Anda di halaman 1dari 23

KEPANITERAAN KLINIK ORTODONSIA

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

MANADO, 27 April 2022

“LAPORAN CASE REVIEW

PERAWATAN MALOKLUSI

DENGAN ALAT ORTODONSI LEPASAN “

Nama : Iin Revien, S.KG

NIM : 20014103028

Pembimbing : drg. Natalya Wijaya

MANADO
2022
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNSRAT
JL. Dr. Soetomo No. 3 - Manado - 95122 Telp. (043I) 7192967; email: rsgmunsrat@gmail.com

KARTU STATUS CO-ASS BAGIAN ORTHODONSIA

IDENTITAS
Nama Mahasiswa : Iin Revien NIM : 20014103028

Dosen Pembimbing : drg. Natalya Wijaya No.Model : E.25166.22.0.22

Nama Pasien* : VME.25166 Suku : Toraja

Umur : 22 tahun Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jln. Pulau Sulawesi No 109 No.Telepon : 082348804756

Pekerjaan : Mahasiswa Kode Pos : 95115


Nama Ayah : Yunus Lita’ Paembang Suku : Toraja Umur : 54
Nama Ibu : Irianah Suku : Toraja Umur : 54
Pekerjaan Ayah : PNS Pekerjaan Ibu : PNS
Alamat Orang Tua : Toraja
No.Telepon orang tua : 082348804756
*(diisi dengan inisial nama depan dan nama belakang pasien dilanjutkan no.RM)

WAKTU PERAWATAN
Pendaftaran : Tgl. 23 Maret 2022 Pencetakan : Tgl. 23 dan 29 Maret 2022

Pemasangan Alat : Tgl. Retainer : Tgl.

A. ANAMNESIS (PEMERIKSAAN SUBJEKTIF)


1. Keluhan Utama : Pasien menyadari gigi depannya tampak maju dan beberapa gigi
lainnya kurang rapih. Atas dorongan dan motivasi dari operator,
pasien ingin merawat gigi tersebut.
2. Keadaan Umum

a. Berat badan : 50 kg
b. Tinggi badan : 150 cm
c. Kelainan endokrin : tidak ada
d. Penyakit anak-anak : tidak ada
e. Alergi : tidak ada
f. Kelainan saluran pernapasan : tidak ada
g. Tindakan operasi : tidak ada

Kartu Status Co-ass Bagian Orthodonsia Halaman 1 dari 4


h. Ciri maloklusi keluarga :
Anggota keluarga (deskripsikan maloklusi secara singkat)

Ayah (54) Memiliki susunan gigi yang berjejal

Ibu (54) Memiliki susunan gigi yang rapih

Anak 1 (L,28) Memiliki susunan gigi yang rapih

Anak 2 (L,26 ) Memiliki susunan gigi yang rapih

Anak 3 (L,24 ) Memiliki susunan gigi yang rapih

Anak 4 (P,22) Pasien

3. Kebiasaan Buruk Yang Berhubungan Dengan Maloklusi


No Jenis Durasi Frekuensi Intensitas Keterangan
Kebiasaan

- - - - - -

- - - - - -

- - - - - -

B. PEMERIKSAAN FISIK DAN SISTEM STOMATOGNATIK (PEMERIKSAAN OBJEKTIF)


(diberi tanda centang √ untuk pilihan pada kotak □ yang tersedia )

1. Pemeriksaan a. Tipe kepala


Ekstra Oral Lebar kepala :130 mm Panjang kepala : 170 mm
⇨ Indeks Kepala = Lebar kepala x 100 : 76,4 mm
Panjang kepala
⇨ Tipe Kepala : Mesosepali (kepala sedang)
b. Tipe muka
Jarak Nasion-Gnation : 111,7mm , Lebar Bizygomatic : 119,75mm
⇨ Indeks Facial = Jarak N – Gn x 100 =93,2mm
Lebar Bizygomatic
⇨ Tipe Muka : Leptoprosop (muka tinggi,sempit)
c. Tipe Profil : □ Lurus □ Cekung √ Cembung

Glabela

ULC

LLC

Pog
d. Bentuk muka/kepala : √ Simetri □ Asimetri
Proporsi wajah :
- Trichion-Glabela : 65 mm
- Glabella – Subnasion : 59 mm
- Subnasion-Menton :65 mm

65 mm

59 mm

65 mm

e. Tonus bibir atas : √ Normal □ Hipotonus □ Hipertonus

f. Tonus bibir bawah : √ Normal □ Hipotonus □ Hipertonus

g. Garis Simon :

