Anda di halaman 1dari 17

KEPANITERAAN KLINIK ORTODONTI

FORM PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN ORTODONTIK

Pasien ke :1
Nama Pasien : IF
Operator : Tiara Bistya Astari
No. Mahasiswa : 21101900024
Pembimbing : drg. Grahita Aditya, Sp. Orth

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021

1
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama Pasien : IF
2. Suku : Jawa
3. Umur : 22 th
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Alamat : Semarang
II. WAKTU DAN JENIS PERAWATAN
1. Pendaftaran : 9 Desember 2020
2. Pencetakan : 9 Desember 2020
3. Pemasangan Alat :
4. Retainer :
5. Jenis Alat : Orthodonti Lepasan
III. PEMERIKSAAN KLINIS
A. Pemeriksaan Subyektif (Anamnesis)
 Keluhan Utama : Pasien wanita 22 tahun datang dengan keluhan ingin
merapikan gigi-gigi yang berjejal
 Riwayat Kesehatan : Pasien dan keluarga pasien tidak ada riwayat penyakit sistemik

dan tidak ada alergi


a) Kesehatan Umum : Baik
b) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Geligi
 Periode Gigi Susu : tidak ada keluhan dan tidak pernah memeriksakan gigi
ke dokter gigi
 Periode Gigi Bercampur : tidak ada keluhan dan tidak pernah memeriksakan gigi
ke dokter gigi
 Periode Gigi Permanen : pernah menambalkan gigi permanen tetapi pasien lupa
gigi yang mana
c) Kebiasaan Buruk (Bad Habit) yang Berkaitan dengan Keluhan Pasien
Jenis
Durasi Frekuensi Intensitas Posisi Ket
Kebiasaan
- - - - - -

d) Riwayat Keluarga yang Berkaitan dengan Keluhan Pasien


Tidak ada keluarga yang memiliki kondisi yang sama dengan pasien

2
B. Pemeriksaan Obyektif
1. UMUM
Status gizi:
Indeks Massa Tubuh: BB(kg)/TB2(m) x 100 = 62/(1,61)2 x 100 = 23,9
Status Gizi :  Kurang  Normal  Lebih
Kategori :  Kurus  Normal  Gemuk
2. LOKAL
a) Ekstraoral
 Bentuk Kepala
lebar kepala 15
Indeks kepala: ×100 = ×100 = 75
panjang kepala 20
Kesimpulan bentuk kepala :
 Hipo-dolikosefali  Mesosefali  Brakisefali
 Dolikosefali  Hiper Brakisefali
Klasifikasi indeks kepala :
 Hipo-dolikosefali : < 70,0
 Dolikosefali (kepala panjang sempit) : 70,0 – 74,9
 Mesosefali (kepala sedang) : 75,0 – 79,9
 Brakisefali (kepala lebar persegi) : 80,0 – 84,9
 Hiper-brakisefali : >84,9
 Bentuk Wajah
tinggi wajah 10,3
Indeks wajah: ×100 = ×100 = 87,2
lebar wajah 11,8
Kesimpulan bentuk wajah :
 Hiper-euriprosop  Euriprosop  Mesoprosop
 Leptoprosop  Hiper-leptoprosop
Klasifikasi indeks muka :
 Hiper-euriprosop : < 80,0
 Euriprosop (muka pendek, lebar) : 80,0 – 84,9
 Mesoprosop (muka sedang) : 85,0 – 89,9
 Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0-94,9
 Hiper-leptoprosop : > 94,9

3
 Analisis Proporsi Wajah (Tampak Depan)

Hairline

Glabela

Subnasal
Comissura

Menton

Kesimpulan : Simetris
Keterangan : Dari analisa foto profil tampak depan pasien memiliki wajah
simetris

