Anda di halaman 1dari 17

KEPANITERAAN KLINIK

ORTHODONTI (BLOK 1)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG

Pasien ke :3
No. Model :
Nama Pasien : Tiara Bistya Astari
Operator : Wilda Noor Izzati Muslim
No. Mahasiswa : 31101300396
Pembimbing : drg. Grahita Aditya, Sp. Orth
I. IDENTITAS
1. No. Rekam Medis : 20517
2. No. Model Studi :
3. Nama Pasien : Tiara Bistya Astari
4. Suku : Jawa
5. Umur : 23 tahun
6. Jenis Kelamin : Perempuan
7. Pekerjaan : Mahasiswa
8. Alamat : Pati
9. Nomor Telepon : 081277049437
10. Nama Ayah : Zaenal Arifin Suku : Jawa
11. Nama Ibu : Erma Suryani Suku : Jawa
12. Alamat Orang Tua : Pati

II. WAKTU dan JENIS PERAWATAN


1. Pendaftaran : 14 November 2018
2. Pencetakan : 14 November 2018
3. Pemasangan alat :
4. Retainer :
5. Jenis Alat : Removable orthodonti

III.PEMERIKSAAN KLINIS
A. Pemeriksaan Subjektif (Anamnesis) :
 Keluhan utama : gigi rahang atas depan kurang rapi
 Riwayat kesehatan :
a) Kesehatan Umum : Baik
b) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi :
 Periode Gigi Susu : dtak
 Gigi bercampur : dtak
 Gigi permanen : gigi rahang atas depan sedikit berjejal, gigi tidak ada
yang lubang
 Kebiasaan jelek (bad habit) yang berkaitan dengan keluhan pasien : dtak
 Riwayat Keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien : dtak

B. Pemeriksaan Objektif
1. Umum :
 Status gizi :
Indeks Masa Tubuh = BB (kg) X 100 = 52 x 100 = 20,3
TB2 (m) (1,60)2
Status gizi : Kurang Normal  Lebih
Kategori : Kurus  Lebih  Gemuk Normal

2. Lokal :
a) Ekstra Oral :
 Bentuk Kepala :
Indeks kepala = Lebar kepala x 100
Panjang kepala
= 15x 100 = 77

2
19,5
Kesimpulan bentuk kepala :
 Dolikosefali  Mesosefali Brakisefali
 Bentuk Wajah :
Indeks Wajah = Tinggi wajah x 100 = 10,3 x 100 = 87,2
Lebar Wajah 11,8
Kesimpulan bentuk muka
 Hipereuriprosop  Euriprosop  Mesoprosop
 Leptoprosop  Hiperleptoprosop
 Analisa Proporsi wajah

b
c
d

(Tampak Depan) (Tampak Samping)


Ket: a. Glabella
b. Bibir atas
c. Bibir bawah
d. Pogonion

Kesimpulan : Simetris / Asimetris


Profil wajah Cembung/Lurus/Cekung*

 Sendi Temporomandibular (TMJ) : normal


 Bibir posisi istirahat : kompeten
 Free way space : 3 mm
 Path of closure : normal

b. Intra Oral :
 Kebersihan rongga mulut pasien : OHIs : baik
 Lidah : normal
 Palatum : normal
 Gingiva : normal
 Mukosa : normal
 Frenulum :

3
 Frenulum Labii Superior : normal
 Frenulum Labii Inferior : normal
 Frenulum Lingualis : normal
 Pola atrisi : normal
 Fonetik : normal
 Pemeriksaan Gigi-gigi :
Rumus gigi-gigi :

V IV III II I I II III IV V

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

V IV III II I I II III IV V

Keterangan :
K : Karies R : Radiks T : Tumpatan
X : dicabut P : Persistensi O : Belum erupsi
Im : impaksi Ag : Agenese B : Bridge (GTC)
I : Inlay J : Jaket En : Per. Endo
3. Sefalometri
a) Foto Sefalometri

