Anda di halaman 1dari 16

CATATAN OA EKSTRAKSI INFILTRASI

1. Pengertian Pencabutan
 Merupakan suatu prosedur pengangkatan gigi beserta akarnya dari dalam soket
tulang alveolaris dengan menggunakan tang atau elevator ataupun dengan
pendekatan transalveolar (pembedahan)
 Faktor yang diperhatikan saat ekstraksi anak:
1) Anak memiliki rongga mulut kecil sehingga menyulitkan kita dalam melakukan
ekstraksi karena lapang pandang kurang
2) Saat melakukan ekstraksi gigi anak harus hati-hati karena adanya benih gigi
permanen yang masih terpendam
3) Apabila kita melakukan pencabutan prematur pada gigi anak dan ruang kosong
bekas pencabutan tidak diberi space retainer makan akan mengakibatkan
maloklusi

2. Serial Ekstraksi
 Pengertian: Adalah pencabutan gigi yang terencana dan berurutan pada waktu
tertentu saat masa geligigi campuran (preventif). Pencabutan gigi sulung 
kemudian dilakukan pencabutan gigi permanen  dan diakhiri dengan mekano
terapi
 Tujuan:
a. Mencegah agar tidak terjadi maloklusi pada gigi permanen
b. Mengontrol erupsi gigi-gigi permanen dalam lengkung rahang
c. Meningkatkan kesejajaran benih gigi permanen
d. Untuk meningkatkan jumlah ruangan yang tersedia untuk erupsi gigi permanen
e. Mengurangi kemungkinan pencabutan gigi P1 permanen untuk mengatasi
masalah kekurangan ruang

3. Indikasi Dan Kontraindikasi Pencabutan Desidui

No Indikasi Kontraindikasi
1. - Natal teet = gigi yang sudah ada - Kelainan Darah / Blood Discrasis
saat bayi lahir menimbulkan pendarahan pasca exo /
- Neonatal teeth = gigi erupsi sekitar infeksi sehingga harus konsultasi
1-30 hari setelah lahir hematologist
- Dicabut bila mobiliti, iritasi pada
rongga mulut seperti ulcerasi pada
lidah, mengganggu menyusui
2. - Gigi dengan karies luas/dalam - Infeksi akut  herpetic stomatitis
sampai bifurkasi dan tidak dapat (infeksi HSV) harus dihilangkan
direstorasi dulu
3. - Gigi yang sudah waktunya tanggal - Penyakit sistemik
dan gigi pengganti sudah di usia - Anak DM  luka susah sembuhnya +
erupsi/gigi penggantinya sudah penyembuhan luka lama dan ada
mau erupsi perdarahan  Konsul ke penyakit
dalam dahulu
4. - Gigi persistensi  gigi susu belum - Sebelum pencabutan mengalami
tanggal tetapi gigi permanen sudah infeksi seperti ada sariawan  bisa
tumbuh disembuhkan terlebih dahulu
5. - Gigi Supernummerary = gigi yang - Saat rontgen  benih gigi permanen
tumbuh lebih dari jumlah normal masih jauh  ditakutkan akan
gigi pada umumnya. (tunggal, mengganggu dari lengkung rahangnya
multiple, tumbuhnya unilateral,
bilateral, pada satu atau kedua
rahang)  Mengganggu erupsi
gigi tetap sehingga terjadi delay
eruption
6. - Terdapat kegoyahan gigi atau - Keganasan / tumor  Adanya tumor
mobilitas derajat 2 yang ganas, karena dengan pencabutan
- Derajat 1 : kegoyangan sedikit tersebut dapat menyebabkan metastase
lebih besar dari normal. Derajat 2 :
kegoyangan sekitar 1 mm, dan
derajat 3 : kegoyangan > 1 mm
pada segala arah dan/atau gigi
dapat ditekan ke arah apikal.
7. - Gigi sulung impaksi sehingga - Penyakit akut seperti ginjal / reumatic
menghalangi pertumbuhan gigi heart disease yang memerlukan
tetap profilaksis (mencegah infeksi)
8. - Sisa akar - Gigi dengan tulang yang mengalami
radiasi  infeksi tulang ini akan
diikuti oleh osteomyelitis yang sangat
menyakitkan dan tidak dapat dikontrol
kecuali oleh reseksi (mengangkat)
yang luas pada tulang yang diradiasi
9. - Gigi dengan infeksi periapikal - Abses dentoalveolar dan selulitis harus
(interradikular) yang tidak dapat diobati terlebih dahulu  harus terapi
sembuh kecuali exo prc (Packed Red Cells) & post exo
10. - Apabila tidak dicabut dapat
menyebabkan abses dentoalveolar

