Anda di halaman 1dari 3

CBL 2 PERIO

A 30-year-old lady reported with the complaints of severe pain and pus discharge from gums on the
left side of lower jaw and difficulty in mouth opening for last  3 days. She also complained of pain on
swallowing and mild fever since last night. She reported to have noticed mild aching pain at the same
site, 15 days back, that sub-sided after taking paracetamol tablets. However, 3 days back pain
restarted and progressively became severe, radiating to left side of the neck and left ear. She took the
same medicine but condition deteriorated with fever and reduced mouth opening. The medical history
was non-relevant. Differential leukocyte count was suggestive of mild neutrophilia. On examination,
left submandibular lymph nodes were palpable and tender. Any extraoral swelling was not evident. On
intraoral examination, mouth opening was found to be inadequate. Buccally placed third molar was
completely erupted with edematous operculum and adjacent buccal mucosa. Supra and subgingival
calculus was present on tooth surface. Oral hygiene Index was 6, On palpation, pus discharged from
pocket around offending tooth, which was in occlusion with maxillary third molar. There were clear
signs of cheek biting and reactive proliferation of adjacent mucosa.

Seorang wanita berusia 30 tahun datang dengan keluhan nyeri hebat dan keluarnya nanah dari
gusi kiri rahang bawah dan kesulitan membuka mulut selama 3 hari terakhir. Dia juga
mengeluh sakit menelan dan demam ringan sejak tadi malam. Dia melaporkan telah
memperhatikan rasa sakit ringan di tempat yang sama, 15 hari yang lalu, yang mereda setelah
minum tablet parasetamol. Namun, 3 hari nyeri muncul kembali dan semakin parah, menjalar
ke sisi kiri leher dan telinga kiri. Dia minum obat yang sama tetapi kondisinya memburuk
dengan demam dan kapasitas membuka mulut berkurang. Riwayat medis tidak relevan.
Jumlah leukosit diferensial menunjukkan neutrofilia ringan. Pada pemeriksaan, kelenjar getah
bening submandibular kiri teraba dan nyeri tekan. Pembengkakan ekstraoral tidak terlihat.
Pada pemeriksaan intraoral, pembukaan mulut ditemukan tidak memadai. Molar ketiga yang
berada lebih bukal benar-benar erupsi dengan operkulum edematous dan mukosa bukal yang
berdekatan. Terdapat kalkulus supra dan subgingiva pada permukaan gigi. Indeks kebersihan
mulut adalah 6, Pada palpasi, nanah keluar dari saku di sekitar gigi yang menyinggung, yang
berada di oklusi dengan molar ketiga rahang atas. Ada tanda-tanda yang jelas dari menggigit
pipi dan proliferasi reaktif dari mukosa yang berdekatan.

Pemeriksaan subyektif
1. CC : merasakan rasa sakit yang berat, ada pus dari gusi sebelah kiri rahang bawah serta
kesulitan membuka mulut selama 3 hari.
2. PI : Pasien merasakan sakit saat menelan, demam sejak semalam, ada rasa sakit pada
lokasi yang sama 15 hari yang lalu dan berkurang saat mengonsumsi parasetamol. Rasa
sakit muncul kembali dan menjadi parah dan meluas ke bagian leher kiri dan telinga kiri.
Dengan fungsi obat yang sama, kondisi tepat memburuk dengan demam dan kesulitan
membuka mulut.

Pemeriksaan obyektif

1. Ekstra oral : limfonodi submandibukar limfonodi teraba dan terdapat nyeri tekan.
2. Intra oral : gigi 38 erupsi cenderung ke bukal, terdapat edematous operkulum pada gigi 38,
terdapat kalkulus supra dan sub gingiva pada permukaan gigi, OHI 6 (buruk), palpasi positif
dan keluar pus, terdapat tanda dari cheeking biting karena ada traumatik oklusi RA.
3. Pemeriksaan penunjang : mild neutrophilia (peningkatan jumlah absolut neutrophil pada
pemeriksaan darah tepi, disebabkan oleh respon reaktif dari infeksi, sedang dalam
pengobatan), abnormalita primer pada produksi regulasi sumsum tulang.

