Anda di halaman 1dari 20

KEPANITERAAN KLINIK ORTODONTI

FORM PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN ORTODONTIK

Pasien ke :1
Nama Pasien : SA
Operator : Tiara Bistya Astari
No. Mahasiswa : 21101900024
Pembimbing : drg. R. Rama Putranto, M.Kes, PhD (Orth)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021

1
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama Pasien : SA
2. Suku : Jawa
3. Umur : 23 th
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Alamat : Semarang
II. WAKTU dan JENIS PERAWATAN
1. Pendaftaran : 3 November 2020
2. Pencetakan : 3 November 2020
3. Pemasangan Alat :
4. Retainer :
5. Jenis Alat :
III. PEMERIKSAAN KLINIS
A. Pemeriksaan Subyektif (Anamnesis)
▪ Keluhan Utama : Pasien wanita 23 tahun datang dengan keluhan ingin merapikan
gigi yang berjejal
▪ Riwayat Kesehatan: Pasien dan keluarga pasien tidak ada riwayat penyakit sistemik
dan tidak ada alergi
a) Kesehatan Umum : Baik
b) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Geligi
● Periode Gigi Susu : Tidak ada keluhan dan tidak pernah memeriksakan gigi
ke dokter gigi
● Periode Gigi Bercampur : Pernah memeriksakan gigi permanen tetapi pasien lupa
perawatan apa dan gigi yang mana
● Periode Gigi Permanen : Tidak ada keluhan dan tidak pernah memeriksakan gigi
ke dokter gigi
c) Kebiasaan Buruk (Bad Habbit) yang Berkaitan dengan Keluhan Pasien
Jenis Durasi Frekuensi Intensitas Posisi Ket
Kebiasaan
Menggigit Singkat Jarang Rendah Gigi Saat masih
kuku anterior anak-anak
Bruxism Singkat Jarang Rendah Gigi Tanpa
posterior sadar (saat
melamun)

2
d) Riwayat Keluarga yang Berkaitan dengan Keluhan Pasien
Tidak ada keluarga yang memiliki kondisi yang sama dengan pasien
B. Pemeriksaan Obyektif
1. UMUM
Status gizi:
Indeks Massa Tubuh: BB(kg)/TB2(m) x 100 = 40/(1,58)2 x 100 = 16
Status Gizi : ☑ Kurang ⬜ Normal ⬜ Lebih
Kategori: ☑ Kurus ⬜ Normal ⬜ Gemuk
Klasifikasi indeks kepala :
⮚ Kurang : < 18,5
⮚ Normal : ≥ 18,5 - < 24,9
⮚ Lebih : ≥ 25,0 - < 27
2. LOKAL
a) Ekstraoral
● Bentuk kepala
lebar kepala 15
Indeks kepala: ×100 = ×100 = 75
panjang kepala 20
Kesimpulan bentuk kepala:
⬜ Hipo Dolikosefali ☑Mesosefali ⬜Brakisefali (lebar persegi)
⬜ Dolikosefali ⬜Hiper Brakisefali
Klasifikasi indeks kepala :
⮚ Hipo Dolikosefali : < 70,0
⮚ Dolikosefali (kepala panjang sempit) : 70,0 – 74,9
⮚ Mesosefali (kepala sedang) : 75,0 – 79,9
⮚ Brakisefali (kepala lebar persegi) : 80,0 – 84,9
⮚ Hiper Brakisefali : >84,9
● Bentuk wajah
tinggi wajah 17
Indeks wajah: ×100 = ×100 = 141,67
lebar wajah 12
Kesimpulan bentuk wajah:
⬜ Hipereuriprosop ⬜ Euriprosop ⬜Mesoprosop
⬜ Leptoprosop ☑Hiperleptoprosop
Klasifikasi indeks muka :
⮚ Hipo Euriprosop : < 80,0

3
⮚ Euriprosop (muka pendek, lebar) : 80,0 – 84,9
⮚ Mesoprosop (muka sedang) : 85,0 – 89,9
⮚ Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0-94,9
⮚ Hiper Leptoprosop : > 94,9
● Analisis Proporsi Wajah (Tampak Depan)

Hairline

Glabela

Menton

Subnasal
Comissura

Kesimpulan: Simetris
Keterangan : Dari analisa foto profil tampak depan pasien memiliki wajah
simetris

4
● Analisis Profil Wajah (Tampak Samping)