4
b) Analisis Sefalometri
No Jenis Pengukuran Normal Pasien Ket
STEINER
1 SNA 820 850 >N
2 SNB 800 820 >N
3 ANB 20 40 >N
Mandibular Plane Angle
4 320 350 >N
(SN-MP)
5 I-NA (mm) 4 mm 4 mm N
6 I-NB (mm) 4 mm 6 mm >N
7 S-Line 0 mm 5 mm >N
DOWN
Angle of convexity
8 -8.50 - 100 40 N
(Na-A & A-Pog)
Facial Angle
9 820 – 950 870 N
(FHP-N.Pog)
10 I-Apog (-1) - 5 mm 11,5 mm >N
11 I-MP 81.50 – 970 990 >N
12 Inter I 1300 – 150.50 1120 <N
Keterangan :
1) SNA lebih dari normal berarti kedudukan maksila terhadap cranium protrusif
2) SNB lebih dari normal berarti kedudukan mandibula terhadap cranium protrusif
3) ANB lebih dari normal berarti hubungan maksila dan mandibula menunjukan relasi
skeletal klas II
4) Mandibular Plane Angle lebih dari normal berarti wajah panjang dengan pola
pertumbuhan wajah ke arah vertikal
5) I-NA normal berarti inklinasi gigi-gigi incisivus RA normal
6) I-NB lebih dari normal berarti inklinasi gigi-gigi incisivus RB protrusif
7) S-Line lebih dari normal berarti posisi bibir atas dan bibir bawah pasien di depan garis S
berarti bibir pasien protusif
8) Angle of convexity normal berarti kecembungan skeletal hubungan maksila dan
mandibula normal
9) Facial Angle (FHP-N.Pog) normal
10) I-Apog lebih dari normal berarti posisi gigi insisivus atas terhadap profil skeletal atas
protrusif
11) I-MP lebih dari normal berarti inklinasi insisivus bawah terhadap bidang mandibular
dalam keadaan protusif

5
12) Inter I kurang dari normal berarti posisi antara gigi insisivus rahang atas dan insisivus
rahang bawah retrusif
Kesimpulan : Hubungan skeletal klas II dengan kedudukan mandibula terhadap cranium
protrusif disertai pola pertumbuhan wajah ke arah vertikal dan inklinasi gigi insisivus
rahang atas normal dan inklinasi gigi incisivus rahang bawah protrusif, posisi gigi insisivus
atas terhadap profil skeletal atas protrusif, posisi antara gigi insisivus rahang atas dan
insisivus rahang bawah retrusif serta posisi bibir atas dan bibir bawah protrusif.

4. Analisis Model Studi


a) Foto Model Gigi dari arah oklusal

Bentuk lengkung gigi


o RA : ovoid dan simetris
o RB : tapered dan simetris
b) Lebar mesiodistal gigi geligi
Rahang atas
Gigi KANAN KIRI NORMAL KETERANGAN
1 8,9 mm 9 mm 7,4 – 9,75 mm N
2 7,9 mm 7,5 mm 6,05 – 8,10 mm N
3 6,9 mm 8 mm 7,05 – 9,32 mm N
4 8 mm 8,1 mm 6,75 – 9,00 mm N
5 7,3 mm 7 mm 6,00 – 8,10 mm N
6 10,2 mm 10 mm 9,95 – 12,1 mm N
Jml 49,2 mm 49,6 mm TOTAL 98,8 mm

6
Rahang bawah
Gigi KANAN KIRI NORMAL KETERANGAN
1 5,2 mm 5,4 mm 4,97 – 6,60 mm N
2 6,5 mm 6,5 mm 5,45 – 6,85 mm N
3 7,1 mm 7 mm 6,15 – 8,15 mm N
4 7,4 mm 8,3 mm 6,35 – 8,75 mm N
5 7 mm 7,4 mm 6,80 – 9,55 mm N
6 11,6 mm 11,7 mm 10,62 – 13,05 mm N
Jml 44,8 mm 46,3 mm TOTAL 91,1 mm

c) Analisis model studi


 Overjet 11
= 2 mm
41

21
= 2,1 mm
31

 Overbite 11
= 1,5 mm
41

21
= 1,5 mm
31
 Relasi molar pertama permanen :
Kanan : Klas I Kiri : Klas I
Klas II Klas II
Klas III Klas III

