Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Disusun oleh :

Hanum laksita S.KG J2A013019P

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

Prostodonsia adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang dimaksudkan untuk


merestorasi dan mempertahankan fungsi rongga mulut, kenyaman, estetika dan
kesehatan pasien dengan cara merestorasi gigi-geligi asli dan/atau menggnti gigi-gigi
yang sudah tanggal dan jaringan mulut serta maksilofasial yang sudah rusak dengan
pengganti buatan (Hartono, 2001). Pembuatan gigi tiruan berfungsi untuk
menggantikan fungsi gigi yang hilang. Gigi tiruan terdiri dari gigi tiruan lengkap, gigi
tiruan sebagian lepasan, dan gigi tiruan cekat (Jayasingha, 2013).
Gigi tiruan sebagian adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengembalikan
beberapa gigi asli yang hilang dengan dukungan utama adalah jaringan lunak di
bawah plat dasar dan dukungan tambahan dari gigi asli yang masih tertinggal dan
terpilih sebagai gigi pilar. Restorasi prostetik ini sering disebut juga Removable
Partial Denture (Applegate, 1960).
Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau
beberapa gigi dan jaringan sekitarnya, didukung oleh gigi dan jaringan dibawahnya,
dapat dikeluar masukkan ke dalam mulut oleh penggunanya (Nuning dkk., 2011).
Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan fungsi estetik, fungsi pengunyahan, fungsi bicara serta melindungi
jaringan pendukung dibawahnya (Barners dan Walls, 2006).
Kehilangan atau tidak adanya gigi baik sebagian atau seluruhnya akan
menimbulkan berbagai gangguan pada orang tersebut. Oleh sebab itu sebaiknya
segera dibuatkan gigi tiruan pengganti.
Adapun tujuan dari dibuatkan gigi tiruan sebagian adalah memperbaiki
fungsi mastikasi, memulihkan fungsi estetik, meningkatkan fungsi fonetik, serta
mempertanankan jaringan mulut agar tetap sehat serta memperbaiki oklusi, serta
mencegah migrasi.
Akibat-akibat yang timbul karena hilangnya gigi dalam jangka waktu
yang lama dan tidak segera dibuatkan gigi tiruan pengganti adalah :

1. Pada gigi asli yang hilang dapat terjadi penurunan efisiensi kunyah,
gangguan fungsi bicara, memperburuk penampilan.

2. Pada gigi asli yang masih tertinggal dapat terjadi drifting yaitu
bergeraknya gigi tetangga ke daerah yang tak bergigi, erupsi gigi
antagonis yang berlebihan.

3. Gangguan pada sendi temporomandibular

4. Terbentuknya poket gingiva pada gigi miring dan berlanjut menjadi


poket periodontal.

5. Resesi gingiva akibat kurang stimulasi

6. Beban berlebihan pada jaringan pendukung

7. Terjadi ketidaksesuaian oklusi dan terbentuk ruang yang memudahkan


terjadinya impaksi makanan

8. Kebersihan mulut terganggu


9. Trauma periodontal akibat gigi yang miring

10. Efek terhadap jaringan lunak di dalam mulut

11. Bila gigi yang hilang cukup banyak dapat mengakibatkan perubahan

TMJ
12. Pada kasus kehilangan gigi anterior dapat menimbulkan rasa malu dan
rendah diri karena estetis menjadi berkurang serta kurang sempurnanya
pengucapan beberapa huruf.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan GTS adalah :

1. Gigi tiruan tersebut harus tahan lama

2. Gigi tiruan tersebut harus dapat mempertahankan dan


melindungi gigi yang masih ada serta jaringan yang sekitarnya.

3. Gigi tiruan tersebut tidak boleh merugikan pasien dalam bentuk


apapun

4. Gigi tiruan tersebut harus mempunyai konstruksi dan desain


yang harmonis.

5. Keberhasilan pembuatan GTS sangat tergantung pada peran


serta pasien untuk mau dan dapat beradaptasi dalam
pemakaiannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau
beberapa gigi pada rahang atas atau rahang bawah yang hilang didukung oleh gigi,
mukosa, atau kombinasi keduanya dan dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien
(Gunadi, dkk., 1991). Menurut Osborne dan Lammie (1968), tujuan pembuatan gigi
tiruan sebagian adalah:
1. Untuk mengembalikan fungsi estetik
2. Untuk mengembalikan fungsi bicara
3. Untuk perbaikan dan peningkatan fungsi pengunyahan
4. Untuk mempertahankan kesehatan jaringan mulut yang masih tinggal
5. Memperbaiki oklusi
6. Membantu mempertahankan gigi yang masih ada

2. Klasifikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Ruangan tak bergigi atau sadel pada rongga mulut dapat diklasifikasikan untuk
memungkinkan dokter gigi berkomunikasi dengan sejelas mungkin tentang keadaan
rongga mulut yang akan dibuatkan gigi tiruan sebagian. Klasifikasi gigi tiruan
sebagian yang baik akan membantu dalam pengelompokkan gigi yang hilang
termasuk kombinasi serta varias-variasi yang jumlahnya tak terbatas dan terjadi
karena adanya gigi yang dicabut (Gunadi dkk., 1995).

Klasifikasi hendaknya memenuhi persyaratan-persyaratan berikut ini : 1).


