Anda di halaman 1dari 31

Analisa Kasus

Orthodonsia
Orthodonsia 33
Instruktur : drg. Indah Nur Evi Sp.Ort
Operator :
Kholila Indana Zulfa (40620031)
Lubna Dynur Perdini (40620033)
Kartu
Kartu Perawatan
Perawatan Orthodonsia
Orthodonsia

Nama penderita : Dwi Nurul Afitri

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur, Tanggal Lahir : 21th, 7 Januari 2000

Tempat tinggal : Dusun Adan-adan , Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri

Nama orang tua / wali : Imam Kamali


Analisa
Analisa Umum
Umum
1. Riwayat Penderita
Pasien datang dengan keluhan gigi depan atas dan bawah depan tidak rapi, pasien merasa tidak nyaman dan ingin
dirawat
Berat badan : 44 kg
Tinggi badan : 150 cm
Kebangsaan / suku : Indonesia / Jawa
Bentuk skelet : Ektomorfik
Penyakit anak – anak : TAK
Alergi : TAK
Kelainan endokrin : TAK
Operasi : Tidak pernah
Tonsil : Tidak ada
Kelainan saluran pernapasan : Tidak ada
Ciri keluarga :-
Analisa
Analisa Lokal
Lokal
Ekstra oral : Intra oral :

1. Tipe profil : Lurus 1. Jaringan mukosa mulut : Normal


2. Tipe muka : Ovoid 2. Lidah : Normal
3. Tipe kepala : Mesosefalik
3. Palatum : Normal
4. Bentuk muka / kepala : Simetris
4. Kebersihan mulut : Baik
5. Tonus otot : Bibir atas dan bibir
5. Frekuensi karies : Sedang
bawah normal
6. Fonetik : Normal 6. Fase geligi : Tetap

7. Kebiasaan jelek : Tidak ada


Keadaan
Keadaan Geligi
Geligi
Foto
Foto Panoramik
Panoramik
Analisa
AnalisaIntroduction
01 Introduction
Fungsional
Fungsional
Describe the topic of the section here

History
02 History
Describe the topic of the section here

Freeway spaceBusiness
03
Path of closure
Business : Normal, 2 mm
Describe the topic of the section here
: Normal
Sendi temporo Clients
04
Pola atrisi
–Clients
mandibular : Normal
Describe the topic of the section here
: Normal

Conclusion
05 Conclusion
Describe the topic of the section here
Pergeseran gigi-gigi
Analisa
Analisa Model
Model Rahang Atas : -
Rahang Bawah : -
Gigi-gigi yang terletak salah
Bentuk lengkung gigi Rahang Atas : -
• Rahang Atas : Normal (Parabola) Rahang Bawah : -
• Rahang Bawah : Normal (Parabola) Pergeseran garis median terhadap muka :
Rahang atas : -
Jumlah lebar 4 insisiv RA : 31,5 mm (Normal) Rahang bawah : 1 mm ke kanan
Kelainan Kelompok gigi :
Diskrepansi Model : Letak berdesakan : -
Tempat Rahang Atas Rahang
Bawah
Tempat yang tersedia 77 mm 70,5 mm
Tempat yang dibutuhkan 78 mm 71,5 mm
Jumlah kelebihan/ kekurangan tempat -1 mm -1 mm

Kurva Of Spee : Datar

Diastema :
Rahang Atas : -
Rahang Bawah : -
Relasi geligi rahang atas terhadap geligi rahang bawah :
a. Kaninus kanan dan Kaninus kiri : Neutroklusi
b. Molar kanan dan Molar kiri : Neutroklusi

Relasi Transversal : Normal

Relasi Vertikal : Normal

Relasi gigi anterior rahang atas dan rahang bawah :


a. Tumpang gigit : 2 mm
b. Jarak gigit : 2 mm

Kemungkinan Etiologi
RA: Tanggal prematur gigi 51 dan 52
RB: Tanggal prematur gigi 71 dan 81
Diagnosis
Maloklusi kelas 1 angle disertai crowded anterior RA dan rotasi sentris gigi 31 dan 41
Rencana
Rencana Perawatan
Perawatan

Macam Perawatan:
- Non Ekstraksi

Rencana Perawatan:
1. Koreksi crowded RA
2. Koreksi rotasi sentris gigi 31 dan 41
3. Evaluasi
3. Retensi