 Relasi Kaninus :
Kanan : Klas I Kiri : Klas I
Klas II Klas II
Klas III  Klas III

 Klasifikasi Angle :
Klas I Dewey Tipe 1
Klas II
 Klas III

 Kurve of spee : normal

 Garis median

7
Rahang Atas - normal Rahang bawah - normal
- ke kiri : - - ke kiri : 2 mm
- ke kanan : - - ke kanan : -
 Malrelasi :
 Open bite anterior/posterior, keterangan : open bite posterior kiri dari I2-P2
 Edge to edge bite
 Cusp to cusp bite
 Deep bite
 Cross bite anterior/posterior
 Scissor bite
 Lain-lain
 Malposisi gigi individual
o Rahang atas :
- 12 : Distolabio torsiversi
- 11 : Mesiopalato torsiversi
- 21 : Mesiopalato torsiversi
- 22 : Distopalato torsiversi
- 23 : Distopalato torsiversi
o Rahang bawah :
- 43 : Distolinguo torsiversi

d) Perhitungan-perhitungan
Metode Pont:
Jumlah mesiodistal 21 12 = 33,3 mm
Jarakdistal pit 14-24 (pasien) = 40,2 mm
Jaraksentral fossa 16-26 (pasien) = 50,9 mm
Indeks Pont 14 – 24 = jml MD 12 11 21 22 X 100 = 33,3X 100 = 41,6 mm
80 80

Indeks Pont 16 – 26 = jml MD 12 11 21 22 X 100 = 33,3X 100 = 52,03 mm


64 64
Penderita Pont Selisih
14 – 24 40,2 mm 41,6 mm -1,4 mm

16 – 26 50,9 mm 52,03 mm -1,13 mm

Kesimpulan :
1. P1 – P1 : Lengkung rahang mengalami kontraksi derajat ringan
2. M1 – M1 : Lengkung rahang mengalami kontraksi derajat ringan

Metode Korkhous
Jumlah mesiodistal 12 11 21 22 : 33,3 mm
Jarak I-(P1-P1) pengukuran : 17,4 mm
Jarak I-(P1-P1) berdasarkan tabel korkhous : 19 mm
Diskrepansi : 1,6 mm
Kesimpulan : Pertumbuhan dan perkembangan
lengkung gigi ke arah anterior
mengalami retraksi sebesar 1,6 mm

8
Metode Howes
Jumlah lebar mesiodistal 16-26 : 98,8 mm
Jarak puncak tonjol bukal 14-24 : 44 mm
Jarak interfossa canina : 40,5 mm -
Selisih : 3,5 mm
Indeks FC : Jarak IFC X 100% : 40,5 X 100 % : 41 %
Jml md 16-26 98,8
Indeks P : Jarak 14-24 X 100 % : 44 X 100 % : 44,53 %
Jml md 16-26 98,8

Kesimpulan :
1. Indeks P >43 % berarti lengkung gigi cukup untuk menampung gigi
2. Indeks FC <44% berarti lengkung basal kurang untuk menampung gigi geligi
3. Inklinasi gigi posterior divergen ke arah oklusal

e) Determinasi Lengkung Gigi

Keterangan :
Hijau : lengkung gigi
Merah : lengkung ideal
Overjet awal : 2,6 mm
Overjet akhir : 2,8 mm

Rahang Atas Rahang Bawah

Rahang Atas Rahang Bawah


Kiri Kanan Kiri Kanan
Panjang Lengkung Ideal 47,1 47,5 44,7 44,4
Jumlah mesiodistal 49,6 49,2 46,3 44,8
Diskrepansi - 2,5 -1,7 -1,6 -0,4

9
Kesimpulan : Terdapat kekurangan ruang pada rahang atas sebesar 4,2 mm dan rahang
bawah sebesar 2 mm sehingga sehingga lengkung ideal RA dan RB tidak mampu
menampung

Analisa Carey :

 Apabila kekurangan ruang tiap lengkung didapatkan >½ lebar mesiodistal gigi P1
maka pencabutan pada gigi P1 pada sisi tersebut.

