PERAWATAN MALOKLUSI
NIM : 20014103028
MANADO
2022
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNSRAT
JL. Dr. Soetomo No. 3 - Manado - 95122 Telp. (043I) 7192967; email: rsgmunsrat@gmail.com
IDENTITAS
Nama Mahasiswa : Iin Revien NIM : 20014103028
WAKTU PERAWATAN
Pendaftaran : Tgl. 23 Maret 2022 Pencetakan : Tgl. 23 dan 29 Maret 2022
a. Berat badan : 50 kg
b. Tinggi badan : 150 cm
c. Kelainan endokrin : tidak ada
d. Penyakit anak-anak : tidak ada
e. Alergi : tidak ada
f. Kelainan saluran pernapasan : tidak ada
g. Tindakan operasi : tidak ada
- - - - - -
- - - - - -
- - - - - -
Glabela
ULC
LLC
Pog
d. Bentuk muka/kepala : √ Simetri □ Asimetri
Proporsi wajah :
- Trichion-Glabela : 65 mm
- Glabella – Subnasion : 59 mm
- Subnasion-Menton :65 mm
65 mm
59 mm
65 mm
g. Garis Simon :
Kesimpulan =
Maksila : Normal
Mandibula : Normal
2. Pemeriksaan a. OHI-S (Greene &Vermillion) : 1,67 (sedang)
Intra Oral
b. Jaringan mukosa mulut : Gingival Index : 0,7 (gingivitis ringan)
√ Normal
□ Inflamasi
□ Lesi :…………
c. Frenulum Labii Superior : (Blanch test)
√ Normal
□ Mendekati papila
□ Menjauhi papila
d. Frenulum Labii Inferior : (Blanch test)
□ Normal
□ Mendekati papila
√ Menjauhi papilla
e. Lidah : □ Normal □ Mikroglosia √Makroglosia
f. Palatum : √Normal □ Torus □ Celah
□ Jaringan parut □ Rugae
g. Tonsil : □ T0 □ T1 √ T2 □ T3 □T4
h. Fonetik : √ Normal □ Tidak normal………………………….
Keterangan:
UNE : Un Erupted/Belum erupsi
PRE : Partial erupsi
Non : Gigi tidak ada
: Rotasi
c.Sendi temporomandibular
Visual : Deviasi ke kiri
Auskultasi (stetoskop) : √ Normal □ Bunyi
Palpasi : √ Normal □ Rasa sakit
√ Keterbatasan membuka mulut
Pola atrisi : √ Normal □ Tidak normal
4. Analisis Radiografi
a. Radiografi panoramik
Interpretasi :
1. Area Gigi Geligi :
Agenesis : Gigi 31
Partial Erupsi : Gigi 18,28,38,48
2. Area 2 Maksila- Sinus-Nasal : DBN (dalam batas normal)
3. Area 3 Mandibula : DBN (dalam batas normal)
4. Area 4 TMJ :
Bentuk kondilus-fossa eminensia : sinistra dan dextra yaitu ovoid
Posisi kondilus : sinistra/kiri : posisi kondilus berada pada
fossa glenoidalis , sedangkan dextra/kanan : posisi kondilus tidak berada pada fossa
glenoidalis( kondilus lebih ke anterior dari fossa glenoidalis)
5. Area 5 Ramus-Os Vertebrae : DBN (dalam batas normal)
Kesan :
Kemungkinan adanya TMJ Disorder pada mandibula sebelah kanan.
