Anda di halaman 1dari 9

DATA PASIEN

1. Nama : Diisi nama lengkap sesuai dengan Kartu Tanda Pengenal (KTP).
2. Umur : Diisi sesuai umur pasien saat pemeriksaan
3. Alamat/Tlp : Diisi sesuai dengan KTP dan ditulis lengkap sampai tingkat
kabupaten/kota atau alamat tinggal saat ini yang mudah dijangkau
4. Nama Mahasiswa : Diisi nama lengkap mahasiswa yang merawat
5. NIM : Diisi dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) yang merawat
6. No. RM : (BERDASARKAN PEDOMAN NOMOR REKAM MEDIK
GIGI UMUM RSGM UNSRAT)
Contoh : No. Rekam Medik : W 1234 11 2019
• Nama : Yobel Woran (memiliki marga)
•W : Huruf awal dari Marga
• 1234 : Nomor pendaftaran
• 11 : Bulan pendaftaran (November)
• 2019 : Tahun pendaftaran
PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
1. Kesehatan Umum : Ditanyakan pada pasien kondisi kesehatan saat ini serta riwayat
penyakit.
2. Keluhan Utama : Diisi dengan keluhan terpenting yang membawa pasien meminta
pertolongan ke rumah sakit gigi dan mulut yang biasanya dituliskan secara singkat
beserta frekuensi lama sakitnya. Informasi ini didapatkan dari hasil wawancara dengan
pasien. Hal-hal yang ditanyakan:
 Lokasi : tempat keluhan tersebut dirasakan dan penjalarannya
 Kualitas : bagaiman jenis atau sifat keluhan
 Kuantitas : seberapa hebatnya keluhan tersebut
 Onset : sejak kapan keluhan pertama kali dirasakan
 Durasi : lama dan perkembangan keluhan
Contoh : Pasien datang ke rumah sakit gigi dan mulut dengan keluhan kesulitan
mengunyah makanan karena gigi sebelah kanan atas banyak yang hilang sehabis cabut
gigi 2 bulan yang lalu sehingga makanan tidak terlumat dengan baik
3. Riwayat yang berhubungan dengan gigi
a. Lama tidak bergigi :..... tahun ..... bulan
Pertanyaan yang dapat diberikan : “Sejak kapan kehilangan gigi?”
b. Terakhir cabut gigi :..... tahun ..... bulan
Pertanyaan yang dapat diberikan : “Kapan terakhir kali cabut gigi?”
c. Sebab pencabutan gigi : ..........................
Pertanyaan yang dapat diberikan : “Kenapa cabut gigi?”
Ket : Diisi sesuai hasil wawancara dengan pasien
4. Pernah/ Belum Memakai Gigi Tiruan
a. GTS/GTL RA :..... tahun ..... bulan, untuk yang ke....
b. GTS/GTL RB :..... tahun ..... bulan, untuk yang ke....
c. GTC RA/RB :..... tahun ..... bulan
d. Pengalaman GTS/GTL RA: baik/tidak baik, ket.......
GTS/GTL RA: baik/tidak baik, ket.......
GTC RA/RB: baik/tidak baik, ket.......
e. Pemeriksaan gigi tiruan yang sudah ada
GTSL/GTL/GTC RA: Baik/tidak baik*, ket.......
GTSL/GTL/GTC RB: Baik/tidak baik*, ket.......

PEMERIKSAAN OBYEKTIF
Status lokal
1. Luar mulut /Ekstraoral
a. Sendi kanan : bengkak / tidak bengkak / sakit / tidak sakit / crepitasi / clicking*
Sendi kiri : bengkak / tidak bengkak / sakit / tidak sakit / crepitasi / clicking*
Pemeriksaan TMJ
 INSPEKSI: pemeriksaan secara visual
 PALPASI: pemeriksaan dilakukan dengan meraba daerah sekitar TMJ pasien, apabila
terdapat sesuatu yang abnormal seperti benjolan atau fluktuasi, maka kemungkinan
terdapat kelainan pada TMJ nya
 AUSKULTASI: dilakukan dengan menggunakan alat bantu stetoskop. Letakkan
stetoskop pada daerah tragus, kemudian dengarkan dengan seksama apakah terdapat
bunyi (berupa klik, krepitasi atau yang lainnya) yang abnormal atau tidak.

