sebelumnya
bibir dan pipi penderita diangkat dengan jari telunjuk kiri, sedang jari
manis, tengah dan kelingking turut menekan sendok dari posterior ke
anterior. Pasien disuruh mengucapkan huruf U dan dibantu dengan
trimming.
Rahang Bawah :
Bahan cetak diaduk, setelah mencapai konsistensi tertentu dimasukkan
ke dalam sendok cetak. Pasien dianjurkan untuk membuang air ludah.
Posisi operator di samping kanan depan. Masukkan sendok cetak dan
bahan cetak ke dalam mulut, kemudian sendok ditekan ke processus
alveolaris. Pasien diinstruksikan untuk menjulur lidah dan
mengucapkan huruf U. dilakukan muscle trimming supaya bahan
mencapai lipatan mucobuccal. Posisi dipertahankan sampai setting.
2. Pembuatan cangkolan yang akan digunakan untuk retensi gigi tiruan
dengan melakukan survey model terlebih dahulu pada gigi yang akan
dipakai sebagai tempat cangkolan berada nantinya.
3. Pembuatan basis gigi tiruan dengan menggunakan malam merah yang
dibuat sesuai dengan desain gigi tiruan.
4. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking,
finishing, polishing.
Kunjungan Ketiga
1. Try – in basis gigi tiruan akrilik dengan cangkolannya.
2. Pembuatan gigitan kerja yang digunakan untuk menetapkan hubungan
yang tepat dari model RA dan RB sebelum dipasang di artikulator
dengan cara : pada basis gigi tiruan yang telah kita buat tadi
ditambahkan dua lapis malam merah dimana ukurannya kita sesuaikan
dengan lengkung gigi pasien. Malam merah dilunakkan kemudian
pasien diminta mengigit malam tersebut.
3. Pemasangan model RA dan RB pada artikulator dengan memperhatikan
relasi gigitan kerja yang telah kita dapatkan tadi.
4. Penyusunan gigi tiruan dimana pada kasus ini akan dipasang gigi
posterior maka perlu diperhatikan bentuk dan ukuran gigi yang akan
dipasang. Posisi gigi ditentukan oleh kebutuhan untuk mendapatkan
oklusi yang memuaskan dengan gigi asli atau gigi tiruan antagonis
untuk mendapatkan derajat oklusi yang seimbang. Malam dibentuk
sesuai dengan kontur alami prosesus alveolar dan tepi gingiva.
5. Proses flasking, wax elimination, packing, processing deflasking,
finishing, polishing.
Kunjungan Keempat
Dilakukan insersi yaitu pemasangan GTSL dalam mulut pasien. Hal-hal
yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Part of insertion and part of removement
Hambatan pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat
pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan cara
pengasahan permukaan gigi tiruan (hanya pada bagian yang perlu saja).
2. Retensi
Yaitu kemampuan GTSL untuk melawan gaya pemindah yang
cenderung memindahkan gigi tiruan ke arah oklusal. Stabilisasi yaitu
perlawanan atau ketahanan GTSL terhadap gaya yang menyebabkan
perpindahan tempat/gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan
berfungsi, misal pada saat mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan
dengan cara menekan bagian depan dan belakang gigi tiruan secara
bergantian. Gigi tiruan tidak boleh menunjukkan pergeseran pada saat
tes ini.
3. Oklusi
Yaitu pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral, dan
anteroposterior.
Kunjungan Kelima
Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi.
Tindakan yang perlu dilakukan :
1. Pemeriksaan subjektif
Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa mengganjal saat
pemakaian gigi tiruan tersebut.
2. Pemeriksaan objektif:
 Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut
 Melihat keadaan GTSL baik pada plat dasar gigi tiruannya
maupun pada mukosa di bawahnya.
 Melihat posisi cenkeram.
 Melihat keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya.
 Memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan.
10. Beda, karena kalo membuat gigi tiruan lengkap dibutuhkan sendok cetak
perorangan
11. Survey merupakan proses diagnostik berupa analisi dimensional jaringan
lunak dan jaringan keras dalam rongga mulut untuk menghasilkan desain
gigi tiruan sebagian lepasan.
Yang dilakukan saat survey:
a. penempatan Model Kerja pada Surveyor,
b. Menentukan Bidang Bimbing (Guiding Plane),
c. Penentuan Garis Survey,
d. Pengukuran Daerah Retensi,
e. Evaluasi Masalah Hambatan (Interference),
f. Evaluasi Faktor Estetik,
12. Indikator keberhasilan GTSL :
- GTSL tahan lama
- Mempertahankan jaringan lunak dan keras dalam rongga mulut
- Tidak merugikan pasien dalam bentuk apapun (mis. tidak toksik dan
allergik)
- Harus punya desain dan konstruksi yang harmonis  harus sedapat
mungkin tidak ketahuan kalau gigi tersebut palsu.
STEP 4 : Mapping

Pemeriksaan

Subjektif Objekktif

Diagnosis

Rencana Perawatan

GTSL

Tujuan Dan Klasifikasi


Komponen Desain Prosedur
Manfaat Kennedy

Indikator Keberhasilan
Dan
Evaluasi
STEP 5 : Learning Objective

1. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui konsep teoritis tentang


definisi, tujuan dan manfaat dari GTSL.
2. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui konsep teoritis tentang
indikasi dan kontra indikasi GTSL.
3. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui konsep teoritis tentang
syarat GTSL.
4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui konsep teoritis tentang
komponen GTSL.
5. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui konsep teoritis tentang
klasifikasi Kennedy dan desain GTSL pada skenario.
6. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui konsep teoritis tentang
prosedur pembuatan GTSL pada pasien.

STEP 6 : Self Study


STEP 7 : Generalisation

1. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui konsep teoritis


tentang definisi, tujuan dan manfaat dari GTSL.

Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan


satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan atau struktur
pendukungnya, didukung oleh gigi serta mukosa, yang dapat dilepas dari
mulut dan dipasangkan kembali oleh pasien sendiri. (The Glossary of
Prosthodontic, 2005). Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) merupakan
bagian prosthodonsia yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang
hilang dengan gigi tiruan yang di dukung oleh gigi mukosa atau kombinasi
gigi mukosa yang dipasang dan dilepas oleh pasien (Theressia, 2015).