4. Indikasi Dan Kontraindikasi Serial Ekstraksi

No Indikasi Kontraindikasi
- Ketika struktur arkus dentalis tidak - Maloklusi kelas II/III dengan skeletal
cukup ruang untuk mengakomodasi abnormal
gigi yang sedang berkembang dan
tidak dapat dicapainya ukuran dan
proporsi yang normal antara gigi
dan rahang
- Maloklusi kelas I - Diastema sentral
- Defisiensi lengkung rahang - Space dentition
(crowding gigi depan atas/bawah) - Anodonsia/oligodonsia
- Tidak ada kelainan skeletal -
- Kurang ruang > 10 mm, crowded - Crowded ringan
berat
- Overbite normal - Deep overbite

7. Resorbsi Fisiologi
 Disebabkan karena adanya dorongan dari osteoclast karena adanya erupsi dari benih
gigi permanen  jadi sel retikulum stelata mengeluarkan sitokin  sitokin (TGF
Beta / transforming growth factor, IL 1A, Paratiroid Hormone Related)  akan
berikatan dengan masing – masing reseptornya di dental folikel  dari ikatan ini
akan mengaktifkan dental folikel untuk mengeluarkan M-CSF (Machropage Colony
Stimulating Factor) seperti makrofag dan monosit  monosit akan berdiferensiasi
keluar dan berkumpul didaerah korona  osteoklas & odontoblas  monosit di
daerah tersebut akan berkontak dengan sel yang mengekspresikan RANKL
(Receptor Activator of NF-κB Ligand)  resorpsi jar.keras reseptor RANK
diekspresikan oleh odontoklas & osteoklas termasuk OPG (osteoprotegerin) 
RANKL akan berdiferensiasi menjadi osteoklas  terjadi resorbsi fisiologis
 Jenis resorbsi:
a. Resorbsi Internal (dimulai dari pulpa)
b. Resorbsi Eksternal (dimulai dari luar gigi)
 Osteoclast (perkursor dari multinucleated giant cells yang berasal dari hematopoietic
monocyte/makrofag) berperan dalam resorbsi pada jaringan keras
 Ada 2 faktor yang menstimulasi pembentukan osteoclast:
a. RANKL, RANK  aktivator reseptor dari inti faktor kappa B
b. OPG (osteoprotegain)

8. Kenapa Bisa Terjadi Persistensi?


 Kalau OPG (osteoprotegerin) meningkat / malah naik  maka OPG berikatan
dengan RANKL  fungsi OPG itu menghambat pembentukan osteoklas  Ikatan
OPG dan RANKL menghambat ikatan antara RANKL dengan RANK, sehingga
tidak terjadi pembentukan osteoklas / menghambat pembentukan osteoklas 
sehingga kalau osteoklas itu kan seharusnya terjadi resorbsi tapi karena ada OPG
yang menghambat osteoklas akhirnya tidak terjadi resorbsi, sedangkan gigi
permanen tumbuh sehingga terjadi persistensi

9. Persistensi Karena Apa?


1) Kongenital
2) Genetik
3) Gangguan endokrin  hubungannya dengan PTH (Hormon paratiroid : hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar paratiroid. Kelenjar ini terletak di sekitar kelenjar
tiroid. PTH berperan penting dalam mengatur kadar kalsium dalam darah)
gangguan metabolisme CA2+ dan fosfor

