Pasien ke :2
Nama Pasien : YI
Operator : Raisa Rosi
No. Mahasiswa: 21101800026
Pembimbing : drg. Islamy Rahma Hutami, PhD
1
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama Pasien : YI
2. Suku :Jawa
3. Umur : 25 th
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Alamat : Semarang
II. WAKTU dan JENIS PERAWATAN
1. Pendaftaran : 17 November 2020
2. Pencetakan : 17 November 2020
3. Pemasangan Alat :
4. Retainer :
5. Jenis Alat :
III. PEMERIKSAAN KLINIS
A. Pemeriksaan Subyektif (Anamnesis)
▪ Keluhan Utama : Pasien wanita 25 th datang dengan keluhan ingin merapikan
gigi yang berjejal
▪ Riwayat Kesehatan : Pasien dan keluarga pasien tidak ada riwayat penyakit
sistemik dan tidak ada alergi
a) Kesehatan Umum: Baik
b) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Geligi
● Periode gigi susu : tidak ada keluhan dan tidak pernah memeriksakan
gigi ke dokter gigi
● Periode gigi bercampur : tidak ada keluhan dan tidak pernah memeriksakan
gigi ke dokter gigi
● Periode gigi permanen : pernah menambalkan gigi permanen tetapi pasien
lupa gigi yang mana
c) Kebiasaan jelek (bad habbit) yang berkaitan dengan keluhan pasien :
Jenis Durasi Frekuensi Intensitas Posisi Ket
2
Kebiasaan
- - - - - -
d) Riwayat keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien: tidak ada keluarga yang
memiliki kondisi yang sama dengan pasien
B. Pemeriksaan Obyektif
1. UMUM
Status gizi:
Indeks Massa Tubuh: BB(kg)/TB2(m) x 100 = 62/(1,61)2 x 100 = 23,9
Status Gizi : ⬜ Kurang ☑ Normal ⬜ Lebih
Kategori: ⬜ Kurus ☑ Normal ⬜ Gemuk
2. LOKAL
a) Ekstraoral
● Bentuk kepala
Indeks kepala: lebar kepala/panjang kepala x 100 = 122 x 100 =78,7
155
Kesimpulan bentuk kepala:
⬜ Hipo Dolikosefali ☑Mesosefali ⬜Brakisefali (lebar persegi)
⬜ Dolikosefali ⬜Hiper Brakisefali
Klasifikasi indeks kepala :
⮚ Hipo Dolikosefali :< 70,0
⮚ Dolikosefali(kepala panjang sempit) : 70,0 – 74,9
⮚ Mesosefali (kepala sedang) : 75,0 – 79,9
⮚ Brakisefali (kepala lebar persegi) : 80,0 – 84,9
⮚ Hiper Brakisefali : >84,9
● Bentuk wajah
Indeks wajah: tinggi wajah/lebar wajah x 100 = 115 x 100 = 88,4
130
Kesimpulan bentuk wajah
⬜ Hipereuriprosop ⬜ Euriprosop ☑Mesoprosop (sedang)
⬜ Leptoprosop ⬜Hiperleptoprosop
Klasifikasi indeks muka :
3
⮚ Hipo Euriprosop : < 80,0
⮚ Euriprosop(muka pendek,lebar): 80,0 – 84,9
⮚ Mesoprosop (muka sedang) : 85,0 – 89,9
⮚ Leptoprosop(muka tinggi,sempit): 90,0-94,9
⮚ Hiper Leptoprosop : > 94,9
● Analisis proporsi wajah
Hairline
Glabela
Subnasal
comisura
Menton
Kesimpulan: simetris
Keterangan : dari analisa foto profil tampak depan pasien memiliki wajah simetris
● Analisis profil wajah (tampak samping)
4
nasion
Upper lip
Po
5
● Pemeriksaan gigi geligi
V IV III II I I II III IV V
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
V IV III II I I II III IV V
Keterangan:
K: karies R: Radiks T: Tumpatan I: Inlay
X: dicabut P: Persistensi O: belum erupsi J: Jaket
Im: Impaksi Ag: Agenese B: Bridge En: Endodontik
3. Sefalometri
a) Foto Sefalometri
b) Analisis Sefalometri
No Jenis Pengukuran Normal Pasien Keterangan
1 SNA 82o± 2 86o >N,maksila terhadap basis
kraniumprognati