Menurut Applegate (1959), gigi tiruan sebagian lepasan adalah


salah satu alat yang dapat dilepas yang berfungsi untuk mengembalikan
beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama jaringan lunak di
bawah plat dasar dan dukungan tambahan adalah gigi asli yang masih
tertinggal dan terpilih sebagai pilar. Bagian jaringan mulut yang menahan
komponen vertical dari gaya kunyah merupakan bagian yang memberikan
dukungan (support) bagi gigi geligi tiruan sebagian dan dapat meliputi
beberapa atau semua gigi yang masih ada, serta sisa tulang alveolar (lingir
sisa). Sisa tulang alveolar, disebut pula residual ridge atau edentulous
ridge adalah bagian tulang alveolar yang masih ada setelah tulang alveoli
tertutup atau menghilang dari prosesus alveolaris beberapa waktu setelah
pencabutan gigi. (Haryanto, 1991).
Tujuan dan manfaat dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
adalah untuk mengembalikan fungsi pengunyahan, estetis, bicara,
membantu mempertahankan gigi yang masih tertinggal, memperbaiki
oklusi, serta mempertahankan jaringan lunak mulut yang masih ada agar
tetap sehat meningkatkan kemampuan dalam mengunyah, berbicara,
memberikan dukungan untuk otot wajah, dan meningkatkan penampilan
wajah dan senyum (Wahjuni, 2017).
Fungsi dari GTSL antara lain:

1. Pemulihan Fungsi Estetik


Mereka yang kehilangan gigi depan biasanya memperlihatkan
wajah dengan bibir yang masuk ke dalam sehingga wajah menjadi
depresi pada dasar hidung dagu menjadi tampak lebih ke depan.
Selain itu, timbul garis yang berjalan dari lateral sudut bibir dan
lipatan-lipatan yang tidak sesuai dengan usia penderita. Akibatnya
sulkus labio nasalis menjadi lebih dalam.
2. Peningkatan Fungsi Bicara
Alat bicara dapat dibagi 2 bagian: statis dan dinamis. Bagian
statis yaitu gigi, palatal, tulang alveolar. Sedangkan yang bersifat
dinamis adalah lidah, bibir, dan jaringan sekitarnya. Alat bicara yang
tidak lengkap dapat mengganggu funsi bicara. Pemakaian gigi tiruan
diharapkan dapat mengembalikan fungsi ini.
3. Perbaikan dan Peningkatan Fungsi Pengunyahan
Sudah menjadi pendapat umum bahwa makanan haruslah
dikunyah lebih dahulu, supaya pencernaan dapat berlangsung dengan
baik. Sebaliknya, pencernaan yang tidak sempurna dapat
menyebabkan kemunduran kesehatan secara keseluruhan. Namun
demikian, penelitian Farrell menunjukkan bahwa jenis makanan
tertentu, dalam hal ini diet masa kini, dapat dicernakan dengan
sempurna tanpa perlu dikunyah sama sekali.

Bila demikian halnya, lalu timbul pertanyaan: "Apa gunanya gigi


tiruan?" Jawaban yang dijumpai dalam banyak kasus, ternyata
menunjukkan betapa bermanfaatnya gigi tiruan dalam membantu
pengunyahan. Pola kunyah penderita yang sudah kehilangan sebagian
gigi biasanya mengalami perubahan. Jika kehilangan beberapa gigi
terjadi pada ke dua rahang, tetapi pada sisi sama, maka pengunyahan
akan dilakukan semaksimal mungkin oleh gigi asli pada sisi lainnya.
Dalam hal seperti ini, tekanan kunyah akan dipikul satu sisi atau
bagian saja.Setelah pasien memakai protesa, ternyata ia merasakan
perbaikan. Perbaikan ini terjadi karena sekarang tekanan kunyah dapat
disalurkan secara lebih merata ke seluruh bagian jaringan pendukung.
Dengan demikian protesa ini berhasil mempertahankan atau
meningkatkan efisiensi kunyah.
4. Pelestarian Jaringan Mulut yang Masih Tinggal
Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan berperan dalam
mencegah atau mengurangi efek yang timbul karena hilangnya gigi.
5. Pencegahan migrasi gigi
Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat
bergerak memasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap
selanjutnya menyebabkan renggangnya gigi-gigi lain. Dengan
demikian terbukalah kesem patan makanan terjebak disitu, sehingga
mudah terjadi akumulasi plak interdental. Hal ini menjurus kepada
peradangan jaringan periodontal serta dekalsifikasi
permukaan proksimal gigi.
6. Peningkatan Distribusi Beban Kunyah
Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan bertambah
beratnya beban oklusal pada gigi yang masih tinggal. Keadaan ini
akan memperburuk kondisi periodontal, apa lagi bila sebelumnya
sudah ada penyakit periodontal. Akhirnya gigi menjadi goyang dan
miring, terutama ke labial untuk gigi depan atas. Bila perlekatan
periodontal gigi-gigi ini kuat, beban berlebih tadi akan menyebabkan
abrasi berlebih pula pada permukaan oklusal/insisal atau merusak
restorasi yang dipakai. Pembuatan restorasi pada kasus seperti ini
menjadi rumit dan perlu waktu lama. Over erupsi gigi pada keadaan
tertentu dapat pula mengakibatkan terjadinya kontak oklusi prematur
atau interferensi oklusal. Pola kunyah jadi berubah, karena pasien
berusaha menghindari kontak prematur ini. Walaupun beban oklusal
sekarang jadi berkurang, pengubahan pola ini mungkin saja
menyebabkan disfungsi otot-otot kunyah (Phoenix dkk, 2003).

2. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui konsep teoritis


tentang indikasi dan kontra indikasi GTSL.
Indikasi dan kontraindikasi pemakain GTSL
a. Indikasi:
- Hilangnya satu atau sebagian gigi
- Keadaan hilangnya gigi dengan area edentulous yang panjang,
- Adanya resorpsi atau kerusakan tulang alveolar yang parah,
- Tidak adanya gigi penyangga untuk gigi tiruan cekat (Tidak
terdapat gigi penyangga di sebelah distal ruang tidak bergigi)
- Jaringan periodontal yang ada tidak mampu untuk mendukung
gigi tiruan cekat,
- Kebutuhan untuk perawatan immediate setelah pencabutan gigi,
- Pertimbangan biaya yang lebih murah dan keinginan pasien
(Gunadi, dkk., 2012)
b. Kontraindikasi
- Kurangnya gigi yang tepat sebagai dukungan, retensi, stabilisasi
gigi tiruan sebagian lepasan,
- Kebersihan rongga mulut yang buruk,
- Penyakit sistemik
- Pasien menolak pilihan perawatan karena alasan estetik
(Gunadi, dkk., 2012).

3. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui konsep teoritis


tentang syarat GTSL.
1. Biokompatibel terhadap jaringan rongga mulut.
Hal tersebut berkaitan dengan toleransi GTSL terhadap jaringan
rongga mulut. Toleransi yang baik akan memberikan dampak yang baik
juga terhadap suatu jaringan. Dengan demikian, jaringan rongga mulut
tidak akan mengalami suatu alergi maupun cedera oleh karena
penggunaan GTSL. Sehingga dapat memenuhi salah satu tujuan dari
GTSL yaitu mempertahankan kesehatan jaringan yang ada (Silalahi
dkk., 2017 dan Thressia, 2015).
2. Mudah dilepas maupun dipasang kembali oleh pasien (Lenggogeny,
2015).
3. Meningkatkan berbagai fungsi, yaitu:
a. Fungsi estetik
Berkaitan dengan pemilihan elemen gigi tiruan: warna, bentuk, dan
ukuran. Pemilihan warna elemen gigi harus sesuai dan semirip
mungkin dengan warna gigi asli pada pasien. Selain itu, bentuk dan
ukuran juga menjadi suatu nilai estetis pada pemilihan elemen gigi
tiruan. Disamping itu pemilihan dan penempatan cengkram
mempengaruhi faktor estetik. Cengkram C dan half Jackson lebih
sering dipakai pada kasus kehilangan gigi anterior karena
memberikan daya retensi yang cukup serta segi estetik memuaskan
(Silalahi dkk., 2017).
b. Fungsi bicara
Kesulitan saat berbicara dapat timbul meskipun hanya bersifat
sementara. Dalam hal ini gigi tiruan dapat meningkatkan dan
memulihkan kemampuan berbicara seperti mampu mengucapkan
kembali kata-kata dan berbicara dengan jelas terutama bagi lawan
bicaranya (Adnan, 2016).
c. Fungsi pengunyahan
Apabila dibuatkan gigi tiruan yang sesuai, maka pasien akan
merasakan perbaikan. Perbaikan ini terjadi karena sekarang tekanan
kunyah dapat disalurkan secara lebih merata ke seluruh bagian
jaringan pendukung. Dengan demikian gigi tiruan ini berhasil
mempertahankan atau meningkatkan efisiensi kunyah (Adnan,
2016).
4. Retentif dan stabil.
Retensi (retention) merupakan suatu kemampuan menahan gaya-gaya
yang cenderung mengubah hubungan antara gigi tiruan dengan jaringan
lunak mulut dimana protesa tersebut berada, baik pada saat istirahat
maupun berfungsi. Contoh gaya-gaya seperti ini, umpamanya gaya
gravitasi, otot kunyah, proses pengunyahan, berbicara, makan lengket,
dsb. Tetap cekat serta tidak berubahnya posisi gigi
tiruan terhadap suatu gaya, dinamakan Stabilitas (stability) (Firnanda,
2013).
5. Memberikan kenyamanan kepada pasien (Falatehan, 2018).
6. Dapat memperbaiki distribusi beban kunyah (Silalahi dkk., 2017).
7. Mudah dibersihkan.
Hal tersebut berkaitan dengan pemilihan bahan untuk membuat GTSL.
Bahan harus memiliki sifat tidak porus, pemukaan licin, dan tidak
menyerap cairan rongga mulut. Apabila bahan yang digunakan tidak
memenuhi syarat tersebut, maka GTSL akan menjadi tempat ideal
untuk pengendapan sisa makanan sehingga pasien lebih sulit
membersihkan gigi tiruannya (Sofya dkk., 2016 dan Thressia, 2015).
8. Tidak menyebabkan halitosis pada pasien.
Syarat ini juga berkaitan dengan pemilihan bahan GTSL dan kebersihan
GTSL. Bahan yang tidak memiliki mikroporus akan menghilangkan
adanya perlekatan dari plak dan bakteri yang dapat menyebabkan bau
mulut. Dengan demikian, semakin kecil sifat porus pada bahan GTSL,
maka semakin berkurang efek halitosis pada rongga mulut pasien
(Sofya dkk., 2016 dan Thressia, 2015).
9. Kuat sehingga tidak mudah fraktur (Thressia, 2015).

4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui konsep teoritis


tentang komponen GTSL.
1. Basis disebut juga plat protesa adalah bagian dari GT yang menutupi
mulut di daerah palatum, labial, bukal, lingual. Bahan dasar basis ada 2:
akrilik dan logam
No Akrilik Logam
1. Proses pembuatan Mudah Sukar
2. Kekuatan Kurang kuat Kuat
3. Penghantar panas Kurang baik Baik
4. Menyerap air Dapat Tidak dapat
5. Perubahan warna Dapat Tiidak dapat
6. Luas Basis Luas/lebar Tidak luas
7. Biaya Murah Mahal

Fungsi basis:
 Untuk meneruskan beban kunyah ke mukosa dan tulang alveolar
dibawahnya.
 Untuk memberi retensi dari protesa, karena adanya gaya adhesive
antara basis dan mukosa yang dibatasi dengan media air ludah.
 Untuk tempat melekatnya cengkram.
 Untuk menggantikan jaringan yang hilang serta memberikan
dukungan kepada bibir dan pipi ( estetik ).

2. Sadel adalah bagian dari GT yang menutupi mukosa diatas procesus


alveolaris dan mendukung elemen GT. Sadel yang terletak diantara gigi
asli disebut bounded saddle, sadel yang terletak di posterior dari gigi
asli disebut free end saddle

3. Elemen gigi tiruan adalah bagian dari gigi tiruan yang merupakan
bentuk gigi tiruan dari gigi asli yang hilang. Bahan dasar gigi tiruan
dapat bermacam-macam, yaitu: resin akrilik, porselen,logam (Haryanto,
1995).
 Elemen gigi tiruan resin akrilik:
 Mudah aus, terutama pada penderita yang mempunyai
kekuatan kunyah yang kuat
 Perlekatannya dengan basis merupakan persenyawaaan kimia,
karena bahannya sama
 Dapat berubah warna
 Mudah tergores
 Mudah dibentuk/diperkecil sesuai dengan ruangan
 Lebih ringan dibanding gigi tiruan yang dari porselen dan
logam
 Dapat diasah dan dipoles
 Karena sifat mudah aus, baik sekali dipakai untuk prosesus
alvolaris yang datar
 Elemen gigi tiruan porselen:
 Tidak mudah aus/tergores
 Perlekatannya dengan basis secara mekanis, sehingga elemen
gigi tiruan harus mempunyai retensi untuk pelekatnya terhadap
basis bentuk retensi gigi tiruan porselen: undercur, pin, alur
 Tidak berubah warna
 Tidak dapat diasah
 Lebih berat daripada akrilik
 Tidak baik dipakai untuk prosesus alveoalris yang datar
(resorbsi).
 Elemen gigi tiruan logam:
 Biasanya dibuat sendiri sesuai dengan ruang protesa yang ada,
terutama untuk gigi posterior yang ruang protesanya sempit.
 Estetis kurang baik
 Tahan terhadap daya kunyah yang besar/kuat