10. Prosedur Pencabutan Dengan Anestesi Infiltrasi


1) Informed consent
2) Management behaviour
3) Persiapkan alat dan bahan (citoject, scandonest, carpule, tang povidone iodine,
benzotop, cotton pallete dan tampon)  usahakan jarum / alat dijauhkan agar tidak
merasa takut & cemas
4) Asepsis  povidone iodine
5) Aplikasikan benzotop (15 detik)
6) Infiltrasi pada mesiobukal, bukal, distobukal, mesiolingual, lingual, distolingual
 1 x semprotan citoject 0,06 ml
 Tiap akar membutuhkan 0,15-0,2 ml (minimal 3 x tekan)
 6 titik x 0,18 = 1,08 ml
 1 catridge scandonest = 1,8 ml
 Setiap deponir tidak boleh terlalu cepat, kurang lebih 15 detik per cetikan dan
nunggu 5 detik sebelum pencet lagi
7) Jangan lupa diaspirasi untuk mencegah masuknya anastetikum dalam pembuluh
darah, juga mencegah reaksi toksis, alergi dan hipersensitifitas
8) Cek anestesi dengan sonde
9) Cabut dengan tang
10) Gigi tampon (30 menit)
11) Instruksi pasca pencabutan seperti tidak memainkan luka dengan lidah dan tidak
menggit-gigit bibir)

11. Bagaimana Proses Penyembuhan Luka


1) Tahap Hemostasis
 Setelah terjadi luka, terdapat respon awal dari pembuluh darah yaitu
vasokonstriksi dan hemostasis. Sekitar 5-10 menit awal terjadinya luka itu terjadi
intensitas vasokonstriksi diikuti vasodilatasi karena permeabilitas pembuluh
darah meningkat.
 Fase ini akan terjadi peningkatan perlekatan platelet. Platelet ini bertugas
mensekresi faktor yang akan merangsang pembekuan darah. Trombosit kemudian
beragregasi sepanjang endotelium pembuluh darah dan fibrinogen diubah
menjadi monomer fibrin sehingga akan membentuk bekuan darah yang mencegah
kebocoran pembuluh darah. Perubahan plasmin sehingga tidak
2) Fase Inflamasi
 Fase inflamasi ini berlangung sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Ditandai
dengan datangnya sel pertahanan tubuh ke daerah luka seperti leukosit dan
makrofag. Fase inflamasi akan memperlihatkan tanda dan gejala klinis menjadi
jelas berupa kemerahan karena kapilernya melebar (rubor)vasodilatasi, panas
(kalor), sakit (dolor), pembengkakan (tumor)kenaikan permeabilitas kapiler dan
aliran darah, dan fungsiolesa (gangguan fungsi)
 Tujuannya sebagai perlindungan dan membersihkan atau membuang penyebab
cedera (seperti toksin dan mikroba) maupun kerusakan yang ditimbulkan seperti
sel atau jaringan yang nekrotik, tanpa adanya inflamasi suatu infeksi yang
disebabkan oleh luka akan tetap berlangsung dan tidak akan sembuh.
3) Fase Proliferasi
 Fase proliferasi berlangsung dari hari ke-6 sampai akhir minggu ke-3. Terjadi
pembentukan jaringan granulasi yang terdiri dari sel-sel fibroblast, serat kolagen
yang dihasilkan oleh sel fibroblas, deposit sel-sel radang, kapiler baru hasil
angiogenesis, dan penciutan luka akibat kontraksi dari serat-serat kolagen. Fase
ini akan selesai apabila seluruh permukaan luka tertutup oleh epitel.
 Proses proliferasi berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutupi seluruh
permukaan luka, dengan tertutupnya permukaan luka proses proliferasi maupun
pembentukan jaringan granulasi akan berhenti dan mulai proses penyudahan atau
fase remodeling
4) Tahap Remodelling
 Fase remodeling atau maturasi akan berlangsung berbulan-bulan. Hal ini dapat
berlangsung selama 2 bulan bahkan sampai 1 tahun. Semua tanda radang akan
hilang, tidak ada rasa sakit atau gatal, dan pembengkakannya hilang. Fase
remodeling ditandai dengan terdapat remodeling jaringan dan kolagen, maturasi
epidermis, dan pengerutan luka.