2 SNB 80o± 2 91o >N,mandibula terhadap basis kranium
prognati
3 ANB 2 o± 2 5o >N, Hubungan basis maksila terhadap
mandibula yaitu skeletal kelas II
4 Oklusal Plane angel 14o 17o Mesofacial
Mandibular plane 32o 44o >N, pertumbuhan mandibula lebih banyak
angle (SN-MP) kearah vertikaldaripada horizontal
5 I-NA (mm) 4 mm 6 mm >N, Gigi insisivus maksila terhadap tulang
maksila protrusi
6
I-NA (sudut) 22O± 4 20O N, Gigi insisivus maksila terhadap tulang
maksila normal
6 I-NB (mm) 4 mm 9 mm >N, Gigi insisivus mandibula terhadap
tulang mandibula protrusi
O O
I-NB (sudut) 22 ± 4 24 N, Gigi insisivus mandibula terhadap
tulang mandibula normal
7 S-Line 0 mm Atas0mm N, Bibir atas normal
Bawah 1 mm >N, Bibirbawah protrusi
o
8 Inter I 130 – 120 o <N, inklinasi gigi insisif dan relasi gigi
150.5 o insisif atas dan bawah proklinasi
Kesimpulan: Hubungan skeletal kelas II disertai bimaksiler prognati, relasi antar gigi bidental
protrusi, serta jaringan lunak bibir atas normal dan bibir bawah prominen.
3 4
3 4
4 4 5
5
5 5
6
6
6 6
Rahang bawah
7
Gigi Kanan Kiri Normal Keterangan
1 5,5 5,4 4.97 – 6.60 Normal
2 5,3 5,5 5.45 – 6.85 Normal
3 6,3 6,7 6.15 – 8.15 Normal
4 6,5 6,3 6.35 – 8.75 Normal
5 6,9 6,6 6.80 – 9.55 Normal
6 10,1 10,2 10.62 – 13.05 Normal
Jumlah 40,6 40,7
Kesimpulan: lebar mesiodistal gigi normal
c) Analisis Model Studi
⮚ Overjet
11 = 5,2 mm 21 = 4,9mm
41 31
⮚ Overbite
11 = 3,0 mm 21 = 2,7 mm
41 31
⮚ Relasi molar pertama permanen
Kanan :☑Klas I Kiri : ☑Klas I
⬜ Klas II ⬜ Klas II
⬜Klas III ⬜Klas III
⮚ Relasi Kaninus :
Kanan : ⬜Klas I Kiri : ⬜ Klas I
☑ Klas II ☑Klas II
⬜Klas III ⬜ Klas III
⮚ Klasifikasi Angle :
☑ Klas I Angle modifikasi Dewey tipe 2 dengan protrusifgigi
⬜Klas II
⬜ Klas III
⮚ Kurve of spee : 3 mm (tidak normal)
⮚ Garis median
Rahang Atas - Normal Rahang bawah
ke kiri: 0 mm - ke kiri : 1,1 mm
ke kanan: 0 mm - ke kanan: 0 mm
⮚ Malrelasi:
8
Open bite anterior/posterior : ada 14/44, 24/35
Edge to edge bite : tidak ada
Cusp to cusp bite : ada 23/33
Deep bite : ada 32,31,41,42
Cross bite anterior/posterior : tidak ada
Scissor bite : tidak ada
⮚ Malposisi gigi individual
1. 12 distolabiotorsiversi
2. 11 Labioversi
3. 21 Labioversi
4. 23 mesiotorsiversi
5. 34 linguoversi
6. 33 distolabiotorsiversi
7. 31 labioversi
8. 43 mesiolabiotorsiversi
9. Diastema : ada
Gigi 11-21 ; 1,7 mm
Gigi 22-23 : 1,4 mm
Gigi 23-24 : 0,9 mm
10. Perhitungan-perhitungan
1) Pont
1. Lebar mesio distal 12 11 21 22 : 29,9 mm
Jarak distal pit 14-24 (pasien) : 36,3mm
Jarak sentral fossa 16-26 (pasien) : 43,5mm
2. Indeks pont 14 – 24 = jml MD 12 11 21 22 X 100 = 29,9/80 x 100 = 37,3mm
80
3. Indeks pont 16 – 26 = jml MD 12 11 21 22 X 100 =29,9/64 x 100 =46,7mm
64
Penderita Pont Selisih (Penderita-Pont)
14-24 36,3 mm 37,3mm - 0,7mm (kontraksi)
16-26 43,5 mm 46,7 mm -3,2 mm(kontraksi)
9
Kesimpulan: Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigipasienpada region
P1 mengalami kontraksi sebesar 0,7mm dan pada M1 mengalami kontraksi
sebesar 3,2mm
Note :
⮚ Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah suatu lengkung gigi dalam
keadaan kontraksi, distraksi atau normal.
