A. DEFINISI PENYAKIT
Trauma dengan kata lain disebut injury atau wound, dapat diartikan sebagai
kerusakan yang biasanya disebabkan oleh tindakan-tindakan fisik dengan terputusnya
kontinuitas normal suatu struktur. Definisi lain menyebutkan bahwa trauma gigi
adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras gigi dan atau periodontal karena
sebab mekanis. Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka trauma gigi anterior
merupakan kerusakan jaringan keras gigi dan atau periodontal karena kontak yang
keras dengan suatu benda yang tidak terduga sebelumnya pada gigi anterior baik pada
rahang atas maupun rahang bawah atau kedua-duanya.
Menurut American Dental Association (ADA), fraktur dental atau patah gigi
merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen dari satu gigi lengkap yang biasanya
disebabkan oleh trauma atau benturan. Fraktur gigi dapat dimulai dari ringan
(melibatkan chipping dari lapisan gigi terluar yang disebut email dan dentin) sampai
berat (melibatkan fraktur vertikal, diagonal, atau horizontal akar). Gejala tergantung
pada terbuka tidaknya pulpa, tingkat kerusakan pulpa, umur pasien, dan faktor-faktor
lain. Meskipun pulpa tidak terbuka, bila patahnya menyebabkan dentin terbuka, gigi
menjadi sensitif terhadap perubahan temperatur, seperti makan minum dingin, manis
dan asam. Bila pulpa terbuka, rasa sakit timbul pada setiap tarikan nafas atau
dirasakan hampir konstan. Anehnya pada pada beberapa kasus, pasien bebas rasa
sakit (Grossman, et.al. 1995).
B. DEFINISI ONLAY
Onlay merupakan restorasi indirek untuk merestorasi gigi posterior yang
mengalami karies dengan keadaan kavitas melibatkan bagian proksimal gigi dan
tonjolnya. Restorasi indirek biasanya digunakan untuk gigi yang memerlukan
estetika yang baik, menumpat kavitas yang besar atau menggantikan restorasi
besar yang sudah kurang baik terutama untuk kavitas faciolingual luas yang
memerlukan penutupan tonjol (Roberson et al., 2002). Menurut Deshpande et al.
(2016), bahan logam dalam restorasi onlay dapat diindikasikan pada kondisi :
Kehilangan struktur gigi yang luas
Pasien dengan akumulasi plak yang sedikit
Restorasi partial subgingiva
Gigi retak (vertikal, horizontal atau diagonal)
Restorasi yang digunakan untuk menggantikan tambalan lama,
terutama bila jaringan gigi yang tersisa sedikit (gigi posterior)
Kerusakan gigi posteriot yang menerima tekanan yang besar.
Kemungkinan bisa terjadi fraktu cusp
Penggantu restorasi amalgam yang rusak
Lebar karies atau kavitas >1/3-1/2 jarak antar cusp
Bila diperlukan perlindungan cusp, dimana cusp yang ada sudah tidak
kuat/memiliki resiko fraktur karena kurangnya jaringan pendukung.
Abrasi gigi posteriot yang luas
Pasca endodontic
Mahkota klinis masih tingi sebagai retensi dari onlay
Kontra Indikasi
1. Dinding bukal dan lingual rusak
2. Mahkota klinis yang pendek
3. Oral hygiene yang buruk
4. Frekuensi karies tinggi
C. RESIN KOMPOSIT
Resin komposit merupakah salah satu jenis material untuk restorasi gigi.
Dengan berbagai perkembangan saat ini restorasi dengan menggunakan bahan resin
komposit tidak hanya dapat digunakan untuk restorasi direk tetapi dapat juga
digunakan untuk restorasi indirek. Perkembangan dalam teknologi adhesif dan
komposit mikrohibrida chairside telah memungkinkan dokter gigi untuk
menghasilkan restorasi inlay/onlay.. Penggunaan teknik restorasi rigid komposit telah
terbukti mampu memperbaiki beberapa kekurangan restorasi komposit plastis.
Dengan teknik restorasi rigid, penyusutan polimerisasi terjadi ekstra oral dan kontur
yang tepat lebih mudah dicapai karena restorasi dibuat diluar mulut. Dengan
menggunakan restorasi rigid teknik indirek, celah dalam restorasi dapat diminimalkan
dengan memberikan tekanan pada restorasi sebelum penyinaran, dan sifat-sifat fisis
resin dapat ditingkatkan dengan penyinaran ekstra oral dengan menaikkan panas dan
tekanan. Secara klinis, adaptasi marginal in vivo restorasi rigid komposit dilaporkan
lebih baik dari komposit plastis dan amalgam.