5
Nasion

Upper lip

Pog

Kesimpulan: Profil wajah cembung


 Sendi Temporomandibular: Normal
 Bibir Posisi Istirahat : Kompeten
 Free Way Space : 3 mm
 Path of Closure : Normal
b) Intraoral
● OHIs : 1,3 (Baik)
● Lidah : Normal
● Palatum : Dalam (terdapat torus palatinus sedang)
● Gingiva : Normal
● Mukosa : Normal

6
● Frenulum:
⮚ Frenulum labii superior : Normal
⮚ Frenulum labii inferior : Normal
⮚ Frenulum lingualis : Normal
● Pola Atrisi: Normal
● Fonetik : Normal

● Pemeriksaan Gigi Geligi


V IV III II I I II III IV V
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
V IV III II I I II III IV V

Keterangan:
K: karies R: Radiks T: Tumpatan I: Inlay
X: dicabut P: Persistensi O: belum erupsi J: Jaket
Im: Impaksi Ag: Agenese B: Bridge En: Endodontik

3. SEFALOMETRI
a) Foto Sefalometri

b) Analisis Sefalometri
7
N Jenis Pengukuran Normal Pasien Keterangan
o
1 SNA 82o± 2 82o =N, maksila terhadap basis kranium
normal
2 SNB 80o± 2 79 o
=N, mandibula terhadap basis kranium
normal
3 ANB 2o± 2 3 o
=N, Hubungan basis maksila terhadap
mandibula yaitu skeletal kelas I
4 Oklusal Plane Angle 14o 20 o
Mesofacial
Mandibular Plane 32o 34o >N, Pertumbuhan mandibula lebih banyak
Angle (SN-MP) kearah vertikal daripada horizontal
5 I-NA (mm) 4 mm 6 mm >N, Gigi insisivus maksila terhadap tulang
maksila protrusive
I-NA (sudut) 22O± 4 45O >N, Gigi insisivus maksila terhadap tulang
maksila proklinasi
6 I-NB (mm) 4 mm 6 mm >N, Gigi insisivus mandibula terhadap
tulang mandibula protrusi
I-NB (sudut) 22O± 4 45O >N, Gigi insisivus mandibula terhadap
tulang mandibula normal proklinasi
7 S-Line 0 mm Atas : 8mm >N, Bibir atas protrusive
Bawah: 12 mm >N, Bibir bawah protrusif
8 Inter I 130o – 100 o <N, Inklinasi gigi insisif dan relasi gigi
150,5o insisif atas dan bawah proklinasi
Kesimpulan: Hubungan skeletal kelas I disertai relasi antar gigi bidental protrusif, serta
jaringan lunak bibir atas dan bibir bawah prominen.

4. MODEL STUDI
a) Foto Model Studi dari Arah Oklusal

1 1
2 2 1 1
2 2
3 3 3
3

4 4 4
4
5 5
5
5
6 6
6 6

Bentuk Lengkung Gigi:


RA: Parabola RB: Parabola
b) Lebar Mesiodistal Gigi Geligi (mm)

8
Rahang Atas
Gigi Kanan Kiri Normal Keterangan
1 8,9 8,9 7,40 – 9,75 Normal
2 7,7 7,5 6,05 – 8,10 Normal
3 8,1 8,2 7,05 – 9,32 Normal
4 7,7 8,0 6,75 – 9,00 Normal
5 7,4 7,4 6,00 – 8,10 Normal
6 10,5 10,6 9,95 – 12,10 Normal
Jumlah 50,3 50,6

Rahang Bawah
Gigi Kanan Kiri Normal Keterangan
1 5,6 5,9 4,97 – 6,60 Normal
2 6,0 6,4 5,45 – 6,85 Normal
3 6,6 6,9 6,15 – 8,15 Normal
4 7,0 7,0 6,35 – 8,75 Normal
5 7,1 7,4 6,80 – 9,55 Normal
6 11,7 11,5 10,62 – 13,05 Normal
Jumlah 44,0 45,1
Kesimpulan: Lebar mesiodistal gigi normal
c) Analisis Model Studi
⮚ Overjet
11 = 3,4 mm 21 = 3,5 mm
41 31
⮚ Overbite
11 = 3,4 mm 21 = 3,4 mm
41 31
⮚ Relasi Molar Pertama Permanen
Kanan : ☑ Klas I Kiri : ☑ Klas I
⬜ Klas II ⬜ Klas II
⬜ Klas III ⬜ Klas III
⮚ Relasi Kaninus
Kanan : ☑ Klas I Kiri : ☑ Klas I
⬜Klas II ⬜Klas II
⬜ Klas III ⬜ Klas III
⮚ Klasifikasi Angle
☑ Klas I Angle modifikasi Dewey tipe 2 (Protrusif gigi anterior atas)