Maksila : Melewati daerah 1/3 distal caninus

Mandibula : Melewati interdental gigi C dan P1

Kesimpulan =

Maksila : Normal

Mandibula : Normal
2. Pemeriksaan a. OHI-S (Greene &Vermillion) : 1,67 (sedang)
Intra Oral
b. Jaringan mukosa mulut : Gingival Index : 0,7 (gingivitis ringan)
√ Normal

□ Inflamasi

□ Lesi :…………
c. Frenulum Labii Superior : (Blanch test)
√ Normal
□ Mendekati papila
□ Menjauhi papila
d. Frenulum Labii Inferior : (Blanch test)
□ Normal
□ Mendekati papila
√ Menjauhi papilla
e. Lidah : □ Normal □ Mikroglosia √Makroglosia
f. Palatum : √Normal □ Torus □ Celah
□ Jaringan parut □ Rugae
g. Tonsil : □ T0 □ T1 √ T2 □ T3 □T4
h. Fonetik : √ Normal □ Tidak normal………………………….

i. Garis tengah geligi atas : √Segaris □ Tidak segaris……………………..


j. Garis tengah geligi bawah : √ Segaris □ Tidak segaris
k. Keadaan gigi-geligi : (Odontogram terlampir)
PRE PRE

UNE non UNE

Keterangan:
UNE : Un Erupted/Belum erupsi
PRE : Partial erupsi
Non : Gigi tidak ada
: Rotasi

l. Anomali Dental : √ Agenese □ Malformasi □ Hipoplasia □ Restorasi □


Atrisi □ Diskolorasi □ Lainnya : Agenese pada gigi 31

m.Relasi dalam bidang sagital


Relasi Molar : Angle Kelas √I □ II □ III
□ Tidak dapat didefinisikan
Relasi Kaninus : Kelas √ I □ II □ III
□ Tidak dapat didefinisikan
Overjet : 4,72 mm
n. Relasi dalam bidang vertikal
Overbite : 3,68.mm
Openbite : √ Tidak ada □ Ada
Deepbite : √ Tidak ada □ Ada

o. Relasi dalam bidang transversal


Crossbite : √ Tidak ada □ Ada

Scissorbite : √ Tidak ada □ Ada

Lateral shifting : √ Tidak ada □ Ada……………………

Posterior open bite : √ Tidak ada □ Ada…………………….

Shifting median line : √Tidak ada □ Ada ;


Cusp to cusp : √ Tidak ada □ Ada……………………

p. Malposisi gigi individual


√ Rotasi, Gigi : 35 (Mesiolinguotorsiversi) dan 46 (Mesiobukotorsiversi)
□ Displacement, Gigi :……………………….
□ Bentuk & Kesimetrisan Rahang Atas/Bawah : U form & simetris

3. Analisis a. Freeway space : 2 mm


Fungsional
b. Path of closure : √ Normal □ Deviasi □ Displacement

c.Sendi temporomandibular
Visual : Deviasi ke kiri
Auskultasi (stetoskop) : √ Normal □ Bunyi
Palpasi : √ Normal □ Rasa sakit
√ Keterbatasan membuka mulut
Pola atrisi : √ Normal □ Tidak normal
4. Analisis Radiografi
a. Radiografi panoramik

Interpretasi :
1. Area Gigi Geligi :
 Agenesis : Gigi 31
 Partial Erupsi : Gigi 18,28,38,48
2. Area 2 Maksila- Sinus-Nasal : DBN (dalam batas normal)
3. Area 3 Mandibula : DBN (dalam batas normal)
4. Area 4 TMJ :
 Bentuk kondilus-fossa eminensia : sinistra dan dextra yaitu ovoid
 Posisi kondilus : sinistra/kiri : posisi kondilus berada pada
fossa glenoidalis , sedangkan dextra/kanan : posisi kondilus tidak berada pada fossa
glenoidalis( kondilus lebih ke anterior dari fossa glenoidalis)
5. Area 5 Ramus-Os Vertebrae : DBN (dalam batas normal)

Kesan :
Kemungkinan adanya TMJ Disorder pada mandibula sebelah kanan.
b. Radiografi sefalometri
- Foto sefalometri

- Tracing sefalometri

Analisis Steiner
Variabel dan Norma Rata – rata Pasien Ket
SNA (angle) 80º 82 º 84 º 87 º Protrusif
SNB (angle) 77 º 80 º 84 º 73 º Resesif
ANB (angle) 0º 2º 4º 3º Normal
I to N-A (mm) 2mm 4mm 6mm 3mm Normal
I to N-A (angle) 15 º 22 º 32 º 32 º Normal
I to N-B (mm) 2mm 4mm 6mm 4mm Normal
I to N-B (angle) 15 º 25 º 32 º 16 º Normal
Pog to N-B (mm) - 2mm - 2mm Normal
I to I (angle) >150 º 131 º 120 º 133 º Normal
Occl to S-N (angle) 5º 14,5 º 30 º 20 º Normal
GoGN to S-N (angle) 20 º 32 º 35 º 32 º Normal
5. Analisis foto wajah