Kebanyakan restorasi pada premolar atau molar pertama terutama ketika
mempertimbangkan segi estetik akan menggunakan resin komposit dengan alasan:
1. Menghasilkan derajat polimerisasi yang lebih tinggi
2. Tidak abrasive untuk struktur gigi yang berlawanan/gigi antagonis
3. Mudah dilakukan preparasi
4. Adanya efek pengerutan polimerisasi
5. Elastisitas rendah
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
Nama Pasien : Oktaviana Nuraini
Tanggal Lahir : 11 Oktober 1990
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sonorejo RT 01/03 Sonorejo, Sukoharjo
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
A. Pemeriksaan Subjektif
CC :
Pasien datang dengan keluhan gigi patah dan ingin ditambal
PI :
Gigi pasien patah sejak 10 tahun yang lalu saat terjatuh
Pasien tidak merasakan ngilu pada bagian gigi yang dikeluhkan
Pasien pernah mengkonsukan keluhan tersebut ke dokter igi
PDH :
Pasien pernah ke dokter gigi untuk perawatan pembersihan karang
PMH :
Pasien mengaku memiliki riwayat penyakit sistemik berupa hipotensi.
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi baik makanan, obat dan
cuaca.
Pasien mengaku tidak sedang dalam perawatan dokter.
FH :
Umum,
Ayah : menurut keterangan pasien ayah memiliki riwayat hipertensi.
Gigi
Ayah : menurut keterangan pasien ayah tidak memiliki keluhan sakit
gigi
Ibu : menurut keterangan pasien ibu memakai gigi tiruan
SH :
Pasien mengaku menyikat gigi 2x sehari saat mandi pagi dan sore
Pasien mengaku tinggal di lingkungan yang bersih dan sehat
Pasien mengaku memiliki kebiasaan minum air putih dan makan manis
B. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan Ekstraoral
Kesan Umum Kesehatan Penderita
Jasmani : Sehat.
Mental : Sehat (komunikatif dan kooperatif)
Vital Sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 76 x/ menit
Pernafapasan : 18 x/ menit
Suhu : Afebris
Berat badan : 55 Kg
Tinggi badan : 153 Cm
Pemeriksaan Ekstra Oral
Fasial Neuromuskular Kelenjar Kelenjar Tulang TMJ
Ludah Limfe Rahang
Deformitas TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Pemeriksaan Intraoral
- Mukosa bibir : TAK
- Mukosa Pipi : TAK
- Dasar Mulut : Normal, TAK
- Gingiva : Normal, TAK
- Orofaring : Normal, TAK
- Oklusi : Normal bite
- Torus Palatinus : Tidak Ada
- Torus mandibula : Tidak ada
- Bentuk palatum : U, normal
- Frenulum
Frenulum Labialis RA : Sedang
Frenuum Labialis RB : Sedang
Frenulum Lingualis RA : Sedang
Frenulum Lingualis RB : Sedang
Frenulum Bukalis RA : Sedang
Frenulum Bukalis RB : Sedang
- Lidah
Ukuran : Normal
Aktivitas : Normal
- Alveolus
Rahang Atas : Tinggi
Rahang Bawah : Tinggi
- Supernumerary teeth : Tidak Ada
- Diastema : Tidak Ada
- Gigi Anomali : Tidak Ada
- Oral Hygiene : 3,8 (sedang)
Pemeriksaan OHI
Debris Calculus
OHI = 2,3 + 1,5
Kanan Ant Kiri Total Kanan Ant Kiri Total
Atas 2 1 2 5 Atas 2 1 2 5
1 0 1 3 0 0 0 0
Bawa 1 1 0 3 Bawa 0 1 0 1
h 1 2 1 5 h 0 3 0 3
Total 7 Total 6
7 3
DI = 14/6 = 2,3 CI =9/6 = 1,5
= 3,8 (sedang)
A. Diagnosis
D/ Gigi 44 Fraktur Ellis Klas II
B. Rencana Perawatan
TP/ 1. KIE
2. Restorasi indirect Onlay
3. Kontrol
BAB III
TAHAPAN PERAWATAN
A. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
- Diagnostic set (sonde, kacamulut, pinset, ekscavator) :untuk membantu
pemeriksaan objektif.