4
 Analisis Profil Wajah (Tampak Samping)

Nasion

Upper lip

Pog

Kesimpulan: Profil wajah cembung


 Sendi Temporomandibular: Normal
 Bibir Posisi Istirahat : Kompeten
 Free Way Space : 3 mm
 Path of Closure : Normal
b) Intraoral
● OHIs : 1,3 (Baik)
● Lidah : Normal
● Palatum : Normal
● Gingiva : Normal
● Mukosa : Normal
● Frenulum:
⮚ Frenulum labii superior : Normal
⮚ Frenulum labii inferior : Normal
⮚ Frenulum lingualis : Normal
● Pola Atrisi : Normal
● Fonetik : Normal

5
● Pemeriksaan Gigi Geligi
V IV III II I I II III IV V
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
V IV III II I I II III IV V

Keterangan:
K: karies R: Radiks T: Tumpatan I: Inlay
X: dicabut P: Persistensi O: belum erupsi J: Jaket
Im: Impaksi Ag: Agenese B: Bridge En: Endodontik

3. SEFALOMETRI
a) Foto Sefalometri

b) Analisis Sefalometri
No. Jenis Pengukuran Normal Pasien Keterangan
1 SNA 82o± 2 83o = N (Kedudukan maksila terhadap basis
kranium normal)
2 SNB 80o± 2 81o = N (Kedudukan mandibula terhadap basis
kranium normal)
3 ANB 2o± 2 2o = N (Hubungan basis maksila terhadap
mandibula yaitu skeletal kelas I)
4 Oklusal Plane Angle 14o 16o High Angle Case (Open Bite Skeletal)
Mandibular Plane 32o 38o > N (Pertumbuhan mandibula ke arah
Angle (SN-MP) vertikal)

6
5 I-NA (mm) 4 mm 6 mm
> N (Gigi insisivus maksila terhadap
tulang maksila protrusive)
O O
I-NA (sudut) 22 ± 4 26 = N (Gigi insisivus maksila terhadap
tulang maksila normal)
6 I-NB (mm) 4 mm 7 mm > N (Gigi insisivus mandibula terhadap
tulang mandibula protrusive)
O O
I-NB (sudut) 22 ± 4 26 = N (Gigi insisivus mandibula terhadap
tulang mandibula normal)
7 S-Line 0 mm Atas : 3 mm >N (Bibir atas protrusive)
Bawah : 9mm >N (Bibir bawah protrusive)
o
8 Inter I 130 – 126o <N (Inklinasi gigi insisivus dan relasi gigi
o
150.5 insisivus atas dan bawah proklinasi)
Kesimpulan: Hubungan skeletal kelas I disertai open bite skeletal, relasi antar gigi bidental
protrusi, serta jaringan lunak bibir atas normal dan bibir bawah prominen.

4. MODEL STUDI
a) Foto Model Studi dari Arah Oklusal
1 1 1
1 2 2
2 2 3
3

3 4
3 4

4 4 5
5

5 5
6
6
6 6

Bentuk Lengkung Gigi:


RA: Parabola RB: Parabola
b) Lebar Mesiodistal Gigi Geligi (mm)
Rahang Atas
Gigi Kanan Kiri Normal Keterangan
1 8,4 8,4 7.40 – 9.75 Normal
2 6,5 6,6 6.05 – 8.10 Normal
3 7,3 7,3 7.05 – 9.32 Normal
4 6,9 7,0 6.75 – 9.00 Normal
5 6,3 6,5 6.00 – 8.10 Normal
6 10,1 10 9.95 – 12.10 Normal
Jumlah 45,4 45,8

