Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN RENCANA PERAWATAN

MODUL: REVERSIBLE PROTECTION

RESTORASI INDIRECT ONLAY MENGGUNAKAN RESIN KOMPOSIT


PADA GIGI PREMOLAR PERTAMA KANAN RAHANG BAWAH DENGAN
FRAKTUR ELLIS KLAS II

Nama : Hanum Laksita


NIM : J2A013019P

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. DEFINISI PENYAKIT
Trauma dengan kata lain disebut injury atau wound, dapat diartikan sebagai
kerusakan yang biasanya disebabkan oleh tindakan-tindakan fisik dengan terputusnya
kontinuitas normal suatu struktur. Definisi lain menyebutkan bahwa trauma gigi
adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras gigi dan atau periodontal karena
sebab mekanis. Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka trauma gigi anterior
merupakan kerusakan jaringan keras gigi dan atau periodontal karena kontak yang
keras dengan suatu benda yang tidak terduga sebelumnya pada gigi anterior baik pada
rahang atas maupun rahang bawah atau kedua-duanya.
Menurut American Dental Association (ADA), fraktur dental atau patah gigi
merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen dari satu gigi lengkap yang biasanya
disebabkan oleh trauma atau benturan. Fraktur gigi dapat dimulai dari ringan
(melibatkan chipping dari lapisan gigi terluar yang disebut email dan dentin) sampai
berat (melibatkan fraktur vertikal, diagonal, atau horizontal akar). Gejala tergantung
pada terbuka tidaknya pulpa, tingkat kerusakan pulpa, umur pasien, dan faktor-faktor
lain. Meskipun pulpa tidak terbuka, bila patahnya menyebabkan dentin terbuka, gigi
menjadi sensitif terhadap perubahan temperatur, seperti makan minum dingin, manis
dan asam. Bila pulpa terbuka, rasa sakit timbul pada setiap tarikan nafas atau
dirasakan hampir konstan. Anehnya pada pada beberapa kasus, pasien bebas rasa
sakit (Grossman, et.al. 1995).

B. DEFINISI ONLAY
Onlay merupakan restorasi indirek untuk merestorasi gigi posterior yang
mengalami karies dengan keadaan kavitas melibatkan bagian proksimal gigi dan
tonjolnya. Restorasi indirek biasanya digunakan untuk gigi yang memerlukan
estetika yang baik, menumpat kavitas yang besar atau menggantikan restorasi
besar yang sudah kurang baik terutama untuk kavitas faciolingual luas yang
memerlukan penutupan tonjol (Roberson et al., 2002). Menurut Deshpande et al.
(2016), bahan logam dalam restorasi onlay dapat diindikasikan pada kondisi :
 Kehilangan struktur gigi yang luas
 Pasien dengan akumulasi plak yang sedikit
 Restorasi partial subgingiva
 Gigi retak (vertikal, horizontal atau diagonal)
 Restorasi yang digunakan untuk menggantikan tambalan lama,
terutama bila jaringan gigi yang tersisa sedikit (gigi posterior)
 Kerusakan gigi posteriot yang menerima tekanan yang besar.
 Kemungkinan bisa terjadi fraktu cusp
 Penggantu restorasi amalgam yang rusak
 Lebar karies atau kavitas >1/3-1/2 jarak antar cusp
 Bila diperlukan perlindungan cusp, dimana cusp yang ada sudah tidak
kuat/memiliki resiko fraktur karena kurangnya jaringan pendukung.
 Abrasi gigi posteriot yang luas
 Pasca endodontic
 Mahkota klinis masih tingi sebagai retensi dari onlay
Kontra Indikasi
1. Dinding bukal dan lingual rusak
2. Mahkota klinis yang pendek
3. Oral hygiene yang buruk
4. Frekuensi karies tinggi