 Apabila kekurangan ruang tiap lengkung didapatkan >¼ sampai½ lebar mesiodistal
gigi P1 maka :
 pencabutan pada gigi P1 pada salah satu sisi jika ada pergeseran median line.
 Pencabutan dua gigi P2 kanan dan kiri jika lengkung gigi simetris.
 Ekspansi kombinasi grinding mesiodistal gigi jika lengkung gigi kontraksi.
 Apabila kekurangan ruang tiap lengkung didapatkan <1/4 lebar mesiodistal gigi P1
maka :
 Penggrindingan lebar mesiodistal gigi anterior jika pasien tidak rentan karies.
 Ekspansi jika lengkung gigi kontraksi.
Kesimpulan : Menurut analisa carey, lengkung gigi pada rahang atas termasuk
1/2 lebar mesiodistal gigi P1 maka dapat dilakukan Ekspansi kombinasi grinding
mesiodistal gigi jika lengkung gigi kontraksi dan gigi rahang bawah termasuk
<1/4 lebar mesiodistal gigi P1 maka dilakukan grinding.

5. Data Penunjang
a) Analisis Fotografi

10
b) Pemeriksaan Ronsen (OPG)

Keterangan :
1. Impaksi : Ada, Keterangan : gigi 28
2. Fraktur : Tidak ada
3. Supernumerary : Tidak ada
4. Agenese : Tidak ada
5. Lain lain : Tidak ada
6. Diagnosis Orthodontik
Maloklusi Angle Klas I Dewey Tipe I, hubungan skeletal klas II dengan kedudukan
maksila terhadap cranium prognati dan mandibula terhadap cranium prognati disertai
pola pertumbuhan wajah ke arah vertikal dan inklinasi gigi insisivus rahang atas normal
dan inklinasi gigi insisivus rahang bawah protrusif, posisi gigi insisivus atas terhadap

11
profil skeletal atas protrusif, posisi antara gigi insisivus rahang atas dan insisivus
rahang bawah retrusif, posisi bibir atas dan bibir bawah protrusif dan pergeseran garis
median rahang bawah kekiri 1 mm di sertai
 Malposisi gigi individual :
o Rahang atas :
- 12 : Distolabio torsiversi
- 11 : Mesiopalato torsiversi
- 21 : Mesiopalato torsiversi
- 22 : Distopalato torsiversi
- 23 : Distopalato torsiversi
o Rahang bawah :
- 43 : Distolinguo torsiversi

7. Analisis Etiologi Maloklusi


a. Maloklusi klas I tipe 1 terjadi kemungkinan karena kebiasaan buruk waktu kecil
menghisap ibu jari ± 3 tahun (balita – TK) frekuensi kadang-kadang dengan
intensitas kuat
b. 12 : Distolabio torsiversi terjadi kemungkinan karena premature loss gigi 12
c. 11: Mesiopalato torsiversi terjadi kemungkinan karena premature loss gigi 11
d. 21: Mesiopalato torsiversi terjadi kemungkinan karena premature loss gigi 21
e. 22: Distopalato torsiversi terjadi kemungkinan karena premature loss gigi 22
f. 23: Distopalato torsiversi terjadi kemungkinan karena premature loss gigi 23
g. 43: Distolinguo torsiversi terjadi kemungkinan karena premature loss gigi 43