b. Pembukaan mulut : besar / sedang / kecil*


Pasien diinstruksikan membuka mulut lebar kemudian diukur menggunakan jangka
sorong jarak interinsisal dari tepi insisal central rahang atas ke rahang bawah dalam
satuan mm. Untuk perempuan jarak normal nya 35 mm dan pria 40 mm.
c. Gerakan protusif : Lancar/tidak lancar
Gerakan lateral kanan : Lancar/tidak lancar
Gerakan lateral kiri : Lancar/tidak lancar
Gerakan Protusif adalah gerakan yang dihasilkan dari gerak bolak – balik rahang bawah
ke anterior dan posterior, pada posisi edge to edge ke posisi sentrik atau sebaliknya
Gerakan lateral timbul pada saat Rahang Bawah bergerak - posisi kontak oklusi eksentrik
ke posisi sentrik atau sebaliknya
Pemeriksaan : Pasien diinstruksikan untuk mengerakan rahang bawah kearah depan dan
belakang serta kanan dan kiri, kemudian dilihat apakah terdapat hambatan selama
pergerakan atau tidak.
d. Bibir : Simetris/asimetris;
panjang/sedang/pendek;
kuat/sedang/lemah
Pemeriksaan
 Bentuk bibir diperiksa secara visual dengan cara menarik garis median wajah yang
terletak pada titik glabella-subnasion-pogonion, kemudian bandingkan dan amati bentuk
bibir bagian kanan dan kiri. Adapun titik landmark pada bibir yang dapat dijadikan
panduan yakni : titik lip upper line , titik chelion, titik stomion, dan titik lip lower line
 Ukuran bibir diperiksa secara visual dengan menarik garis vertikal imaginer interpupil
dan garis vertikal imaginer alae nasi. Bila, ip < C > al = normal, al < C > ip = panjang, al
> C < ip < al = pendek.
 Tonus otot diperiksa menggunakan kaca mulut yang diletakkan di dasar vestibulum,
kemudian pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan penelanan, lalu dirasakan
kekencangan ototnya. Bila otot terasa kencang = hipertonus, normal = sedang, dan lemah
= hipotonus. Dapat pula diperiksa dengan menginstruksikan pasien untuk melakukan
gerakan penelanan, lalu amati secara visual.
(1) Kuat, bila saat melakukan gerakan penelanan bibir atas dan bibir bawah pasien mengatup
dengan mudah dan bibir telihat tebal.
(2) Sedang, bila saat melakukan gerakan penenlanan, tidak terlihat adanya
kontraksi/kesulitan pada pasien dan bibir seakan-akan terlihat normal (tidak sedang
melakukan gerakan penelanan).
(3) Lemah, bila saat melakukan gerakan penelanan pasien terlihat kesulitan mengatupkan
bibir atas dan bawahnya, terlihat adanya kontraksi