Prognosis:
- Menguntungkan
Alat :
- Lepasan Rh. Atas dan Rh. Bawah
Desain
Desain Piranti
Piranti
Rahang Atas
1.Rahang
Komponen Atasaktif :
1. Komponen
Busur labial aktifaktif
0,7mm: pada gigi 13 sampai 23
Busur labial
Kantilever aktif0,5
ganda 0,7mm padagigi
mm pada gigi1213 sampai 23
2. Kantilever
Komponen ganda 0,5 :mm pada gigi 12
retentif
2. Komponen
Cangkolan adamretentif
0,7mm: pada gigi 16 dan 26
3. Cangkolan
Plat Akrilikadam 0,7mm
disertai pada gigi
perluasan 16 dan
pada 1/3 26
3.serviko-insisal
Plat Akrilik disertai perluasan pada 1/3
serviko-insisal
4. Penjangkaran pada palatum, prosesus alveolaris
4. Penjangkaran pada palatum, prosesus alveolaris
Rahang Bawah
1.Rahang
Komponen Bawahaktif :
Busur labial aktifaktif
1. Komponen :
0,7 mm dari gigi 33 sampai 43
Busur labial aktif 0,7 mm
Kantilever ganda 0,5 mm pada dari gigi
gigi 31
33dan
sampai
41 43
2. Kantilever
Komponen ganda 0,5 :mm pada gigi 31 dan 41
retentif
2. Komponen
Cangkolan adamretentif
0,7 mm: pada gigi 36 dan 46
3. Cangkolan
Plat Akrilikadam 0,7 perluasan
disertai mm pada gigipada36 1/3
dan 46
3.serviko-insisal
Plat Akrilik disertai perluasan pada 1/3
anterior
serviko-insisal
4. Penjangkaran padaanterior
prosesus alveolaris
4. Penjangkaran pada prosesus alveolaris
Ekstra
Ekstra Oral
Oral

Mission
Mission Values
Values
Venus has a beautiful name Mercury is the closest
and is the second planet Vision
Vision planet to the Sun and the
from the Sun smallest one
Mars is actually a cold
place. It’s full of iron oxide
dust
Intra
Intra Oral
Oral
2021
2021
Neptune is the fourth-
largest one

1 3 4

It’s the closest planet Saturn is a gas giant


to the Sun and has rings
Analisa
Analisa Cephalometri
Cephalometri
Analisa
Analisa Steiner
Steiner
Tabel
Tabel Analisa
Analisa Steiner
Steiner
KAUKASOID SURABAYA

PENGUKURAN
SKELETAL STEINER KETERANGAN
Rata-rata Range Rata-rata Range SEFALOMETRI

SNA 82o 78o – 86o 84,3o 79o – 89o 78 o Normal

SNB 80o 76o – 84o 81,4o 74o – 89o 75 o Normal

ANB 2o 0 o – 4o 3o 3o Skeletal kelas I

Kesimpulan : Maloklusi skeletal kelas I


Analisa
Analisa Skeletal
Skeletal Down
Down
Tabel
Tabel Analisa
Analisa Down
Down
KAUKASOID SURABAYA
PENGUKURAN
SKELETAL DOWNS Rata- KETERANGAN
Range Rata-rata Range SEFALOMETRI
rata

NA – APog 0o -8,5o – 6,1o -4o – 16o 9o Normal, Profil lurus


10o
SGn – FH (Y-axis) 59,4o 53o – 66o 65,5o 57o – 73o 53o (Normal) Pertumbuhan
horizontal dan vertikal
seimbang

Kesimpulan : Tipe profil lurus dengan pertumbuhan horizontal dan vertikal seimbang
Analisa
Analisa Dental
Dental
Tabel
Tabel Analisa
Analisa Dental
Dental
KAUKASOID SURABAYA
PENGUKURAN
DENTAL KETERANGAN
Rata-rata Range Rata-rata Range SEFALOMETRI

108o 111,6o 109 o Insisif maksila


U1 – Max Pl
normal
135,4o 130o – 150o 118,8o 105o – 133o 125 o Normal
Interinsisal
L1 – Man Pl 93 o 96 o Normal
22o 15 – 32
o o
26 o
28o Normal
U1 – Na
4 2–6 6,3 0 – 14 4 mm Normal
U1 – Na (mm)
25o 15o – 32o 29o 25 o Normal
L1 – Nb
4 2–6 7,9 3 – 13 5 mm Normal
L1 – Nb (mm)

Kesimpulan : Pertumbuhan gigi yang normal dengan insisif anterior rahang atas yang normal
Analisa
Analisa Jaringan
Jaringan Lunak
Lunak
Tabel
Tabel Analisa
Analisa Jaringan
Jaringan Lunak
Lunak
JARINGAN PENGUKURAN
KAUKASOID SURABAYA KETERANGAN
LUNAK SEFALOMETRI
90o – 120o 118 o Normal
Nasolabial Angle

Ls – E-line ± 2–3 2 mm Bibir Atas


mm Li – E-line ± Normal
Ricket’s Lip
1–2 mm
Analysis Bibir Bawah
2 mm Normal
Bibir pada S-line Bibir di depan S Protrusif
Steiner Analysis
Line