C. RESIN KOMPOSIT
Resin komposit merupakah salah satu jenis material untuk restorasi gigi.
Dengan berbagai perkembangan saat ini restorasi dengan menggunakan bahan resin
komposit tidak hanya dapat digunakan untuk restorasi direk tetapi dapat juga
digunakan untuk restorasi indirek. Perkembangan dalam teknologi adhesif dan
komposit mikrohibrida chairside telah memungkinkan dokter gigi untuk
menghasilkan restorasi inlay/onlay.. Penggunaan teknik restorasi rigid komposit telah
terbukti mampu memperbaiki beberapa kekurangan restorasi komposit plastis.
Dengan teknik restorasi rigid, penyusutan polimerisasi terjadi ekstra oral dan kontur
yang tepat lebih mudah dicapai karena restorasi dibuat diluar mulut. Dengan
menggunakan restorasi rigid teknik indirek, celah dalam restorasi dapat diminimalkan
dengan memberikan tekanan pada restorasi sebelum penyinaran, dan sifat-sifat fisis
resin dapat ditingkatkan dengan penyinaran ekstra oral dengan menaikkan panas dan
tekanan. Secara klinis, adaptasi marginal in vivo restorasi rigid komposit dilaporkan
lebih baik dari komposit plastis dan amalgam.
Kebanyakan restorasi pada premolar atau molar pertama terutama ketika
mempertimbangkan segi estetik akan menggunakan resin komposit dengan alasan:
1. Menghasilkan derajat polimerisasi yang lebih tinggi
2. Tidak abrasive untuk struktur gigi yang berlawanan/gigi antagonis
3. Mudah dilakukan preparasi
4. Adanya efek pengerutan polimerisasi
5. Elastisitas rendah
BAB II
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS
Nama Pasien : Oktaviana Nuraini
Tanggal Lahir : 11 Oktober 1990
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sonorejo RT 01/03 Sonorejo, Sukoharjo
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam

2. DATA MEDIK UMUM


Golongan Darah : O
Alergi : Tidak Ada
Penyakit Sistemik : Hipotensi

A. Pemeriksaan Subjektif
CC :
 Pasien datang dengan keluhan gigi patah dan ingin ditambal
PI :
 Gigi pasien patah sejak 10 tahun yang lalu saat terjatuh
 Pasien tidak merasakan ngilu pada bagian gigi yang dikeluhkan
 Pasien pernah mengkonsukan keluhan tersebut ke dokter igi
PDH :
 Pasien pernah ke dokter gigi untuk perawatan pembersihan karang
PMH :
 Pasien mengaku memiliki riwayat penyakit sistemik berupa hipotensi.
 Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi baik makanan, obat dan
cuaca.
 Pasien mengaku tidak sedang dalam perawatan dokter.
FH :
 Umum,
Ayah : menurut keterangan pasien ayah memiliki riwayat hipertensi.

Ibu : menurut keterangan pasien ibu memiliki riwayat hipotensi.

 Gigi
Ayah : menurut keterangan pasien ayah tidak memiliki keluhan sakit
gigi
Ibu : menurut keterangan pasien ibu memakai gigi tiruan

SH :
 Pasien mengaku menyikat gigi 2x sehari saat mandi pagi dan sore
 Pasien mengaku tinggal di lingkungan yang bersih dan sehat
 Pasien mengaku memiliki kebiasaan minum air putih dan makan manis

B. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan Ekstraoral
 Kesan Umum Kesehatan Penderita
Jasmani : Sehat.
Mental : Sehat (komunikatif dan kooperatif)
 Vital Sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 76 x/ menit
Pernafapasan : 18 x/ menit
Suhu : Afebris
Berat badan : 55 Kg
Tinggi badan : 153 Cm
 Pemeriksaan Ekstra Oral
Fasial Neuromuskular Kelenjar Kelenjar Tulang TMJ
Ludah Limfe Rahang
Deformitas TAK TAK TAK TAK TAK TAK

