Anda di halaman 1dari 20

KEPANITERAAN KLINIK

ORTHODONTI (BLOK 1)

Pasien ke : III
Nama Pasien : Yosi Fitriani
Operator : Titan Mega Ulia
No. Mahasiswa : 31101200314
Pembimbing : drg. Hadi Supranoto, Sp.Ort

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
I. IDENTITAS PASIEN:
1. No. Rekam Medis : 17059
2. Nama Pasien : Yosi Fitriani
3. Suku : Jawa
4. Umur : 24 tahun
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Pekerjaan : Mahasiswa
7. Alamat : Desa Sudimampir lor blok ngor 01/ 01, Balongan,
Indramayu
8. Nomor Telpon : 089686764313
9. Nama Ayah : Hj. Waspinah Suku : Jawa Pekerjaan : Wiraswasta
10. Nama Ibu : Hj. Nirwan Suku: Jawa Pekerjaan : Wiraswasta
11. Alamat Orang tua : Desa Sudimampir lor blok ngor 01/ 01, Balongan,
Indramayu

II. WAKTU dan JENIS PERAWATAN :


1. Pendaftaran : 16 Januari 2019
2. Pencetakan : 24 Januari 2019
3. Pemasangan Alat :________________
4. Retainer :________________
5. Jenis Alat :________________

III. PEMERIKSAAN KLINIS :


A. Pemeriksaan Subyektif (Anamnesis)
 Keluhan Utama : Pasien perempuan usia 24 tahun datang ke RSIGM
mengeluhkan gigi atasnya kurang rapi.
 Riwayat Kesehatan : Pasien dan keluarga pasien tidak ada riwayat
penyakit sistemik dan riwayat alergi.
a) Kesehatan Umum : Baik
b) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi:
 Periode Gigi Susu :-
 Periode gigi Bercampur : -
 Periode gigi Permanen : -
c) Kebiasaan jelek (bad habit) yang berkaitan dengan keluhan pasien:

Jenis Durasi Frekuensi Intensitas Keterangan


Kebiasaan
Minum ASI +1,5 tahun Sering Kuat

d) Riwayat keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien:


- Ayah (tidak ada keluhan)
- Ibu (tidak ada keluhan)

B. Pemeriksaan Obyektif
1. UMUM
Status Gizi :
Indeks Masa Tubuh: BB(kg)/TB2(m) = 46 (kg) / (155)2 (m)x 100 = 0,1914
Status Gizi : Kurang Normal  Lebih
Kategori : Kurus  Normal Gemuk
2. LOKAL
a) Ekstraoral
 Bentuk Kepala :
Indeks Kepala: Lebar kepala/Panjang Kepala x 100 = 12,66/16,8 x 100
= 75,35
Kesimpulan bentuk kepala:
Dolikosefali  Mesosefali Brakisefali
Klasifikasi indeks kepala :
 Hipo Dolikosefali : < 70,0
 Dolikosefali(kepala panjang sempit) : 70,0 – 74,9
 Mesosefali (kepala sedang) : 75,0 – 79,9
 Brakisefali (kepala lebar persegi) : 80,0 – 84,9
 Hiper Brakisefali : >84,9

 Bentuk Wajah :
Indeks Wajah: Tinggi Wajah/Lebar wajah x 100= 13,4/17,2 x 100=
77,90
Kesimpulan: bentuk wajah:
Hipereuriprosop  Euriprosop  Mesoprosop
 Leptoprosop Hiperleptoprosop

Klasifikasi indeks muka :

 Hipo Euriprosop : < 80,0


 Euriprosop(muka pendek,lebar) : 80,0 – 84,9
 Mesoprosop (muka sedang) : 85,0 – 89,9
 Leptoprosop(muka tinggi,sempit) : 90,0-94,9
 Hiper Leptoprosop : > 94,9

Analisis Proporsi wajah Analisis profil wajah (tampak


samping)

Glabela

Subnasio
n

Kesimpulan: - Foto profil tampak depan pasien memiliki wajah simetris


- Profil wajah cembung

b) Intraoral
 Kebersihan rongga mulut pasien : OHIs = 1,2 (baik)
 Lidah : Normal
 Palatum : Normal
 Gingiva : Normal
 Mukosa : Normal
 Frenulum :
 Frenulum Labii Superior : Normal
 Frenulum Labii Inferior : Normal
 Frenulum Lingualis : Normal
 Pola Atrisi : Normal
 Fonetik : Normal
 Pemeriksaan Gigi Geligi