b. Radiografi sefalometri
- Foto sefalometri
- Tracing sefalometri
Analisis Steiner
Variabel dan Norma Rata – rata Pasien Ket
SNA (angle) 80º 82 º 84 º 87 º Protrusif
SNB (angle) 77 º 80 º 84 º 73 º Resesif
ANB (angle) 0º 2º 4º 3º Normal
I to N-A (mm) 2mm 4mm 6mm 3mm Normal
I to N-A (angle) 15 º 22 º 32 º 32 º Normal
I to N-B (mm) 2mm 4mm 6mm 4mm Normal
I to N-B (angle) 15 º 25 º 32 º 16 º Normal
Pog to N-B (mm) - 2mm - 2mm Normal
I to I (angle) >150 º 131 º 120 º 133 º Normal
Occl to S-N (angle) 5º 14,5 º 30 º 20 º Normal
GoGN to S-N (angle) 20 º 32 º 35 º 32 º Normal
5. Analisis foto wajah
TAMPAK DEPAN
TAMPAK SAMPING KANAN TAMPAK SAMPING KIRI
Rahang Atas :
Gigi 12 Distolabioversi
Gigi 14 Palatoversi
Gigi 21 Mesiolabioversi
Gigi 22 Distolabioversi
Gigi 23 Distopalatoversi
Gigi 24 Palatoversi
Rahang Bawah :
Gigi 34 Linguoversi
Gigi 35 Mesiolinguotorsiversi
Gigi 41 Mesiolinguoversi
Gigi 43 Mesiolinguoversi
Gigi 46 Mesiobukotorsiversi
2. Posterior:
RB : simetris
Keterangan:
N : Normal
TN : Tidak Normal
PRE : Partial Erupsi
Kesimpulan : Lebar mesio-distal semua gigi memiliki ukuran normal, kecuali gigi 16,26
35,36,42,44,45,46 lebih kecil dari ukuran normal.
7. Perhitungan-perhitungan
A. Metode Bolton :
Full Arch Bolton Analysis : Tidak dilakukan karena terjadi agenesis pada
gigi 31. Sehingga jumlah mesiodistal 12 gigi RB tidak terpenuhi / jumlah gigi
B. Metode Pont
Rahang Bawah
Tidak dapat dilakukan perhitungan karena jumlah mesiodisal 4 gigi anterior pada RB tidak
mencukupi (terjadi agenesis pada gigi 31)
Rahang Atas
Jumlah mesiodistal 4 gigi anterior pada RA mencukupi tetapi perhitungan tidak mungkin
hanya dilakukan pada RA.
C. Metode Howes
Rahang Atas
Jumlah lebar mesiodistal gigi 16 – 26: 91,36 mm
Jarak puncak tonjol bukal gigi 14 – 24 (pengukuran) : 38, 64 mm
Indeks P : (Jarak 14 –24) x 100%
(md 16 - 26)
= 38,64 x 100%
91,36
= 42,29 %
= 30,34 x 100%
91,36
= 33,2 %
Indeks FC dibanding Indeks P (33,2 < 42,29)
Inklinasi gigi-gigi region posterior : Divergen
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil perhitungan dan pengukuran Metode Howes diperoleh indeks Fossa
Canina yaitu 33,2% < Indeks P yaitu 42,29%. Hal ini merupakan bukan merupakan
indikasi ekspansi.
Rahang Bawah
Jumlah lebar mesiodistal gigi 36 – 46: 75,0 mm
Jarak puncak tonjol bukal gigi 34 – 44 (pengukuran) : 29,0 mm
Indeks P : (Jarak 34 –44) x 100%
(md 36 - 46)
= 29,0 x 100%
75,0
= 38,67%
= 20,66 x 100%
75,0
= 27,54%
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil perhitungan dan pengukuran Metode Howes diperoleh indeks Fossa
Canina yaitu 27,54% < Indeks P yaitu 38,67%. Hal ini merupakan bukan merupakan
indikasi ekspansi.
D. Metode Korkhaus
Sama seperti metode pont, metode korkhaus tidak dapat dilakukan, karena pada :
Rahang Bawah
Jumlah mesiodisal 4 gigi anterior pada RB tidak mencukupi (terjadi agenesis pada gigi 31)
Rahang Atas
Jumlah mesiodistal 4 gigi anterior pada RA mencukupi tetapi perhitungan tidak mungkin
hanya dilakukan pada RA.
E. Arch Length Diskrepancy (ALD)
Rahang atas
ALD 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 Total
Panjang
22,92 7,76 14,92 15,06 7,70 23 91,36
lengkung gigi
Panjang
23,34 7,7 16,0 16,0 8,0 22,2 93,24
lengkung rahang
Rahang bawah
ALD 36 35 34 33 32 31 41 42 43 44 45 46 Total
Panjang
23,38 6,58 5,60 10,0 6,52 22,92 75
lengkung gigi
Panjang
25,0 6,20 5,50 10,62 6,68 24,34 78,34
lengkung rahang
Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode ALD diperoleh hasil yaitu
lengkung RA dan RB berada pada kategori normal/ ruangan cukup
Keterangan:
Overjet awal : 4, 72 mm
Overjet akhir : 2,9 mm
Keterangan :
Pengukuran determinasi lengkung rahang atas khususnya untuk mengetahui jumlah lebar mesiodistal
gigi dilakukan dengan mengukur kontur terbesar gigi M1 kanan – M1 kiri. Berdasarkan pengukuran
tersebut, untuk rahang atas ruang berada dalam angka yang normal yaitu 2,7mm (Ka = 1,3mm ; Kr =
1,4 mm). Dengan demikian pada rahang atas pasien perlu dilakukan ekpansi/retraksi.