Menunjukkan dengan jelas dan cepat jenis keadaan tidak bergigi 2). Memungkinkan
perbedaan antara geligi tiruan sebagian lepasan yang didukung gigi atau yang
didukung gigi dan jaringan bukan gigi (dukungan kombinasi) (3) dapat menjadi
petunjuk pembuatan desain geligi tiruan (4) dapat diterima secara luas (Car, dkk.,
2005).
Gigi tiruan sebagian lepasan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam
berdasarkan beberapa hal, yaitu:

1. Berdasarkan bahan yang digunakan:


a. Gigi tiruan kerangka logam (frame prosthesa/ metal prosthesa)
b. Gigi tiruan akrilik
c. Kombinasi kerangka logam dan akrilik
2. Berdasarkan saat pemasangan:
a. Protesa immediate, dipasang segera setelah pencabutan
b. Protesa konvensional, dipasang setelah gigi lama dicabut
3. Berdasarkan ada tidaknya wing (sayap):
a. Open face denture, gigi tiruan sebagian dibuat tanpa gusi tiruan di bagian
bukal/labial. Gigi tiruan open face diindikasikan pada bagian anterior bila
tulang alveolar belum resorbsi sehingga gigi artifisial dapat dipasang seolah-
olah keluar dari gusi (tampak estetik seperti gigi asli).
b. Close face denture, gigi tiruan sebagian dibuat dengan gusi tiruan di
bagianbukal/labial. Gigi tiruan close face diindikasikan pada bagian anterior
bila tulang alveolar telah resorpsi karena sayap dapat meningkatkan estetika
dengan memberi dukungan bagi bibir.
4. Berdasarkan jaringan pendukungnya menurut Carr dan McGivney (2005):
a. Gigi tiruan dengan dukungan mukosa (mucosa supported), yaitu gigi tiruan
yang hanya mendapat dukungan dari jaringan mukosa
b. Gigi tiruan dengan dukungan gigi (tooth supported), yaitu gigi tiruan yang
hanya mendapat dukungan dari gigi asli
c. Gigi tiruan dengan dukungan mukosa dan gigi (mucosa and tooth supported),
yaitu gigi tiruan yang mendapat dukungan dari mukosa dan gigi asli.
5. Berdasarkan letak dari daerah yang tidak bergigi menurut Kennedy (Gunadi, dkk.,
1995) yaitu:
a. Klas I
Mempunyai daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada
dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral Free end).
b. Klas II
Mempunyai daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada,
tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral free end).

c. Klas III
Mempunyai daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi-gigi yang masih ada di
bagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.

d. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dari gigi-gigi yang masih
ada dan melewati garis tengah rahang.
Pada klasifikasi Kennedy, disamping adanya kelas-kelas ada juga yang disebut
modifikasi. Modifikasi ialah daerah tanpa gigi lainnya disamping daerah yang
menentukan kelas dan jumlah dari daerah ini. Menurut Henderson, dkk. (1985) untuk
menentukan klasifikasi, maka ada aturan-aturan yang harus dipertimbangkan sebagai
berikut :

1. Klasifikasi harus dilakukan setelah mouth preparation, sebab bila tidak akan
merubah klasifikasi yang ada contohnya pencabutan.
2. Jika molar ketiga tidak ada maka tidak diperhitungkan dalam klasifikasi,
karena molar ketiga tidak diganti.
3. Jika molar ketiga ada dan diperhitungkan sebagai gigi pegangan maka harus
diperhitungkan dalam klasifikasi.
4. Molar kedua kadang-kadang tidak diganti jika gigi lawannya tidak ada, gigi ini
tidak dimasukkan dalam klasifikasi.
5. Bagian tak bergigi paling posterior selalu menentukan kelas utama klasifikasi.
6. Daerah-daerah tanpa gigi disamping daerah yang menentukan klasifikasi
disebut modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau ruangannya.
7. Luasnya modifikasi atau jumlah gigi yang hilang tidak dipersoalkan, yang
dipersoalkan adalah jumlah daerah atau ruangannya.
8. Hanya kelas I, II, dan III yang mempunyai modifikasi, karena kelas IV hanya
mempunyai daerah tanpa gigi dibelkangnya.

6. Klasifikasi gigi tiruan Applegate Kennedy yaitu:


a. Klas I
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi yang
tertinggal pada kedua sisi rahang (bilateral Free end).
b. Klas II
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi yang
tertinggal tetapi hanya pada satu sisi rahang saja (unilateral free end).

c. Klas III
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga tidak lagi mampu
memberi dukungan kepada gigi tiruan secara keseluruhan.

d. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis median.

e. Klas V
Keadaan tidak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior tidak dapat dipakai
sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah
f. Klas VI
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga gigi asli dapat dipakai
sebagai penahan.