7
Rahang Bawah
Gigi Kanan Kiri Normal Keterangan
1 5,5 5,4 4.97 – 6.60 Normal
2 5,3 5,5 5.45 – 6.85 Normal
3 6,3 6,7 6.15 – 8.15 Normal
4 6,5 6,3 6.35 – 8.75 Normal
5 6,9 6,6 6.80 – 9.55 Normal
6 10,1 10,2 10.62 – 13.05 Normal
Jumlah 40,6 40,7
Kesimpulan: lebar mesiodistal gigi normal
c) Analisis Model Studi
⮚ Overjet
11 = 5,2 mm 21 = 4,9 mm
41 31
⮚ Overbite
11 = 3,0 mm 21 = 2,7 mm
41 31
⮚ Relasi Molar Pertama Permanen
Kanan : ☑ Klas I Kiri : ☑ Klas I
⬜ Klas II ⬜ Klas II
⬜ Klas III ⬜ Klas III
⮚ Relasi Kaninus
Kanan : ⬜ Klas I Kiri : ⬜ Klas I
☑ Klas II ☑ Klas II
⬜ Klas III ⬜ Klas III
⮚ Klasifikasi Angle
☑ Klas I Angle modifikasi Dewey tipe 2 dengan protrusifgigi
⬜ Klas II
⬜ Klas III
⮚ Kurve of Spee : 3 mm (tidak normal)
⮚ Garis Median
Rahang Atas Rahang bawah
ke kiri: 0 mm ke kiri : 1,1 mm
ke kanan: 0 mm ke kanan: 0 mm

8
⮚ Malrelasi
Open bite anterior/posterior : ada 14/44, 24/35
Edge to edge bite : tidak ada
Cusp to cusp bite : ada 23/33
Deep bite : ada 32,31,41,42
Cross bite anterior/posterior : tidak ada
Scissor bite : tidak ada
⮚ Malposisi gigi individual
1. 12 distolabiotorsiversi
2. 11 Labioversi
3. 21 Labioversi
4. 23 mesiotorsiversi
5. 34 linguoversi
6. 33 distolabiotorsiversi
7. 31 labioversi
8. 43 mesiolabiotorsiversi
9. Diastema : ada
Gigi 11-21 ; 1,7 mm
Gigi 22-23 : 1,4 mm
Gigi 23-24 : 0,9 mm
d) Perhitungan
1) Pont
1. Lebar mesio distal 12 11 21 22 : 29,9 mm
Jarak distal pit 14-24 (pasien) : 36,3mm
Jarak sentral fossa 16-26 (pasien) : 43,5mm
2. Indeks pont 14 – 24 = jml MD 12 11 21 22 X 100 = 29,9/80 x 100 = 37,3mm
80
3. Indeks pont 16 – 26 = jml MD 12 11 21 22 X 100 =29,9/64 x 100 =46,7mm
64
Penderita Pont Selisih (Penderita-Pont)
14-24 36,3 mm 37,3mm - 0,7mm (kontraksi)
16-26 43,5 mm 46,7 mm -3,2 mm(kontraksi)
Kesimpulan: Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi pasien pada region

9
P1 mengalami kontraksi sebesar 0,7mm dan pada M1 mengalami
kontraksi sebesar 3,2mm
Note :
⮚ Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah suatu lengkung gigi dalam
keadaan kontraksi, distraksi atau normal.
⮚ Pont untuk mengetahui perkembangan gigi ke arah lateral.
⮚ Lengkung gigi dikatakan kontraksi bila selisih yang didapat adalah minus (-).
⮚ Lengkung gigi dikatakan distraksi bila selisih yang didapat adalah plus (+).
⮚ Derajat kontraksi atau distraksi:
- Mild/ringan : < 5mm
- Medium/Moderate/Sedang : 5-10mm
- Extreem/Severe/Berat : > 10mm
2) Korkhaus
♦ Jumlah mesio distal 12 11 21 22 : 29,9 mm
♦ Jarak I-(P1-P1) pengukuran : 18,8 mm
♦ Jarak I-(P1-P1) tabel korkhous : 17,5 mm
♦ Diskrepansi : 1,3 mm
Kesimpulan : Inklinasi gigi pada regio anterior dalam keadaan proklinasi
sebesar 1,3 mm
Note :
 Inklinasi gigi anterior dikatakan retroklinasi bila selisih yang didapat adalah
minus (-). Inklinasi gigi anterior dikatakan proklinasi bila selisih yang didapat
adalah plus (+).
 Untuk mengetahui perkembangan gigi ke arah anterior
 Perhitungan :
( Jarak I-(P1-P1) Pengukuran ) – ( Jarak I - (P1-P1) Tabel Korkhous)
3) Howes
♦ Jumlah lebar mesiodistal 16-26 : 91,2 mm
♦ Jarak puncak tonjol bukal 14-24 : 42,3 mm
♦ Jarak interfossa canina : 42,5 mm
♦ Diskrepansi : 0,3 mm
♦ Indeks P : Jarak 14-24 x 100% = 42,2/91,2 x100% = 46,3%
Jml MD 16-26
♦ Indeks FC : Jarak IFC x 100% = 42,5/91,2 x100%= 46,6%