12. Apa Yang Dilihat Saat Kontrol?


 Kontrol kan hari ke 7
 Dilihat daerah soket post exo ada / tidak tanda inflamasi (soalnya tanda
inflamasimuncul hari ke 2-4)  semisal tidak ada diobservasi saja  kalau ada
diberikan obat (paracetamol) dan edukasi
 Tidak perlu diberi obat apabila tindakan cepat dan anak tidak mengeluhkan sakit
 Soketnya sudah menutup sempurna / belum
 Misal ada kotoran dibersihkan menggunakan povidone iodine dan saline
13. Anestesi Infiltrasi
1) Bukal /Labial RA & RB
- Masukkan jarum kemukosa 2-3 mm  aspirasi
- Deponir perlahan kurang lebih 0,6 ml
2) Palatal / Gingiva
- Injeksi sampai menyentuh tulang
- Deponir kurang lebih 0,2-0,3 cc
3) Interdental
- Interdental papil kurang lebih 0,2 – 0,3 cc
4) Intraligament
- Disulkus bagian mesial gigi dengan bevel menghadap tulang
- Kedalaman gigi di alveolar crest kurang lebih 2 mm deponir 0,2 ml
- Gigi posterior  suntikkan akar (tidak lebih sama dengan 0,4 mm) di setiap akar

14. Jenis Anestesi


1) Anestesi Topikal
- Tujuan : Untuk mengurangi ketidaknyamanan pada saat insersi jarum ke
membran mukosa  Anestesi topikal efektif pada jaringan (kedalaman 2-3 mm)
- Membran mukosa dikeringkan  oleskan bahan anestesi dengan cotton tipped
melebihi area suntik (15 detik) bila kurang tidak efektif  ditunggu minimal 2
menit agar obat bekerja
- Bahan :
a. ethyl aminobenzoate / benzocaine
memiliki onset & durasi yang panjang daripada yang lain, tidak ada sistemic
toxicity, tetapi sedikit reaksi alergi lokal.
b. Butacaine sulfate, Cocaine, Dyclonine, Lidocaine, Tetracaine
- Bahan anestesi topikal menurut ...
a. Bentuk  cairan, salep, gel
b. Penggunaan  spray, dioleskan, ditempelkan
c. Bahan Obat  chloretil, xylestesin ointment, xylocain oinment, xylocain
spray
2) Anestesi Intraligamen
- Injeksi pada ligamen periodontal
- Desinfeksi  masukkan jarum ke sulkus ginggiva  gerakkan jarum ke apikal
sampai tersendat antara gigi dan puncak alveolar  tekan perlahan
15. Komplikasi
1) Perdarahan
2) Dry soket
3) Trauma pada benih gigi permanen (bisa tercabut / berubah posisi)
4) Fraktur akar gigi sulung

16. Mekanisme Kerja Anesthesi


 Interaksi zat anesthesi dengan kanal Na+  meningkatkan ambang rangsang
membran  menurunkan kecepatan potensial aksi  konduksi impuls merambat 
faktor pengaman konduksi saraf turun  menurunkan kemungkinan perjalanan
potential aksi  kegagalan konduksi saraf (blokade kanal)
 Anesthesi  turun permeabilitas membran ion K+ & Na+ yan disebabkan
peninggian tegangan permukaan selaput lipid mononuklear sehingga menutup
permukaan dalam membran

17. Dosis Anestesi

No Bahan Keterangan
1. Lidocaine (Xylocaine) 2% - Pulpa 60 menit
- Jaringan lunak 3-5 jam
2. Mepivacaine (carbacaine) 5 % - Pulpa 20-40 menit
- Arficaine - Jaringan lunak 2-3 jam
- Epineprin
1:100.000
4,4 mg/kg BB
3. Prilokaine (forte) 4% - Pulpa 60-90 menit
- 6 mg/kg BB - Jaringan lunak 3-6 jam
4. Bupivacaine (morkain) 5 % - Pulpa 90-180 menit
- Jaringan lunak 4-9 jam

18. Obat Yang Dilarang


1) Tetrasiklin  dapat menyebabkan pewarnaan gigi ekstrinsik
2) Kortiko topical
3) Obat sulfanomid
4) Klorafenikol (grey body syndrome)