4. Cengkram disebut juga klamer. Cengekram adalah bagian dari gigi


tiruan lepas yang berbentuk bulat/gepeng. Terbuat dari kawat stainless
steel/ logam tuang, yang melingkari/memegang gigi penjangakaran
(Haryanto, 1995).

a. Fungsi cengkram:
 untuk retensi
 untuk stabilisasi
 untuk meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran
b. Syarat umum gigi penjangkaran:
 gigi vital atau non vital yang telah dilakukan PSA dengan
sempurna
 bentuk anatomis dan besarnya normal
 tidak ada kerusakan/kelainan. Misalnya: tambalan yang besar,
karies, hypoplasia, konus
 posisi dalam lengkung gigi normal
 keadaan akar gigi:
 bentuk ukurannya normal
 tertanam dalam tulang alveolar dengan perbandingan
mahkota akar 2:3
 jaringan periodonta sehat
 tidak ada kelainan periapikal
 sedapat mungkin tidak goyang
c. Cengkram kawat
Bagian-bagian dari cengkram kawat:
1) Lengan, yaitu bagian dari cengkram kawat yang
terletak/melingkari bagian bukal/lingual gigi penjangkaran.
Sifat agak lentur, berfungsi untuk retensi dan stabilisasi.
2) Jari, yaitu bagian dari lengan yang terletakdi bawah lingkaran
terbesar gigi. Sifat lentur/fleksibel dan berfungsi untuk retensi.
3) Bahu, yaitu bagian dari lengan yang terleta di atas lingkaran
terbesar dari gigi. Sifat kaku dan berfungsi untuk stabilisasi
yaitu menahan gaya-gaya bucco-lingual .
4) Badan/body, yaitu cengkram kawat yang terletak di atas titik
kontak gigi di daerah aproksimal. Sifat kaku, dan berfungsi
untuk stabilisasi yaitu menaha gaya-gaya anteroposterior.
5) Oklusal rest, yaitu bagian dari cengkram kawat yang terletak di
bagaian oklusal gigi. Sifat kaku, panjang ±1/3 lebar
mesiodistal gigi. Berfungsi untuk meneruskan beban kunyah
ke gigi penjangkaran.
6) Retensi dalam akrilik, yaitu bagian dari cengkram kawat yang
tertanam dalam basis akrilik
d. Syarat-syarat cengkram kawat yang melingkari gigi:
1) harus kontak garis
2) tidak boleh menekan/harus pasif
3) ujung jari tidak boleh menyinggung gigi tetangga dan tidak
boleh tajam/harus dibulatkan
4) tidak ada lekukan bekas tang(luka)pada lengan cengkram
5) bagian cengkram yang melalui oklusal gigi tidak boleh
mengganggu oklusi/artikulasi
6) jarak bagian jari ke servikal gigi: cengkram paradental:1/2-1
mm cengekeram gingival:1 ½-2 mm
7) bagian retensi dalam akrilik harus dibengkokkan
e. Macam-macam desain cengkram
Desain cengkram menurut fungsinya dibagi dalam dua bagian:
1) Cengkram paradental
Yaitu cengkram yang fungsinya selain dari retensi dan
stabilisasi protesa, juga sebagai alat untuk meneruskan beban
kunyah yang diterima gigi tiruan ke gigi penjangkarannya
Jadi,cengkram paradental harus mempunyai bagian yang
melalui bagian oklusal gigi penjangkaran atau melalui titik
kontak antara gigi penjangkaran dengan gigi tetangganya
(Haryanto, 1995). Macam-macam cengkram paradental:
 Cengkram 3 jari terdiri dari:
 lengan bukal dan lingual
 body
 bahu
 oklusal rest
 bagian retensi dalam akrilik
Indikasi: gigi molar dan premolar
 Cengkram Jackson
Desain cengkram ini mulai dari palatal/lingual, terus ke
oklusal di atas titik kontak, turun ke bukal melalui di bawah
lingkaran terbesar, naik lagi ke oklusal di atas titik kontak,
turun ke lingual masuk retensi akrilik. Indikasi: gigi
molar,premolar yang mempunyai kontak yang baik di bagian
mesial dan distalnya Bila gigi penjangkaran terlalu cembung,
seringkali cengkram ini sulit masuk pada waktu pemasangan
protesa(Haryanto, 1995).
 Cengkram ½ jackson paradental
Desainnya mulai dari bukal terus ke oklusal di atas titik
kontak, turun ke lingual dan terus ke retensi akrilik Indikasi:
gigi molar dan premolar gigi terlalu cembung sehingga
cengkram jackson sulit melaluinya ada titik kontak yang baik
di anatar 2 gigi (Haryanto, 1995).
 Cengkram S
Desain cengkram ini mulai dari bukal terus ke
oklusal/insisal di atas titik kontak, turun ke lingual melalu atas
cingulum, kemudian turun ke bawah masuk ke dalam akrilik
Indikasi: Untuk kaninus rahang atas perlu diperhatikan agar
letak cengkram tidak mengganggu oklusi (Haryanto, 1995).
 Cengkram Kippmeider
Tidak mempunyai lengan, yang ada hanya rest di atas
cingulum Indikasi: hanya untuk kaninus. Bentuk cingulum
harus baik. Fungsi: hanya untuk menerusan beban kunyah dan
stabilisasi (Haryanto, 1995).
 Cengkram rush angker
Desainnya mulai dari oklusal di aproksimal(daerah
mesial/distal)terus ke arah lingual ke bawah, masuk dalam
akrilik. Indikasi: molar, premolar yang mempunyai titik
kontak yang baik. Fungsi: hanya untuk meneruskan beban
kunyah protesa ke gigi penjangkaran dan sebagai retensi pada
pembuatan splin (Haryanto, 1995).
 Cengkram roach
Desainnya mulai dari oklusal di daerah titik kontak
aproksimal, turun ke bukal dan lingual terus ke aproksimal di
daerah diastema, masuk dalam akrilik Indiksai:gigi molar dan
premolar yang mempunyai konta yang baik (Haryanto, 1995).