⮚ Pont untuk mengetahui perkembangan gigi ke arah lateral
⮚ Lengkung gigi dikatakan kontraksi bila selisih yang didapat adalah minus (-)
⮚ Lengkung gigi dikatakan distraksi bila selisih yang didapat adalah plus(+).
⮚ Derajat kontraksi atau distraksi:
- Mild/ringan : < 5mm
- Medium/Moderate/Sedang : 5-10mm
- Extreem/Severe/Berat : > 10mm
2) Korkhaus
♦ Jumlah mesio distal 12 11 21 22 : 29,9 mm
♦ Jarak I-(P1-P1) pengukuran : 18,8mm
♦ Jarak I-(P1-P1) tabel korkhous : 17,5mm
♦ Diskrepansi : 1,3 mm
♦ Kesimpulan : Inklinasi gigi pada regio anterior dalam keadaan proklinasi
sebesar 1,3 mm
Note :
♦ Inklinasi gigi anterior dikatakan retroklinasi bila selisih yang didapat adalah
minus (-). Inklinasi gigi anterior dikatakan proklinasi bila selisih yang didapat
adalah plus (+).
♦ Untuk mengetahui perkembangan gigi ke arah anterior
♦ Perhitungan : Jarak I - (P1-P1) pengukuran - Jarak I - (P1-P1) tabel korkhous
3) Howes
♦ Jumlah lebar mesiodistal 16-26 : 91,2 mm
♦ Jarak puncak tonjol bukal 14-24 :42,3mm
♦ Jarak interfossa canina : 42,5mm
♦ Diskrepansi : 0,3mm
10
♦ Indeks P: jarak 14-24 x 100% = 42,2/91,2 x100% = 46,3%
Jml MD 16-26
♦ Indeks FC: jarak IFC x 100% = 42,5/91,2 x100%= 46,6%
Jml MD 16-26
Kesimpulan :
1) Lengkung gigi cukup untuk menampung gigi
2) Lengkung basalcukup untuk menampung gigi
3) Inklinasi gigi posterior divergen ke arah oklusal (IFC > IP)
Keterangan:
▪ Bila indeks FC <37% , lengkung basal sempit (kekurangan ruang), sehingga
indikasi pencabutan
▪ Bila indeks FC 37%-44%, ini merupakan borderline kasus indikasi untuk
dilakukan pencabutan atau ekspansi
▪ Bila indeks FC >44%, lengkung basal dapat menampung gigi-gigi ke dalam
lengkung ideal (tersisa ruang atau diastema), kontraindikasi pencabutan
4) Determinasi lengkung gigi
11
Gigi 22-23 : 1,4 mm
Gigi 23-24 : 0,9 mm
Rahang Atas Rahang Bawah
Kiri Kanan Kiri Kanan
Panjang lengkung ideal 47,6mm 47,8mm 40,1mm 40,2 mm
Panjang lengkung 48,3mm 49,5mm 40,7 mm 40,6 mm
sebenarnya
Diskrepansi -0,7mm -1,7mm -0,6mm -0,4mm
12
b) Foto study model
6. Diagnosis ortodontik
Maloklusi Angle klas I modifikasi Dewey tipe 2 disertai protrusif gigi dengan hubungan
skeletal klas II disertai bidental protrusive, profil wajah cembung, malrelasi berupa open
bite posterior pada relasi gigi premolar, cups to cups bite pada caninus kiri dan jaringan
lunak bibir bawah protrusi. Serta malposisi gigi individual barupa:
● 12 distolabiotorsiversi
● 11 Labioversi
● 21 Labioversi
● 23mesiotorsiversi
13
● 34 linguoversi
● 33 distolabiotorsiversi
● 31 labioversi
● 43 mesiolabiotorsiversi
▪ Diastema : ada
▪ Gigi 11-21 ; 1,1mm
▪ Gigi 22-23 : 0,6 mm
▪ Gigi 23-24 : 0,8 mm
Analisis etiologi maloklusi
● Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk
● Riwayat keluarga : bapak pasien memiliki gigi yang rapi, ibu pasien memiliki gigi renggang
pada gigi anterior sama dengan kondisi gigi pasien, kakak pasien memiliki gigi yang rapi
7. Prosedur perawatan
a) Rencana perawatan
⬜Observasi ⬜Preventif ⬜Interseptif ☑Korektif
b) Edukasitentang perawatan orthodontik
- Memberikan penjelasan dan gambaran tentang pemakaian alat orthodontik yang
merupakan perawatan yang jangka waktunya relatif lama dan memerlukan
kedisiplinan, kooperatif, dan motivasi yang tinggi dari pasien agar mendapatkan
hasil yang memuaskan. Selain itu, ditekankan kerja sama dokter dengan melakukan
kontrol rutin dalam jangka waktu yang telah ditetapkan selama perawatan.
Pemakaian alat dipakai setiap hari rutin, dan dibersihkan setelah makan dan
sebelum tidur.
c) Analisis Ruang
● Hasil perhitungan Pontpertumbuhan dan perkembangan lengkung gigipasienpada
1
region P1 mengalami kontraksi sebesar 0,7 mm dan pada M1 mengalami
4
kontraksi sebesar 3,2 mm.
● Hasil perhitungan Korkhous didapatkan inklinasi gigi pada regio anterior dalam
keadaan proklinasi sebesar 1,3 mm.
14
● Hasilperhitungan Howes bahwa lengkung gigi berlebih untuk menampung gigi geligi
sedangkan lengkung basalcukup untuk menampung gigi geligi dengan prosentase
indeks FC dan indeks P inklinasi gigi posterior divergen.
● Hasil perhitungan determinasi lengkung diperoleh pada rahang atas terdapat
kekurangan ruang pada rahang atas sebelah kiri 0,7 mm dan sebelah kanan 1,7
mm. Serta terdapat kekurangan ruang rahang bawahsebelah kanan 0,4mm dan
sebelah kiri 0,6 mm.
d) Pencarian Ruang
Bedasarkan perhitungan determinasi lengkung diperoleh kekurangan ruang pada rahang
atas sebesar 2,4 mm, dengan kekurangan sisi kanan sebesar 1,7 dan sisi kiri 0,7. Berdasar
1
analisa Carey, kekurangan masing-masing sisi yaitu < gigi P1 sehingga perlu dilakukan
4
ekspansi jika lengkung gigi kontraksi.
Sedangkan kekurangan ruang pada rahang bawah sebesar 1,0 mm, dengan kekurangan
ruang sebelah kanan 0.4 mm dan sisi kiri 0,6 mm. Rahang bawah berdasarkan Analisa
1
Carey kekurangan masing-masing sisi yaitu < gigi P1 sehingga perlu dilakukan ekspansi
4
jika lengkung gigi kontraksi.
Jenis ekspansi yang digunakan pada rahang atas dan rahang bawah yaitu ekspansi bilateral.
Sekrup ekspansi dibuat untuk pembukaan 0,20 mm setiap ¼ putaran (90 O). Pengaktifan
elemen dilakukan dengan memutar sekrup ekspansi sebanyak 2 x ¼ putaran setiap kontrol
yang dilakukan seminggu 2kali. Untuk mendapatkan ruangan sebesar 2,4 mm dilakukan
pemutaran sebanyak 12 x ¼ putaran, sehingga dilakukan dalam 6 kali kunjungan.