19. Perhitungan Dosis Anak


1) Umur (Formula Young & Dilling)

2) Berat Badan /BB (Theremick-Fier/Clast & Black)

Black per 62
3) Permukaan Tubuh

4) Menurut Cowling & Fried/Bayi


- Usia + 1 dibagi 24 dikali dosis dewasa
- Usia (bulan) dibagi 150 dikali dosis dewasa

20. 6 Prinsip Pemberian Obat

No Prinsip Keterangan
1. Tepat Obat - Kebenaran obat yang diberikan pada pasien dicek
3 kali
a. Saat memindahkan obat dari tempat
penyimpanan
b. Saat obat diprogramkan
c. Saat mengembalikan ke tempat penyimpanan
- Obat  nama dagang dan nama generik
2. Tepat Dosis - Penentuan dosis harus diperhatikan dengan
menggunakan alat standar seperti pipet, gelas ukur,
sendok takar  cair
- Memastikan dosis dengan jumlah yang benar
3. Tepat Pasien - Identifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan
identitas
4. Tepat Cara Pemberian - Faktor pemberian obat tergantung dari “keadaan
Obat/Rute umum pasien”, “kec. Respon yang diinginkan”
- Pemberian Obat:
a. Peroral
 Paling banyak dipakai, mudah, ekonomis,
paling nyaman dan aman.
 Absorbsi dengan rongga mulut
(sublingual/bukal)
 Contoh : tablet / puyer ISDN
b. Parenteral
 Tidak melalui saluran cerna
 Melalui vena (perset/perinfus)
c. Topikal
 Pemberian obat melalui kulit/membran
mukosa
d. Rektal
 Berupa supositoria yang akan mencair pada
suhu badan
 Memiliki efek yang lebih cepat daripada oral
 Obat disediakan sedikit
5. Tepat Waktu - Waktu pemberian berhubungan tentang kerja obat
yang menimbulkan efek terapi dari obat
6. Tepat
Pendokumentasian

21. Kelebihan Dan Kekurangan Serial Ekstraksi


Kelebihan Kekurangan
Menyediakan pergerakan gigi secara Overbite meningkat
fisiologis
Menurunkan waktu retensi dan kunjungan Tipping lingual insisif bawah
perawatan cekat
Kerusakan terhadap tulang alveolar dan Terdapat sisa ruangan
struktur periodontal yang menurun

22. Penatalaksanaan Serial Ekstraksi


1) Pemeriksaan Intra Oral (Hubungan molar, derajat crowding, overjet/overbite, karies,
restorasi)
2) Pemeriksaan Ekstra Oral (Benih gigi secara kongenital)
3) Analisa gigi  moyers

23. Metode Serial Ekstraksi

No Metode Penjelasan
1. Tweed - Digunakan pada usia 7,5 – 8,5 tahun  diskrepansi antara gigi
dan tulang rahang
- Urutan m1 sulung, c sulung, p1 permanen
a. Pencabutan Csulung menghambat erupsi kaninus permanen
b. P1 sudah pada tahap erupsi (mahkota diatas tulang alveolar)
2. Dewel - Dilakukan apabila ada crowding ringan pada regio anterior & ada
eksfoliasi dini (sulung secara unilateral/bilateral)
- Urutan : CD4 (Caninus sulung, M1 Sulung, P1 Sulung)
- Ideal pada usia 8,5 tahun  kaninus sulung diekstraksi untuk
memberi ruang kesejajaran gigi anterior yang crowding usia 9,5
tahun  crowding I teratasi & P1, dalam perkembangan akar
maka M1 sulung dapat di exo, P1 diexo untuk memberi ruang C
permanen
3. Nance - Modif dari metode tweed dengan urutan D4C (M1 Sulung, P1
Permanen, C Sulung)
- Exo dari gigi M usia 8 tahun
- Grewe membagi urutan rencana exo berdasarkan kondisi klinis
yang berbeda  maloklusi kelas I dengan premature loss Caninus
sulung mandibula
24. Benzocaine
 Obat anestesi yang bekerja dengan menghalangi hantaran rangsangan saraf dengan
mengurangi daya serap ion Natrium sehingga menyebabkan rangsangan tidak
tersalurkan pada sistem saraf
 Golongan : Ester
 Bentuk Sediaan Obat : cream, gel, spray, supositoria
 Cara kerja : cepat
 Konsentrasi > 20% lidocaine