Assessment

Dx/ Pericoronitis akut

Treatment planning

Learning Issues

1. Adakah hubungan antara keluhan pasien dengan OHI yang buruk?


Awalnya OHI nya sudah buruk kemudian diperparah dengan adanya edema karena sulit
untuk dibersihkan  berkaitan dengan treatment planning DHE dan scaling root planning
pada fase inisial.
2. Apakah ada hubungan antara cheekbiting dengan etiologinya?
Gigi m3 mengalami bukoversi sehingga ada trauma
3. Adakah faktor yang memperparah pada kasus?
Faktor lokal: trauma jaringan lunak, OHI buruk, impacted food
Faktor predisposisi: siklus menstruasi tidak teratur, virulensi bakteri, anemia, stres, ohi buruk,
trauma cups gigi antagonis, prevalensi sering terjadi si wanit saat pre menstruasi dan post
menstruasi, wanita hamil trimester kedua, merokok, pocket periodontal pada gigi yang akan
erupsi, infeksi saluran napas dan tonsilitis
4. Apakah terdapat hubungan antara neutrofilia dengan keluhan pasien?
Peningkatan jumlah neutrofil pada pemeriksaan darah tepi  reaksi infeksi mengindikasikan
ada infeksi yang sedang berjalan. Tanda infeksi berupa demam dan limfonodi teraba. Infeksi
akut bakteri anaerob.
5. Apakah etiologi dan patofisiologi kasus?
Etiologi: Trauma jaringan lunak
Patofisiologi: Ada malposisi 38  trauma jaringan lunak  inflamasi muncul bengkak dan
rasa sakit dx/ pericoronitis akut (rasa sakit, demam, susah membuka mulut/kronis)  infeksi
bakteri dari plak, ketahanan tubuh turun  pus (abses pericoronal akut)
6. Jika limfonodi teraba dan ada rasa sakit tandanya apa?
Pemeriksaan limfonodi adanya deformitas, nyeri, tumor, gangguan fungsi. Subyektif dan
obyektif pada kasus: nyeri dan pembengkakan (tumor)
7. Mengapa susah membuka mulut?
Inflamasi menyebar ke ruang antar jaringan ikat di daerah sekitar (orofaring/TMJ)
8. Mengapa sakit saat menelan?
Inflamasi menyebar ke ruang antar jaringan ikat di daerah sekitar (orofaring/TMJ)
9. Mengapa setelah dimedikasi parasetamol tidak bisa mengurangi rasa sakit, sebaiknya
dimedikasi dengan apa?
Pasien dimedikasi dengan ibuprofen karena ada kandungan antiinflamasi
10. Apa yang menyebabkan rasa sakit menyebar ke leher dan telinga kiri? LO
11. Apakah perbedaan tanda dan gejela pada kondisi akut dan kronis? LO
12. Apakah medikasi yang diperlukan untuk kasus tersebut? LO
13. Bagiamanakah tata laksana kasus?
1. Fase emergensi
a. Medikasi (beri antiinflamasi yang kuat berupa analgesik komibinasi psikotropik)
i. antibiotik anaerob: metronidazole
ii. Antiinflamasi: kalium diclofenat
iii. Analgesik: asam mefenamat, ibuprofen, jika apasien tidak bisa istirahat
dan nyeri hebat diberi analgesik yang ada sedasinya e.g : analsik.
iv. Roburansia : multivitamin (karena pasien tidak mau makan
b. Debridement
Irigasi saline, chlorhexidin, hidrogen peroksida (tidak boleh ada residu)
c. Fase emergensi kunjungan selanjutnya: drainase apabila kondisi akut sudah
mereda.

Boleh dipisah antara analgesik dan antinflamasi, tapi boleh jadi satu. Tapi jika satu obat 2
efek, jadi tidak begitu kuat.

2. Fase inisial
a. Eliminasi trauma jaringan lunak: grinding tonjol gigi 38 jika masih tidak ada
perubahan kemudian ekstraksi
b. Scaling root planning
c. DHE
3. Fase korektif
a. Operkulektomi + kuretase
4. Fase maintenance
a. Re-edukasi
b. Kontrol plak

Kalau pasien diekstrasi  tidak perlu operkulek.

Operkulek:

1. Incisi daerah operkulum


2. Flap sedikit daerah retromolar dengan reservoir kuman untuk akses kuretase sebatas tinggi
servik gigi
3. Suturing

Kalau hanya digriding bisa ekstruksi giginya  rekuren trauma jaringan lunak.

Anda mungkin juga menyukai