7. Berdasarkan letak klamer menurut Miller ditentukan sebagai berikut :


a. Klas I
Menggunakan dua buah klamer dimana klamer-klamer tersebut lurus berhadapan
dan tegak lurus median line.
b. Klas II
Menggunakan dua buah klamer yang letaknya saling berhadapan dan membentuk
garis diagonal serta melewati median line.
c. Klas III
Menggunakan tiga buah klamer yang letaknya sedemikian rupa sehingga apabila
klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis, merupakan suatu segitiga yang
terletak di tengah gigi tiruan.
d. Klas IV
Menggunakan empat buah klamer yang letaknya sedemikian rupa sehingga apabila
klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis lurus, merupakan suatu segi empat
yang terletak di tengah gigi tiruan.
8. Cummer Mengklasifikasikan berdasarkan letak cangkolan
 Klas I Diagonal, yang menggunakan 2 buah cangkolan berhadapan diagonal.
 Klas II Diametric, yang menggunakan 2 cangkolan yang berhadapan tegak lurus.
 Klas III Unilateral, cangkolan terletak pada satu sisi rahang.
 Klas IV Multilateral, cangkolan dapat berupa segitiga maupun segiempat.

3. Indikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


1. Pasien mengeluhkan berkurangnya kemampuan mengunyah
2. Hilangnya satu gigi atau lebih
3. Gigi yang tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat sebagai gigi
pegangan
4. Keadaan processus alveolaris masih baik
5. Kesehatan umum dan kebersihan mulut pasien baik
6. Pasien mau dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan

4. Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Menurut Austin dan Lidge (1975), gigi tiruan mempunyai beberapa komponen
sebagai berikut :
1. Basis/Plat Akrilik
Suatu bagian GTSL yang terbuat dari akrilik untuk mendukung gigi tiruan
dan memindahkan tekanan oklusal ke jaringan di bawahnya. Fungsi dari
basis/plat akrilik ini adalah :
a. mendukung gigi (elemen) tiruan
b. meneruskan tekanan oklusal ke jaringan di bawahnya
c. memberikan retensi dan stabilisasi kepada gigi tiruan
2. Retainer/Penahan atau klamer
Bagian gigi tiruan sebagian yang terletak pada abutment dan terbuat dari
kawat tahan karat. Retainer berfungsi memberi retensi sehingga menahan
protesa tetap pada tempatnya. Retainer dibagi menjadi 2 kelompok:
a. Retainer langsung (direct retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan yang
berkontak langsung dengan permukaan gigi abutment, dan dapat berupa
cengkeram atau kaitan presisi.
b. Retainer tidak langsung (indirect retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan
yangmemberikan retensi untuk melawan gaya yang cenderung melepas
protesa ke arah oklusal dan bekerja pada basis. Retensi tak langsung ini
diperoleh dengan cara memberikan retensi pada sisi berlawanan dari garis
fulkrum dimana gaya tadi bekerja. Retensi tidak langsung dapat berupa
lengan pengimbang, sandaran/rest (bagian dari cangkolan yang bersandar
pada bidang oklusal atau incisal gigi pegangan yang memberikan
dukungan vertikal terhadap gigi tiruan).
3. Gigi pengganti atau gigi artifisial
Merupakan bagian dari gigi tiruan yang menggantikan gigi asli yang
hilang.

4. Konektor
Konektor dibagi dua, yaitu:
a. Mayor konektor
Merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang
menghubungkan bagian protesa yang terletak pada satu sisi rahang dengan
sisi rahang lainnya. Menghubungkan dua sadel kanan dan kiri.
b. Minor konektor
Merupakan penghubung antara mayor konektor dengan bagian-bagian
lain pada kerangka gigi tiruan seperti cangkolan.

5. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Mendesain Gigi Tiruan Sebagian


Lepasan
Penentuan desain dari gigi tiruan sebagian lepasan, perlu diperhatikan beberapa
faktor, yaitu :
1. Retensi
adalah kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya pemindah yang cenderung
memindah protesa ke arah oklusal. Yang dapat memberikan retensi adalah:
a) lengan retentif
b) klamer
c) oklusal rest
d) kontur dan landasan gigi
e) oklusi
f) adhesi
g) tekanan atmosfer
h) Surface tension
2. Stabilisasi adalah perlawanan atau ketahanan terhadap perpindahan gigi tiruan
dalam arah horisontal. Stabilisasi terlihat bila dalam keadaan berfungsi. Gigi yang
mempunyai stabilisasi pasti mempunyai retensi, sedangkan gigi yang mempunyai
retensi belum tentu mempunyai stabilisasi.
3. Estetika
a) Penempatan klamer harus sedemikian rupa sehingga tidak terlihat dalam posisi
bagaimanapun juga
b) Gigi tiruan harus pantas dan tampak asli bagi pasien, meliputi warna gigi dan
inklinasi/ posisi tiap gigi
c) Kontur gingiva harus sesuai dengan keadaan pasien
Syarat-syarat pemilihan gigi abutment yang digunakan sebagai pegangan klamer
adalah:
1) Gigi abutment harus cukup kuat
a) Akarnya panjang
b) Masuk ke dalam prosesus alveolaris dalam dan tidak longgar
c) Makin banyak akar makin kuat
d) Gigi abutment tidak boleh goyang
e) Tidak ada kelainan jaringan periodontal pada gigi abutment.
2) Bentuk mahkota sedapat mungkin sesuai dengan macam klamer yang
digunakan.
3) Kedudukan gigi tersebut hendaknya tegak lurus dengan prosesus alveolaris,
gigi yang letaknya rotasi atau berputar tidak baik untuk abutment
4) Gigi tersebut masih vital atau tidak mengalami perawatan
5) Bila memerlukan dua klamer atau lebih maka hendaknya dipilihkan gigi
yang letaknya sejajar. (Gunandi dkk., 1995)
6. Tahap Pembuatan Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Rencana pembuatan desain merupakan salah satu tahap penting dan merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan sebuah gigi tiruan. Desain yang
baik dapat mencegah terjadinya kerusakan jaringan mulut akibat kesalahan yang tidak
sehausnya terjadi dan yang tak dapat dipertanggung jawabkan. Menurut Gunadi dkk.
(2013) terdapat empat tahap dalam pembuatan desain gigi tiruan sebagian yaitu:

a. Tahap I: Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi (sadel)