9
⬜ Klas II
⬜ Klas III
⮚ Kurve of Spee : kanan 4 mm, kiri 5 mm. Rata-rata = 4,5 mm (dalam)
⮚ Garis Median
Rahang Atas Rahang Bawah
ke kiri: 0 mm ke kiri : 0 mm
ke kanan: 0 mm ke kanan: 0 mm
⮚ Malrelasi
Open bite anterior/posterior : tidak ada
Edge to edge bite : tidak ada
Cusp to cusp bite : tidak ada
Deep bite : tidak ada
Cross bite anterior/posterior : tidak ada
Scissor bite : tidak ada
⮚ Malposisi gigi individual
1. 12 disto-labio torsi versi
2. 13 disto-labio torsi versi
3. 14 mesio-palato torsi versi
4. 22 disto-labio torsi versi
5. 23 disto-labio torsi versi
6. 24 mesio-palato torsi versi
7. 31 disto-labio torsi versi
8. 33 disto-labio torsi versi
9. 42 mesio-linguo torsi versi
10.43 disto-labio torsi versi
d) Perhitungan
1) Pont
1. Lebar mesio distal 12 11 21 22 : 33 mm
Jarak distal pit 14-24 (pasien) : 38,1 mm
Jarak sentral fossa 16-26 (pasien) : 47,7 mm
2. Indeks pont 14 – 24 = jml MD 12 11 21 22 X 100 = 33/80 x 100 = 41,25 mm
80
3. Indeks pont 16 – 26 = jml MD 12 11 21 22 X 100 = 33/64 x 100 = 51,56 mm
64
10
Penderita Pont Selisih (Penderita-Pont)
14-24 38,1 mm 41,25 mm - 3,15 mm (kontraksi ringan)
16-26 47,7 mm 51,56 mm -3,86 mm (kontraksi ringan)
Kesimpulan:
 Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi pasien pada regio P1
mengalami kontraksi derajat ringan sebesar 3,15 mm dan pada M1
mengalami kontraksi derajat ringan sebesar 3,86 mm.
 Lengkung gigi ke arah lateral kontraksi.
Note :

⮚ Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah suatu lengkung gigi dalam
keadaan kontraksi, distraksi atau normal.
⮚ Pont untuk mengetahui perkembangan gigi ke arah lateral.
⮚ Lengkung gigi dikatakan kontraksi bila selisih yang didapat adalah minus (-).
⮚ Lengkung gigi dikatakan distraksi bila selisih yang didapat adalah plus (+).
⮚ Derajat kontraksi atau distraksi:
- Mild/ringan : < 5 mm
- Medium/Moderate/Sedang : 5-10 mm
- Extreme/Severe/Berat : > 10 mm
2) Korkhaus
♦ Jumlah mesio distal 12 11 21 22 : 33 mm
♦ Jarak I-(P1-P1) pengukuran : 18 mm
♦ Jarak I-(P1-P1) tabel korkhous : 19 mm
♦ Diskrepansi : 1 mm
Kesimpulan : Inklinasi gigi pada regio anterior dalam keadaan proklinasi
sebesar 1 mm
Note :
 Inklinasi gigi anterior dikatakan retroklinasi bila selisih yang didapat adalah
minus (-). Inklinasi gigi anterior dikatakan proklinasi bila selisih yang didapat
adalah plus (+).
 Untuk mengetahui perkembangan gigi ke arah anterior
 Perhitungan :
( Jarak I-(P1-P1) Pengukuran ) – ( Jarak I - (P1-P1) Tabel Korkhous )
3) Howes
♦ Jumlah lebar mesiodistal 16-26 : 100,9 mm