Sedangkan untuk mendapatkan ruangan pada rahang bawah sebesar 1,0 mm dilakukan
pemutaran sebanyak 5 x ¼ putaran, sehingga dilakukan dalam 3 kali kunjungan.
e) Desain alat
1
1
2
3
2 3
3
15
3 4
4
RB
RA
Rahang Atas :
Dilakukan perawatan dengan plat aktif disertai :
1. Reverse labial Arch pada gigi 14 dan gigi 24 dengan diameter kawat 0,6 mm.
2. Screw ekspansi pada plat palatal.
3. Adam Klamer dengan diameter kawat 0,7 mm untuk retensi dipasang pada gigi 16
dan gigi 26.
4. Basis plat palatal rahang atas.
Aktivasi
1. Aktivasi screw ekspansi 2 x ¼ putaran setiap kunjungan.
2. Aktivasi labial arch untuk meretraksi gigi anterior RA dengan mengecilkan loop.
3. Pengurangan plat palatal rahang atas secukupnya.
Rahang Bawah:
Dilakukan perawatan dengan plat aktif disertai :
1. Reverse labial Arch pada gigi 34 dan gigi 44 dengan diameter kawat 0,6 mm.
2. Screw ekspansi pada plat lingual
3. Simple spring dengan diameter kawat 0,7 mm pada gigi 33
4. Adam Klamer dengan diameter kawat 0,7 mm untuk retensi dipasang pada gigi 36
dan gigi 46
5. Basis plat lingual rahang bawah
Aktivasi
1. Aktivasi screw ekspansi 2 x ¼ putaran setiap kunjunagn.
2. Aktivasi simple spring dengan melebarkan loop bawah terlebih dahulu
3. Aktivasi labial arch untuk meretraksi gigi anterior RB dengan mengecilkan loop.
4. Pengurangan plat lingual secukupnya
16
Retainer yang digunakan bertujuan untuk mencegah hasil perawatan relapse atau
untuk mempertahankan lengkung yang telah dikoreksi maka untuk rahang atas
mengunakan retainer berupa labial arch dengan U loop pada gigi 14 dan 24 dengan
kawat diameter 0,7 mm, serta adam klamer pada gigi 16 dan 26 dengan kawat
berdiameter 0,7 mm. Sedangkan untuk rahang bawah mengunakan labial arch dengan
U loop pada gigi 34 dan 44 dengan diameter kawat 0,7 mm, serta adam klamer pada
gigi 36 dan 46 sebagai retensi dengan diameter 0,7mm.
● Pemakaian 3 bulan I: retainer dipakai siang dan malam, dan pada waktu tidur, baru
dilepas pada waktu sikat gigi dan sehabis makan untuk dibersihkan, dengan waktu
kontrol sebulan sekali untuk pengecekan apakah hasil perawatan berjalan dengan
baik.
● Pemakaian 3 bulan II: dilakukan kontrol apakah retainer setiap dipakai masih sesak,
jika sudah tidak sesak pemakaian dihentikan
● Pemakaian 3 bulan III:dikontrol kembali apakah retainer masih terasa sesak jika
masih pemakaian dilanjutkan 3 bulan berikutnya
● Pemakaian 3 bulan IV : jika sudah tidak terasa sesak pemakaian bisa dihentikan dan
dilakukan pengontrolan akhir 3 bulan berikutnya.
8. Jenis perawatan Prognosa: ☑Baik ⬜Sedang ⬜Buruk
Foto rontgen panoramik ditemukan seluruh kondisi gigi-geligi dalam kondisi baik. Pasien
sangat kooperatif dikarenakan keinginan pasien untuk memperbaiki kondisi
giginya. Riwayat kesehatan baik. Oral hygiene baik. Kondisi jaringan periodontal yang sehat
17
Semarang, 2021
Telah disetujui,
Operator Pembimbing Orthodontic
18