Daerah tak bergigi dalam suatu lengkung gigi dapat bervariasi dalam hal
panjang, macam, jumlah, dan letaknya. Semua ini akan berpengaruh terhadap
rencana pembuatan desain gigi tiruan, termasuk bentuk sadel, konektor, maupun
dukungannya.

b. Tahap II: Menentukan macam dukungan dari setiap sadel


Dukungan bagi gigi tiruan sebagian lepasan merupakan semua dukungan yang
diterima dari jaringan mulut untuk melawan atau menahan atau menyangga gaya
oklusal yang diterima protesa. Dukungan terbaik untuk protesa sebagian lepasan
dapat diperoleh dengan memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa faktor,
seperti keadaan jaringan pendukung, panjang sadel, jumlah sadel, dan keadaan
rahang yang akan dipasangi gigi tiruan.
Bentuk daerah tak bergigi ada dua macam, yaitu sadel tertutup (paradental)
dan daerah berujung bebas (free end). Ada tiga pilihan untuk dukungan sadel
paradental, yaitu dukungan dari gigi, dari mukosa, atau dari gigi dan mukosa
(kombinasi), sedangkan untuk sadel berujung bebas, dukungan bisa berasal dari
mukosa, atau gigi dan mukosa (kombinasi).
c. Tahap III: menentukan jenis penahan (retainer)
Ada dua macam retainer untuk gigi tiruan, yaitu direct retainer dan indirect
retainer. Penentuan jenis retainer yang akan dipilih perlu memperhatikan faktor
seperti:
 Dukungan sadel, hal ini berkaitan dengan indikasi dari macam cengkeram
yang akan dipakai dan gigi penyangga yang ada.
 Stabilisasi gigi tiruan, hal ini berhubungan dengan jumlah dan macam gigi
pendukung yang ada dan akan dipakai.
 Estetika, hal ini berhubungan dengan bentuk atau tipe cengkeram serta lokasi
gigi penyangga.

d. Tahap IV: menentukan jenis konektor


Untuk gigi tiruan sebagian resin, konektor yang dipakai berbentuk plat,
sedangkan pada gigi tiruan sebagian kerangka logam bentuk konektor bervariasi
dan dipilih sesuai dengan indikasinya. Gigi tiruan kerangka logam terkadang
menggunakan lebih dari satu konektor berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

 Pengalaman pasien
 Stabilisasi
 Bahan gigi tiruan
BAB III
LAPORAN KHUSUS

1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. Kyh
b. Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 15-10-1969
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status : Menikah
e. Suku/Ras : Jawa
f. Pekerjaan : Asisten Rumah Tangga
g. Alamat Rumah : Jalan Ketileng timur VI
h. No. Telepon / Hp : 085747019271
i. Nomor RM : 1668

2. DATA MEDIS UMUM


a. Golongan Darah :A
b. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
c. Penyakit Jantung : Tidak Ada
d. Diabetes Melitus : Tidak Ada
e. Hemofilia : Tidak Ada
f. Riwayat Asma : Tidak Ada
g. Hepatitis : Tidak Ada
h. Epilesy : Tidak Ada
i. Gastritis : Tidak Ada
j. Asma : Tidak Ada
k. TBC : Tidak Ada
l. Penyakit Lainya : Tidak Ada
m. Alergi Terhadap Makanan : Tidak Ada
3. ANAMNESA
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan bahwa gigi belakang kanan kiri atas dan bawah terdapat
sisa akar gigi dan ingin dicabut kemudian ingin dibuatkan gigi tiruan.
b. Riwayat Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan bahwa gigi belakang kanan kiri atas dan bawah terdapat
sisa akar gigi dan ingin dicabut kemudian ingin dibuatkan gigi tiruan. Keluhan
dirasakan sejak beberapa tahun terakhir, awalnya gigi tersebut berlubang hingga
dibiarkan begitu saja dan kemudian tidak terasa gigi pasien tersebut tersisa hanya
sisa akar gigi saja. Sebelumnya pasien belum pernah melakukan perawatan
apapun mengenai keluhan dari pasien tersebut.

c. Riwayat Medis
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan Pasien tidak sedang
dalam perawatan dokter maupun mengkonsumsi obat-obatan rutin. Selama ini
pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan maupun jenis makanan
tertentu. Terakhir pasien melakukan tindakan bedah yaitu beberapa tahun yang
lalu yaitu tindakan penjahitan luka pada tangan kanannya.
d. Riwayat Gigi Terdahulu