Tampak depan Tampak senyum Tampak samping kanan

Bentuk muka : Simetris


Tipe muka : Leptoprosop (muka tinggi,sempit)

6. Analisis Model Studi

TAMPAK DEPAN
TAMPAK SAMPING KANAN TAMPAK SAMPING KIRI

TAMPAK OKLUSAL RAHANG ATAS

TAMPAK OKLUSAL RAHANG BAWAH


Malposisi Gigi Individual :

Rahang Atas :
Gigi 12 Distolabioversi
Gigi 14 Palatoversi
Gigi 21 Mesiolabioversi
Gigi 22 Distolabioversi
Gigi 23 Distopalatoversi
Gigi 24 Palatoversi

Rahang Bawah :
Gigi 34 Linguoversi
Gigi 35 Mesiolinguotorsiversi
Gigi 41 Mesiolinguoversi
Gigi 43 Mesiolinguoversi
Gigi 46 Mesiobukotorsiversi

a. Bentuk lengkung gigi :


Rahang Atas : - U Form
-Simetris
Rahang Bawah : - U Form
- Simetris

b. Relasi gigi-gigi pada oklusi sentrik :


1. Anterior :
- Overjet : 4,72 mm
- Overbite : 3,68 mm
- Palatal bite : ada (pada gigi 41 )
- Deep bite : tidak ada
- Open bite : tidak ada
- Edge to edge bite : tidak ada
- Cross bite : tidak ada

2. Posterior:

- Cross bite : tidak ada


- Open bite : tidak ada
- Scissor bite : tidak ada
- Cup to cup bite : tidak ada
- Relasi molar pertama kanan : klas I angle
- Relasi molar pertama kiri : klas I angle
- Garis tengah rahang bawah terhadap rahang atas: segaris
- Garis inter insisiv sentral terhadap garis tengah rahang:
RA : segaris
RB : segaris
- Kesimetrisan median line :
RA : simetris

RB : simetris

3. Kurva of spee : Regio RB kanan : 2,6 mm , region RB


kiri : 2 mm.Klasifikasi Kurva of Spee : normal

c. Palatal height index : Tinggi palatal = 18,84 mm


Lebar palatal = 46,3 mm

Tinggi x 100 % = 40,69% (rendah)


Lebar

d. Lebar mesiodistal gigi-gigi (mm):


Rahang Atas Rahang Bawah
Gigi Kanan Kiri Normal Ket Gigi Kiri Kanan Normal Ket
1 8,52 8,70 7,40 – 9,75 N 1 - 5,0 4,97 – 6,60 N

6,05 – 8,10 5,45 – 6,85 TN


2 6,40 6,36 N 2 5,60 5,0
(kanan)
3 7,76 7,70 7,05 – 9,32 N 3 6,58 6,52 6,15 – 8,15 N

6,75 – 9,00 6,35 – 8,75 TN


4 6,80 7,00 N 4 6,36 6,32
(kanan)
TN
5 6,50 6,50 6,00 – 8,10 N 5 6,72 6,30 6,80 – 9,55
(kanan dan
kiri)
TN TN
6 9,62 9,50 9,95 –12,10 (kanan 6 10,30 10,30 10,62 – 13,05 (kanan dan
dan kiri) kiri)
7 9,22 9,52 8,75-10,87 N 7 9,14 9,22 8,90-11,37 N
8 PRE PRE PRE PRE

Keterangan:
N : Normal
TN : Tidak Normal
PRE : Partial Erupsi

Kesimpulan : Lebar mesio-distal semua gigi memiliki ukuran normal, kecuali gigi 16,26
35,36,42,44,45,46 lebih kecil dari ukuran normal.
7. Perhitungan-perhitungan

A. Metode Bolton :

 Anterior Bolton Analysis : Tidak dilakukan karena terjadi agenesis pada

gigi 31. Sehingga jumlah mesiodistal 6 gigi anterior RB tidak terpenuhi /

jumlah gigi anterior RB hanya 5.

 Full Arch Bolton Analysis : Tidak dilakukan karena terjadi agenesis pada

gigi 31. Sehingga jumlah mesiodistal 12 gigi RB tidak terpenuhi / jumlah gigi

anterior RB hanya 11.