25. Scandonest
 Kandungannya terdiri dari : Mepivacaine hydrochloride 2 % and Levonordefrin
 Lidocian vasokontriksi durasi dan onset cepat
 Epinefrin durasi panjang

26. Kenapa Paracetmol? Kenapa Tidak Ibuprofen?


 Karena ibuprofen NSAID yang efeknya lebih luas  menghambat sistesis asam
arakidonat  sehingga menghambat sintesis cox / Cyclooxygenase 1 (menghambat
leukotrien, sedangkan leukotrien untuk melindungi mukosa lambung) dan cox 2
(sistesis prostaglandin seperti nyeri/inflamasi, protrasiklin seperti demam, dan
tromboxan A2 seperti perdarahan)  yang akan berefek ke lambung
 Paracetamol/OAINS (Obat antiinflamasi nonsteroid)  menghambat prostaglandin
dengan cara berperan sebagai substrat dalam siklus peroksidase enzim COX-1 dan
COX-2 dan menghambat peroksinitrit yang merupakan aktivator enzim COX 
paracetamol menghambat peningkatan konsentrasi prostaglandin di sistem saraf
pusat dan cairan serebrospinal yang disebabkan oleh pirogen (Pirogen merupakan
senyawa yang dihasilkan oleh bakteri atau sistem pertahanan tubuh yang dapat
memicu terjadinya demam)
 Parasetamol bekerja langsung di pusat saraf dengan mempengaruhi ambang rasa
sakit dengan menghambat enzim cyclooxsygenase, COX-1, COX-2 yang terlibat
dalam pembentukan prostaglandin, substansi yang bertindak mengatur rasa sakit dan
diketahui juga sebagai regulator panas pada hipotalamus. Dengan berkurangnya
produksi prostaglandin di otak maka efek rasa sakit dan demam dapat berkurang.

27. Manajemen Anak?


1) Non Farmakologi
a. Tell Show Do  Dokter gigi menjelaskan kepada pasien tentang apa yang akan
dilakukan. Memberikan demonstrasi prosedur (misalnya gerakan handpiece yang
lambat pada jari) kemudian lakukan tindakan yang sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan.
b. Modelling  Bertujuan untuk mengurangi rasa cemas dengan menggunakan
proses peniruan saat tindakan  dengan mempraktekkan model pada anak lain /
lihat temannya
c. Reinforcement  Merupakan tindakan untuk menghargai prestasi yang telah
dicapai anak tersebut supaya prestasi tersebut diulang. Dapat meningkatkan
keberanian anak dan dipertahankan untuk perawatan dikemudian hari  diberi
pujian
d. HOME (Hand Over Mouth Exercise)  untuk mencegah respon menolak saat
perawatan  anak didudukkan di kursi dan tangan kiri dokter menutup mulut
anak, tangan kanan memegang badan anak, dengan kata-kata yang lembut anak
dibujuk agar berhenti menangis/berteriak  apabila berhenti menangis beri
pujian dan lakukan perawatan
e. Desensitisasi  Membantu seseorang untuk menangani ketakutan melalui kontak
yang berulang. Jadi stimulus penghasil rasa takut diberikan dan diterapkan pada
pasien secara berurutan, dimulai dengan yang paling sedikit menimbulkan rasa
takut. Contohnya tumpat gigi pada anak  memberikan stimulus (contohkan
dengan brush kalau tidak sakit)
f. Distraksi  tindakan yang dapat digunakan untuk mengalihkan perhatian anak,
seperti memainkan film yang sesuai usia anak, bermain video game.
2) Farmakologi  sedasi (nitrous oxide) untuk menghilangkan rasa cemas

28. Erupsi Gigi Susu Dan Permanen


RA : M1, I1, I2, C, P1, P2, M2
RB : M1, I1, I2, P1, P2, C, M2
29. Sebutkan Tahap Perkembangan Gigi