Pasien belum pernah berkunjung ke dokter gigi dan belum pernah melakukan
perawatan apapun ke dokter gigi. Selama ini pasien menyikat gigi dua kali sehari
yaitu pada pagi dan sore hari ketika mandi pagi dan sore hari, pasien menyikat
gigi menggunakan sikat gigi yang berbulu kasar dengan tungkai yang besar dan
panjang dan menggunakan pasta gigi mengandung fluoride yaitu pepsodent dan
tidak menggunakan obat kumur maupun benang gigi untuk membersihkan gigi
tersebut. Pasien menyikat gigi menggunakan gerakan secara vertikal.

e. Riwayat Keluarga
Ayah dan Ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
f. Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang asisten rumah tangga di lingkungannya. Pasien
tinggal bersama suami dan kedua anaknya di sebuah lingkungan perumahan di
Semarang. Pasien sehari hari mengkonsumsi air rebusan dan mengkonsumsi
makanan yang mengandung serat tinggi yaitu sayuran, selain itu pasien memiliki
kebiasaan mengkonsumsi the setiap pagi yaitu 1gelas per hari. Pasien tidak rutin
dalam berolahraga dan juga pasien bukan seorang perokok aktif maupun seorang
alkoholik.
4. KEADAAN UMUM
a. Berat Badan : 60 kg
b. Pernapasan : 20 X permenit
c. Cacat Fisik : Tidak Ada
d. Warna Kulit Muka : Tidak Ada
e. Daerah Kulit Yang Tampak : Tidak Ada
f. Jaringan parut : Tidak Ada
5. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL
a. Kepala
1) Tonjolan : Tidak Ada
2) Cacat : Tidak Ada
3) Bercak Kulit : nevus
4) Wajah : Tidak Ada
b. Leher
1) Kelenjar Tiroid : Tidak Ada
2) Kelenjar Sublingualis : Tidak Ada
3) Nodus Limfatikus : Tidak Ada
4) Kelenjar Submandibula : Tidak Ada
c. TMJ
1) Luas pergerakan : Tidak Ada
2) Nyeri tekan pada TMJ : Tidak Ada
3) Suara : Ada
4) Locking : Tidak Ada
5) Dislokasi : Tidak Ada
6. PEMERIKSAAN INTRA ORAL
a. Mukosa
Terdapat lesi menonjol ± 3mm pada mucossa bucal dextra dan sinistra sepanjang
M1-M2, berwarna putih, konsistensi kenyal, berbatas tegas, dapat digerakan, tidak
ada rasa sakit suspect Linea Alba
b. Gingiva
Tidak terdapat kelainan
c. Palatum
Tidak terdapat kelainan
d. Lidah
Tidak terdapat kelainan
7. Pemeriksaan Odontogram

√76X4321 ▲ 234XX√•
√√ X 5 4 3 • • 123456X8

Keterangan
X : Gigi Hilang Atau Telah Dicabut
√ : Sisa Akar
• : Karies
▲ : Tumpatan

8. PEMERIKSAAN GIGI GELIGI


Gigi Pemeriksaan Subjektif dan Objektif Diagnosa Perawatan
18 Terdapat sisa akar pada gigi 18 Radiks Pro. Oral
Sondasi : - Surgery
Perkusi : - (Ekstraksi)
Palpasi : -
Vitalitas : -
15 Terdapat edentoulus ridge pada gigi Edentoulus ridge Pro.
prosthodonsi
25 Terdapat sisa akar pada gigi 25 Radiks Pro. Oral
Sondasi : - Surgery
Perkusi : - (Ekstraksi)
Palpasi : -
Vitalitas : -
26 Terdapat edentoulus ridge pada gigi Edentoulus ridge Pro.
26 Prosthodonsi
27 Terdapat sisa akar pada gigi 27 Radiks Pro. Oral
Sondasi : - Surgery
Perkusi : - (Ekstraksi)
Palpasi : -
Vitalitas : -
28 Terdapat karies di oklusal gigi 28 Suspect karies dentn Pro. Reversible
kedalaman dentin protection
Sondasi : -
Perkusi : -
Palpasi : -
Vitalitas : -

37 Terdapat edentoulus ridge pada gigi Edentoulus ridge Pro.


37 prosthodonsi
36 Terdapat karies di oklusal gigi 36 Suspect Karies Pro. Reversible
kedalaman email enamel protection
Sondasi : -
Perkusi : -
Palpasi : -
Vitalitas : +
41 Terdapat karies di mesial gigi 41 Suspect karies pulpa Pro endodontic
kedalaman pulpa care
Sondasi : +
Perkusi : +
Palpasi : -
Vitalitas : +

42 Terdapat karies di mesial gigi 42 Suspect karies pulpa Pro endodontic


dengan kedalaman pulpa Care
Sondasi : +
Perkusi : +
Palpasi : +
Vitalitas : +
47 Terdapat radiks pada gigi 47 Radiks Pro. Oral surgery
Sondasi : - (Ekstraksi)
Perkusi : -
Palpasi : -
Vitalitas : -
48 Terdapat radiks pad gigi 48 Radiks
Sondasi : -
Perkusi : -
Palpasi : -
Vitalitas : -

9. DIAGNOSA
10. PROGNOSIS
Perawatan pasien berupa pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik memiliki
hasil perawatan yang baik (Bonam) karena jaringan pendukung gigi pasien baik,
kesehatan umum baik, dan pasien memiliki motivasi baik yang menyebabkan pasien
kooperatif dalam perawatan ini.
BAB IV
PROSEDUR KERJA DAN RENCANA PERAWATAN