B. Metode Pont

Rahang Bawah
Tidak dapat dilakukan perhitungan karena jumlah mesiodisal 4 gigi anterior pada RB tidak
mencukupi (terjadi agenesis pada gigi 31)

Rahang Atas
Jumlah mesiodistal 4 gigi anterior pada RA mencukupi tetapi perhitungan tidak mungkin
hanya dilakukan pada RA.

C. Metode Howes

Rahang Atas
Jumlah lebar mesiodistal gigi 16 – 26: 91,36 mm
Jarak puncak tonjol bukal gigi 14 – 24 (pengukuran) : 38, 64 mm
Indeks P : (Jarak 14 –24) x 100%
(md 16 - 26)

= 38,64 x 100%
91,36
= 42,29 %

Jarak inter Fossa Canina : 30,34 mm


Indeks FC : jarak FC x 100%
(md 16 - 26)

= 30,34 x 100%
91,36

= 33,2 %
Indeks FC dibanding Indeks P (33,2 < 42,29)
Inklinasi gigi-gigi region posterior : Divergen
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil perhitungan dan pengukuran Metode Howes diperoleh indeks Fossa
Canina yaitu 33,2% < Indeks P yaitu 42,29%. Hal ini merupakan bukan merupakan
indikasi ekspansi.

Rahang Bawah
Jumlah lebar mesiodistal gigi 36 – 46: 75,0 mm
Jarak puncak tonjol bukal gigi 34 – 44 (pengukuran) : 29,0 mm
Indeks P : (Jarak 34 –44) x 100%
(md 36 - 46)

= 29,0 x 100%
75,0
= 38,67%

Jarak inter Fossa Canina : 20,66 mm


Indeks FC : jarak FC x 100%
(md 16 - 26)

= 20,66 x 100%
75,0

= 27,54%

Indeks FC dibanding Indeks P (27,54 < 38,67)


Inklinasi gigi-gigi region posterior : Divergen

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil perhitungan dan pengukuran Metode Howes diperoleh indeks Fossa
Canina yaitu 27,54% < Indeks P yaitu 38,67%. Hal ini merupakan bukan merupakan
indikasi ekspansi.

D. Metode Korkhaus
Sama seperti metode pont, metode korkhaus tidak dapat dilakukan, karena pada :
Rahang Bawah
Jumlah mesiodisal 4 gigi anterior pada RB tidak mencukupi (terjadi agenesis pada gigi 31)

Rahang Atas
Jumlah mesiodistal 4 gigi anterior pada RA mencukupi tetapi perhitungan tidak mungkin
hanya dilakukan pada RA.
E. Arch Length Diskrepancy (ALD)
Rahang atas
ALD 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 Total
Panjang
22,92 7,76 14,92 15,06 7,70 23 91,36
lengkung gigi
Panjang
23,34 7,7 16,0 16,0 8,0 22,2 93,24
lengkung rahang

Perhitungan ALD = Panjang lengkung rahang - Panjang lengkung gigi


= 93,24 – 91,36 mm
= 1,88

Rahang bawah
ALD 36 35 34 33 32 31 41 42 43 44 45 46 Total
Panjang
23,38 6,58 5,60 10,0 6,52 22,92 75
lengkung gigi
Panjang
25,0 6,20 5,50 10,62 6,68 24,34 78,34
lengkung rahang

Perhitungan ALD = Panjang lengkung rahang - Panjang lengkung gigi


= 78,34 – 75 mm
= 3,34

Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode ALD diperoleh hasil yaitu
lengkung RA dan RB berada pada kategori normal/ ruangan cukup

F. Determinasi lengkung gigi

Keterangan:
Overjet awal : 4, 72 mm
Overjet akhir : 2,9 mm

Keterangan gambar : : Lengkung awal RA


: Lengkung Ideal RA
: Lengkung awal RB
: Lengkung Ideal RB
Rahang atas :
Panjang lengkung awal (MD) : 18,70 mm (Ka = 9,30 mm ; Kr = 9,40mm)
Panjang lengkung ideal : 16,0 mm (Ka = 8,0mm ; Kr = 8,0 mm)
Diskrepansi : 2,7 mm (Ka = 1,3mm ; Kr = 1,4 mm)

Keterangan :
Pengukuran determinasi lengkung rahang atas khususnya untuk mengetahui jumlah lebar mesiodistal
gigi dilakukan dengan mengukur kontur terbesar gigi M1 kanan – M1 kiri. Berdasarkan pengukuran
tersebut, untuk rahang atas ruang berada dalam angka yang normal yaitu 2,7mm (Ka = 1,3mm ; Kr =
1,4 mm). Dengan demikian pada rahang atas pasien perlu dilakukan ekpansi/retraksi.