10
Jml MD 16-26
Kesimpulan :
1) Lengkung gigi cukup untuk menampung gigi
2) Lengkung basalcukup untuk menampung gigi
3) Inklinasi gigi posterior divergen ke arah oklusal (IFC > IP)
Keterangan:
▪ Bila indeks FC <37% , lengkung basal sempit (kekurangan ruang), sehingga
indikasi pencabutan
▪ Bila indeks FC 37%-44%, ini merupakan borderline kasus indikasi untuk
dilakukan pencabutan atau ekspansi
▪ Bila indeks FC >44%, lengkung basal dapat menampung gigi-gigi ke dalam
lengkung ideal (tersisa ruang atau diastema), kontraindikasi pencabutan
4) Determinasi lengkung gigi

Garis biru : lengkung sebenarnya


Garis merah: lengkung ideal
Keterangan:
⮚ Overjet awal :
11 = 5,2 mm 21 = 4,9 mm
41 31
⮚ Overjet akhir :
11 = 4,0 mm 21 = 4,0 mm
41 31
Gigi 11-21 ; 1,7 mm
Gigi 22-23 : 1,4 mm
Gigi 23-24 : 0,9 mm

Rahang Atas Rahang Bawah

11
Kiri Kanan Kiri Kanan
Panjang lengkung ideal 47,6mm 47,8mm 40,1mm 40,2 mm
Panjang lengkung 48,3mm 49,5mm 40,7 mm 40,6 mm
sebenarnya
Diskrepansi -0,7mm -1,7mm -0,6mm -0,4mm
Kesimpulan Determinasi Lengkung
RA : terdapat kekuranganruang pada rahang atas sebelah kiri 0,7 mm dan
sebelah kanan 1,7 mm.
RB : terdapat kekurangan ruang rahang bawahsebelah kanan 0,4mm dan sebelah
kiri 0,6 mm.
Note :
⮚ Determinasi lengkung gigi dilakukan untuk mengetahui diskrepansi ukuran
mesiodistal gigi (kebutuhan ruang) setelah lengkung ideal dirancang seideal
mungkin dari lengkung mula-mula pada pasien.
⮚ Apabila kekurangan ruang tiap sisi lengkung yang didapatkan
(menurut Carey):
o > 1/2 lebar mesiodistal gigi P1 pada sisi tersebut, maka dapat dilakukan
pencabutan gigi P1 pada sisi tersebut.
o 1/4 - 1/2 lebar mesiodistal gigi P1 pada sisi tersebut, dianjurkan untuk:
- Pencabutan satu gigi P1 pada salah satu sisi lengkung jika ada
pergeseran median line.
- Pencabutan 2 P2 jika lengkung gigi sudah simetris
- Ekspansi kombinasi grinding mesiodistal gigi jika lengkung gigi
kontraksi
o < 1/4 lebar mesiodistal gigi P1 pada sisi tersebut, dianjurkan untuk:
- Grinding lebar mesiodistal gigi anterior jika pasien tidak rentan karies.
- Ekspansi lateral jika lengkung gigi kontraksi.
5. DATA PENUNJANG
a) Analisis Fotografi