- Bengkok : tempat meletakkan diagnostik set
- Handpiece high speed : untuk menggerakan bur dengan putaran cepat
- Handpiece low speed : untuk menggerakan bur dengan putaran ringan
- Round bur diamond : untuk menghilangkan tumpatan sebelumnya
- Round bur metal : untuk membersihkan jaringan karies
- Agate spatula : untuk memanipulasi SIK
- Ball aplicator : untuk meletakkan bahan kaping
- Tapered fissure flat end diamond bur : untuk melakukan preparasi kavitas
- Flamed bur diamond : untuk membuat bevel sebagai penambah retensi
- Round bur metal : untuk menghilangkan jaringan karies
- Sendok cetak : untuk melakukan pencetakan pre dan pasca preparasi
- Articulating paper : untuk mengecek kesesuaian oklusi
2. BAHAN
B. TAHAPAN PERAWATAN
I. Kunjungan I
1. Pemeriksaan subyektif dan pemeriksaan obyektif.
2. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi.
3. Melakukan informed consent.
II. Kunjungan II
1. Pembersihan karies menggunakan round bur metal
2. Preparasi kavitas :
a. Preparasi bagian oklusal
Melakukan preparasi dengan mengikuti bentukan outline form yang telah
dibuat sedalam 1,5-2 mm dengan menggunakan tapered fissure flat end
diamond bur
Membentuk dinding kavitas divergen 3-5 derajat ke arah oklusal.
b. Preparasi bagian bukal
Melanjutkan preparasi bagian bukal sampai batas daerah yang mudah
dibersihkan. Membentuk dinding bukal divergen 3-5 derajat ke arah oklusal
menggunakan tapered fissure flat end diamond bur.
Membuat dinding gingiva sampai batas papila interdental, datar, tegak lurus
dengan sumbu gigi (±2mm diatas garis servikal) menggunakan bur diamond
fissure ujung datar.
c. Finishing
Dinding- dinding sejajar atau divergen ke oklusal di haluskan dengan finishing
bur.
Tidak boleh ada undercut
Menghaluskan semua bidang preparasi menggunakan finishing bur
Membuat cetakan percobaan dengan malam tuang (malam biru) pada kavitas
yang telah dibasahi untuk melihat apakah hasil preparasi sudah baik atau belum
(dilihat kesejajaran bidang preparassi maupun retensi dalam kavitas). panaskan
malam biru diatas api spirtus sampai mengkilat namun jangan sampai meleleh.
Setelah agak buram tekan kedalam kavitas selama 1 menit bantu dengan
tekanan jari agar adaptasi ke kavitas lebih baik, angkat dari kavitas sengan satu
gerakan agar tidak mengalami distorsi. Seluruh sudut kavitas dan bevel harus
tecetak, hasil cetakan tidak boleh ada undercut.
d. Pembuatan catatan gigit dnegan malam merah.
e. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan putty (base katalis) dan elastomer.
f. Pengisian cetakan menggunakan gips stone
g. Pembuatan model malam sesuai dengan bentuk gigi asli.
h. Hasil pembuatan model malam dikirim ke lab
i. Hasil preparasi ditumpat sementra dengan bahan revotex atau tumpatan
sementara berbasis resin.
Salah satu cara mengatasi fraktur pada gigi adalah dengan restorasi, yaitu
suatu tindakan yang bertujuan untuk mengembalikan gigi ke bentuk dan fungsi asli
dengan memperhatikan estetika sekaligus mempertahankan fungsi fisiologisnya
terkait dengan relasi yang harmonis antara jaringan keras dan jaringan lunak gigi.
Berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan objektif gigi 44 mengalami fraktur
Ellis klas II, restorasi indirect onlay dipilih karena beberapa literatur telah
menjelaskan bahwa restorasi secara indirect terbukti lebih kuat dan tahan lama
dibandingkan dengan restorasi direct.
DAFTAR PUSTAKA
Baum, L., Philips, R. W., and Lund, M. R. 2012. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi
Edisi 3. Jakarta: EGC.
Craig, R.G., Powers, J.M., 2002, Restorative Dentl Materials Eleventh Edition,
Mosby, Missouri, USA
Grossman, L. I., Oliet, S., and Del Rio, C. E., 2013. Ilmu Endodontik dalam Praktek:
Edisi Kesebelas. Jakarta: EGC
Kidd, E., 2005, Essentials of Dental Caries: The Disease and Its Management Third
Esdition, Oxford University Press, UK.
Roberson, T.M., Heyman, H.O., Swift E.J. 2002. Studervant’s Art Science Of
Operative Dentistry 4thed. Mosby : USA.