Disusun oleh :
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pada gigi asli yang hilang dapat terjadi penurunan efisiensi kunyah,
gangguan fungsi bicara, memperburuk penampilan.
2. Pada gigi asli yang masih tertinggal dapat terjadi drifting yaitu
bergeraknya gigi tetangga ke daerah yang tak bergigi, erupsi gigi
antagonis yang berlebihan.
11. Bila gigi yang hilang cukup banyak dapat mengakibatkan perubahan
TMJ
12. Pada kasus kehilangan gigi anterior dapat menimbulkan rasa malu dan
rendah diri karena estetis menjadi berkurang serta kurang sempurnanya
pengucapan beberapa huruf.
c. Klas III
Mempunyai daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi-gigi yang masih ada di
bagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.
d. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dari gigi-gigi yang masih
ada dan melewati garis tengah rahang.
Pada klasifikasi Kennedy, disamping adanya kelas-kelas ada juga yang disebut
modifikasi. Modifikasi ialah daerah tanpa gigi lainnya disamping daerah yang
menentukan kelas dan jumlah dari daerah ini. Menurut Henderson, dkk. (1985) untuk
menentukan klasifikasi, maka ada aturan-aturan yang harus dipertimbangkan sebagai
berikut :
1. Klasifikasi harus dilakukan setelah mouth preparation, sebab bila tidak akan
merubah klasifikasi yang ada contohnya pencabutan.
2. Jika molar ketiga tidak ada maka tidak diperhitungkan dalam klasifikasi,
karena molar ketiga tidak diganti.
3. Jika molar ketiga ada dan diperhitungkan sebagai gigi pegangan maka harus
diperhitungkan dalam klasifikasi.
4. Molar kedua kadang-kadang tidak diganti jika gigi lawannya tidak ada, gigi ini
tidak dimasukkan dalam klasifikasi.
5. Bagian tak bergigi paling posterior selalu menentukan kelas utama klasifikasi.
6. Daerah-daerah tanpa gigi disamping daerah yang menentukan klasifikasi
disebut modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau ruangannya.
7. Luasnya modifikasi atau jumlah gigi yang hilang tidak dipersoalkan, yang
dipersoalkan adalah jumlah daerah atau ruangannya.
8. Hanya kelas I, II, dan III yang mempunyai modifikasi, karena kelas IV hanya
mempunyai daerah tanpa gigi dibelkangnya.
c. Klas III
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga tidak lagi mampu
memberi dukungan kepada gigi tiruan secara keseluruhan.
d. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis median.
e. Klas V
Keadaan tidak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior tidak dapat dipakai
sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah
f. Klas VI
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga gigi asli dapat dipakai
sebagai penahan.
4. Konektor
Konektor dibagi dua, yaitu:
a. Mayor konektor
Merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian lepasan yang
menghubungkan bagian protesa yang terletak pada satu sisi rahang dengan
sisi rahang lainnya. Menghubungkan dua sadel kanan dan kiri.
b. Minor konektor
Merupakan penghubung antara mayor konektor dengan bagian-bagian
lain pada kerangka gigi tiruan seperti cangkolan.
Pengalaman pasien
Stabilisasi
Bahan gigi tiruan
BAB III
LAPORAN KHUSUS
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. Kyh
b. Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 15-10-1969
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status : Menikah
e. Suku/Ras : Jawa
f. Pekerjaan : Asisten Rumah Tangga
g. Alamat Rumah : Jalan Ketileng timur VI
h. No. Telepon / Hp : 085747019271
i. Nomor RM : 1668
c. Riwayat Medis
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan Pasien tidak sedang
dalam perawatan dokter maupun mengkonsumsi obat-obatan rutin. Selama ini
pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan maupun jenis makanan
tertentu. Terakhir pasien melakukan tindakan bedah yaitu beberapa tahun yang
lalu yaitu tindakan penjahitan luka pada tangan kanannya.