2) Cengkram gingival
Yaitu cengkram yang fungsinya hanya untuk retensi dan
stabilisasi protesa. Jadi, karena tidak berfungsi untuk
meneruskan beban kunyah yang diterima protesa ke gigi
penjangkaran, maka cengkram ini tidak mempunyai bagian
yang melalui bagian oklusal gigi penjangkaran, bisa diatas
permukaan oklusal (Haryanto, 1995). Macam-macam
cengkram gingival:
 Cengkram 2 jari
Desainnya sama dengan cengkram 3 jari, hanya tidak
mempunyai rest. Indikasi: gigi molar dan premolar (Haryanto,
1995).
 Cengkram 2 jari panjang
Desainnya seperti cengkram 2 jari, hanya disini melingkari
2 gigi berdekatan Iindikasi:gigi molar, premolar, dimana gigi
yang deat diastema urang kuat (goyang derajat 1) (Haryanto,
1995).
 Cengkram ½ jacson
Hampir sama dengan cengkram ½ jacson paradental
bedanya cengkram ini melalui bagian proksimal dekat
diastema dan di bagian lingual lurus ke bawah, tetap di tepi
lingual indikasi:gigi molar,premolar dan kaninus (Haryanto,
1995).
 Cengkram vestibular finger
Cengkram ini berjalan mulai dari sayap bukal protesa ke
arah undercut di vestibulum bagian labial, ujungnya ditutupi
akrilik. Indikasi: gigi sisa hanya gigi anterior yangtidak dapat
dilingkari cengkram, dan bagian vestibulum labial harus
mempunyai undercut yang cukup. Fungsi: untuk tambahan
retensi, tetapi kurang efektif (Haryanto, 1995).

5. Desain klamer

1. Occlusal rest

 Occlusal rest, terikat pada sadel GTS


 Occlusal rest sering diletakkan pada gigi asli yang terletak
berdekatan dengan daerah gigi yang hilang
 Occlusal rest berguna untuk meneruskan beban oklusal/ vertical

2. Retainer/ retensi

 Retainer GTSL dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu:


direct retainer dan indirect retainer.
 Retensi langsung/direk biasanya diperoleh dari penggunaan
klamer.
 Retensi tak langsung/ indirek merupakan komponen GTSL yang
bertahan terhadap daya pelepasan GTSL Selain itu, bisa melalui
perluasan basis GTSL yang fungsinya untuk mempertahankan
rotasi GTSL pada aksisnya (garis fulcrum), yang terjadi karena
Occlusal rest, cingulum rest, perluasan basis GTSL diatas
cingulum gigi anterior
 Lengan retensi dari klamer diletakkan dibawah lengkung terbesar
gigi penyangga

3. Bracing

 Bagian GTSL yang mempertahankan GT bergerak ke lateral/


horizontal yang dapat dicapai melalui lengan klamer
 Selain area bracing, sayap bukal, labial, lingual, bidang vertical
jaringan/ tulag alveolar, konektor dapat pula digunakan untuk
mempetahankan beban lateral/ gerakan lateral
 Lengan klamer yang berfungsi sebagai bracing diletakkan diatas
lengkung terbesar gigi penyangga
6. Konektor pada tiap rahang dapat dbagi menjadi konektor utama (major
connector) dan konektor minor ( minor connector)
 Konektor Utama
Merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang
menghubungkan bagian protesa yang terletak pada salah satu sisi
rahang dengan yang ada pada sisi lainnya. Supaya dapat berfungsi
dengan baik, bagian ini harus memenuhi persyaratan sebagai berikut
ini. Pertama, konektor harus tegar (rigid), sehingga gaya-gaya yang
bekerja pada protesa dapat disalurkan ke seluruh bagian atau daerah
pendukung. Karena ketegarannya, konektor utama dapat
mengimbangi gaya torsional yang akan disalurkan kepada gigi
penyangga sbagai gaya ungkit. Kedua, lokasinya diatur sedemikian
sehingga tidak mengganggu pergerakan jaringan dan tidak
menyebabkan tergesernya mukosa dan gingival. Tonjolan tulang
dan jaringan lunak juga tidak terganggu pada saat geligi tiruan
keluar dan masuk mulut. Ketiga, bagian perifer konektor utama
harus terletak cukup jauh dari tepi gingival, sehingga tidak menekan
atau menggeser jaringan ini. Tepi batang lingual paling sedikit harus
terpisah 3 mm dari tepi gingival Keempat, kontur bagian perifer
konektor harus dibentuk membulat dan tidak tajam, sehingga tidak
mengganggu lidah atau pipi (Gunadi et al, 1995).
 Konektor Minor
Merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang
menghubungkan konektor utama, dengan bagian lain, misalnya
suatu penahan langsung atau sandaran oklusal dihubungkan dengan
konektor utama melalui suatu konektor minor. Fungsi konektor
minor adalah menyalurkan tekanan fungsional atau kunyah ke gigi
penyangga. Gaya oklusal atau kunyah yang diterima protesa
diteruskan ke basis melalui sandaran oklusal, lalu kemudian ke gigi
penyangga. Selain itu, konektor minor juga berfungsi untuk
menyalurkan efek penahan, sandaran dan bagian pengimbangan
kepada sandaran. Efek ini disalurkan ke sandaran oleh konektor
minor, kemudian ke seluruh lengkung gigi (Gunadi et al, 1995).

5. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui konsep teoritis


tentang klasifikasi Kennedy dan desain GTSL pada skenario
 Klasifikasi Kennedy
1. Kelas I : Kehilangan sebagian gigi asli pada regio posterior
terhadap gigi yang masih ada dalam rahang secara bilateral, akan
membutuhkan gigi tiruan sebagian lepasan dengan Free end
saddle bilateral (Gunadi dkk, 2016).

Gambar 1: klasifikasi Kennedy Kelas 1


Sumber : A Colour Atlas of Removable Partial Dentures
2. Kelas II : Kehilangan gigi asli pada regio posterior terhadap gigi
yang masih ada dalam rahang secara unilateral, akan
membutuhkan gigi tiruan sebagian lepasan dengan Free end
saddle unilateral (Gunadi dkk, 2016).

Gambar 2: klasifikasi Kennedy Kelas 2


Sumber : A Colour Atlas of Removable Partial Dentures

3. Kelas III : Kehilangan sebagian gigi asli secara unilateral, dimana


daerah bergigi tersebut dibatasi oleh gigi gigi asli yang masih ada,
akan membutuhkan gigi tiruan sebagian lepasan dengan Bounded
saddle unilateral. Untuk kelas ini dapat pula diindikasikan dalam
pembuatan gigi tiruan sebagian cekat dengan kehilangan 1-2 gigi
atau disebut Short saddle (Gunadi dkk, 2016).

Gambar 3: klasifikasi Kennedy Kelas 3


Sumber : A Colour Atlas of Removable Partial Dentures
4. Kelas IV : Kehilangan gigi terjadi pada regio anterior, melewati
garis median dan daerah yang tidak bergigi tersebut dibatasi oleh
bagian mesial-mesial gigi asli yang masih ada, akan
membutuhkan gigi tiruan sebagian lepasan dengan Single anterior
bounded atau anterior free-end saddle. Untuk kelas ini dapat pula
diindikasikan dalam pembuatan gigi tiruan sebagian cekat dengan
kehilangan 1-2 gigi atau disebut Short saddle (Gunadi dkk, 2016).