3. Sefalometri
a) Foto Sefalometri
b) Analisis Sefalometri
Perempuan Perempuan Hasil
JenisPengukuran Keterangan
Nilai Normal SD Ukuran
SNA 82 3 80 Hubungan maksila
terhadap basis kranium
protruded
SNB0 80 3 75 Hubungan mandibula
terhadap basis kranium
protruded
ANB0 2 2 5 Hubungan maksila
dengan mandibula
maloklusi klass II
Mandibular Plane 320 4 36 Inklinasi mandibula
Angle (SN-MP) terhadap kranium
mengalami
prognatikum
mandibula
I-NA (mm) 4 mm - 4 mm Inklinasi insisif atas
terhadap NA normal
I-NB (mm) 4 mm - 4 mm Inklinasi insisif bawah
terhadap NB normal
S-line 0 mm - 0 mm Posisi bibir normal
NAPog 3 6 100 Profil wajah cembung
Facial angle (FHP- 820-950 4 900 Pertumbuhan
N.Pog) mandibula ke arah
vertikal
I-APog (-1)-5 mm 3 4 mm Inklinasi insisif atas
terhadap APog
protrusif
I-MP 81,50-970 5 970 Inklinasi insisif bawah
terhadap mandibula
protrusif
Inter I 1300-150,50 8 1160 Inklinasi insisif atas
dan insisif bawah
retrusif

Kesimpulan:
 Hubungan maksila terhadap basis kranium protruded
 Hubungan mandibula terhadap basis kranium protruded
 Hubungan skeletal klas II
 Inklinasi bidang mandibula terhadap kranium mengalami prognati
 Inklinasi gigi insisius RA dan RB normal
 Inklinasi insisif bawah terhadap mandibula normal
 Bibir atas an bawah cenderung normal
 Relasi antar gigi I RA dan RB retroklinasi

Diagnosis : Maloklusi angle klas I disertai hubungan skeletal klas II disertai


malposisi gigi pada rahang atas dan rahang bawah

4. Analisis Model Studi


a) Foto model gigi

Bentuk Lengkung Gigi: RA : Parabola


RB : Parabola

b) Lebar mesiodistal gigi geligi


Rahang atas
Gigi Kanan Kiri Normal Ket
1 8,6 8,7 7.40 – 9.75 Normal
2 5,6 5,9 6.05 – 8.10 Normal
3 8,3 8,6 7.05 – 9.32 Normal
4 6,7 6,6 6.75 – 9.00 Normal
5 6,8 6,8 6.00 – 8.10 Normal
6 10,07 10,68 9.95 – 12.10 Normal
JUMLAH 46,07 46,68

Rahang Bawah
Gigi Kanan Kiri Normal Ket
1 5,4 5,2 4.97 – 6.60 Normal
2 5,8 6,2 5.45 – 6.85 Normal
3 7,8 7,3 6.15 – 8.15 Normal
4 6,7 7,0 6.35 – 8.75 Normal
5 7,3 7,5 6.80 – 9.55 Normal
6 10,7 0 10.62 – 13.05 Normal
JUMLAH 43,7 33,2

Kesimpulan: lebar mesiodistal gigi geligi rahang atas dan rahang bawah
normal.

c) Analisis Model Studi


 Overjet = 5,5 mm
 Overbite = 3,8 mm
 Relasi molar pertama permanen :
Kanan : Klas I Kiri : Klas I
Klas II Klas II
Klas III Klas III

 RelasiKaninus :
Kanan : Klas I Kiri : Klas I
Klas II Klas II
Klas III Klas III

 Klasifikasi Angle
Klas I, Dewey tipe ......
Klas II Divisi 2
Klas III, Dewey tipe .....
 Kurve of Spee : Normal
 Garis median :
Rahang atas normal Rahang bawah : normal
- ke kiri : 0 mm - ke kiri : 1 mm
- ke kanan : 0 mm - ke kanan : 0 mm

 Malrelasi :
 Open bite anterior/posterior : Tidak Ada
 Edge to edge bite : Tidak Ada
 Cusp to cusp bite : Tidak Ada
 Deep bite : Tidak Ada
 Cross bite anterior/posterior : Tidak Ada
 Scissor bite : Tidak Ada
 Malposisi gigi Individual :
a. Rahang Atas :
11 : mesiopalatotorsiversi
12 : labioversi
24 : distopalatoversi
25 : mesiopalatotorsiversi
b. Rahang Bawah:
31 : linguoversi
32 : mesiopalatotorsiversi
33 : linguotorsiversi
41 : linguoversi
42 : mesiolabioversi
43 : linguotorsiversi
47 : mesioversi
48 : bukoversi

d) Perhitungan-perhitungan
A. Analisis Pont
1. Lebar Mesiodistal 12 11 21 22 = 28,8 mm
Jarak distal pit 14 – 24 (pasien) = 36,6 mm
Jarak sentral fossa 16 – 26 (pasien) = 45,3 mm
2. Indeks Pont 14 – 24 = jml MD 12 11 21 22 X 100 = 28,8 x 100= 36 mm
80 80

3. Indeks Pont 16 – 26 = jml MD 12 11 21 22 X 100= 28,8 x100 = 45 mm


64 64

Penderita Pont Selisih


14 – 24 35,6 mm 36 mm (-) 0,4 mm

16 – 26 44,6 mm 45 mm (-) 0,4 mm

Kesimpulan :
 Jarak interpremolar RA mengalami kontraksi sebesar 0,4 mm
 Jarak intermolar RA mengalami kontraksi sebesar 0,4 mm
 Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi pasien ke arah lateral
pada jarak distal pit 14- 24 mengalami kontraksi derajat ringan sebesar
0,4 mm dan pada jarak sentral fossa 16- 26 mengalami kontraksi ringan
sebesar 0,4 mm.

B. Korkhous
 Jumlah mesiodistal 12 11 21 22 : 28,8 mm
 Jarak I-(P1-P1) pengukuran : 16 mm
 Jarak I-(P1-P1) berdasarkan tabel Korkhous : 17 mm
 Diskrepansi : 1 mm
Kesimpulan : Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah
posterior mengalami protraksi sebesar 1 mm

C. Howes
 Jumlah lebar mesiodistal 16-26 : 92,75mm
 Jarak pucak tonjol bukal 14-24 : 42,7 mm
 Jarak Interfossa Canina : 43 mm
__________ -
Diskrepansi : 0,3 mm
 Indeks P : Jarak 14-24 x 100% = 42,7 x 100 % = 46,03%
Jml MD 16-26 92,75
Bila indeks P = 43%, lengkung gigi dapat menampung gigi-gigi
kedalam lengkung ideal. Jadi lengkung gigi untuk menampung gigi-gigi
berlebih, karena indeks P> 43%

 Indeks FC : Jarak IFC x 100% : 43 x 100% = 46,36 %


Jml MD 16-26 92,75

Bila indeks FC >44%, lengkung basal dapat menampung gigi-gigi


kedalam lengkung ideal.
Bila indeks FC < 37%, ini merupakan kasus dengan indikasi
pencabutan.
Bila indeks FC < 44% tapi> 37%, ini merupakan kasus meragukan
untuk dilakukan ekspansi atau pencabutan.
Jadi lengkung basal untuk menampung gigi-gigi lebih,
karena indeks FC > 44%

Kesimpulan :
1) Lengkung gigi cukup untuk menampung gigi
2) Lengkung basal cukup untuk menampung gigi
3) Inklinasi gigi posterior konvergen ke arah oklusal
4) Lengkung gigi lebih kecil nilainya jika dibandingkan dengan
lengkung basal (konvergen)
D. Determinasi Lengkung Gigi
Rahang atas
Rahang bawah

Keterangan:
Warna merah : lengkung gigi yang belum diretraksi
Warna hijau : lengkung gigi yang ideal

Determinasi lengkung gigi


Rahang Atas Rahang Bawah
Kiri Kanan Kiri Kanan
Panjang Lengkung Ideal 46,8 mm 46,1 mm 33,7 mm 43,9 mm
Jumlah mesiodistal 46,68 mm 46,07 mm 33,2 mm 43,7 mm
Diskrepansi 0,1 mm 0,1 mm 0,5 mm 0,2 mm

Solusi Pencarian ruang :


RA: Pengaturan gigi geligi pada lengkung gigi ideal, kelebihan ruang kiri 0,1 mm
dan kekurangan ruang 0, 1 mm
RB: Pengaturan gigi geligi pada lengkung gigi ideal, kekurangan ruang kiri 0,2 mm
dan kekurangan ruang kiri 0,3 mm

5. Data Penunjang
a) Pemeriksaan Ronsen (OPG)

Keterangan :
 Impaksi : Tidak ada
 Fraktur : Tidak ada
 Supernumerary : Tidak ada
 Agenesis : Tidak ada

6. Diagnosis Ortodontik
Maloklusi angle klas I dengan hubungan skeletal klas II, disertai malposisi gigi
pada rahang atas dan rahang bawah:
a. Rahang Atas :
11 : mesiopalatotorsiversi
12 : labioversi
24 : distopalatoversi
25 : mesiopalatotorsiversi

b. Rahang Bawah:
31 : linguoversi
32 : mesiopalatotorsiversi
33 : linguotorsiversi
41 : linguoversi
42 : mesiolabioversi
43 : linguotorsiversi
47 : mesioversi
48 : bukoversi

Analisis Etiologi Maloklusi


Malposisi
a. Rahang Atas :
11 : kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 51
12 : kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 51
24 : kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 64
25 : kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 65
b. Rahang Bawah:
31 : kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 71
32 : kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 72
33 : kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 73
41 : kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 81
42 : kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 82
43 : kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 83
47 : kemungkinan disebabkan karena premature loss gigi 87
48 : kemungkinan disebabkan impaksi gigi

Prosedur Perawatan:
1. Rencana Perawatan

O Observasi O Preventif O Interseptif O Korektif

Tahap-tahap yang akan dilakukan dalam proses perawatan adalah sebagai


berikut:
1. Instruksi dan memotivasi pasien serta memberi penjelasan tentang
perawatan ortodontik
2. Pencarian ruang, pemanfaatan ruang atau distribusi ruang
3. Koreksi lengkung gigi dan koreksi malposisi gigi individual
4. Penyesuaian oklusi
5. Pemasangan retainer

II. Jalannya Perawatan


1. Informed consent
2. Insersi alat dan adaptasi selama 1 minggu serta instruksi tentang lama
pemakaian alat dan cara menjaga kebersihan alat
3. Edukasi
Memberikan penjelasan dan gambaran tentang pemakaian alat
orthodontik yang merupakan perawatan yang relatif lama dan
memerlukan kedisiplinan, kooperatif, dan motivasi yang tinggi dari
pasien agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Selain itu,
ditekankan kerjasama dokter dengan melakukan control rutin dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan selama perawatan. Pemakaian alat
dipakai setiap hari rutin, dan dibersihkan setelah makan.
4. Kontrol setiap 1 minggu untuk dilakukan aktivasi simple spring dan
labial arch
Kontrol 1

- Dilakukan grinding sebesar 0,3 mm pada masing- masing gigi (mesial


gigi C- mesial gigi C) pada rahang atas setiap kontrol.
- Meretentifkan adam klamer dan labial arch pada gigi 16 dan 26
Kontrol 2
- Meretetentifkan adam klamer pada gigi 36 dan 46
- Melakukan slicing pada gigi rahang bawah pada gigi 31,32,33,
41,42,43
Kontrol 3
- Dilakukan grinding sebesar 0,3 mm pada masing- masing gigi (mesial
gigi C- mesial gigi C) pada rahang atas setiap kontrol.
- Mengaktifkan double simple spring pada rahang bawah
- Melakukan slicing pada gigi rahang bawah pada gigi 31,32,33,
41,42,43
Kontrol 4
- Meretentifkan labial arch dan adam klamer pada gigi anterior rahang
atas dan rahang bawah
- Dilakukan grinding sebesar 0,3 mm pada masing- masing gigi (mesial
gigi C- mesial gigi C) pada rahang atas setiap kontrol.
Kontrol 5
- Mengaktifkan double simple spring pada rahang bawah gigi 31 dan
41
- Melakukan slicing pada gigi rahang bawah pada gigi 31,32,33,
41,42,43
- Meretentifkan labial arch dan adam klamer pada rahang atas dan
rahang bawah
- Mengkoreksi overbite dengan menggunakan biteplane anterior pada
rahang bawah
Kontrol 6
- Mengkoreksi overbite dengan menggunakan biteplane anterior pada
rahang bawah
- Meretentifkan adam klamer dan labial arch pada rahang atas dan
rahang bawah
- Melakukan slicing pada gigi rahang bawah pada gigi 31,32,33,
41,42,43
Kontrol 7
- Dilakukan grinding sebesar 0,3 mm pada masing- masing gigi (mesial
gigi C- mesial gigi C) pada rahang atas setiap kontrol.
- Mengkoreksi overbite dengan menggunakan biteplane anterior pada
rahang bawah
- Mengaktifkan double simple spring
Kontrol 8
-Dilakukan grinding sebesar 0,3 mm pada masing- masing gigi (mesial
gigi C- mesial gigi C) pada rahang atas setiap kontrol.
- Mengkoreksi overbite dengan menggunakan biteplane anterior pada
rahang bawah
- Mengaktifkan double simple spring pada rahang bawah
- Meretentifkan adam klamer dan labial arch pada rahang atas dan
rahang bawah

III. Gambar/Desain Alat


Rahang atas

1. Labial arch sebagai alat aktif dengan diameter kawat 0,7 dengan U
loop pada gigi 13 dan 23
2. Adam klamer sebagai alat retentive dengan diameter kawat 0,7 mm.
3. Dilakukan grinding sebesar 0,3 mm pada masing- masing gigi
(mesial gigi C- mesial gigi C) pada rahang atas setiap kontrol

Rahang bawah :

Rahang bawah :
1. Double simple spring pada lingual gigi 31 dan 41
2. Diberikan anterior bite plane untuk mengurangi overbite pada gigi
anterior
3. Labial arch dengan U loop pada gigi 33-43
4. Pengencangan adam klamer 36 dan 46 untuk retensi

IV. Alat Retainer

Retainer yang digunakan pada kasus ini adalah hawley retainer. Hawley
retainer merupakan retainer lepasan yang sering digunakan, terdiri dari
adam klamer pada gigi molar dan busur labial dengan loop yang
disesuaikan. Retainer yang digunakan bertujuan untuk mencegah hasil
perawatan relaps atau untuk mempertahankan lengkung yang telah
dikoreksi maka untuk rahang atas digunakan retainer dengan kawat
diameter 0,8 mm labial arch dengan U loop pada gigi 13 dan 23, serta
adam klamer pada gigi 16 dan 26 sebagai retensi dengan diameter 0,8
mm. Sedangkan untuk rahang bawah digunakan retainer berupa labial
arch dengan U loop pada gigi 34 dan 44 dengan diameter kawat 0,8 mm,
serta adam klamer pada gigi 36 dan 46 sebagai retensi dengan diameter
0,8 mm.
 Pemakaian 3 bulan I : Retainer dipakai siang dan malam, dan pada
waktu tidur, baru dilepas pada waktu sikat gigi
dan sehabis makan untuk dibersihkan, dengan
waktu control sebulan sekali untuk pengecekan
apakah hasil perawatan berjalan dengan baik.
 Pemakaian 3 bulan II : kontrol apakah retainer setiap dipakai masih
sesak, jika sudah tidak sesak pemakaian
dihentikan
 Pemakaian 3 bulan III : dikontrol kembali apakah retainer masih terasa
sesak jika masih pemakaian dilanjutkan 3 bulan
berikutnya
 Pemakaian 3 bulan IV : jika sudah tidak terasa sesak pemakaian bias
dihentikan dan dilakukan pengontrolan akhir 3
bulan berikutnya.

V. Jenis Perawatan: PROGNOSA : Baik/ Sedang / Buruk

Alasan :

 Jaringan lunak baik


 Pasien kooperatif terhadap perawatan
 Riwayat kesehatan baik
 Keadaan sosial ekonomi menengah ke atas
 Perawatan didukung dan disetujui oleh pasien dan keluarga

Semarang, ___________2019

Operator Telah disetujui oleh pembimbing,

Titan Mega Ulia drg. Hadi Supranoto, Sp.Ort

Anda mungkin juga menyukai