Rahang bawah:
Panjang lengkung awal (MD) : 17,80 mm (Ka = 8,9 mm ; Kr = 8,9 mm)
Panjang lengkung ideal : 14,0 mm (Ka = 7,0mm ; Kr = 7,0 mm)
Diskrepansi : 3,8 mm (Ka = 1,9mm ; Kr = 1,9 mm)

Keterangan :
Pengukuran determinasi lengkung rahang atas khususnya untuk mengetahui jumlah lebar mesiodistal
gigi dilakukan dengan mengukur kontur terbesar gigi M1 kanan – M1 kiri. Berdasarkan pengukuran
tersebut, untuk rahang atas ruang berada dalam angka yang normal yaitu 3,8 mm (Ka = 1,9mm ; Kr =
1,9 mm). Dengan demikian pada rahang atas pasien tidak perlu dilakukan ekpansi/retraksi.

8. Diagnosis
Maloklusi Angle klas I Dewey Tipe 2 disertai dengan malrelasi berupa overjet (4,72 mm), terdapat
palatal bite pada gigi 41 dan terjadi malposisi gigi individual 12,14,21,22,23,24,34,35,41,43,46 serta
adanya anomali dental berupa agenese pada gigi 31 dan TMJ Disorder pada mandibula sebelah kanan.

9. Analisis etiologi maloklusi


Rahang Atas :
Gigi 12 Distolabioversi, kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 52
Gigi 14 Palatoversi, kemungkinan disebabkan karena persistensi gigi 54
Gigi 21 Mesiolabioversi, kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 61
Gigi 22 Distolabioversi, kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 62
Gigi 23 Distopalatoversi, kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 63
Gigi 24 Palatoversi, kemungkinan disebabkan karena persistensi gigi 64

Rahang Bawah :
Gigi 34 Linguoversi , kemungkinan disebabkan karena persistensi gigi 74
Gigi 35 Mesiolinguotorsiversi, kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 75
Gigi 41 Mesiolinguoversi , kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 81
Gigi 43 Mesiolinguoversi , kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 83
Gigi 46 Mesiobukotorsiversi, kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 85
10. Prosedur perawatan
Rencana Perawatan :
A. Penjelasan tentang perawatan
Memberikan penjelasan dan gambaran kepada pasien tentang pemakaian alat ortodontik yang
merupakan perawatan relatif lama serta memerlukan kesabaran, kedisiplinan, kerjasama, dan motivasi
yang tinggi dari pasien agar nantinya dapat diperoleh hasil perawatan yang baik dan gigi tidak relaps.

B. Penjelasan tentang kebiasaan buruk


Pada kasus ini ,pasien tidak memiliki kebiasaan buruk. Tetapi sebagai operator, kita perlu
memberikan edukasi kepada pasien bahwa memiliki kebiasaan buruk berupa menggigit kuku, mengigit
pulpen, mendorong gigi dengan lidah kearah depan, mengunyah dengan hanya satu sisi, menyikat gigi
dengan tidak benar, mengedot, menghisap jari merupakan kebiasaan yang tidak baik karena dapat
mempengaruhi stuktur gigi geligi dan mengubah posisi gigi geligi menjadi tidak harmonis/ berantakan
dan dapat menyebabkan susunan gigi menjadi buruk, mempengaruhi kesimetrisan wajah serta
mempengaruhi TMJ.
Terlebih pada kasus ini, setelah dilakukan pemeriksaan panoramik, dilihat bahwa posisi kondilus
TMJ sebelah kanan tidak tepat berada di fossa glenoidalis sehingga pasien merasakan nyeri pada sekitar
pipi sampai memiliki keterbatasan membuka mulut. Oleh sebab itu, perlu diberikan edukasi kepada
pasien untuk menghindari kebiasaan yang dapat memperparah kelainan pada TMJ sebelah kanannya.

C. Koreksi malposisi gigi individual


1. Rahang atas
Alat ortodontik lepasan yang digunakan untuk mengoreksi malposisi gigi yaitu berupa plat, klamer
Adam, busur labial tipe short.
1) Base plate/plat dasar
Plat dasar akrilik dibuat setipis mungkin agar nyaman digunakan namun cukup tebal agar
tetap kuat ketika dipakai didalam mulut serta harus dilakukan pemolesan hingga permukaannya
licin agar tidak ada sisa makanan yang tertinggal ketika digunakan serta mudah dibersihkan.
Selain itu untuk mencapai stabilitas alat yang maksimal lebar plat dibuat mungkin tetapi
disesuaikan dengan kebutuhan, permukaan plat harus menempel dengang baik tanpa menimbulkan
rasa menekan pada jaringan lunak.
Plat dasar berupa plat akrilik sebagai tempat tertanamnya klamer Adam, busur labial, dan
simple spring dengan ketebalan ±2 mm.
2) Klamer Adam
Klamer Adam merupakan alat retensi plat yang paling umum digunakan. Klamer adam
befungsi sebagai komponen retentif untuk menjaga agar plat tetap melekat di dalam mulut dan
mempertahankan stabilitas alat pada saat mulut berfungsi. Pada kasus ini stabilitas alat pada
rahang atas diperoleh dengan menggunakan klamer Adam dari bahan kawat stainless steel dengan
diameter 0,7 mm yang diletakkan pada gigi 16 dan 26.