11
♦ Jarak puncak tonjol bukal 14-24 : 42,8 mm
♦ Jarak interfossa canina : 43,2 mm
♦ Diskrepansi : 0,4 mm
♦ Indeks P : Jarak 14-24 x 100% = 42,8/100,9 x100% = 42,41%
Jml MD 16-26
♦ Indeks FC : Jarak IFC x 100% = 43,2/100,9 x100% = 42,8 %
Jml MD 16-26
Kesimpulan :
1) Indeks P<43% berarti lengkung gigi kurang untuk menampung gigi
2) Indeks FC<44% berarti lengkung basal kurang untuk menampung gigi
3) IFC>IP inklinasi gigi posterior konvergen ke arah oklusal (indikasi
ekspansi)
Keterangan:
▪ Bila indeks FC <37%, lengkung basal sempit (kekurangan ruang), sehingga
indikasi pencabutan
▪ Bila indeks FC 37%-44%, ini merupakan borderline kasus indikasi untuk
dilakukan pencabutan, ekspansi, atau slicing
▪ Bila indeks FC >44%, lengkung basal dapat menampung gigi-gigi ke dalam
lengkung ideal (tersisa ruang atau diastema), kontraindikasi pencabutan
▪ Bila IFC>IP, maka cukup memungkinkan untuk dilakukan ekspansi
▪ Bila IFC<IP, maka dapat digerakkan ke distal untuk mendapatkan ruang
yang lebih lebar dengan dilakukan ektraksi premolar
4) Determinasi lengkung gigi

RA RB RA - RB

: lengkung awal gigi M1-M1


: lengkung ideal gigi M1-M1
Keterangan:
⮚ Overjet awal :
11 = 3,4 mm 21 = 3,5 mm

12
41 31
⮚ Overjet akhir :
11 = 2,0 mm 21 = 2,0 mm
41 31

Rahang Atas Rahang Bawah


Kiri Kanan Kiri Kanan
Panjang lengkung ideal 53,0 mm 53,0 mm 46,0 mm 46,0 mm
Panjang lengkung awal 50,6 mm 50,3 mm 45,1 mm 45,0 mm
Diastema 0 mm 0 mm 0 mm 0 mm
Diskrepansi -2,4 mm -2,7 mm -0,9 mm -1,0 mm
Mesiodistal P1 8,0 mm 7,7 mm 7,0 mm 7,0 mm
Kesimpulan Determinasi Lengkung
RA : terdapat kekurangan ruang pada rahang atas sebelah kiri 2,4 mm dan
sebelah kanan 2,7 mm.
RB : terdapat kekurangan ruang rahang bawah sebelah kiri 0,9 mm dan
sebelah kanan 1,0 mm.
Berdasarkan analisa Carey, kekurangan ruang pada rahang atas termasuk 1/4 -
1/2 lebar mesiodistal gigi P1, maka dapat dilakukan ekspansi kombinasi
grinding mesiodistal gigi jika lengkung gigi kontraksi dan rahang bawah
termasuk <1/4 lebar mesiodistal gigi P1 maka dilakukan grinding.

Note :
⮚ Determinasi lengkung gigi dilakukan untuk mengetahui diskrepansi ukuran
mesiodistal gigi (kebutuhan ruang) setelah lengkung ideal dirancang seideal
mungkin dari lengkung mula-mula pada pasien.
⮚ Apabila kekurangan ruang tiap sisi lengkung yang didapatkan
(menurut Carey):
o > 1/2 lebar mesiodistal gigi P1 pada sisi tersebut, maka dapat dilakukan
pencabutan gigi P1 pada sisi tersebut.
o 1/4 - 1/2 lebar mesiodistal gigi P1 pada sisi tersebut, dianjurkan untuk:
- Pencabutan satu gigi P1 pada salah satu sisi lengkung jika ada
pergeseran median line.
- Pencabutan 2 P2 jika lengkung gigi sudah simetris

13
- Ekspansi kombinasi grinding mesiodistal gigi jika lengkung gigi
kontraksi
o < 1/4 lebar mesiodistal gigi P1 pada sisi tersebut, dianjurkan untuk:
- Grinding lebar mesiodistal gigi anterior jika pasien tidak rentan karies.
- Ekspansi lateral jika lengkung gigi kontraksi.

5. DATA PENUNJANG
a) Analisis Fotografi

b) Foto Study Model

14
c) Pemeriksaan OPG

6. DIAGNOSIS ORTHODONTIK
Maloklusi Angle klas I modifikasi Dewey tipe 2 dengan hubungan skeletal klas I
disertai bidental protrusive, profil wajah cembung, dan jaringan lunak bibir bawah
prominen, serta malposisi gigi individual berupa:
1. 12 disto-labio torsi versi
2. 13 disto-labio torsi versi
3. 14 mesio-palato torsi versi
4. 22 disto-labio torsi versi
5. 23 disto-labio torsi versi
6. 24 mesio-palato torsi versi
7. 31 disto-labio torsi versi
8. 33 disto-labio torsi versi
9. 42 mesio-linguo torsi versi
10. 43 disto-labio torsi versi