2. Dalam mulut/intraoral
a. Bentuk lengkung RA : Persegi/Lonjong/Lancip
Bentuk lengkung RB : Persegi/Lonjong/Lancip
Pemeriksaan
Dilakukan pemeriksaan secara visual dengan melihat secara langsung ke dalam rongga mulut
pasien maupun menggunakan model studi.
(1)Persegi, apabila bentuk lengkung anterior (dari C-C) sama besar dengan bentuk lengkung
bagian posterior dan memiliki sisi yang sejajar.
(2)Lonjong, apabila bentuk lengkung anterior (C-C) dan bentuk lengkung posterior
melengkung.
(3)Lancip, apabila bentuk lengkung anterior (C-C) lebih kecil dibandingkan bentuk lengkung
posterior maka, berbentuk lancip.
b. Ukuran lengkung RA : Besar/sedang/kecil
Ukuran lengkung RB : Besar/sedang/kecil
Pemeriksaan
Dilakukan ketika melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah. Ukuran sendok cetak
yang digunakan dapat dijadikan patokan ukuran lengkung rahang yang dimiliki pasien.
(1) Besar : menggunakan sendok cetak no. 1.
(2) Sedang : menggunakan sendok cetak no.2.
(3) Kecil : menggunakan sendok cetak no.3. Semakin besar ukuran lengkung semakin baik
untuk kemantapan gigi tiruan.
c. Bentuk linggir RA : persegi/lonjong/lancip/bulbous
Bentuk linggir RB : persegi/lonjong/lancip/bulbous
Pemeriksaan
Dilakukan secara visual dengan mengamati bentuk linggir pasien.
(1)Persegi, bila linggir pada permukaan labial/bukal sejajar permukaan lingual/palatal.
(2)Lonjong, bila linggir membulat bentuknya dan tidak sama rata /sejajar permukaan
labial/bukal dengan lingual/palatal.
(3)Lancip, bila linggir berpuncak sempit dan tajam seperti pisau.
(4)Bulbous, bila linggir membesar/melebar dipuncaknya dan terdapat leher/gerong. Bentuk
persegi paling menguntungkan karena sisi sejajar dapat menahan daya ungkit dan perpindahan
pada gigi tiruan sedangkan bentuk lancip dapat menimbulkan rasa sakit sehingga pembuatan
gigi tiruan nantinya harus dibuat dengan baik serta rapat agar dapat mencegah hal tersebut
d. Ukuran linggir RA : tinggi/ sedang/rendah
Ukuran linggir RB : tinggi/sedang/rendah
Pemeriksaan
Dilakukan menggunakan kaca mulut no.3. kaca mulut dimasukan kedalam vestibulum rahang
atas sampai di dasar forniks. Kemudian dilihat tinggi linggir pada rahang atas maupun pada
rahang bawah.
(1)Tinggi, apabila seluruh kaca mulut terbenam dan sama tinggi dengan linggir.
(2)Sedang, apabila ½ bagian kaca mulut yang terbenam dan
(3)Rendah, apabila kurang dari ½ kaca mulut yang terbenam. ketinggian linggir dapat
mempengaruhi kekokohan dan kemantaan gigi tiruan.
e. Hubungan RA – RB : Normal/retrognatik/prognatik
Pemeriksaan
Menginstruksikan pasien pada keadaan posisi istirahat kemudian jari telunjuk diletakan pada
dasar vestibulum anterior RA dan ibu jari pada dasar vestibulum RB. Kemudian digerakan
secara vertikal dan dilihat hubungan puncak linggirnya.
(1) Normal, apabila ujung kedua jari terletak segaris vertikal, atau linggir rahang atas berada
sejajar dengan linggir rahang bawah,
(2) Retrognatik, apabila linggir rahang bawah terletak lebih ke anterior dari rahang atas
(3) Prognatik, apabila linggir rahang bawah terletak lebih ke posterior dari rahang atas.
Pemeriksaan ini berguna memberi pedoman untuk penyusunan gigi dengan tidak menganggu
estetik.
f. Kesejajaran linggir RA/RB : Sejajar/konvergen/divergen
Pemeriksaan
Dilakukan dengan keadaan pasien dalam posisi istirahat, kemudian dilihat secara visual
kesejajaran puncak linggir rahang atas dengan rahang bawah baik di regio anterior maupun di
regio posterior.
(1)Sejajar, apabila jarak puncak linggir rahang atas dan rahang bawah di region anterior sama
dengan di region posterior,
(2)Konvergen, apabila jarak puncak linggir rahang atas dan rahang bawah di region anterior
lebih kecil daripada di region posterior
(3)Divergen, apabila jarak puncak linggir rahang atas dan rahang bawah di region anterior
lebih besar daripada di region posterior. Kegunaan pemeriksaan ini untuk menentukan
panjang gigi dalam arah vertikal.
g. Ruang antarmaksila : Besar/sedang/kecil
Pemeriksaan