d. Riwayat Gigi Terdahulu
Pasien belum pernah berkunjung ke dokter gigi dan belum pernah melakukan
perawatan apapun ke dokter gigi. Selama ini pasien menyikat gigi dua kali sehari
yaitu pada pagi dan sore hari ketika mandi pagi dan sore hari, pasien menyikat
gigi menggunakan sikat gigi yang berbulu kasar dengan tungkai yang besar dan
panjang dan menggunakan pasta gigi mengandung fluoride yaitu pepsodent dan
tidak menggunakan obat kumur maupun benang gigi untuk membersihkan gigi
tersebut. Pasien menyikat gigi menggunakan gerakan secara vertikal.
e. Riwayat Keluarga
Ayah dan Ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
f. Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang asisten rumah tangga di lingkungannya. Pasien
tinggal bersama suami dan kedua anaknya di sebuah lingkungan perumahan di
Semarang. Pasien sehari hari mengkonsumsi air rebusan dan mengkonsumsi
makanan yang mengandung serat tinggi yaitu sayuran, selain itu pasien memiliki
kebiasaan mengkonsumsi the setiap pagi yaitu 1gelas per hari. Pasien tidak rutin
dalam berolahraga dan juga pasien bukan seorang perokok aktif maupun seorang
alkoholik.
4. KEADAAN UMUM
a. Berat Badan : 60 kg
b. Pernapasan : 20 X permenit
c. Cacat Fisik : Tidak Ada
d. Warna Kulit Muka : Tidak Ada
e. Daerah Kulit Yang Tampak : Tidak Ada
f. Jaringan parut : Tidak Ada
5. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL
a. Kepala
1) Tonjolan : Tidak Ada
2) Cacat : Tidak Ada
3) Bercak Kulit : nevus
4) Wajah : Tidak Ada
b. Leher
1) Kelenjar Tiroid : Tidak Ada
2) Kelenjar Sublingualis : Tidak Ada
3) Nodus Limfatikus : Tidak Ada
4) Kelenjar Submandibula : Tidak Ada
c. TMJ
1) Luas pergerakan : Tidak Ada
2) Nyeri tekan pada TMJ : Tidak Ada
3) Suara : Ada
4) Locking : Tidak Ada
5) Dislokasi : Tidak Ada
6. PEMERIKSAAN INTRA ORAL
a. Mukosa
Terdapat lesi menonjol ± 3mm pada mucossa bucal dextra dan sinistra sepanjang
M1-M2, berwarna putih, konsistensi kenyal, berbatas tegas, dapat digerakan, tidak
ada rasa sakit suspect Linea Alba
b. Gingiva
Tidak terdapat kelainan
c. Palatum
Tidak terdapat kelainan
d. Lidah
Tidak terdapat kelainan
7. Pemeriksaan Odontogram
√76X4321 ▲ 234XX√•
√√ X 5 4 3 • • 123456X8
Keterangan
X : Gigi Hilang Atau Telah Dicabut
√ : Sisa Akar
• : Karies
▲ : Tumpatan
9. DIAGNOSA
10. PROGNOSIS
Perawatan pasien berupa pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik memiliki
hasil perawatan yang baik (Bonam) karena jaringan pendukung gigi pasien baik,
kesehatan umum baik, dan pasien memiliki motivasi baik yang menyebabkan pasien
kooperatif dalam perawatan ini.
BAB IV
PROSEDUR KERJA DAN RENCANA PERAWATAN
A. Mouth Preparation
Merupakan persiapan-persiapan di dalam mulut sebelum dibuatkan gigi tiruan
sebagian, meliputi:
Surgical treatment, pencabutan gigi yang tidak mungkin dipertahankan
Periodontal treatment, dengan scaling untuk membersihkan karang gigi
Conservative treatment, dengan penumpatan gigi-gigi yang karies
B. Perawatan
1. Kunjungan 1 (Mencetak Rahang dan Membuat Model Studi)
a) Anamnesa dan indikasi
b) Membuat model studi dan model kerja
Alat : Sendok cetak perforated stock tray no. 2 RA dan RB
Bahan cetak : Alginat
Cara mencetak : Mukostatik
Sebelum mencetak, sendok cetak dicobakan dulu ke mulut pasien. Pasien dilatih
supaya bernafas melalui hidung dan bersikap tenang sewaktu dicetak.