A. Mouth Preparation
Merupakan persiapan-persiapan di dalam mulut sebelum dibuatkan gigi tiruan
sebagian, meliputi:
 Surgical treatment, pencabutan gigi yang tidak mungkin dipertahankan
 Periodontal treatment, dengan scaling untuk membersihkan karang gigi
 Conservative treatment, dengan penumpatan gigi-gigi yang karies
B. Perawatan
1. Kunjungan 1 (Mencetak Rahang dan Membuat Model Studi)
a) Anamnesa dan indikasi
b) Membuat model studi dan model kerja
Alat : Sendok cetak perforated stock tray no. 2 RA dan RB
Bahan cetak : Alginat
Cara mencetak : Mukostatik
Sebelum mencetak, sendok cetak dicobakan dulu ke mulut pasien. Pasien dilatih
supaya bernafas melalui hidung dan bersikap tenang sewaktu dicetak.

Pencetakan RA :
 Pasien duduk dengan posisi sedemikian rupa, mulut pasien setinggi siku
operator dan dataran oklusal RA sejajar lantai.
 Operator berdiri dibelakang samping kanan pasien.
 Sendok cetak RA yang sudah terisi alginat dimasukkan ke mulut pasien
dengan menempelkan bagian posterior dulu pada palatum, lalu sedikit demi
sedikit ke arah anterior sampai seluruh gigi terbenam alginat.
 Bibir dikatupkan dan pasien diminta untuk mengucapkan ” U ”.
 Selama setting, sendok cetakdijaga agar kedudukannya tidak berubah.
 Setelah alginat mengeras, sendok cetak dilepas dari mulut pasien sehingga
didapatkan hasil cetakan gigi RA
 Kemudian hasil cetakan diisi dengan stone gips.
Pencetakan RB :
 Pasien duduk tegak dengan mulut setinggi siku operator dan dataran oklusal
gigi RB sejajar lantai.
 Operator berdiri di depan samping kanan pasien.
 Bahan cetak diaduk, dimasukkan ke sendok cetak kemudian masukkan sendok
cetak ke mulut pasien dengan menempelkan bagian posterior dulu, kemudian
demi sedikit ke arah anterior.
 Fiksasi sendok cetak dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah agar
posisi sendok tidak berubah. Instruksikan pasien untuk mengangkat lidahnya
sebentar kemudian turun dan lidah agak menjulur (relaks) untuk mendapatkan
cetakan frenulum lingualis.
 Bibir dikatupkan dan pasien diminta mengucapkan ”U”.
 Setelah alginat mengeras, cetakan dilepas mulai dari bagian posterior terlebih
dahulu, kemudian hasil cetakan diisi stone gips.

Cara mencetak dengan metode diatas disebut metode mencetak mukostatik


atau pencetakan tanpa tekanan, yang menunjukkan lingir dalam keadaan statis.
Bentuk lingir akan didapat dalam bentuk anatomik, karena pada saat pencetakan
bagian ini tidak mendapat tekanan. Pada saat mencetak pasien diinstruksikan
untuk menutup bibirnya dan mengucapkan ”U”.
Metode mencetak yang lain yaitu mukokompresi atau mencetak dengan
tekanan/mukodinamik. Tekanan jari tangan (trimming) pada pipi dan konsistensi
bahan cetak pada saat pencetakan dianggap sesuai dengan tekanan yang akan
didapat pada saat berfungsi. Setelah selesai pencetakan, hasil cetakan diisi stone
gips lalu diboxing
c) Membuat desain GTSL akrilik
1) Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi
Berdasarkan gigi yang hilang, maka kasus ini untuk rahang atas termasuk Klas
IV Kennedy. Gigi yang diganti pada rahang atas adalah gigi 21 dan 22.
Indikasi protesa adalah protesa lepasan dengan dukungan kombinasi.
2) Menentukan macam dukungan dari setiap sadel
Karena keadaan gigi tetangga masih kuat maka dukungan yang dipilih adalah
dukungan kombinasi dari gigi, yaitu gigi 15 dan 2 pada RA.
3) Menentukan macam penahan
Direct retainer berupa klamer C pada gigi 15 dan 25 dengan klamer C
sandaran oklusal di rahang atas. Indirect retainer berupa plat akrilik setinggi
cingulum.
4) Menentukan macam konektor
Konektor berupa plat akrilik.

Desain gigi tiruan sebagian lepasan rahang atas

Keterangan:

1. Cengkeram C dengan
sandaran oklusal
2. Anasir Gigi
3. Plat akrilik palatal
4. Sayap bukal
5. Plat akrilik setinggi
cingulum