Ruang antar maksila merupakan ruang antara rahang atas dan bawah, ketika rahang bawah
dalam posisi istirahat. Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur jarak dari prosesus alveolaris
rahang atas ke prosesus alveolaris rahang bawah menggunakan kaliper.
Hasil pengukuran yang normal akan menunjukkan nilai 10-15 mm. hasil pengukuran ruang
antar maksila:
(1) Besar, apabila diperoleh jarak > 15 mm,
(2) Sedang, apabila diperoleh jarak 10-15 mm
(3) Kecil, apabila diperoleh jarak < 10 mm.
h. Ruang antar alveolar : Besar/sedang/kecil
Pemeriksaan
Dilakukan dengan menginstruksikan pasien dalam posisi istirahat kemudian diukur
menggunakan jangka sorong puncak alveolar rahang atas ke puncak alveolar rahang bawah.
(1) Besar: bila jarak puncak alveolar rahang atas ke puncak alveolar rahang bawah > 15 mm,
(2) Sedang: bila jarak puncak alveolar rahang atas ke puncak alveolar rahang bawah 10-15
mm,
(3) Kecil, bila jarak puncak alveolar rahang atas ke puncak alveolar rahang bawah < 10 mm.
i. Tuberositas kanan : Besar/sedang/kecil
Tuberositas kiri : Besar/sedang/kecil
Pemeriksaan
Dilakukan menggunakan kaca mulut no. 3 yang diletakkan tegak lurus pada bagian
vestibulum.
(1)Besar, apabila seluruh kaca mulut terbenam
(2)Sedang, apabila ½ kaca mulut yang terbenam
(3)Kecil, apabila kurang dari ½ kaca mulut yang terbenam
j. Exostosis : Ada/tidak ada
Pemeriksaan
Exositosis merupakan tonjolan tulang pada prosesus alveolaris yang disebabkan karena
tindakan pencabutan gigi, bagian ini bila diraba terasa sakit dan tidak dapat digerakan.
Pemeriksaannya dengan cara melakukan palpasi pada seluruh permukaan linggir baik di
region anterior maupun posterior.
k. Torus palatina : Ada/tidak ada
Torus mandibula : Ada/tidak ada
Pemeriksaan
Torus palatina merupakan tonjolan tulang pada garis tengah palatum sedangkan torus
mandibular merupakan tonjolan tulang pada dasar mulut yang biasanya terletak di region P1
dan P2 rahang bawah. Pemeriksaan dilakukan menggunakan instrument burnisher dengan
menekan beberapa tempat sehingga dapat dirasakan perbedaan kekenyalan jaringan.
l. Palatum lunak : Kelas I/II/III, Gerakan Aktif/sedang/pasif
Pemeriksaan
Dilakukan dengan cara pasien diminta untuk mengucapkan huruf A secara berulang kali
kemudian dengan kaca mulut lidah di tekan kemudian diamati kurva getar/kurva A yang
terletak di daerah perbatasan antara palatum keras dengan palatum lunak. Lalu secara visual
dapat ditentukan lereng landasan dari palatum lunaknya.
(1)Klas I, apabila lereng landasan palatum mole rendah,
(2)Klas II, apabila lereng landasan palatum mole sedang atau > 30°
(3)Klas III, apabila lereng landasan palatum panjang atau menyentuh kerongkongan dengan
sudut > 60°. Untuk pemeriksaan gerakan palatum lunak dikategorikan
(1) aktif, apabila gerakannya cepat,
(2) sedang, apabila gerakannya stabil atau continuous, dan
(3) pasif, apabila gerakannya lamban atau cendrung tidak bergerak.
m. Perlekatan otot labial RA : Dalam/sedang/dangkal
Perlekatan otot bukal Ka. : Dalam/sedang/dangkal
Perlekatan otot bukal Ki. : Dalam/sedang/dangkal
Perlekatan otot labial RB : Dalam/sedang/dangkal
Perlekatan otot lingual : Dalam/sedang/dangkal
Perlekatan otot bukal Ka. : Dalam/sedang/dangkal
Perlekatan otot bukal Ki. : Dalam/sedang/dangkal
Pemeriksaan :
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no.3 kemudian dimasukan kedalam vestibulum
labial, bukal, dan pada bagian lingual arah vertikal tegak lurus. Kemudian diangkat dan
diamati kedalaman perlekatan otot nya.
(1) Dalam, apabila seluruh kaca mulut terbenam
(2) Sedang, apabila ½ kaca mulut yang terbenam
(3) Rendah, apabila kurang dari ½ kaca mulut yang terbenam.
n. Frenulum labialis RA : Tinggi/Sedang/Rendah
Frenulum bukalis Ka. : Tinggi/Sedang/Rendah
Frenulum bukalis Ki. : Tinggi/Sedang/Rendah
Frenulum labialis RB : Tinggi/Sedang/Rendah
Frenulum lingualis : Tinggi/Sedang/Rendah
Frenulum bukalis Ka. : Tinggi/Sedang/Rendah
Frenulum bukalis Ki. : Tinggi/Sedang/Rendah