Nyeri TAK TAK TAK TAK TAK TAK

Tumor TAK TAK TAK TAK TAK TAK

Gangguan TAK TAK TAK TAK TAK TAK


Fungsi
Bentuk muka : Lonjong, simetris
Profil : Cembung
Bibir : Sedang
Deskripsi lesi / kelainan yang ditemukan : -

 Pemeriksaan Intraoral
- Mukosa bibir : TAK
- Mukosa Pipi : TAK
- Dasar Mulut : Normal, TAK
- Gingiva : Normal, TAK
- Orofaring : Normal, TAK
- Oklusi : Normal bite
- Torus Palatinus : Tidak Ada
- Torus mandibula : Tidak ada
- Bentuk palatum : U, normal
- Frenulum
Frenulum Labialis RA : Sedang
Frenuum Labialis RB : Sedang
Frenulum Lingualis RA : Sedang
Frenulum Lingualis RB : Sedang
Frenulum Bukalis RA : Sedang
Frenulum Bukalis RB : Sedang
- Lidah
Ukuran : Normal
Aktivitas : Normal
- Alveolus
Rahang Atas : Tinggi
Rahang Bawah : Tinggi
- Supernumerary teeth : Tidak Ada
- Diastema : Tidak Ada
- Gigi Anomali : Tidak Ada
- Oral Hygiene : 3,8 (sedang)

 Pemeriksaan Jaringan Lunak

 Pemeriksaan OHI
Debris Calculus
OHI = 2,3 + 1,5
Kanan Ant Kiri Total Kanan Ant Kiri Total

Atas 2 1 2 5 Atas 2 1 2 5
1 0 1 3 0 0 0 0
Bawa 1 1 0 3 Bawa 0 1 0 1
h 1 2 1 5 h 0 3 0 3
Total 7 Total 6
7 3
DI = 14/6 = 2,3 CI =9/6 = 1,5
= 3,8 (sedang)

 Pemeriksaan Gigi Geligi

Elemen Ringkasan Hasil D atau DD ICD-10 Rencana Perawatan


pemeriksaan

25 Terdapat titik kecoklatan D/ Karies K02.0 Tp/ Observasi


di bagian oklusal Email
kedalaman email

26 Terdapat garis kecoklatan D/ Karies K02.0 Tp/ Restorasi


di bagian oklusal Email Kavitas Klas I GV
kedalaman email Black dengan Resin
Komposit

37 Terdapat kavitas pada D/ Karies K02.1 Tp/ Restorasi


bagian palato oklusal Dentin kavitas kelas I GV
kedalaman dentin Black dengan Resin
Sondasi : + Komposit
Pekusi : -
Palpasi : -
Vitalitas : +

36 Terdapat garis kecoklatan D/ Karies K02.0 Tp/ Restorasi


di bagian oklusal Email Kavitas Klas I GV
kedalaman email Black dengan Resin
Komposit

32 Terdapat pengikisan pada D/ Atrisi K03.0 Tp/ Observasi


permukaan cups incisal

31 Terdapat pengikisan pada D/ Atrisi K03.0 Tp/ Observasi


permukaan cups incisal

41 Terdapat pengikisan pada D/ Atrisi K03.0 Tp/ Observasi


permukaan cups incisal

42 Terdapat pengikisan pada D/ Atrisi K03.0 Tp/ Observasi


permukaan cups incisal

44 Terdapat patahan pada D/ Fraktur K 02.3 TP/ Restorasi onlay


bagian oklusal dengan Ellis Klas indirect
kedalaman dentin II

46 Terdapat garis kecoklatan D/ Karies K02.0 Tp/ Restorasi


di bagian oklusal Email Kavitas Klas I GV
kedalaman email Black dengan Resin
Komposit

47 Terdapat kavitas pada D/ Karies K02.1 Tp/ Restorasi


bagian bukal kedalaman Dentin Kavitas Klas I GV
dentin Black dengan Resin
Sondasi : + Komposit
Pekusi : -
Palpasi : -
Vitalitas : +

C. Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Penunjang :

Gambaran klinis Gambaran radiografik

A. Diagnosis
D/ Gigi 44 Fraktur Ellis Klas II
B. Rencana Perawatan
TP/ 1. KIE
2. Restorasi indirect Onlay
3. Kontrol

BAB III
TAHAPAN PERAWATAN
A. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
- Diagnostic set (sonde, kacamulut, pinset, ekscavator) :untuk membantu
pemeriksaan objektif.
- Bengkok : tempat meletakkan diagnostik set
- Handpiece high speed : untuk menggerakan bur dengan putaran cepat
- Handpiece low speed : untuk menggerakan bur dengan putaran ringan
- Round bur diamond : untuk menghilangkan tumpatan sebelumnya
- Round bur metal : untuk membersihkan jaringan karies
- Agate spatula : untuk memanipulasi SIK
- Ball aplicator : untuk meletakkan bahan kaping
- Tapered fissure flat end diamond bur : untuk melakukan preparasi kavitas
- Flamed bur diamond : untuk membuat bevel sebagai penambah retensi
- Round bur metal : untuk menghilangkan jaringan karies
- Sendok cetak : untuk melakukan pencetakan pre dan pasca preparasi
- Articulating paper : untuk mengecek kesesuaian oklusi

2. BAHAN

- Masker dan handscoon : sebagai alat pelindung diri


- Cotton pellet : untuk mengeringkan kavitas
- Film rontgen : untuk pengambilan gambar radiograf
periapikal
- SIK Tipe II : sebagai tumpatan sementara
- Paper pad : sebagai tempat manipulasi Semen Resin
- Elastomer : sebagai bahan cetak
- Gips stone : sebagai bahan cetak untuk panduan kerja
- Onlay Wax (malam biru) : sebagai bahan pembuatan model malam onlay
- Cotton roll : sebagai bahan absorban saliva
- Semen berbasis resin : sebagai bahan sementasi onlay

B. TAHAPAN PERAWATAN
I. Kunjungan I
1. Pemeriksaan subyektif dan pemeriksaan obyektif.
2. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi.
3. Melakukan informed consent.

II. Kunjungan II
1. Pembersihan karies menggunakan round bur metal
2. Preparasi kavitas :
a. Preparasi bagian oklusal
 Melakukan preparasi dengan mengikuti bentukan outline form yang telah
dibuat sedalam 1,5-2 mm dengan menggunakan tapered fissure flat end
diamond bur
 Membentuk dinding kavitas divergen 3-5 derajat ke arah oklusal.
b. Preparasi bagian bukal
 Melanjutkan preparasi bagian bukal sampai batas daerah yang mudah
dibersihkan. Membentuk dinding bukal divergen 3-5 derajat ke arah oklusal
menggunakan tapered fissure flat end diamond bur.
 Membuat dinding gingiva sampai batas papila interdental, datar, tegak lurus
dengan sumbu gigi (±2mm diatas garis servikal) menggunakan bur diamond
fissure ujung datar.
c. Finishing
 Dinding- dinding sejajar atau divergen ke oklusal di haluskan dengan finishing
bur.
 Tidak boleh ada undercut
 Menghaluskan semua bidang preparasi menggunakan finishing bur
 Membuat cetakan percobaan dengan malam tuang (malam biru) pada kavitas
yang telah dibasahi untuk melihat apakah hasil preparasi sudah baik atau belum
(dilihat kesejajaran bidang preparassi maupun retensi dalam kavitas). panaskan
malam biru diatas api spirtus sampai mengkilat namun jangan sampai meleleh.
Setelah agak buram tekan kedalam kavitas selama 1 menit bantu dengan
tekanan jari agar adaptasi ke kavitas lebih baik, angkat dari kavitas sengan satu
gerakan agar tidak mengalami distorsi. Seluruh sudut kavitas dan bevel harus
tecetak, hasil cetakan tidak boleh ada undercut.
d. Pembuatan catatan gigit dnegan malam merah.
e. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan putty (base katalis) dan elastomer.
f. Pengisian cetakan menggunakan gips stone
g. Pembuatan model malam sesuai dengan bentuk gigi asli.
h. Hasil pembuatan model malam dikirim ke lab
i. Hasil preparasi ditumpat sementra dengan bahan revotex atau tumpatan
sementara berbasis resin.