8. Prosedur Perawatan
a) Rencana Perawatan
O Observasi O Preventif O Interseptif O Korektif
Tahap-tahap yang akan dilakukan dalam proses perawatan adalah sebagai berikut:
1. Instruksi dan memotivasi pasien serta memberi penjelasan tentang perawatan
ortodontik
2. Pencarian ruang, pemanfaatan ruang atau distribusi ruang
3. Koreksi lengkung gigi dan koreksi malposisi gigi individual
4. Penyesuaian oklusi
5. Pemasangan retainer
b) Jalannya perawatan

12
1. Memberikan penjelasan kepada pasien dan gambaran tentang pemakaian alat
ortodontik yang merupakan perawatan yang relatif lama dan memerlukan
kedisiplinan, kooperatifan dan motivasi yang tinggi dari pasien agar
mendapatkan hasil yang memuaskan, selain itu ditekankan kerja sama dokter
dengan pasien dan melakukan kontrol rutin dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan selama perawatan.
2. Analisis Ruang
Berdasarkan perhitungan Howes bahwa lengkung basal tidak untuk
menampung gigi geligi, dengan prosentase indeks FC lebih kecil dari indeks P
disimpulkan bahwa inklinasi gigi posterior divergen ke arah oklusal. Sedangkan
hasil dari perhitungan Korkhous pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi
ke arah anterior mengalami retraksi sebesar 1,6 mm. Setelah gigi geligi disusun
pada lengkung ideal, determinasi lengkung menunjukkan bahwa terdapat
kekurangan ruang pada rahang atas sebesar 4,2 mm dan rahang bawah sebesar 2
mm. Dari analisa carey, pada kasus ini kekurangan ruang 1/2 lebar mesiodistal
gigi P1 maka dapat dilakukan ekspansi kombinasi grinding mesiodistal gigi jika
lengkung gigi kontraksi. Sehingga pada rahang atas akan dilakukan ekspansi
dan grinding pada mesial gigi 13 dan sampai mesial gigi 23 masing-masing
sebanyak 0,5 mm dan pada rahang bawah dilakukan grinding pada mesial-distal
gigi 32, 31, 41 dan 42 sebanyak masing-masing 0,25 mm.
3. Koreksi malposisi gigi individual

RAHANG ATAS :
Dilakukan perawatan dengan :
a. Simpel spring pada gigi 22 dengan diameter kawat 0,6 mm untuk mengkoreksi
gigi pada lengkung ideal.
b. Plat ekspansi
c. Adam Clamer 0,7 mm pada gigi 16 dan 26 sebagi retensi dan stabilisasi
alat.Adam klamer sebagai alat retentif.
d. Labial arch aktif 0,7 mm
e. Base Plat akrilik
Aktivasi
a. Dilakukan grinding gigi 11 dan 21 sebanyak 0,5mm

13
b. Aktivasi simple spring pada gigi 22 untuk koreksi rotasi, alat ini diaktivasi
dengan cara melebarkan simpel springnya menggunakan tang klamer.
c. Aktivasi ekspansi
d. Aktivasi labial arch

Keterangan :
1. Simple spring dengan diameter kawat 0,6 untuk gigi rahang atas.
2. Labial arch dengan diameter kawat 0,7 untuk gigi rahang atas.
3. Adam klamer sebagai alat retentif dengan diameter kawat 0,7 mm.
4. Plat ekspansi
5. Base plate akrilik

RAHANG BAWAH
Dilakukan perawatan dengan plat aktif disertai :
a. Adam Clamer 0,7 mm pada gigi 16 dan 26 sebagi retensi dan stabilisasi
alat.Adam klamer sebagai alat retentive. Klamer ini dapat menghasilkan retensi
maksimal pada embrasure mesial distal gigi permanent molar pertama.
b. Labial arch aktif 0,7 mm untuk meretraksi gigi kearah lingual. Alat ini diaktivasi
dengan cara mengencangkan U loop
c. Base Plat akrilik
Aktivasi
a. Dilakukan grinding mesiodistal gigi 32, 31, 41 dan 42 sebanyak 0,25 mm
b. Aktivasi labial arch