7. ANALISIS ETIOLOGI MALOKLUSI

15
1. 12 disto-labio torsi versi : kemungkinan disebabkan karena adanya persistensi gigi 52
2. 13 disto-labio torsi versi : kemungkinan disebabkan karena adanya persistensi gigi 53
3. 14 mesio-palato torsi versi : kemungkinan disebabkan karena adanya premature loss gigi 54
4. 22 disto-labio torsi versi : kemungkinan disebabkan karena adanya persistensi gigi 62
5. 23 disto-labio torsi versi : kemungkinan disebabkan karena adanya persistensi gigi 63
6. 24 mesio-palato torsi versi : kemungkinan disebabkan karena adanya premature loss gigi 64
7. 31 disto-labio torsi versi : kemungkinan disebabkan karena adanya persistensi gigi 71
8. 33 disto-labio torsi versi : kemungkinan disebabkan karena adanya persistensi gigi 73
9. 42 mesio-linguo torsi versi : kemungkinan disebabkan karena adanya persistensi gigi 82
10. 43 disto-labio torsi versi : kemungkinan disebabkan karena adanya persistensi gigi 83

11. PROSEDUR PERAWATAN


a) Rencana perawatan
⬜Observasi ⬜Preventif ⬜Interseptif ☑Korektif
b) Tahap-tahap yang akan dilakukan dalam proses perawatan
1. Instruksi dan motivasi serta memberikan penjelasan kepada pasien mengenai
perawatan orthodontik
2. Menghilangkan kebiasaan buruk
3. Pencarian ruang, pemanfaatan ruang, atau distribusi ruang
4. Koreksi lengkung gigi dan koreksi malposisi gigi individual
5. Penutupan sisa ruang
6. Penyesuaian oklusi (Occlusal Adjustment)
7. Pemasangan retainer
KIE Perawatan Orthodontik:
Memberikan penjelasan dan gambaran tentang pemakaian alat orthodontik yang
merupakan perawatan yang jangka waktunya relatif lama dan memerlukan kedisiplinan,
kooperatif, dan motivasi yang tinggi dari pasien agar mendapatkan hasil yang
memuaskan. Selain itu, ditekankan kerja sama dokter dengan melakukan kontrol rutin
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan selama perawatan. Pemakaian alat dipakai
secara rutin setiap hari, dan hanya dilepas saat tidur. Alat orthodontic harus dibersihkan
setelah makan dan sebelum tidur.
c) Analisis Ruang

16
● Hasil perhitungan Pont : pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi pasien pada
regio P1 mengalami kontraksi derajat ringan sebesar 3,15 mm dan pada M1
mengalami kontraksi derajat ringan sebesar 3,86 mm.
● Hasil perhitungan Korkhous : inklinasi gigi pada regio anterior dalam keadaan
proklinasi sebesar 1 mm.
● Hasil perhitungan Howes : bahwa lengkung gigi kurang untuk menampung gigi geligi
dan lengkung basal kurang untuk menampung gigi geligi dengan persentase indeks FC
dan indeks P inklinasi gigi posterior konvergen ke arah oklusal.
● Hasil perhitungan determinasi lengkung : diperoleh pada rahang atas terdapat
kekurangan ruang pada rahang atas sebelah kiri 2,4 mm dan sebelah kanan 2,7 mm.
Serta terdapat kekurangan ruang rahang bawah sebelah kiri 0,9 mm dan sebelah kanan
1,0 mm.
d) Pencarian Ruang
Berdasarkan perhitungan determinasi lengkung diperoleh kekurangan ruang pada rahang
atas sebesar 5,1 mm, dengan kekurangan sisi kanan sebesar 2,7 mm dan sisi kiri 2,4 mm.
Berdasarkan analisa Carey, kekurangan masing-masing sisi yaitu >¼ sampai ½ lebar
mesiodistal gigi P1 sehingga perlu dilakukan ekspansi dengan kombinasi grinding
mesiodistal gigi jika lengkung gigi kontraksi.
Sedangkan kekurangan ruang pada rahang bawah sebesar 1,9 mm, dengan kekurangan
ruang sisi kanan 1,0 mm dan sisi kiri 0,9 mm. Rahang bawah berdasarkan analisa Carey
kekurangan masing-masing sisi yaitu <1/4 lebar mesiodistal gigi P1 sehingga perlu
dilakukan grinding.
Untuk mendapatkan ruangan pada rahang atas sebesar 5,1 mm dilakukan kombinasi
ekspansi dan grinding. Jenis ekspansi yang digunakan pada rahang atas yaitu ekspansi
bilateral. Sekrup ekspansi dibuat untuk pembukaan 0,20 mm setiap ¼ putaran (90 O).
Pengaktifan elemen dilakukan dengan memutar sekrup ekspansi sebanyak 2 x ¼ putaran
setiap kontrol yang dilakukan seminggu 1 kali selama 4 kali kontrol. Grinding dilakukan
pada gigi yang mengalami malposisi (12, 13, 14, 22, 23, 24) dengan masing-masing
permukaan digrinding sebesar 0,3 mm selama 4 kali kontrol. Sehingga setiap kontrol
dilakukan grinding sebesar ±0,1 mm pada masing-masing permukaan.
Sedangkan pada rahang bawah untuk mendapatkan ruangan sebesar 1,9 mm maka
dilakukan grinding pada gigi yang mengalami malposisi (31, 33, 42, 43) dengan masing-
masing permukaan digrinding sebesar digrinding sebesar 0,24 mm selama 4 kali kontrol.