III. Kunjungan III


- Membongkar tumpatan sementara dan kavitas dibersihkan dengan aquades
steril.
- Try in hasil processing
Melakukan try in onlay komposit ke dalam kavitas kemudian melihat adaptasi
tepi dan mengecek oklusi dengan menggunakan articulating paper. Pastikan
oklusi sebelum try in onlay dan sesudah try in tidak ada perubahan.
- Insersi onlay komposit
 Isolasi daerah kerja yang sebelumnya sudah dicuci dan dikeringkan.
 Melakukan sementasi dengan menggunakan semen berbasis resin dan
menghilangkan ekses-ekses menggunakan sonde atau ekskavator.
 Melakukan penyinaran 30 detik dengan menekan tumpatan dari arah mesial
oklusal hingga setting.
 Melakukan pengecekan oklusi.
 Melakukan polishing dengan rubber cup pada tepi restorasi bila diperlukan

IV. Kunjungan IV (KONTROL)


Kontrol onlay dilakukan 1 minggu setelah insersi
- Pemeriksaan subjektif : Pasien ditanya apakah ada keluhan terhadap restorasi
onlay, rasa mengganjal, sakit saat mengunyah atau linu setelah minum dingin
ataupun panas, rasa sakit pada area gingiva yang berkontak dengan tambalan.
- Pemeriksaan objektif : Pengecekan apakah terjadi kerusakan atau tidak pada
restorasi onlay ataupun pada bagian gigi yang direstorasi. Ada tidaknya
perubahan warna. Pemeriksaan meliputi retensi, integritas marginal, marginal
diskolorasi, tekstur permukaan, bentuk anatomi, rekurensi karies, stain
permukaan, kesehatan jaringan lunak.
BAB IV
PEMBAHASAN

Onlay merupakan restorasi gigi yang digunakan untuk memperbaiki gigi


yang rusak ringan hingga sedang. Onlay juga dapat digunakan untuk mengembalikan
gigi yang retak atau patah jika kerusakan tidak cukup parah sehingga belum
membutuhkan mahkota gigi. Onlay biasanya terbuat dari porselen, resin komposit,
dan juga emas. Onlay disebut juga restorasi intrakorona, yaitu restorasi yang terdapat
di dalam kavitas oklusal. Restorasi ini dibentuk di luar mulut dari bahan yang rigid
dan kemudian disemenkan ke dalam gigi yang telah dipreparasi dan tidak terdapat
undercut ( Kidd dkk, 2000).
Indikasi Onlay :
1. Pengganti restorasi amalgam yang rusak

2. Apabila restorasi dibutuhkan sebagai penghubung cusp bukal dan lingual

3. Restorasi karies interproksimal gigi posterior

4. Retorasi gigi posterior yang menerima tekanan oklusal yang kuat

5. Untuk mengurangi kerentanan gigi terhadap fraktur tonjol

Bahan yang sering digunakan dalam restorasi onlay adalah :