14
Keterangan :
1. Labial arch dengan diameter kawat 0,7 untuk gigi rahang atas.
2. Adam klamer sebagai alat retentif dengan diameter kawat 0,7 mm.
3. Base plate akrilik

4. Penyesuaian oklusi
Dengan menggunakan articulating paper pasien diminta menggigit-gigit
kertas dalam keadaan sentrik dan dalam keadaan berfungsi.Setelah itu dilakukan
pengecekan tonjol oklusal dan tepi insisal gigi.Pada bagian yang berwarna lebih
tebal terdapatnya traumatic oklusi dan pada bagian tersebut dilakukan grinding
dengan diamond bur, kemudian dicek lagi dan dilakukan grinding kembali
sampai warna biru seimbang.Setelah itu dilakukan penghalusan pada gigi yang
telah dilakukan grinding dan aplikasi topikal fluor untuk mencegah terjadinya
karies.
5. Pemakaian retainer
Pemakaian retainer digunakan untuk mempertahankan lengkung yang
telah dikoreksi sampai terjadi kestabilan dalam lengkung yang baru. Di samping
itu pemakaian retainer juga bertujuan untuk menunggu terjadinya pembentukan
tulang alveolar yang baru melalui proses deposisi dan aposisi di sekitar gigi
yang telah digerakkan sehingga menjadi kokoh kembali dan hasil perawatan
tidak relaps.
Retainer yang digunakan adalah retainer tipe Hawley retainer yang berupa:

15
▪ Labial arch pada rahang atas dan bawah dengan kawat berukuran 0,8 mm
dengan U loop pada gigi P1 kanan dan kiri untuk RA dan RB yang tidak
diaktifkan
▪ Adam klamer pada rahang atas dan bawah dengan kawat berukuan 0,7 mm
pada gigi M1 kanan dan kiri untuk RA dan RB sebagai retensi.
Pemakaian retainer dilakukan kurang lebih dalam jangka waktu 12 bulan,
 Pemakaian 3 bulan I: retainer dipakai siang dan malam, dan pada waktu
tidur, baru dilepas pada waktu sikat gigi dan sehabis makan untuk
dibersihkan, dengan waktu kontrol sebulan sekali untuk pengecekan apakah
hasil perawatan berjalan dengan baik.
 Pemakaian 3 bulan II: dilakukan kontrol apakah retainer setiap dipakai
masih sesak, jika sudah tidak sesak pemakaian dihentikan
 Pemakaian 3 bulan III : dikontrol kembali apakah retainer masih terasa sesak
jika masih pemakaian dilanjutkan 3 bulan berikutnya
 Pemakaian 3 bulan IV : jika sudah tidak terasa sesak pemakaian bisa
dihentikan dan dilakukan pengontrolan akhir 3 bulan berikutnya.
Jika retainer sudah tidak terasa sesak, maka pemakaian retainer dapat dihentikan
tanpa harus menunggu jangaka waktu selama 12 bulan.

Retainer

Rahang Atas Rahang Bawah

Keterangan :
1 : Adam klamer sebagai alat retentif dengan diameter kawat 0,7mm
2 :. Labial arch sebagai alat aktif dengan diameter kawat 0,8 mm
3 : Base plate akrilik

16
9. Jenis Perawatan : PROGNOSA : Baik / Sedang / Buruk
Alasan :

 Jaringan Periodontal Pasien Sehat.


 Pola hubungan skeletal
 Riwayat kesehatan baik
 Pasien kooperatif terhadap perawatan
 Keadaan sosial ekonomi menengah ke atas
 Perawatan didukung dan disetujui oleh pasien dan keluarga

Semarang, 2019
Operator

(Wilda Noor Izzati Muslim


, S.Kg)

Telah disetujui oleh pembimbing,

drg. Grahita Aditya, Sp.Ort

17

Anda mungkin juga menyukai