17
Sehingga setiap kontrol dilakukan grinding sebesar ±0,1 mm pada masing-masing
permukaan .

e) Desain alat

Rahang Atas :
Dilakukan perawatan dengan plat aktif disertai :
1. Labial arch pada gigi 14 dan gigi 24 dengan diameter kawat 0,6 mm.
2. Screw ekspansi pada plat palatal.
3. Adam Klamer dengan diameter kawat 0,7 mm untuk retensi dipasang pada gigi
16 dan gigi 26.
4. Basis plat palatal rahang atas.
Aktivasi
1. Aktivasi screw ekspansi 2 x ¼ putaran setiap kunjungan.
2. Aktivasi labial arch untuk meretraksi gigi anterior RA dengan mengecilkan
loop.
3. Pengurangan plat palatal rahang atas secukupnya.
Rahang Bawah:
Dilakukan perawatan dengan plat aktif disertai :
1. Labial arch pada gigi 34 dan gigi 44 dengan diameter kawat 0,6 mm.
2. Adam Klamer dengan diameter kawat 0,7 mm untuk retensi dipasang pada gigi
36 dan gigi 46

18
3. Basis plat lingual rahang bawah
Aktivasi
1. Aktivasi labial arch untuk meretraksi gigi anterior RB dengan mengecilkan loop.
2. Pengurangan plat lingual secukupnya

f) Prosedur dan gambar retainer

Retainer yang digunakan bertujuan


untuk mencegah hasil perawatan relapse atau untuk mempertahankan lengkung
yang telah dikoreksi maka untuk rahang atas mengunakan retainer berupa labial
arch dengan U loop pada gigi 14 dan 24 dengan kawat diameter 0,7 mm, serta
adam klamer pada gigi 16 dan 26 dengan kawat berdiameter 0,7 mm. Sedangkan
untuk rahang bawah mengunakan labial arch dengan U loop pada gigi 34 dan 44
dengan diameter kawat 0,7 mm, serta adam klamer pada gigi 36 dan 46 sebagai
● Pemakaian 3 bulan I: retainer dipakai siang dan malam, dan pada waktu tidur,
baru dilepas pada waktu sikat gigi dan sehabis makan untuk dibersihkan, dengan
waktu kontrol sebulan sekali untuk pengecekan apakah hasil perawatan berjalan
dengan baik.
● Pemakaian 3 bulan II: dilakukan kontrol apakah retainer setiap dipakai masih
sesak, jika sudah tidak sesak pemakaian dihentikan.
● Pemakaian 3 bulan III:dikontrol kembali apakah retainer masih terasa sesak jika
masih pemakaian dilanjutkan 3 bulan berikutnya.
● Pemakaian 3 bulan IV : jika sudah tidak terasa sesak pemakaian bisa dihentikan
dan dilakukan pengontrolan akhir 3 bulan berikutnya.
12. JENIS PERAWATAN

19
Prognosa: ☑Baik ⬜Sedang ⬜Buruk
Foto rontgen panoramik ditemukan seluruh kondisi gigi-geligi dalam kondisi baik.
Pasien sangat kooperatif dikarenakan keinginan pasien untuk memperbaiki kondisi
giginya. Riwayat kesehatan baik. Oral hygiene baik. Kondisi jaringan periodontal
yang sehat.
Semarang, 2021
Telah disetujui,
Operator Pembimbing Orthodontic

Tiara Bistya Astari drg. R. Rama Putranto, M.Kes, PhD (Orth)

20

Anda mungkin juga menyukai