Rahang bawah:
Panjang lengkung awal (MD) : 17,80 mm (Ka = 8,9 mm ; Kr = 8,9 mm)
Panjang lengkung ideal : 14,0 mm (Ka = 7,0mm ; Kr = 7,0 mm)
Diskrepansi : 3,8 mm (Ka = 1,9mm ; Kr = 1,9 mm)
Keterangan :
Pengukuran determinasi lengkung rahang atas khususnya untuk mengetahui jumlah lebar mesiodistal
gigi dilakukan dengan mengukur kontur terbesar gigi M1 kanan – M1 kiri. Berdasarkan pengukuran
tersebut, untuk rahang atas ruang berada dalam angka yang normal yaitu 3,8 mm (Ka = 1,9mm ; Kr =
1,9 mm). Dengan demikian pada rahang atas pasien tidak perlu dilakukan ekpansi/retraksi.
8. Diagnosis
Maloklusi Angle klas I Dewey Tipe 2 disertai dengan malrelasi berupa overjet (4,72 mm), terdapat
palatal bite pada gigi 41 dan terjadi malposisi gigi individual 12,14,21,22,23,24,34,35,41,43,46 serta
adanya anomali dental berupa agenese pada gigi 31 dan TMJ Disorder pada mandibula sebelah kanan.
Rahang Bawah :
Gigi 34 Linguoversi , kemungkinan disebabkan karena persistensi gigi 74
Gigi 35 Mesiolinguotorsiversi, kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 75
Gigi 41 Mesiolinguoversi , kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 81
Gigi 43 Mesiolinguoversi , kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 83
Gigi 46 Mesiobukotorsiversi, kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 85
10. Prosedur perawatan
Rencana Perawatan :
A. Penjelasan tentang perawatan
Memberikan penjelasan dan gambaran kepada pasien tentang pemakaian alat ortodontik yang
merupakan perawatan relatif lama serta memerlukan kesabaran, kedisiplinan, kerjasama, dan motivasi
yang tinggi dari pasien agar nantinya dapat diperoleh hasil perawatan yang baik dan gigi tidak relaps.
3) Simple spring
Simple spring berfungsi untuk mendorong malposisi gigi 14, 23 dan 24 kearah labial,
diameter kawat yang digunakan 0,6 mm. Letak simple spring berada pada daerah singulum gigi
14, daerah singulum bagian distal gigi 23 dan pada daerah singulum gigi 24. Simple spring
berfungsi untuk menggerakkan gigi induvidual ke arah labial atau bukal. Cara pengaktifannya :
-Simple spring diaktivasi dengan cara meregangkan pegas sehingga meregang hingga 1 – 2 mm.
Posisikan ujung tang di sekitar loop simple spring dan tekan tang untuk membuka dan memperluas
simple spring.
-Aktivasi dilakukan pada lengan pegas, mula-mula yang di dekat koil yang jauh dari gigi
-Simple spring diaktifkan setiap dua minggu sekali satu kali kontrol.
2. Rahang bawah
Alat ortodontik lepasan yang digunakan untuk mengoreksi malposisi gigi yaitu berupa plat
dasar, klamer Adam, busur labial tipe medium, pir pembantu.
1) Base plate/plat dasar
Pada dasarnya plat akrilik rahang bawah sama dengan plat akrilik rahang atas. Plat dasar
akrilik dibuat setipis mungkin agar nyaman digunakan namun cukup tebal agar tetap kuat ketika
dipakai didalam mulut serta harus dilakukan pemolesan hingga permukaannya licin agar tidak ada
sisa makanan yang tertinggal ketika digunakan serta mudah dibersihkan. Selain itu untuk
mencapai stabilitas alat yang maksimal lebar plat dibuat mungkin tetapi disesuaikan dengan
kebutuhan, permukaan plat harus menempel dengang baik tanpa menimbulkan rasa menekan pada
jaringan lunak.