Gambar 4: klasifikasi Kennedy Kelas 4


Sumber : A Colour Atlas of Removable Partial Dentures

5. Modifikasi : Kehilangan gigi terjadi pada kombinasi antara kelas


I,II,III dengan tambahan jumlah regio yang hilang sehingga
membutuhkan gigi tiruan sebagian lepasan sesuai dengan
kombinasi kelas yang ditemukan (Gunadi dkk, 2016).

 Pada skenario termasuk klasifikasi Kennedy kelas 2 modifikasi 1.


Karena terdapat kehilangan gigi 35, 36, 37 pada regio 3 dan terdapat
tambahan kehilangan gigi pada 1 bagian di regio 4 yaitu gigi 45 dan 46.
 Dasar desain gigi tiruan:
1. Untuk mengurangi beban.
2. Untuk membagi beban antara gigi dan ridge.
3. Untuk membagi beban seluas-luasnya.
(Lenggogeny, 2015)
Prinsip desain GTSL:
1. Harus memperhatikan gigi yang masih ada.
2. Tissue preservation.
3. Oklusi yang harmonis.
4. Kebersihan rongga mulut dan pemeliharaannya.
5. Ketahanan terhadap berbagai gaya (retensi dan stabilisasi).
6. Meminimalkan elemen kerangka (meminimalkan konektor minor,
plate, dll).
7. Adaptasi landasan harus baik agar distribusi tegangan juga baik.
8. Merencanakan untuk masa depan (misalnya kerangka gigi tiruan bisa
digunakan untuk jangka waktu yang lama).
(Lenggogeny, 2015)
 Tahapan pembuatan desain GTSL
 Tahap 1 (menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi)
Daerah tak bergigi dapat bervariasi, dalam hal panjang, macam,
jumlah dan letaknya, semua ini akan mempengaruhi rencana
pembuatan desain, baik untuk penentuan sadel, konektor, maupun
dukungannya.
Berdasarkan skenario : daerah tak bergigi termasuk klasifikasi
kennedy klas 2 modifikasi 1
 Tahap 2 (menentukan macam dukungan dari setiap sadel)
2 macam sadel :
1. Sadel tertutup (paradental sadel)
a) Dukungan gigi
b) Dukungan mukosa
c) Dukungan kombinasi

2. Sadel berujung bebas (free end sadel)

a) Dukungan mukosa
b) Dukungan kombinasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
- Keadaan jaringan pendukung
- Panjang sadel
- Jumlah sadel
- Keadaan rahang

Berdasarkan skenario : pada bagian free end sadle akan


digunakan dukungan kombinasi dan untuk pada regio sebelahnya
digunakan dukungan gigi.

 Tahap 3 (menentukan jenis penahan)


Faktor-faktor yang harus diperhatikan :
1. Dukungan dari sadel
Hal ini berkaitan dengan indikasi dari macam cengkram yang
akan dipakai dan gigi penyangga yang ada atau diperlukan
2. Stabilisasi dari gigi tiruan
Ini berhubungan dengan jumlah dan macam gigi yang ada dan
dipakai
3. Estetika
Berhubungan dengan bentuk atau tipe cengkram serta lokasi
Berdasarkan skenario :
- Pada gigi 35 digunakan cengkram 2 jari modifikasi (dengan
tambahan oklusal rest pada oklusal gigi 35)  cengkram dibuat
melingkar dari mesial ke distal dan diberi tambahan oklusal rest
dengan tujuan mencegah terjadinya tipping pada gigi 35 akibat
adanya edentulous ridge di bagian posterior gigi 35.
- Pada gigi 44 digunakan cengkram 2 jari
- Pada gigi 47 digunakan cengkram 3 jari
- Diberi retensi indirect berupa tag yang dibuat menjauhi bagian
gigi yang hilang atau bisa dibuatkan perluasan basis ke cingulum
untuk mencegah terjadinya ungkitan.
 Tahap 4 (menentukan jenis konektor)
Untuk protesa resin, konektor yang digunakan biasanya berbentuk flat.
Gambar design
6. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui konsep teoritis
tentang prosedur pembuatan GTSL pada pasien.

Tahapan perawatan:

1. Pemeriksaan Utama:
a. Pemeriksaan subjektif berupa anamnesa
b. Pemeriksaan Objektif terdiri dari pemeriksaan intra oral dan
ekstra oral
2. Tahap Pencetakan rahang adalah bentuk negatif dari seluruh jaringan
pendukung geligi tiruan. Setelah dicor, maka akan didapatkan bentuk
positif dari rahang atau model rahang. Teknik mencetak ada 2:
secara mukostatis untuk tahanan jaringan rendah dan secara
mukokompresi/mukofungsional utnuk tahanan jaringan tinggi.
PPada kasus GTSL, bila mencetak dengan tekanan mukofungsional
kan menghasilkan GT yang stabil waktu berfungsi. Dalam keadaan
istirahat, GT tersebut akan tetap stabil/tak bergerak, karena ada
cengkram yang menahan sebagi retensi GT.
3. Penentuan Klasifikasi Kennedy
4. Penentuan desain
5. Tahapan laboratoris
Desain geligi tiruan, bersihkan model dari sisa-sisa gips dan buat
desain geligi tiruan yang akan dibuat, membuat garis median denture
out line, melakukan survey dan mendesain cengkram. Perencanaan
dimensi vertical dan oklusi sentries, pasien yang kehilangan sebagian
giginya berarti sudah kehilangan bidang oklusi, tinggi gigitan atau
dimensi vertical, oklusi sentrik. Ketiga hal ini harus kita cari saat
membuat geligi tiruan dengan media tanggul gigitan, galangan gigit
atau bagian noklusal bite trim. Memilih gigi, pada kasus pasien
ompong, memilih gigi berpedoman pada bentuk wajah, jenis kelamin
dan umur pasien untuk menentukan warna dan tingkat keaausanya,
sedangkan ukuran gigi disesuaikan dengan garis orientasi pada
tangul gigitan. Penyusunan gigi, penyusunan gigi dilakukan diatas
malam/ wax. Conturing, setelah bentuk kontur geligi tiruan
dipendam dalam kuvet. Packing, proses mencampur monomer dan
polimer resin akrilik. Procesing, polimerasi antara monomer yang
bereaksi dengan polimernya bila dipanaskan atau ditambahakan zat
kimia. Deflasking, bila curing telah selesai, maka flask dibiarkan
sampai pada suhu kamar, kemudian flask boleh dibuka. Pemasangan
kembali dan pengasahan selektif, pemasangan kembali geligi dalam
articulator bertujuan untuk mengoreksi hubungan oklusi yang tidak
harmonis dari geligi tiruan yang baru selesai diproses atau dimasak.
Penyelesain geligi tiruan, ini dilakukan dengan cara membuang sisa-
sisa resain akrilik pada batas geligi tiruan. Pemolesan geligi tiruan,
menghaluskan dan mengkilapkan geligi tiruan tanpa merubah kontur
(Merry,2015).
Surveyor gigi adalah instrumen diagnostik yang digunakan
untuk memilih letak insersi dan bantuan yang paling menguntungkan
dalam persiapan guiding planes, merupakan instrumen penting
dalam merancang GTSL. Tindakan menggunakan surveyor disebut
sebagai survei (Robert, 2011).
Penggunaan surveyor
1. Menemukan undercut jaringan lunak, yang dapat memengaruhi
basis gigi tiruan, jenis retainer langsung dan letak insersi yang
dipilih.
2. Membentuk pola lilin (wax patterns) untuk restorasi cekat yang
akan menjadi abutment gigi tiruan sebagian.
3. Mencocokkan permukaan paralel pada restorasi cor.
4. Memblokir undercuts yang tidak diinginkan pada master cast.
5. Menempatkan retainer intrakoronal (perlekatan yang presisi).
6. Merekam posisi cast terkait dengan letak insersi yang dipilih
(tripoding) (Robert, 2011).
Bagian-Bagian Surveyor
1. Surveying Table (Cast Holder)
Bagian dari surveyor dimana cast dapat dilekatkan. Melalui
penggunaan ball dan socket joint, ini memungkinkan cast untuk
berorientasi pada berbagai kemiringan dan untuk dicekatkan di
sepanjang salah satu planes ini.
2. Surveying Arm
Lengan vertikal yang digunakan untuk menganalisis paralelisme
berbagai permukaan cor aksial, berisi pemegang/holder sehingga
beberapa alat survei dapat dilekatkan dan digunakan.
3. Alat Suvey (Surveying Tools)
a. Analyzing Rod
Batang logam lurus tipis yang digunakan untuk
menganalisis kontur dan undercu, merupakan alat utama
yang digunakan dalam survei. Sisi analyzing rod
dihubungkan dengan permukaan gigi penyangga untuk
menganalisis kecenderungan aksial mereka. Batang ini
mudah ditekuk dan sekali bengkok sulit untuk diluruskan.
Gunakan dengan hati-hati.