Pemeriksaan :
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no.3 kemudian dimasukan kedalam vestibulum
labial, bukal, dan pada bagian lingual arah vertikal tegak lurus. Kemudian bagian labial,
bukal, dan lingual di retraksi hingga terlihat dengan jelas perlekatan frenulumnya.
(1) tinggi, apabila perlekatan frenulum hampir sampai ke puncak linggir
(2) sedang, apabila perlekatan frenulum berada ditengah antara puncak linggir dengan
mukobukal fold, dan
(3) rendah, apabila perlekatan frenulum berada pada mukobukal fold.
o. Tahanan jaringan linggir : Flabby/Tinggi/Rendah
Pemeriksaan
Dilakukan menggunakan burnisher/kaca mulut dengan cara menekan daerah ridge edentolus
pada bagian anterior dan posterior.
(1) Burnisher tidak terlalu terbenam dan mukosa terlihat pucat -> mukosa keras; tahanan
jaringan rendah
(2) Burnisher bisa ditekan lebih dalam -> mukosa lunak; tahanan jaringan tinggi
(3) Mukosa bergerak pada arah bukolingual saat ditekan menggunakan burnisher -> Flabby
p. Bentuk palatum : Persegi/Lonjong/lancip
Kedalaman palatum : dalam / sedang / dangkal*
Pemeriksaan
Bentuk palatum diperiksa secara visual dengan mengamati bentuk lengkung palatum.
(1)Persegi, apabila bentuk lengkung/dinding palatum sejajar kedua sisinya
(2)Lonjong, apabila bentuk lengkung/dinding palatum membulat di kedua sisinya
(3)Lancip, apabila bentuk dasar palatum meruncing dan menonjol ke bagian dalam arah
vertikal dan membesar ke bagian bawah.
Pemeriksaan
Kedalaman palatum dilakukan mengunakkan kaca mulut no.3.
(1) dalam, apabila seluruh kaca mulut terbenam
(2) sedang, apabila ½ kaca mulut yang terbenam, dan
(3) rendah, apabila kurang dari ½ kaca mulut yang terbenam.
q. Retromylohyoid : dalam / sedang / dangkal*
Pemeriksaan
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no. 3 diletakan arah vertikal tegak lurus hingga
ke dasar mulut.
(1) dalam, apabila seluruh kaca mulut terbenam,
(2) sedang, apabila ½ kaca mulut yang terbenam, dan
(3) rendah, apabila kurang dari ½ kaca mulut yang terbenam.
r. Ludah, Konsistensi : kental/sedang/encer
Volume ludah : banyak/sedang/sedikit
Pemeriksaan
Cara untuk mengukur konsistensi saliva yakni dengan mengunakan kaca mulut yang
diusapkan ke dalam rongga mulut (dapat diusapkan pada bagian lidah, dasar mulut, dan bukal)
kemudian dilihat secara visual konsistensinya,
(1) kental, apabila konsistensi ludah terlihat liat atau likat,
(2) sedang, apabila terdapat buih-buih/gelembung-gelembung pada ludah,
(3) encer, apabila konsistensi ludah cair.
Volume ludah dapat diketahui ketika melakukan pencetakan atau melalui sapuan kaca mulut
serta instruksi meludah yang diberikan kepada pasien. Volume ludah dikategorikan menjadi
banyak, sedang, dan sedikit.
s. Refleks muntah : besar/kecil
Refleks muntah dapat diketahui ketika dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah.
Refleks muntah yang besar akan menyulitkan ketika dilakukan pencetakan.
Adapun cara mengurangi refleks muntah yang besar yaitu dengan menginstruksikan pasien
untuk berkumur air dingin, menyemprotkan cairan anastetikum ke daerah paltum mole
pengalihan melalui hipnosis maupun melakukan komunikasi yang baik antara dokter pasien
agar pasien merasa nyaman.
t. Lidah, Ukuran : Besar/sedang/kecil
Gerakan lidah : Aktif/sedang/pasif
Pemeriksaan
Dilakukan secara visual dengan mengamati ukuran dan gerakan lidah pasien.
(1)Besar, apabila menutupi dasar mulut dan juga prosesus alveolaris yang telah ditinggali gigi-
giginya
(2)Sedang, apabila lidah tidak berlebihan mengisi lengkung gigi, tepi lateral lidah berkontak
dengan permukaan linggir posterior dan ujung lidah berada sedikit di bawah tepi linggir
anterior,
(3)Kecil, apabila ukuran lidah lebih kecil dari lengkung linggir dan terletak lebih kebawah
hingga ke dasar mulut.
Gerakan lidah dapat diperiksa dengan cara menyentuhkan instrument tertentu ke salah satu
bagian lidah. Lidah yang aktif akan peka dan melakukan gerakan yang aktif.
(1) aktif, apabila lidah bergerak dengan cepat dan sulit dikendalikan,
(2) sedang, apabila gerakan dapat dikendalikan dan,
(3) pasif, apabila gerakan lamban dan cendrung tanpa gerakan.

Diagnosa Klinik Missing teeth : 18, 17, 16,15,14,11,22,24,26,28,38,37,36,46,47,48


Perawatan Pendahuluan Gigi 27 : Pro bedah mulut – ekstraksi (Pulpitis Irrevesible) Gigi
33,32,31,41,42,43 : Pro Periodonsia – Scaling
Klasifikasi Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Rahang atas : Kelas I Applegate Kennedy mod.
2A Rahang bawah : Kelas I Applegate Kennedy
Indikasi Perawatan Rahang atas : Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik desain bilateral
Rahang bawah : Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Akrilik desain bilateral
Desain Gigi Tiruan

Anda mungkin juga menyukai