2. Kunjungan II (Mencetak Model Kerja)


a. Membuat model kerja rahang atas dan bawah
Cetakan fisiologis (dalam keadaan berfungsi), yaitu dalam pencetakan dengan
memperhatikan jaringan bergerak dan tidak bergerak juga memperhatikan
tertekannya mukosa. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan sendok cetak
individual yang dibuat dari bahan shellac atau self curing acrilic resin. Jarak
pinggir sendok cetak dengan fornik dibuat 1-2 mm, supaya tepi cetakan nanti
tidak meruncing tetapi membulat. Hasil cetakannya digunakan sebagai work
model.
Untuk membuat model kerja rahang atas maupun bawah, gigi-geligi pasien
dicetak kembali menggunakan alat, bahan, dan dengan cara yaitu pada RA dan RB
shellac dilunakkan dengan cara memanaskan diatas lampu spiritus lalu ditekan di
atas study model. Shellac dipotong sesuai batas-batas yang telah digambar pada
study model. Shellac dipotong dengan menggunakan gunting saat masih lunak
atau dengan bur bila sudah mengeras.
Pegangan sendok cetak individual rahang atas dibuat ke arah bawah
sedangkan untuk rahang bawah mengarah ke arah atas agar sendok tidak terhalang
oleh bibir pasien saat pencetakan. Kemudian dibuat lubang-lubang pada sendok
cetak RA untuk mengalirkan kelebihan bahan cetak, karena bila tertahan akan
menyebabkan tekanan yang berlebihan pada gigi tiruan pada jaringan
pendukungnya, sehingga lubang dibuat pada daerah yang tidak menerima tekanan.
Lubang dibuat dengan menggunakan bur bulat no. 8 dengan jarak masing-masing
lebih dari 5 mm.
b. Membuat catatan gigitan sentrik
Pasien diminta untuk menggigit malam setebal 2 lapis yang berbentuk tapal
kuda. Gigitan kerja ini berfungsi untuk mendapatkan hubungan yang tepat antara
gigi geligi rahang atas dan bawah sesuai dengan sentrik oklusi yang berperan saat
pemasangan model rahang pada artikulator.
c. Pembuatan klamer dan base plate
Pada model rahang yang sudah ditanam pada artikulator dibuat baseplate dan
klamer/ cengkeram yang diletakkan pada gigi pendukung. Klamer dibuat pada 1/3
mahkota ke arah gingiva dan terbuat dari kawat klamer diameter 0,7 mm.
d. Pemasangan pada artikulator
Bite rim dibuat dari malam merah dan diletakkan di atas base plate untuk
memperoleh tinggi gigitan pada keadaan oklusi sentrik yang nantinya akan
dipindahkan ke artikulator. Pemasangan bite rim oklusal beserta model gigi
dipasang pada artikulator tipe anatomis yang dinamakan freeplane articulator.
Pertama-tama model rahang atas dipasang pada artikulator dengan :
1) Garis tengah rahang dan model rahang atas berhimpit dengan garis tengah dari
mounting table
2) Tepi luar anterior dari gigi anterior rahang atas bersinggungan dengan garis
incisal edge dari mounting table. Ujung jarum horizontal incisal guide pin
menyentuh tepi luar dari gigi anterior model rahang atas dan tepat di garis
tengah rahang.
Setelah model rahang atas ditempatkan dengan baik, bite rim rahang bawah
difiksasi dengan gips plaster yaitu dengan cara:
1) Upper member dibuka ke atas dan adonan gips plaster diletakkan di atas model
kerja rahang atas
2) Lalu upper member ditutup dan kelebihan gips diratakan dan tunggu hingga
kering
3) Mounting table dilepas kemudan bite rim oklusal rahang bawah diletakkan
pada bite rim oklusal rahang atas sesuai dengan oklusinya.
4) Lalu lower member dibuka ke atas dan gips dituangkan di atas model kerja
rahang bawah. Lower member ditutup hingga menekan gips.
 Gips yang berlebih dirapikan dan ditunggu hingga kering
 Perlu diperhatikan dalam membuat bite rim rahang bawah yaitu ukuran bite
rim bagian posterior selebar 6 mm, dibagi oleh garis alveolar ridge menjadi 3
mm untuk labial/bukal dan 3 mm untuk palatal/lingual.

e. Perhitungan MMR
Vertikal dimensi disebut juga tinggi gigitan, dapat dicari dengan pengukuran
jarak pupil dan sudut mulut akan sama dengan jarak hidung dengan dagu
(PM=HD) dalam keadaan oklusi sentrik (Soelarko dan Herman, 1980). Oklusi
sentrik adalah hubungan kontak maksimal dari gigi-gigi rahang atas dan rahang
bawah, terjadi ketika RA dan RB dalam relasi sentrik, yaitu keadaan di mana
processus condiloideus berada pada posisi paling belakang dari fossa glenoidea
(Swenson, 1964).
Penentuan dimensi vertikal menggunakan metode Willis. Metode Willis
menyatakan bahwa dimensi vertikal istirahat sama dengan jarak pupil (P) ke sudut
mulut (M) sama dengan jarak hidung (H) ke dagu (D) pada keadaan rest position.
Pada keadaan relasi sentrik, dimensi vertikal oklusi (DVO) = Dimensi vertikal
rest (DVR) - freeway space (besar freeway space 2-4 mm).

DVO = DVR – (2-4 mm)

Langkah menetukan dimensi vertikal dalah :

 Tentukan dimensi vertikal istirahat pasien dengan mengukur jarak


P-M atau H-D pada keadaan rest position dengan jangka sorong.