Pencetakan RA :
Pasien duduk dengan posisi sedemikian rupa, mulut pasien setinggi siku
operator dan dataran oklusal RA sejajar lantai.
Operator berdiri dibelakang samping kanan pasien.
Sendok cetak RA yang sudah terisi alginat dimasukkan ke mulut pasien
dengan menempelkan bagian posterior dulu pada palatum, lalu sedikit demi
sedikit ke arah anterior sampai seluruh gigi terbenam alginat.
Bibir dikatupkan dan pasien diminta untuk mengucapkan ” U ”.
Selama setting, sendok cetakdijaga agar kedudukannya tidak berubah.
Setelah alginat mengeras, sendok cetak dilepas dari mulut pasien sehingga
didapatkan hasil cetakan gigi RA
Kemudian hasil cetakan diisi dengan stone gips.
Pencetakan RB :
Pasien duduk tegak dengan mulut setinggi siku operator dan dataran oklusal
gigi RB sejajar lantai.
Operator berdiri di depan samping kanan pasien.
Bahan cetak diaduk, dimasukkan ke sendok cetak kemudian masukkan sendok
cetak ke mulut pasien dengan menempelkan bagian posterior dulu, kemudian
demi sedikit ke arah anterior.
Fiksasi sendok cetak dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah agar
posisi sendok tidak berubah. Instruksikan pasien untuk mengangkat lidahnya
sebentar kemudian turun dan lidah agak menjulur (relaks) untuk mendapatkan
cetakan frenulum lingualis.
Bibir dikatupkan dan pasien diminta mengucapkan ”U”.
Setelah alginat mengeras, cetakan dilepas mulai dari bagian posterior terlebih
dahulu, kemudian hasil cetakan diisi stone gips.
Keterangan:
1. Cengkeram C dengan
sandaran oklusal
2. Anasir Gigi
3. Plat akrilik palatal
4. Sayap bukal
5. Plat akrilik setinggi
cingulum
e. Perhitungan MMR
Vertikal dimensi disebut juga tinggi gigitan, dapat dicari dengan pengukuran
jarak pupil dan sudut mulut akan sama dengan jarak hidung dengan dagu
(PM=HD) dalam keadaan oklusi sentrik (Soelarko dan Herman, 1980). Oklusi
sentrik adalah hubungan kontak maksimal dari gigi-gigi rahang atas dan rahang
bawah, terjadi ketika RA dan RB dalam relasi sentrik, yaitu keadaan di mana
processus condiloideus berada pada posisi paling belakang dari fossa glenoidea
(Swenson, 1964).
Penentuan dimensi vertikal menggunakan metode Willis. Metode Willis
menyatakan bahwa dimensi vertikal istirahat sama dengan jarak pupil (P) ke sudut
mulut (M) sama dengan jarak hidung (H) ke dagu (D) pada keadaan rest position.
Pada keadaan relasi sentrik, dimensi vertikal oklusi (DVO) = Dimensi vertikal
rest (DVR) - freeway space (besar freeway space 2-4 mm).
Insersikan bite rim rahang atas dan bawah pada pasien, ukur
apakah tinggi biterim sudah sesuai dengan pertihungan DVO atau
belum, apabila belum dilakukan pengurangan pada biterim rahang
bawah sebanyak 2mm (sesuai rumus) terlebih dahulu,
f. Pemasangan artificial
Dalam kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi anterior setelah
didapatkan oklusi sentrik, gigi artifisial rahang atas dipasang dimulai dari gigi 21 dan
22. Setelah itu, try in pada pasien.
Pemasangan gigi anterior:
21 : - Axisnya bersudut 5 terhadap mid. Line
- Incisalnya menyentuh bite rim RB
- Bagian 1/3 permukaan labial agak depresi
22 : - Axisnya bersudut 100 terhadap mid. line
- Incisalnya berjarak 1-2 mm dari bite rim RB
- Permukaan labial agak ke palatal dan mengikuti lengkung bite
rim.