3) Simple spring
Simple spring berfungsi untuk mendorong malposisi gigi 14, 23 dan 24 kearah labial,
diameter kawat yang digunakan 0,6 mm. Letak simple spring berada pada daerah singulum gigi
14, daerah singulum bagian distal gigi 23 dan pada daerah singulum gigi 24. Simple spring
berfungsi untuk menggerakkan gigi induvidual ke arah labial atau bukal. Cara pengaktifannya :
-Simple spring diaktivasi dengan cara meregangkan pegas sehingga meregang hingga 1 – 2 mm.
Posisikan ujung tang di sekitar loop simple spring dan tekan tang untuk membuka dan memperluas
simple spring.
-Aktivasi dilakukan pada lengan pegas, mula-mula yang di dekat koil yang jauh dari gigi
-Simple spring diaktifkan setiap dua minggu sekali satu kali kontrol.

4) Busur Labial/labial bow


Busur labial merupakan komponen aktif berupa kawat melengkung yang menempel pada
permukaan labial gigi-gigi anterior dengan tujuan untuk mengoreksi gigi yang mengalami
malposisi kearah labial dan mempertahankan gigi-gigi anterior lainnya yang tidak dikoreksi agar
tetap pada lengkung yang ideal. Busur labial yang digunakan dalam kasus ini adalah busur labial
tipe medium dengan diameter kawat yaitu 0,7 mm yang akan digunakan untuk mengoreksi gigi
12,21 dan 22 serta mempertahankan gigi 11 dan 13 yang merupakan gigi-gigi anterior yang tidak
dikoreksi. Busur labial diaktivasi sehingga menempel pada permukaan 2/3 enam gigi anterior
yaitu dari gigi caninus kanan sampai gigi caninus kiri dan letak pundak berada di daerah
interdental gigi p1 dan p2.
Adapun cara mengaktifkan busur labial ini adalah sebagai berikut:
- Gunakan tang adam universal untuk mengaktifkan busur labial
- Lup dipegang dengan tang kemudian sempitkan lup dengan tang agar busur labial akan
bergerak
- Kaki lengkung perlu dibetulkan dengan menahan lup dan menempatkan busur labial dekat
servikal gigi

2. Rahang bawah
Alat ortodontik lepasan yang digunakan untuk mengoreksi malposisi gigi yaitu berupa plat
dasar, klamer Adam, busur labial tipe medium, pir pembantu.
1) Base plate/plat dasar
Pada dasarnya plat akrilik rahang bawah sama dengan plat akrilik rahang atas. Plat dasar
akrilik dibuat setipis mungkin agar nyaman digunakan namun cukup tebal agar tetap kuat ketika
dipakai didalam mulut serta harus dilakukan pemolesan hingga permukaannya licin agar tidak ada
sisa makanan yang tertinggal ketika digunakan serta mudah dibersihkan. Selain itu untuk
mencapai stabilitas alat yang maksimal lebar plat dibuat mungkin tetapi disesuaikan dengan
kebutuhan, permukaan plat harus menempel dengang baik tanpa menimbulkan rasa menekan pada
jaringan lunak.
Plat dasar berupa plat akrilik sebagai tempat tertanamnya klamer Adam, busur labial, dan
simple spring dengan ketebalan ±2 mm.

2) Klamer Adam
Klamer Adam merupakan alat retensi plat yang paling umum digunakan. Klamer adam
befungsi sebagai komponen retentif untuk menjaga agar plat tetap melekat di dalam mulut dan
mempertahankan stabilitas alat pada saat mulut berfungsi. Pada kasus ini stabilitas alat pada
rahang atas dan rahang bawah diperoleh dengan menggunakan klamer Adam dari bahan kawat
stainless steel dengan diameter 0,7 mm yang diletakkan pada gigi 36 dan 46.