 Tentukan DVO pasien dengan cara :

DVO = DVR – 2mm


Pengurangan untuk freeway space dilakukan secara bertahap :

 Insersikan bite rim rahang atas dan bawah pada pasien, ukur
apakah tinggi biterim sudah sesuai dengan pertihungan DVO atau
belum, apabila belum dilakukan pengurangan pada biterim rahang
bawah sebanyak 2mm (sesuai rumus) terlebih dahulu,

 Apabila belum didapatkn DVO yang sesuai, bite rim rahang


bawah dapat dikurngi lagi. Tanda klinis sudah didapatkan DVO
yang benar adalah pasien sudah dapat menelan dengan nyaman
dan pasien dapat mengucapkan huruf berdesis dengan jelas
(s,m,f).

f. Pemasangan artificial
Dalam kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi anterior setelah
didapatkan oklusi sentrik, gigi artifisial rahang atas dipasang dimulai dari gigi 21 dan
22. Setelah itu, try in pada pasien.
Pemasangan gigi anterior:
21 : - Axisnya bersudut 5 terhadap mid. Line
- Incisalnya menyentuh bite rim RB
- Bagian 1/3 permukaan labial agak depresi
22 : - Axisnya bersudut 100 terhadap mid. line
- Incisalnya berjarak 1-2 mm dari bite rim RB
- Permukaan labial agak ke palatal dan mengikuti lengkung bite
rim.

3. Kunjungan III (Tryin Model Malam)


Setelah dilakukan pemasangan gigi-gigi artificial, seluruh gigi tiruan di uji
cobakan pada rahang pasien untuk dievaluasi mengenai :

 Retensi
Jika retensi gigi tiruan adekuat maka gigi tiruan bagian rahang atas tidak lepas
dari lingir tanpa perekat selama 15 menit, dan gigi tiruan rahang bawah tidak
lepas dari lingir ketika pasien menjilat bibir atas.
 Stabilisasi
Evaluasi stabilitas ini dapat dilakukan dengan tekanan jari pada permukaan
oklusal dan lateral gigi tiruan.
 Oklusi
Pengecekan oklusi dilakukan dengan meletakkan kertas artikulasi di antara gigi
rahang atas dan rahang bawah pada keadaan oklusi sentrik. Penggunaan kertas
artikulasi ini adalah untuk mengetahui adanya prematur kontak yang dapat
menjadi traumatik oklusi. Permukaan oklusal yang terlihat berwarna biru tebal
dikurangi hingga warna giginya merata. Lalu pasien diminta untuk memposisikan
rahang atas dan bawah dalam keadaan eksentrik oklusi beserta kertas artikulasi.
Permukaan oklusal yang memperlihatkan warna biru tebal dikurangi secara
selektif
 Estetis
Estetis pasien dilihat dengan memperhatikan profil muka pasien.
 Fonetik
Fonetik pasien dicek dengan cara pasien mengucapkan huruf-huruf “s, t, d, n ch,
j” yang didapatkan dari kontur palatal. Fonasi pasien ini ditentukan oleh vertikal
dimensi pasien, dan kontur dari gigi tiruan. Pasien juga diminta untuk
mengucapkan huruf “f, dan v” untuk mengecek posisi incisivus sentralis yang
tepat.

- Kemudian dilakukan prosesing gigi tiruan sebagian lepasan resin akrilik.

4. Kunjungan IV (Insersi)
Setelah gigi tiruan sebagian lepasan telah selesai di processing, gigi tiruan dipasang
ke dalam mulut pasien dan perlu dievaluasi kembali mengenai retensi, stabilisasi,
oklusi, kenyamanan pasien, serta pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan. Hambatan
pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat pemasangan dan
pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan cara pengasahan gigi tiruan.
Pasien sebaiknya diinstruksikan mengenai :
a) Cara pemakaian gigi tiruan tersebut
b) Pasien diminta memakai gigi tiruan tersebut terus menerus selama beberapa waktu
(2x24 jam) agar pasien terbiasa
c) Cara pemeliharaan yang meliputi kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut. Pasien
diminta untuk kontrol secara rutin untuk mengecek kesehatan jaringan. Gigi tiruan
sebaiknya tidak dipakai pada malam hari, hal ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya denture stomatitis. Gigi tiruan sebaiknya dibersihkan dan disimpan di
dalam air untuk mencegah terjadinya pengerutan.
d) Kontrol, jika timbul rasa sakit setelah pemasangan, pasien harap segera kontrol,
sebaiknya pasien diminta untuk memakai gigi tiruan pada hari janji temu dengan
dokter gigi untuk mengetahui jaringan mulut yang sakit akibat gigi tiruan. Jika
tidak ada keluhan, kontrol seminggu setelah insersi.

5. Kunjungan V (Kontrol)
Setelah pemasangan GTSL selama 24-48 jam, 1 minggu dan 1 bulan, pasien
diminta datang untuk kontrol. Pada saat kontrol sebaiknya dilakukan pemeriksaan
subjektif dan objektif. Pada pemeriksaan subjektif sebaiknya ditanyakan apakah
pasien memiliki keluhan terhadap pemakaian gigi tiruan, apakah adanya gangguan
maupun rasa sakit. Pemeriksaan objektif yang perlu diamati adalah apakah ada lesi,
peradangan pada lokasi jaringan yang dikeluhkan, mencatat keadaan gigi abutment
dan jaringan pendukungnya, serta mengamati keadaan gigi tiruan, posisi cengkeram,
retensi, stabilisasi, dan oklusi gigi tiruan.

Anda mungkin juga menyukai