Tahap Penjelasan
Inisiasi (bud stage) - Sel pada lapisan basal dari epitel mulut  berproliferasi
lebih cepat  sehingga lapisan epitel menebal (lapisan
ektodermal primordial gigi = dentin lamina) pada daerah
yang nantinya akan berkembang sebagai lengkung gigi
- Minggu ke 6 embrio / 8 intrauterine
Proliferasi (cap stage) - Lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada lapisan dalam
mengalami proliferasi  membentuk papila gigi 
kemudian membentuk dentin dan pulpa pada tahap ini.
- Sel-sel mesenkim yang berada di sekeliling organ gigi dan
papila gigi memadat dan fibrous, disebut kantong gigi yang
akan menjadi sementum, membran periodontal, dan tulang
alveolar.
- Minggu ke 9-10 intrauterine
Histodiferensiasi (bell - Terjadi diferensiasi seluler pada tahap ini. Sel-sel epitel
stage) email dalam (inner email epithelium) yang awalnya pendek
menjadi semakin panjang dan silindris, disebut sebagai
ameloblas yang akan berdiferensiasi menjadi email dan sel-
sel bagian tepi dari papila gigi menjadi odontoblas yang
akan berdiferensiasi menjadi dentin.
- Minggu ke 11-12 intrauterine,
Morfodiferensiasi - Sel pembentuk gigi sudah dipersiapkan untuk menghasilkan
bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. (pembentukan sel akan
terjadi sesuai bentuk dan ukuran) / pembentukan kolagen
gigi
- Terdapat deposit email dan matriks dentin pada daerah
tempat sel-sel ameloblas dan odontoblas yang akan
menyempurnakan gigi sesuai dengan bentuk dan
ukurannya.
Aposisi - Pengendapan matriks pada jaringan keras (untuk enamel
Erupsi Intraoseus dan sementum)  Terjadi pembentukan matriks keras gigi
baik pada email, dentin, dan sementum.
Tahap Kalsifikasi Gigi (Erupsi Intraoseus)
- Adalah tahap pengendapan matriks dan garam-garam kalsium.

Tahap Erupsi Gigi


- Merupakan suatu proses yang dimulai dari awal pembentukan melalui beberapa tahap
sampai gigi muncul ke rongga mulut.

Amelogenesis (proses pembentukan enamel gigi oleh sel ameloblast)


- Ada 5 stages, tapi 2 stages yang paling penting (secretory stage, maturation stage)
Stage 1 = enamel matriks form
Stage 2 = matriks undergoes calcification
- Sel pembentuk enamel = sel epitel dan mesenkim
- Protein Pembentukan Enamel :
a. Amelogenin (komponen utama pembentuk hidroksiapatit enamel)
b. Ameloblastin (molekul adhesi bagi sel ameloblast)
c. Enamielyn
d. Matriks Metaloprotease (mendegadrasi amelogenin dan ameloblastin menjadi
enamel matriks dan membantu mengaktifkan kalikrein 4)
e. Kalikrein 4

30. Perbedaan Gigi Desidui Dan Permanen?

Decidui Permanen
Berjumlah 20 Berjumlah 32
Enamel lebih tipis (Kandungannya ½ dari Enamel lebih tebal (karena kandungan
enamel permanen) hidroksiapatit lebih banyak)
Enamel rod/prisma lurus Enamel rod/prisma mengikuti bentuk gigi
Warna lebih putih (karena mempunyai Warna lebih kuning
enamel lebih tipis)
Tanduk pulpa lebih tinggi Tanduk pulpa lebih rendah
Kamar pulpa lebih besar Kamar pulpa sempit
Akar ramping & panjang (molar) Akar lebar & pendek
Konfigurasi akar divergen Konvergen
Daerah kontak antar gigi desidui lebar Contact point kecil
Tidak terbentuk dentin sekunder Membentuk dentin sekunder
Ukuran mesiodistal > servico incisal Mesiodistal < serviko incisal
Mengalami resorbsi fisiologis Tidak

Anda mungkin juga menyukai