Kesimpulan : Bibir atas dan bibir bawah normal


Analisa
Analisa Tweed
Tweed
Tabel
Tabel Analisa
Analisa Tweed
Tweed
KAUKASOID SURABAYA
PENGUKURAN
TWEED TRIANGLE KETERANGAN
Rata-rata Range Rata-rata Range SEFALOMETRI

87o 85o – 95o 89o – 95o 94o Normal


IMPA (Incisor
Mandibula Plane Angle)

FMA (Frankfurt 25o 22o – 28o 16o – 35o 30 o Normal


Mandibula Angle)
FMIA (Frankfurt 68o 66o – 60o – 75 60 o Insisivus
Mandibula Incisive 68,8o Mandibula
Angle) Normal

Kesimpulan : tipe kepala mesosefalik karena mandibula dengan basis crani normal dan hubungan frankfurt
dengan insivus mandibula normal
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Analisis Steiner
• Rerata sudut SNB 80°; < 80° menunjukkan mandibula resesif; > 80° menunjukkan
mandibula prognatik. ANB didapatkan dari pengukuran antero-posterior maksila dan
mandibula satu terhadap lainnya. Rerata sudut ANB 2°; jika > 2° menunjukkan
kecenderungan skeletal Kelas II; jika < 2° dan terbaca kurang dari 0 ° (-1 °, -2 °, -3 °)
menunjukkan mandibula di depan maksila atau hubungan skeletal Kelas III.

• Pasien merupakan Skeletal kelas I, karena 3°


Analisis Down’s

• Sudut konveksitas dibentuk oleh perpotongan garis dari N ke titik A, dari titik A ke Pogonion.

• Sudut ini mengukur derajat lengkung basal rahang atas pada batas anteriornya (titik A) relatif terhadap
profil wajah total (N-Pog)

• Positif angle menunjukkan gigi RA lebih maju dibandingkan dengan rahang bawah.

• Negative angle dikaitkan dengan profile yg prognatik.

• Y axis menunjukkan derajat posisi dagu ke bawah, ke belakang atau ke depan dalam kaitannya dengan
upper face.

• Sudut Y axis pasien normal (53 ° )


Jaringan Lunak

• Menurut Steiner, bibir dalam keseimbangan yang baik, apabila menyentuh


perpanjangan garis dari kontur jaringan lunak dagu ke pertengahan S yang dibentuk
oleh tepi bawah hidung. Garis ini disebut sebagai S-line.

• S-line didapatkan protusif, dengan pengukuran sudut Nasolabial angel 118 o


dan
analisis ricket’s Lip menunjukkan profil bibir atas hipotonus dan bibir bawah
normal
Analisis dental

- Gigi insisif atas terhadap garis N-A dibaca dalam derajat untuk menentukan hubungan
angular gigi-gigi insisif atas, sedangkan apabila dibaca dalam mm, memberikan informasi
posisi gigi insisif lebih di depan/belakang dari garis N-A. „

- Jarak permukaan gigi insisif paling labial terhadap garis N-A sebesar 4 mm di depan garis
N-A, dan inklinasi aksialnya membentuk sudut 22° dengan garis N-A.

- Maxillary Incisor Angle ini untuk mengetahui posisi insisif terhadap facial skeleton.

- Gigi insisif bawah dalam arah antero-posterior dan angulasinya ditentukan dengan
menghubungkan gigi tersebut dengan garis N-B. „
Analisis dental

- Pengukuran gigi insisif bawah terhadap garis N-B dalam mm menunjukkan posisi gigi di
depan/ belakang garis N-B. Sedangkan dalam derajat menentukan inklinasi aksial gigi
tersebut.

- Titik paling labial gigi insisif sentral bawah terletak 5 mm di depan garis NB, sedangkan
inklinasi aksial gigi ini terhadap garis N-B sebesar 25 °

- Interincisal Angle, Untuk mengetahui inklinasi gigi insisif dan relasi gigi insisif atas dan
bawah. Sudut ini kecil bila inklinasi gigi insisif lebih ke labial dari basis gigi- geligi.
Analisis Tweed Triangel

- Digunakan untuk menentukan derajat keparahan oklusi

- (IMPA) Incisor-Mandibular Plane Angle, Dibentuk dari perpotongan bidang mandibula dan
perpanjangan garis dari tepi insisal-apeks akar gigi insisif sentral bawah. Menunjukkan
inklinasi insisif mandibula yang stabil terhadapo bidang mandibula.

- (FMIA) Frankfort Mandibular Incisive Angle), Inklinasi insisif bawah terhadap basis krani.
FMIA menunjukkan derajat keseimbangan yang harmonis dari profil wajah hubungannya
dengan insisif mandibula.

- (FMA) Frankfort Mandibular Angle), menunjukkan pertumbuhan 1/3 muka bagian bawah,
posterior-anterior.

- Pasien mununjukkan inklinasi mandibula yang normal.


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai