ORTHODONTI (BLOK 1)
Pasien ke : III
Nama Pasien : Yosi Fitriani
Operator : Titan Mega Ulia
No. Mahasiswa : 31101200314
Pembimbing : drg. Hadi Supranoto, Sp.Ort
B. Pemeriksaan Obyektif
1. UMUM
Status Gizi :
Indeks Masa Tubuh: BB(kg)/TB2(m) = 46 (kg) / (155)2 (m)x 100 = 0,1914
Status Gizi : Kurang Normal Lebih
Kategori : Kurus Normal Gemuk
2. LOKAL
a) Ekstraoral
Bentuk Kepala :
Indeks Kepala: Lebar kepala/Panjang Kepala x 100 = 12,66/16,8 x 100
= 75,35
Kesimpulan bentuk kepala:
Dolikosefali Mesosefali Brakisefali
Klasifikasi indeks kepala :
Hipo Dolikosefali : < 70,0
Dolikosefali(kepala panjang sempit) : 70,0 – 74,9
Mesosefali (kepala sedang) : 75,0 – 79,9
Brakisefali (kepala lebar persegi) : 80,0 – 84,9
Hiper Brakisefali : >84,9
Bentuk Wajah :
Indeks Wajah: Tinggi Wajah/Lebar wajah x 100= 13,4/17,2 x 100=
77,90
Kesimpulan: bentuk wajah:
Hipereuriprosop Euriprosop Mesoprosop
Leptoprosop Hiperleptoprosop
Glabela
Subnasio
n
b) Intraoral
Kebersihan rongga mulut pasien : OHIs = 1,2 (baik)
Lidah : Normal
Palatum : Normal
Gingiva : Normal
Mukosa : Normal
Frenulum :
Frenulum Labii Superior : Normal
Frenulum Labii Inferior : Normal
Frenulum Lingualis : Normal
Pola Atrisi : Normal
Fonetik : Normal
Pemeriksaan Gigi Geligi
3. Sefalometri
a) Foto Sefalometri
b) Analisis Sefalometri
Perempuan Perempuan Hasil
JenisPengukuran Keterangan
Nilai Normal SD Ukuran
SNA 82 3 80 Hubungan maksila
terhadap basis kranium
protruded
SNB0 80 3 75 Hubungan mandibula
terhadap basis kranium
protruded
ANB0 2 2 5 Hubungan maksila
dengan mandibula
maloklusi klass II
Mandibular Plane 320 4 36 Inklinasi mandibula
Angle (SN-MP) terhadap kranium
mengalami
prognatikum
mandibula
I-NA (mm) 4 mm - 4 mm Inklinasi insisif atas
terhadap NA normal
I-NB (mm) 4 mm - 4 mm Inklinasi insisif bawah
terhadap NB normal
S-line 0 mm - 0 mm Posisi bibir normal
NAPog 3 6 100 Profil wajah cembung
Facial angle (FHP- 820-950 4 900 Pertumbuhan
N.Pog) mandibula ke arah
vertikal
I-APog (-1)-5 mm 3 4 mm Inklinasi insisif atas
terhadap APog
protrusif
I-MP 81,50-970 5 970 Inklinasi insisif bawah
terhadap mandibula
protrusif
Inter I 1300-150,50 8 1160 Inklinasi insisif atas
dan insisif bawah
retrusif
Kesimpulan:
Hubungan maksila terhadap basis kranium protruded
Hubungan mandibula terhadap basis kranium protruded
Hubungan skeletal klas II
Inklinasi bidang mandibula terhadap kranium mengalami prognati
Inklinasi gigi insisius RA dan RB normal
Inklinasi insisif bawah terhadap mandibula normal
Bibir atas an bawah cenderung normal
Relasi antar gigi I RA dan RB retroklinasi
Rahang Bawah
Gigi Kanan Kiri Normal Ket
1 5,4 5,2 4.97 – 6.60 Normal
2 5,8 6,2 5.45 – 6.85 Normal
3 7,8 7,3 6.15 – 8.15 Normal
4 6,7 7,0 6.35 – 8.75 Normal
5 7,3 7,5 6.80 – 9.55 Normal
6 10,7 0 10.62 – 13.05 Normal
JUMLAH 43,7 33,2
Kesimpulan: lebar mesiodistal gigi geligi rahang atas dan rahang bawah
normal.
RelasiKaninus :
Kanan : Klas I Kiri : Klas I
Klas II Klas II
Klas III Klas III
Klasifikasi Angle
Klas I, Dewey tipe ......
Klas II Divisi 2
Klas III, Dewey tipe .....
Kurve of Spee : Normal
Garis median :
Rahang atas normal Rahang bawah : normal
- ke kiri : 0 mm - ke kiri : 1 mm
- ke kanan : 0 mm - ke kanan : 0 mm
Malrelasi :
Open bite anterior/posterior : Tidak Ada
Edge to edge bite : Tidak Ada
Cusp to cusp bite : Tidak Ada
Deep bite : Tidak Ada
Cross bite anterior/posterior : Tidak Ada
Scissor bite : Tidak Ada
Malposisi gigi Individual :
a. Rahang Atas :
11 : mesiopalatotorsiversi
12 : labioversi
24 : distopalatoversi
25 : mesiopalatotorsiversi
b. Rahang Bawah:
31 : linguoversi
32 : mesiopalatotorsiversi
33 : linguotorsiversi
41 : linguoversi
42 : mesiolabioversi
43 : linguotorsiversi
47 : mesioversi
48 : bukoversi
d) Perhitungan-perhitungan
A. Analisis Pont
1. Lebar Mesiodistal 12 11 21 22 = 28,8 mm
Jarak distal pit 14 – 24 (pasien) = 36,6 mm
Jarak sentral fossa 16 – 26 (pasien) = 45,3 mm
2. Indeks Pont 14 – 24 = jml MD 12 11 21 22 X 100 = 28,8 x 100= 36 mm
80 80
Kesimpulan :
Jarak interpremolar RA mengalami kontraksi sebesar 0,4 mm
Jarak intermolar RA mengalami kontraksi sebesar 0,4 mm
Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi pasien ke arah lateral
pada jarak distal pit 14- 24 mengalami kontraksi derajat ringan sebesar
0,4 mm dan pada jarak sentral fossa 16- 26 mengalami kontraksi ringan
sebesar 0,4 mm.
B. Korkhous
Jumlah mesiodistal 12 11 21 22 : 28,8 mm
Jarak I-(P1-P1) pengukuran : 16 mm
Jarak I-(P1-P1) berdasarkan tabel Korkhous : 17 mm
Diskrepansi : 1 mm
Kesimpulan : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah
posterior mengalami protraksi sebesar 1 mm
C. Howes
Jumlah lebar mesiodistal 16-26 : 92,75mm
Jarak pucak tonjol bukal 14-24 : 42,7 mm
Jarak Interfossa Canina : 43 mm
__________ -
Diskrepansi : 0,3 mm
Indeks P : Jarak 14-24 x 100% = 42,7 x 100 % = 46,03%
Jml MD 16-26 92,75
Bila indeks P = 43%, lengkung gigi dapat menampung gigi-gigi
kedalam lengkung ideal. Jadi lengkung gigi untuk menampung gigi-gigi
berlebih, karena indeks P> 43%
Kesimpulan :
1) Lengkung gigi cukup untuk menampung gigi
2) Lengkung basal cukup untuk menampung gigi
3) Inklinasi gigi posterior konvergen ke arah oklusal
4) Lengkung gigi lebih kecil nilainya jika dibandingkan dengan
lengkung basal (konvergen)
D. Determinasi Lengkung Gigi
Rahang atas
Rahang bawah
Keterangan:
Warna merah : lengkung gigi yang belum diretraksi
Warna hijau : lengkung gigi yang ideal
5. Data Penunjang
a) Pemeriksaan Ronsen (OPG)
Keterangan :
Impaksi : Tidak ada
Fraktur : Tidak ada
Supernumerary : Tidak ada
Agenesis : Tidak ada
6. Diagnosis Ortodontik
Maloklusi angle klas I dengan hubungan skeletal klas II, disertai malposisi gigi
pada rahang atas dan rahang bawah:
a. Rahang Atas :
11 : mesiopalatotorsiversi
12 : labioversi
24 : distopalatoversi
25 : mesiopalatotorsiversi
b. Rahang Bawah:
31 : linguoversi
32 : mesiopalatotorsiversi
33 : linguotorsiversi
41 : linguoversi
42 : mesiolabioversi
43 : linguotorsiversi
47 : mesioversi
48 : bukoversi
Prosedur Perawatan:
1. Rencana Perawatan
1. Labial arch sebagai alat aktif dengan diameter kawat 0,7 dengan U
loop pada gigi 13 dan 23
2. Adam klamer sebagai alat retentive dengan diameter kawat 0,7 mm.
3. Dilakukan grinding sebesar 0,3 mm pada masing- masing gigi
(mesial gigi C- mesial gigi C) pada rahang atas setiap kontrol
Rahang bawah :
Rahang bawah :
1. Double simple spring pada lingual gigi 31 dan 41
2. Diberikan anterior bite plane untuk mengurangi overbite pada gigi
anterior
3. Labial arch dengan U loop pada gigi 33-43
4. Pengencangan adam klamer 36 dan 46 untuk retensi
Retainer yang digunakan pada kasus ini adalah hawley retainer. Hawley
retainer merupakan retainer lepasan yang sering digunakan, terdiri dari
adam klamer pada gigi molar dan busur labial dengan loop yang
disesuaikan. Retainer yang digunakan bertujuan untuk mencegah hasil
perawatan relaps atau untuk mempertahankan lengkung yang telah
dikoreksi maka untuk rahang atas digunakan retainer dengan kawat
diameter 0,8 mm labial arch dengan U loop pada gigi 13 dan 23, serta
adam klamer pada gigi 16 dan 26 sebagai retensi dengan diameter 0,8
mm. Sedangkan untuk rahang bawah digunakan retainer berupa labial
arch dengan U loop pada gigi 34 dan 44 dengan diameter kawat 0,8 mm,
serta adam klamer pada gigi 36 dan 46 sebagai retensi dengan diameter
0,8 mm.
Pemakaian 3 bulan I : Retainer dipakai siang dan malam, dan pada
waktu tidur, baru dilepas pada waktu sikat gigi
dan sehabis makan untuk dibersihkan, dengan
waktu control sebulan sekali untuk pengecekan
apakah hasil perawatan berjalan dengan baik.
Pemakaian 3 bulan II : kontrol apakah retainer setiap dipakai masih
sesak, jika sudah tidak sesak pemakaian
dihentikan
Pemakaian 3 bulan III : dikontrol kembali apakah retainer masih terasa
sesak jika masih pemakaian dilanjutkan 3 bulan
berikutnya
Pemakaian 3 bulan IV : jika sudah tidak terasa sesak pemakaian bias
dihentikan dan dilakukan pengontrolan akhir 3
bulan berikutnya.
Alasan :
Semarang, ___________2019