3) Simple spring
Simple spring berfungsi untuk mendorong malposisi gigi 34,35,41 dan 43 kearah labial,
diameter kawat yang digunakan 0,6 mm. Letak simple spring berada pada daerah singulum gigi
34,singulum bagian mesial gigi 35,41 dan 43. Simple spring berfungsi untuk menggerakkan gigi
induvidual ke arah labial atau bukal. Cara pengaktifannya :
-Simple spring diaktivasi dengan cara meregangkan pegas sehingga meregang hingga 1 – 2 mm.
Posisikan ujung tang di sekitar loop simple spring dan tekan tang untuk membuka dan memperluas
simple spring.
-Aktivasi dilakukan pada lengan pegas, mula-mula yang di dekat koil yang jauh dari gigi
-Simple spring diaktifkan setiap dua minggu sekali satu kali kontrol.

4) Busur Labial/labial bow


Busur labial merupakan komponen aktif berupa kawat melengkung yang menempel pada
permukaan labial gigi-gigi anterior dengan tujuan untuk mempertahankan gigi-gigi anterior yang
tidak dikoreksi agar tetap pada lengkung yang ideal. Busur labial yang digunakan dalam kasus ini
adalah busur labial tipe medium dengan diameter kawat yaitu 0,8 mm yang akan digunakan untuk
mempertahankan gigi 33-43 yang merupakan gigi-gigi anterior agar tetap berada dalam lengkung
ideal. Busur labial diaktivasi sehingga menempel pada permukaan 2/3 enam gigi anterior yaitu
dari gigi caninus kanan sampai gigi caninus kiri dan letak pundak berada di daerah interdental gigi
p1 dan p2.
Adapun cara mengaktifkan busur labial ini adalah sebagai berikut:
-Gunakan tang adam universal untuk mengaktifkan busur labial
-Lup dipegang dengan tang kemudian sempitkan lup dengan tang agar busur labial akan bergerak
-Kaki lengkung perlu dibetulkan dengan menahan lup dan menempatkan busur labial dekat
servikal gigi

D. Jalannya perawatan
- Tahap 1 :
Insersi alat orthodonti lepasan plat aktif dengan pir –pir pembantu pada rahang atas dan rahang
bawah.
-Tahap 2 :
•Rahang atas : mengaktifkan simple spring pada gigi 14, 23, 24 untuk mendorong gigi ke arah
labial.
•Rahang bawah : mengaktifkan simple spring pada gigi 34,41,43 untuk mendorong gigi kearah
labial.
-Tahap 3 :
•Rahang atas : mengaktifkan labial bow untuk mengoreksi gigi 12,21,22

E. Penyesuaian oklusi
Setelah malposisi gigi diperbaiki, selanjutnya dilakukan penyesuaian oklusi dan artikulasi
dengan menggunakan articulating paper, dengan cara pasien disuruh menggigit articulating paper
pada oklusi sentrik dengan sedikit gerakan mengunyah. Kemudian articulating paper dikeluarkan
dan dilihat apakah ada bagian yang membekas tebal. Jika terdapat bagian yang membekas tebal,
dilakukan pengasahan (selective grinding) dengan menggunakan polishing strip didaerah tersebut
untuk menghindari terjadinya traumatik oklusi.

F. Instruksi untuk pasien


-Gunakan alat semaksimal mungkin dalam sehari, lepaskan alat hanya ketika makan dan sikat gigi.
-Bersihkan alat sebelum digunakan.
-Untuk menghindari kerusakan alat, tempatkan alat dalam wadah yang berisi air saat tidak
digunakan.
-Jika alat rusak atau tidak nyaman, lakukan konsultasi kepada operator.
-Hindari mengunyah permen karet atau makanan keras.

G. Pembuatan retainer
Pemakaian retainer dimaksudkan untuk mempertahankan lengkung gigi yang telah
terkoreksi sampai terjadi kestabilan dalam lengkung gigi yang baru, serta mencegah agar gigi-gigi
tidak relaps. Alat yang digunakan dalam tahap ini adalah Hawley Retainer, yang terdiri dari plat
dasar akrilik, busur labial tipe medium dengan diameter kawat 0,9 mm dan klamer Adam dengan
diameter kawat 0,7 mm pada gigi molar pertama rahang atas dan rahang bawah.
Cara pemakaian retainer :
a.Dipakai siang dan malam dalam keadaan pasif selama 3 – 6 bulan tergantung keadaan maloklusi
dan lama perawatan. Kontrol tiap 3 bulan untuk mengetahui derajat kegoyahan.
b.Setelah 3 bulan, jika terjadi kegoyahan maka pemakaian retainer diperpanjang 3 bulan lagi. Jika
mobilitas hilang, maka jika keluar rumah dilepas, cek dan pemakaian kembali. Jika terasa sesak
maka diperpanjang lagi dan kontrol tiap bulan. Jika tidak sesak, maka alat dilepas jika keluar
rumah.
c.Jika tidak sesak, maka dipakai pada malam hari dan kontrol 3 bulan berikutnya. Jika tidak ada
perubahan, maka pemakaian retainer dihentikan. Jika ada perubahan, maka pemakaian
diperpanjang 3 bulan lagi dan kontrol tiap bulan.