b. Carbon Marker
Batang mirip dengan ujung pensil yang dapat
digunakan untuk menandai lokasi ketinggian kontur pada
gips gigi (dental cast). Beberapa surveyor menggunakan
pelindung (sheath) untuk mencegah atau mengurangi
kerusakan penanda karbon.

c. Pengukur Logam (Metal Gauges)


Batang logam dengan pinggiran terminal atau bibir
dengan berbagai lebar (yang paling umum digunakan
adalah 0,01 "dan 0,02"). Dimensi undercut dapat diukur
pada gigi dengan membawa poros vertikal pengukur dalam
kontak dengan gigi dan kemudian menggerakkan lengan
survei ke atas atau ke bawah sampai ada juga kontak
dengan bibir terminal.

d. Wax Trimmer
Alat dengan ujung tajam lurus, yang sejajar dengan
lengan yang disurvei, ddigunakan untuk membentuk
mahkota gigi tiruan untuk abutment gigi tiruan sebagian,
atau untuk menempatkan blokout untuk kerangka gigi
tiruan sebagian. Digunakan dengan gerakan menyeret atau
mencukur untuk menghilangkan lapisan tipis.

(Robert, 2011).

Tahapan Memilih Jalur Insersi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan:


Jalur penyisipan dipilih untuk memberikan kombinasi terbaik dari
undercut retentif dan permukaan paralel untuk semua abutments.
Gunakan langkah-langkah berikut untuk melakukannya:
a. Letakkan model di atas meja surveyor dan arahkan bidang
oklusi secara relatif horisontal. Kemiringan terakhir untuk jalur
insersi yang ideal jarang lebih dari 10 ° dari posisi ini.
b. Tempatkan analyzing rod pada permukaan aksial gigi
penyangga (gigi berdekatan dengan ruang edentulous). Ujung
batang harus setinggi free margin gingiva. Titik di mana gigi
menyentuh analyzing rod adalah convexity (tonjolan) gigi yang
terbesar dan disebut ketinggian kontur.

Posisi ketinggian kontur dapat diubah dengan memiringkan


meja tempat model. Area pada oklusal gigi hingga ketinggian
kontur disebut daerah suprabulge. Semua bagian dari direct
retainer yang kaku atau semi-kaku harus ditempatkan di area
ini. Daerah gingiva dengan ketinggian kontur adalah undercut
dan disebut area infrabulge. Bagian sebagai retensi pada direct
retainer langsung terletak di daerah ini, karena mereka dapat
melentur ke melewati ketinggian kontur.
Perhatikan bahwa saat model dimiringkan dan lengan survei
tetap vertikal, ketinggian kontur (besar panah) berubah, seperti
halnya jarak analyzing rod ke gigi (panah kecil)

c. Miringkan model untuk mendapatkan paralelisme maksimum


dari permukaan aksial dari semua gigi penyangga. Paralelisme
maksimum ketika ketinggian kontur semua gigi dan semua
permukaan sedekat mungkin dengan posisi yang sama okluso-
gingiva. Sebuah pemeriksaan tambahan untuk paralelisme
maksimum adalah jumlah undercut yang sama hadir pada semua
penyangga dan semua permukaan penyangga. Periksa gigi
mesial dan distal permukaan sambil memiringkan model
anterior-posteriorly (A-P).
d. Undercut Gauge untuk mengecek retensi yang memadai dan
relatif sama, undercut untuk retensi pada semua gigi penyangga.
Ubah kemiringan cetakan jika diperlukan.
e. Ubah kemiringan model jika ada gangguan jaringan lunak utama
(mis. tori mandibula, potongan residual ridge), atau jika jalur
insersi yang dipilih akan menyebabkan masalah estetika.
f. Kunci posisi cetakan diagnostik di atas meja survei dan tandai
ketinggian kontur pada penyangga gigitiruan dan jaringan lunak
dengan penanda karbon. Kapan menandai ketinggian kontur,
pastikan bahwa ujung karbon mengikuti jalur free margin
gingiva sehingga tidak didapatkan ketinggian kontur yang salah.

g. Melakukan blockout pada dimensi undercut menggunakan wax.