Plat dasar berupa plat akrilik sebagai tempat tertanamnya klamer Adam, busur labial, dan
simple spring dengan ketebalan ±2 mm.
2) Klamer Adam
Klamer Adam merupakan alat retensi plat yang paling umum digunakan. Klamer adam
befungsi sebagai komponen retentif untuk menjaga agar plat tetap melekat di dalam mulut dan
mempertahankan stabilitas alat pada saat mulut berfungsi. Pada kasus ini stabilitas alat pada
rahang atas dan rahang bawah diperoleh dengan menggunakan klamer Adam dari bahan kawat
stainless steel dengan diameter 0,7 mm yang diletakkan pada gigi 36 dan 46.
3) Simple spring
Simple spring berfungsi untuk mendorong malposisi gigi 34,35,41 dan 43 kearah labial,
diameter kawat yang digunakan 0,6 mm. Letak simple spring berada pada daerah singulum gigi
34,singulum bagian mesial gigi 35,41 dan 43. Simple spring berfungsi untuk menggerakkan gigi
induvidual ke arah labial atau bukal. Cara pengaktifannya :
-Simple spring diaktivasi dengan cara meregangkan pegas sehingga meregang hingga 1 – 2 mm.
Posisikan ujung tang di sekitar loop simple spring dan tekan tang untuk membuka dan memperluas
simple spring.
-Aktivasi dilakukan pada lengan pegas, mula-mula yang di dekat koil yang jauh dari gigi
-Simple spring diaktifkan setiap dua minggu sekali satu kali kontrol.
D. Jalannya perawatan
- Tahap 1 :
Insersi alat orthodonti lepasan plat aktif dengan pir –pir pembantu pada rahang atas dan rahang
bawah.
-Tahap 2 :
•Rahang atas : mengaktifkan simple spring pada gigi 14, 23, 24 untuk mendorong gigi ke arah
labial.
•Rahang bawah : mengaktifkan simple spring pada gigi 34,41,43 untuk mendorong gigi kearah
labial.
-Tahap 3 :
•Rahang atas : mengaktifkan labial bow untuk mengoreksi gigi 12,21,22
E. Penyesuaian oklusi
Setelah malposisi gigi diperbaiki, selanjutnya dilakukan penyesuaian oklusi dan artikulasi
dengan menggunakan articulating paper, dengan cara pasien disuruh menggigit articulating paper
pada oklusi sentrik dengan sedikit gerakan mengunyah. Kemudian articulating paper dikeluarkan
dan dilihat apakah ada bagian yang membekas tebal. Jika terdapat bagian yang membekas tebal,
dilakukan pengasahan (selective grinding) dengan menggunakan polishing strip didaerah tersebut
untuk menghindari terjadinya traumatik oklusi.
G. Pembuatan retainer
Pemakaian retainer dimaksudkan untuk mempertahankan lengkung gigi yang telah
terkoreksi sampai terjadi kestabilan dalam lengkung gigi yang baru, serta mencegah agar gigi-gigi
tidak relaps. Alat yang digunakan dalam tahap ini adalah Hawley Retainer, yang terdiri dari plat
dasar akrilik, busur labial tipe medium dengan diameter kawat 0,9 mm dan klamer Adam dengan
diameter kawat 0,7 mm pada gigi molar pertama rahang atas dan rahang bawah.
Cara pemakaian retainer :
a.Dipakai siang dan malam dalam keadaan pasif selama 3 – 6 bulan tergantung keadaan maloklusi
dan lama perawatan. Kontrol tiap 3 bulan untuk mengetahui derajat kegoyahan.
b.Setelah 3 bulan, jika terjadi kegoyahan maka pemakaian retainer diperpanjang 3 bulan lagi. Jika
mobilitas hilang, maka jika keluar rumah dilepas, cek dan pemakaian kembali. Jika terasa sesak
maka diperpanjang lagi dan kontrol tiap bulan. Jika tidak sesak, maka alat dilepas jika keluar
rumah.
c.Jika tidak sesak, maka dipakai pada malam hari dan kontrol 3 bulan berikutnya. Jika tidak ada
perubahan, maka pemakaian retainer dihentikan. Jika ada perubahan, maka pemakaian
diperpanjang 3 bulan lagi dan kontrol tiap bulan.
Rahang Bawah :
Rahang Atas
Klamer Adamdengan
kawat berdiameter
0,7 mm
Klamer Adamdengan
kawat berdiameter
0,7 mm