11. Tabel rencana perawatan


Rencana
Diagnosis Target Ket
Perawatan
Malposisi Rahang Atas :
gigi Gigi 12 → Distolabioversi Dikoreksi Terkoreksi
individual dengan labial
bow

Gigi 14 → Palatoversi Dikoreksi Terkoreksi


dengan simple
spring
Terkoreksi
Gigi 21 → Mesiolabioversi Dikoreksi
dengan labial
bow
Dikoreksi Terkoreksi
Gigi 22 → Distolabioversi dengan labial
bow

Dikoreksi dengan Terkoreksi


Gigi 23 → Distopalatoversi simple spring

Gigi 24 → Palatoversi Dikoreksi Terkoreksi


dengan simple
spring

Rahang Bawah :

Gigi 34 → Linguoversi Dikoreksi dengan Terkoreksi


simple spring

Dikoreksi dengan Terkoreksi


Gigi 41 → Mesiolinguoversi
simple spring

Gigi 43 → Mesiolinguoversi Dikoreksi dengan


Terkoreksi
simple spring

12. Gambar/desain alat

Rahang Atas

Busur labial tipe


medium dengan
Simple Spring dengan
kawat berdiameter 0,8
kawat berdiameter
mm
0,6 mm
Simple Spring dengan
kawat berdiameter 0,6
mm (ujung lengan berada
di distal dan bahu berada
di mesial)

Klamer Adam dengan


kawat berdiameter
0,7 mm

Plat dasar akrilik


dengan ketebalan ± 2
mm
Rahang Bawah

Plat dasar akrilik


dengan ketebalan ± 2
mm

Klamer Adam dengan


kawat berdiameter
0,7 mm

Busur labial tipe


medium dengan
Simple Spring dengan kawat kawat berdiameter 0,8
berdiameter 0,6 mm (ujung mm
lengan berada di mesial dan
bahu berada di distal) Simple Spring dengan
kawat berdiameter
0,6 mm

13. Gambar/desain retainer

Busur labial tipe


medium dengan
kawat berdiameter 0,8
mm

Klamer Adamdengan
kawat berdiameter
0,7 mm

Plat dasar akrilik


dengan ketebalan ± 2
mm

Plat dasar akrilik


dengan ketebalan ± 2
mm

Klamer Adamdengan
kawat berdiameter
0,7 mm

Busur labial tipe


medium dengan
kawat berdiameter 0,8
mm
14. Prognosis
 Baik
Keterangan : Prognosis dikatakan baik karena dilihat dari pemeriksaan subjektif dan objektif,
maloklusi pada pasien termasuk maloklusi Angel klas I. Selain itu pasien kooperatif dan juga masih
dalam usia muda dengan kesehatan gigi dan jaringan periodontal yang baik serta tidak memiliki
kebiasaan buruk dimana hal ini sangat membantu dalam jalannya perawatan sehingga bisa menunjang
keberhasilan perawatan.
 Indikasi perawatan : Kuratif

15. Komunikasi, informasi, dan edukasi


Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang instruksi kepada pasien mengenai piranti yang
telah dipakai.
a. Cara memasang
Alat ortodonti dipasang dari bagian belakang terlebih dahulu yaitu pada bagian klamer adam yang
berguna sebagai alat retensi plat aktif, setelah bagian belakang sudah terpasang dengan baik,
selanjutnya bagian depan yaitu busur labial dan selanjutnya tekan pada bagian base plate sesuai
dengan tempatnya
b. Cara melepas
Cara melepas alat ortodontik dimulai pada bagian belakang terlebih dahulu yaitu pada bagian klamer
adam, setelah klamer adam terlepas langkah selanjutnya alat ortodontik sudah dapat di lepaskan dari
mulut.
c. Cara perawatan :
 Bersihkan alat sebelum digunakan dengan menggunakan pasta gigi dan sikat yang lembut.
 Untuk menghindari kerusakan alat, tempatkan alat dalam wadah yang berisi air saat tidak
digunakan.
 Jika alat rusak atau tidak nyaman, lakukan konsultasi kepada operator.
 Hindari mengunyah permen karet, atau makanan keras.

Anda mungkin juga menyukai