Wax dipasang pada undercut yang tidak diinginkan. Setelah itu
sisa-sisa dari wax dirapikan dengan menggunkan Trimming
Knife sehingga mampu memodifikasi permukaan menjadi
sejajar atau paralel dengan jalur insersi yang ditentukan. Lalu
membuat duplikat dari cetakan sehingga cetakan yang baru
menghasilkan tidak adanya undercut yang tidak diinginkan
tersebut. Apabila tidak dilakukan pencetakan lagi maka saat
mencetak gigi tiruan dengan bahan yang diinginkan akan
mengisi celah dari dimensi undercut tersebut.
h. Tripoding cetakan diagnostik sehingga jalur insersi yang dipilih
mudah ditemukan untuk referensi di masa mendatang. Dengan
menandai garis lurus vertikal pada basis model.
(Robert, 2011; Davenport et.al, 1988)
6. Try in dan insersi
Try in GTSL dilakukan dengan melakukan pemeriksaan meliputi.
 Pemeriksaan stabilitas
Stabilitas gigi tiruan diperiksa dengan menekan bagian depan dan
belakang gigi tiruan secara bergantian tanpa adanya pergerakan.
 Pemeriksaan oklusi dan artikulasi
Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan menggunakan articulating
paper yang diletakkan di antara gigi atas dan gigi bawah,
kemudian pasien diinstruksikan untuk mengatupkan rongga mulut
3-4 kali. Apabila oklusi dan artikulasi sudah baik tanpa adanya
traumatik oklusi, maka warna articulating paper akan tersebar
merata antara gigi asli dan gigi tiruan.
 Pemeriksaan estetik
Pemeriksaan estetik terutama pada gigi anterior yang harmonis
dengan gigi asli lain dan pada jaringan sekitar.

Setelah dilakukan insersi GTSL, diberikan instruksi dan


edukasi pada pasein terkait dengan cara pemasangan dan pelepasan
GTSL. Pelepasan dilakukan secara perlahan dengan menggunakan
ibu jari atau telunjuk melalui tepi bukal sayap. Selain itu, dilakukan
edukasi terkait pemeliharaan GTSL meliputi pelepasan dan
pembersihannya:

 GTSL harus dikeluarkan dari mulut dan dibersihkan secara


teratur, minimal dua kali sehari dengan sikat halus dan bahan non
abrasif, dapat dengan menggunakan deterjen cair.
 GTSL dapat dilepas dan direndam pada suatu tempat berisi air
bersih apabila tidak digunakan pada malam hari, untuk
menghindari perubahan bentuk resin (Gunadi dkk., 2012).
7. Instruksi kepada pasien untuk kebersihan GTSL
Instruksi secara lisan yang diberikan kepada pasien sebaiknya
diperkuat dengan pemberian instruksi tertulis. Hal ini sangat penting
untuk pasien lansia dimana terdapat kemungkinan instruksi lisan tanpa
pemberian instruksi tertulis dapat dilupakan. Gigi tiruan yang tidak
bersih dapat menyebabkan bau mulut, estetis yang buruk, dan
inflamasi pada mukosa rongga mulut seperti denture stomatitis. Gigi
tiruan sebagian lepasan dapat dibersihkan secara mekanis, kimiawi,
atau kombinasi keduanya (Sofya dkk., 2016).
a. Secara mekanis  penyikatan menggunakan pasta atau bubuk,
serta pembersih ultrasonik.
b. Secara kimiawi  perendaman dengan larutan pembersih
(disinfektan), pemaparan oksigen dengan air-drying, dan radiasi
microwave.

Frekuensi membersihkan gigi tiruan tidak menjadi patokan


bahwa kebersihannya sudah baik. Apabila pasien sering
membersihkan gigi tiruannya, namun dengan metode yang tidak tepat
itu berarti tingkat kebersihan pada gigi tiruan belum sepenuhnya baik.
Dengan demikian, suatu metode membersihkan gigi tiruan sangat
penting dibandingkan frekuensi membersihkan gigi tiruan (Sofya
dkk., 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Adnan Asti P. 2016. Tingkat Kebersihan Gigi Tiruan Lepasan pada Pasien
Pengguna Gigi Tiruan Lengkap Aktilik di Puskesmas Kecamatan Malili
(Skripsi). Makassar: Universitas Hasanuddin
Applegate, O. C. 1959. Essentials of Removable Partial Denture Prosthesis. 2nd
Edition. Philadelphia and London: W. B. Saunders Company.

Davenport, J.C, et.al. 1988. A Colour Atlas of Removable Partial Denture. Bpcc
Hazell Books, Aylesbury : England.

Falatehan Niko. 2018. Relining Gigi Tiruan Rahang Bawah secara Langsung
dengan Percetakan Tertutup (Laporan Kasus). Jakarta: Universitas
Trisakti. 14 (1): 27-32
Firnanda M. 2013. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan terhadap Kekuatan Kunyah.
Surabaya: Fakultas Kedokteran Gigi UA
Gunadi H.A, dkk. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan jilid 2.
Jakarta: Hipokrates
Gunadi, A., Kristiana, D., & Fluidayanti, I. 2016. Distribution of Tooth Loss
Based on Kennedy Classification and Types of Denture for Patient in
Dental Hospital of Jember University. Proccedings Book FORKINAS VI
FKG UNEJ 14th-15th 2016

Gunadi, dkk., 2012. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I.
Jakarta, Hipokrates, pp 14.
Haryanto, A. G. 1991. Buku Ajar Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 2. Jakarta:
Hipokrates.

Haryanto, A.G. 1995. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid II
Cetakan I. Jakarta: Hipokrates.
Lenggogeny P dan Masulili S. 2015. Gigi Tiruan Sebagian Kerangka Logam
sebagai Penunjang Kesehatan Jaringan Periodontal. Jakarta: Majalah
Kedokteran Gigi Indonesia. Vol 1, No. 2
Phoenix, R. D., Cagna, D. R., DeFreest, C. F. 2003. Mayor Connectors, Minor
Connectors, Rest, and Rest Seats. In: Stewart`S Clinical Removable Partial
Prosthodontics. Chicago: Quintessence.

Robert W. Loney. 2011. Removable Partial Denture Manual. Dalhuosie


University

Silalahi dkk. 2017. Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan pada Gigi
2 untuk Menggantikan Gigi Tiruan Sebagian Nonformal. Bandar
Lampung: Jurnal Analisis Kesehatan. Vol 6, No. 2
Sofya dkk. 2016. Tingkat Kebersihan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Resin
Akrilik Ditinjau dari Frekuensi dan Metode Pembersihan. Universitas
Syiah Kuala. 1 (1): 91-95
The academy of Prosthodontics. 2005. The Glossary of Prosthodontic Terms. The
Journal Prosthetic Dentistry. 94(1): 25.
Thressia, Merry. 2015. Proses Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Dari
Bahan Kombinasi Logam Dan Akrilik. Jurnal Kesehatan Perintis, Vol. 1
No. 3, Juni 2015 Issn 2355-9853. Padang
Wahjuni, Sri. PEMBUATAN PROTESA KOMBINASI DENGAN CASTABLE
EXTRACORONAL ATTACHMENTS (PROSEDUR LABORATORIUM). Journal Of
Vocational Health Studies 01 (2017): 75–81

Anda mungkin juga menyukai