1. Komposit
Resin komposit terdiri atas empat bahan utama, yaitu matriks polimer
organik, partikel filler inorganik, bahan pengikat dan sistem initiator-accelerator.
Komposit yang digunakan untuk restorasi indirect sering disebut sebagai
laboratory composite. Bahan ini umumnya digunakan untuk pembuatan crown,
onlay, veneer dan metal-free bridges dengan memprosesnya melalui kombinasi
penyinaran, pemanasan, tekanan dan vacuum untuk meningkatkan polimerisasi
dan resistensi pemakaiannnya (Craig dan Powers, 2002).
2. Porselen
Keramik merupakan bahan restorasi non-logam yang dibentuk dengan cara
memanaskannya pada temperatur tinggi hingga mencapai sifat yang diinginkan
sedangkan porselen sendiri diartikan sebagai salah satu jenis bahan keramik yang
terdiri dari kaolin, quartz daan feldspar yang dipanaskan dalam suhu tinggi.
Berdasarkan temperatur fusinya, keramik atau porselen terbagi atas high-fusing
ceramic, medium-fusing ceramic dan low-fusing ceramic. High-fusing ceramic dan
medium-fusing ceramic umumnya digunakan untuk pembuatan gigi tiruan,
sedangkan untuk restorasi biasanya menggunakan medium-fusing ceramic atau
low-fusing ceramic. Low-fusing ceramic memiliki kekuatan yang hampir sama
dengan high-fusing ceramic dan translusensi serta kelarutannya adekuat.
Berdasarkan penggunaannya, keramik dibagi kedalam 3 klasifikasi, yaitu keramik
untuk metal crown dan gigi tiruan cekat, all-ceramic crown, inlay, onlay, veneer
serta gigi tiruan keramik (Craig dan Powers, 2002).
3. Logam
Bahan logam yang umum digunakan dalam kedokteran gigi diantaranya
adalah cobalt-chromium, nickel-chromium, titanium, stainless steel, atau emas.
Syarat utama untuk bahan metal yang aman digunakan dalam kedokteran gigi
adalah bahan yang tidak menyebabkan alergi dan tidak toksik terhadap pasien
maupun operator, tidak korosi, tidak berubah bentuk, memiliki konduktivitas
termal dan kekuatan yang baik, serta mudah didapat (Craig dan Powers, 2002).
Restorasi indirek dengan bahan logam utamanya diindikasikan untuk restorasi
luas yang memerlukan kekuatan tinggi, restorasi gigi paska perawatan endodontik,
restorasi gigi yang rawan patah, mengoreksi oclusal plane gigi yang tilting dan
sebagai abutment removable denture. Bahan ini kontraindikasi terhadap gigi
dengan resiko karies tinggi, pasien masih muda dengan kamar pulpa yang besar,
kavitas yang kecil dan untuk area yang memerlukan estetika. Bahan ini memiliki
kekuatan yang sangat baik meskipun proses pembuatannya memerlukan waktu
yang cukup lama (Roberson et al, 2002).
BAB V
KESIMPULAN

Salah satu cara mengatasi fraktur pada gigi adalah dengan restorasi, yaitu
suatu tindakan yang bertujuan untuk mengembalikan gigi ke bentuk dan fungsi asli
dengan memperhatikan estetika sekaligus mempertahankan fungsi fisiologisnya
terkait dengan relasi yang harmonis antara jaringan keras dan jaringan lunak gigi.
Berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan objektif gigi 44 mengalami fraktur
Ellis klas II, restorasi indirect onlay dipilih karena beberapa literatur telah
menjelaskan bahwa restorasi secara indirect terbukti lebih kuat dan tahan lama
dibandingkan dengan restorasi direct.
DAFTAR PUSTAKA

Baum, L., Philips, R. W., and Lund, M. R. 2012. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi
Edisi 3. Jakarta: EGC.
Craig, R.G., Powers, J.M., 2002, Restorative Dentl Materials Eleventh Edition,
Mosby, Missouri, USA
Grossman, L. I., Oliet, S., and Del Rio, C. E., 2013. Ilmu Endodontik dalam Praktek:
Edisi Kesebelas. Jakarta: EGC
Kidd, E., 2005, Essentials of Dental Caries: The Disease and Its Management Third
Esdition, Oxford University Press, UK.
Roberson, T.M., Heyman, H.O., Swift E.J. 2002. Studervant’s Art Science Of
Operative Dentistry 4thed. Mosby : USA.

Anda mungkin juga menyukai