Retensi
Jika retensi gigi tiruan adekuat maka gigi tiruan bagian rahang atas tidak lepas
dari lingir tanpa perekat selama 15 menit, dan gigi tiruan rahang bawah tidak
lepas dari lingir ketika pasien menjilat bibir atas.
Stabilisasi
Evaluasi stabilitas ini dapat dilakukan dengan tekanan jari pada permukaan
oklusal dan lateral gigi tiruan.
Oklusi
Pengecekan oklusi dilakukan dengan meletakkan kertas artikulasi di antara gigi
rahang atas dan rahang bawah pada keadaan oklusi sentrik. Penggunaan kertas
artikulasi ini adalah untuk mengetahui adanya prematur kontak yang dapat
menjadi traumatik oklusi. Permukaan oklusal yang terlihat berwarna biru tebal
dikurangi hingga warna giginya merata. Lalu pasien diminta untuk memposisikan
rahang atas dan bawah dalam keadaan eksentrik oklusi beserta kertas artikulasi.
Permukaan oklusal yang memperlihatkan warna biru tebal dikurangi secara
selektif
Estetis
Estetis pasien dilihat dengan memperhatikan profil muka pasien.
Fonetik
Fonetik pasien dicek dengan cara pasien mengucapkan huruf-huruf “s, t, d, n ch,
j” yang didapatkan dari kontur palatal. Fonasi pasien ini ditentukan oleh vertikal
dimensi pasien, dan kontur dari gigi tiruan. Pasien juga diminta untuk
mengucapkan huruf “f, dan v” untuk mengecek posisi incisivus sentralis yang
tepat.
4. Kunjungan IV (Insersi)
Setelah gigi tiruan sebagian lepasan telah selesai di processing, gigi tiruan dipasang
ke dalam mulut pasien dan perlu dievaluasi kembali mengenai retensi, stabilisasi,
oklusi, kenyamanan pasien, serta pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan. Hambatan
pada permukaan gigi atau jaringan yang dijumpai pada saat pemasangan dan
pengeluaran gigi tiruan dapat dihilangkan dengan cara pengasahan gigi tiruan.
Pasien sebaiknya diinstruksikan mengenai :
a) Cara pemakaian gigi tiruan tersebut
b) Pasien diminta memakai gigi tiruan tersebut terus menerus selama beberapa waktu
(2x24 jam) agar pasien terbiasa
c) Cara pemeliharaan yang meliputi kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut. Pasien
diminta untuk kontrol secara rutin untuk mengecek kesehatan jaringan. Gigi tiruan
sebaiknya tidak dipakai pada malam hari, hal ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya denture stomatitis. Gigi tiruan sebaiknya dibersihkan dan disimpan di
dalam air untuk mencegah terjadinya pengerutan.
d) Kontrol, jika timbul rasa sakit setelah pemasangan, pasien harap segera kontrol,
sebaiknya pasien diminta untuk memakai gigi tiruan pada hari janji temu dengan
dokter gigi untuk mengetahui jaringan mulut yang sakit akibat gigi tiruan. Jika
tidak ada keluhan, kontrol seminggu setelah insersi.
5. Kunjungan V (Kontrol)
Setelah pemasangan GTSL selama 24-48 jam, 1 minggu dan 1 bulan, pasien
diminta datang untuk kontrol. Pada saat kontrol sebaiknya dilakukan pemeriksaan
subjektif dan objektif. Pada pemeriksaan subjektif sebaiknya ditanyakan apakah
pasien memiliki keluhan terhadap pemakaian gigi tiruan, apakah adanya gangguan
maupun rasa sakit. Pemeriksaan objektif yang perlu diamati adalah apakah ada lesi,
peradangan pada lokasi jaringan yang dikeluhkan, mencatat keadaan gigi abutment
dan jaringan pendukungnya, serta mengamati keadaan gigi tiruan, posisi cengkeram,
retensi, stabilisasi, dan oklusi gigi tiruan.