12
b) Foto Study Model

6. DIAGNOSIS ORTHODONTIK
Maloklusi Angle klas I modifikasi Dewey tipe 2 disertai protrusif gigi dengan
hubungan skeletal klas II disertai bidental protrusive, profil wajah cembung, malrelasi
berupa open bite posterior pada relasi gigi premolar, cups to cups bite pada caninus
kiri dan jaringan lunak bibir bawah protrusi. Serta malposisi gigi individual berupa:
● distolabiotorsiversi
● 11 Labioversi
● 21 Labioversi
● 23mesiotorsiversi
● 34 linguoversi
● 33 distolabiotorsiversi
● 31 labioversi
● 43 mesiolabiotorsiversi
Dan terdapat diastema pada gigi 11-21 sebesar 1,1 mm; gigi 22-23 sebesar 0,6 mm;
dan gigi 23-24 sebesar 0,8 mm

Analisis Etiologi Maloklusi

13
● Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk
 Riwayat keluarga : bapak pasien memiliki gigi yang rapi, ibu pasien memiliki gigi
renggang pada gigi anterior sama dengan kondisi gigi pasien,
kakak pasien memiliki gigi yang rapi

7. PROSEDUR PERAWATAN
a) Rencana perawatan
⬜Observasi ⬜Preventif ⬜Interseptif
☑Korektif
b) Edukasi tentang Perawatan Orthodontik
Memberikan penjelasan dan gambaran tentang pemakaian alat orthodontik yang
merupakan perawatan yang jangka waktunya relatif lama dan memerlukan
kedisiplinan, kooperatif, dan motivasi yang tinggi dari pasien agar mendapatkan
hasil yang memuaskan. Selain itu, ditekankan kerja sama dokter dengan melakukan
kontrol rutin dalam jangka waktu yang telah ditetapkan selama perawatan.
Pemakaian alat dipakai setiap hari rutin, dan dibersihkan setelah makan dan
sebelum tidur.
c) Analisis Ruang
● Hasil perhitungan Pont : pertumbuhan dan perkembangan lengkung

1
gigipasienpada region P1 mengalami kontraksi sebesar 0,7 mm dan pada M1
4
mengalami kontraksi sebesar 3,2 mm.
● Hasil perhitungan Korkhous : didapatkan inklinasi gigi pada regio anterior
dalam keadaan proklinasi sebesar 1,3 mm.
● Hasil perhitungan Howes : bahwa lengkung gigi berlebih untuk menampung gigi
geligi sedangkan lengkung basalcukup untuk menampung gigi geligi dengan
prosentase indeks FC dan indeks P inklinasi gigi posterior divergen.
● Hasil perhitungan determinasi lengkung : diperoleh pada rahang atas terdapat
kekurangan ruang pada rahang atas sebelah kiri 0,7 mm dan sebelah kanan 1,7
mm. Serta terdapat kekurangan ruang rahang bawahsebelah kanan 0,4mm dan
sebelah kiri 0,6 mm.
d) Pencarian Ruang

14
Berdasarkan perhitungan determinasi lengkung diperoleh kekurangan ruang pada
rahang atas sebesar 2,4 mm, dengan kekurangan sisi kanan sebesar 1,7 dan sisi kiri 0,7.
Berdasarkan analisa Carey, kekurangan masing-masing sisi yaitu < ¼ gigi P1 sehingga
perlu dilakukan ekspansi jika lengkung gigi kontraksi.
Sedangkan kekurangan ruang pada rahang bawah sebesar 1,0 mm, dengan kekurangan
ruang sebelah kanan 0.4 mm dan sisi kiri 0,6 mm. Rahang bawah berdasarkan Analisa
Carey kekurangan masing-masing sisi yaitu < ¼ gigi P1 sehingga perlu dilakukan
ekspansi jika lengkung gigi kontraksi.
Jenis ekspansi yang digunakan pada rahang atas dan rahang bawah yaitu ekspansi
bilateral. Sekrup ekspansi dibuat untuk pembukaan 0,20 mm setiap ¼ putaran (90 O).
Pengaktifan elemen dilakukan dengan memutar sekrup ekspansi sebanyak 2 x ¼
putaran setiap kontrol yang dilakukan seminggu 2kali. Untuk mendapatkan ruangan
sebesar 2,4 mm dilakukan pemutaran sebanyak 12 x ¼ putaran, sehingga dilakukan
dalam 6 kali kunjungan. Sedangkan untuk mendapatkan ruangan pada rahang bawah
sebesar 1,0 mm dilakukan pemutaran sebanyak 5 x ¼ putaran, sehingga dilakukan
dalam 3 kali kunjungan.
e) Desain alat

1
1
2
3
2 3
3 3 4
4
RB
RA

Rahang Atas :
Dilakukan perawatan dengan plat aktif disertai :
1. Reverse labial Arch pada gigi 14 dan gigi 24 dengan diameter kawat 0,6 mm.
2. Screw ekspansi pada plat palatal.
3. Adam Klamer dengan diameter kawat 0,7 mm untuk retensi dipasang pada gigi
16 dan gigi 26.
4. Basis plat palatal rahang atas.
Aktivasi

15
1. Aktivasi screw ekspansi 2 x ¼ putaran setiap kunjungan.
2. Aktivasi labial arch untuk meretraksi gigi anterior RA dengan mengecilkan
loop.
3. Pengurangan plat palatal rahang atas secukupnya.
Rahang Bawah:
Dilakukan perawatan dengan plat aktif disertai :
1. Reverse labial Arch pada gigi 34 dan gigi 44 dengan diameter kawat 0,6 mm.
2. Screw ekspansi pada plat lingual
3. Simple spring dengan diameter kawat 0,7 mm pada gigi 33
4. Adam Klamer dengan diameter kawat 0,7 mm untuk retensi dipasang pada gigi
36 dan gigi 46
5. Basis plat lingual rahang bawah
Aktivasi
1. Aktivasi screw ekspansi 2 x ¼ putaran setiap kunjunagn.
2. Aktivasi simple spring dengan melebarkan loop bawah terlebih dahulu
3. Aktivasi labial arch untuk meretraksi gigi anterior RB dengan mengecilkan loop.
4. Pengurangan plat lingual secukupnya

f) Prosedur dan gambar retainer

Retainer yang digunakan bertujuan


untuk mencegah hasil perawatan relapse atau untuk mempertahankan lengkung
yang telah dikoreksi maka untuk rahang atas mengunakan retainer berupa labial
arch dengan U loop pada gigi 14 dan 24 dengan kawat diameter 0,7 mm, serta
adam klamer pada gigi 16 dan 26 dengan kawat berdiameter 0,7 mm. Sedangkan
untuk rahang bawah mengunakan labial arch dengan U loop pada gigi 34 dan 44
dengan diameter kawat 0,7 mm, serta adam klamer pada gigi 36 dan 46 sebagai

16
● Pemakaian 3 bulan I: retainer dipakai siang dan malam, dan pada waktu tidur,
baru dilepas pada waktu sikat gigi dan sehabis makan untuk dibersihkan, dengan
waktu kontrol sebulan sekali untuk pengecekan apakah hasil perawatan berjalan
dengan baik.
● Pemakaian 3 bulan II: dilakukan kontrol apakah retainer setiap dipakai masih
sesak, jika sudah tidak sesak pemakaian dihentikan.
● Pemakaian 3 bulan III:dikontrol kembali apakah retainer masih terasa sesak jika
masih pemakaian dilanjutkan 3 bulan berikutnya.
● Pemakaian 3 bulan IV : jika sudah tidak terasa sesak pemakaian bisa dihentikan
dan dilakukan pengontrolan akhir 3 bulan berikutnya.
8. JENIS PERAWATAN
Prognosa: ☑Baik ⬜Sedang ⬜Buruk
Foto rontgen panoramik ditemukan seluruh kondisi gigi-geligi dalam kondisi baik.
Pasien sangat kooperatif dikarenakan keinginan pasien untuk memperbaiki kondisi
giginya. Riwayat kesehatan baik. Oral hygiene baik. Kondisi jaringan periodontal
yang sehat.

Semarang, 2021
Telah disetujui,
Operator Pembimbing Orthodontic

(Raisa Rosi) ( drg. Islamy Rahma Hutami, PhD )

17

Anda mungkin juga menyukai