BUKU
PEMBICARAAN
MODEL
OLEH
NAMA :
STB :
PEMBIMBING :
1
PEMBICARAAN MODEL
2
Mengisap jari. Maloklusi yang terjadi tergantung dari:
- Posisi jari
- Kontraksi otot, posisi mandibula
- Besarnya tekanan isap, lamanya mengisap, frekuensi
Maloklusi yang dapat terjadi adl.:
- Anterior open bite
- Protrusi anterior atas
- RB kurang berkembang karena tertahan jari
- Anterior open bite dan protrusi anterior atas
Mengisap bibir. Maloklusi yang dapat terjadi:
- Maloklusi klas II
- Maloklusi klas I dengan protrusi gigi atas
Mendorong dengan lidah. Maloklusi yang dapat terjadi yaitu:
- Insisivus protrusi
- Overjet besar
- Penyempitan lengkung rahang
- Gigi posterior erupsi berlebihan
- Anterior open bite
- Terjadi kombinasi overjet dan penyempitan
- Diastem
Menggigit kuku/pensil. Terjadi maloklusi pada gigi yang bersangkutan
(atrisi)
Bernafas melalui mulut. Maloklusi yang terjadi yaitu:
- Kontraksi rahang atas
- Gigi anterior rahang atas labioversi
- Gigi RA dan RB berjejal
- Hipertrofi bibir dan bibir bawah pecah-pecah
- Bibir atas lembek dan hipotonik
Tidur satu sisi. Terjadi asimetris lengkung rahang
Menopang dagu. Akan mengganggu pertumbuhan
Susu botol lebih dari 3 tahun
3
II. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL
1. Bentuk Kepala, ada hubungan dengan:
- Bentuk muka
- Bentuk lengkung rahang
- Bentuk gigi Insisivus
4
Seimbang : Apabila ada keseimbangan antara 1/3 muka bagian atas,
tengah, dan bawah.
5
3. Bentuk Profil (dilihat dari lateral). Berpatokan pada Glabela, SNA, dan
Gnathion. Caranya dengan dilihat dari foto Rongen atau dari lateral dengan
menghubungkan suatu garis dari glabela-SNA-kontur gigi bawah titik sympisis
mandibula:
Hasilnya:
- Cekung : SNA lebih ke belakang
- Cembung : SNA lebih ke depan
- Datar/lurus/normal: ke-3 nya segaris
6
III. PEMERIKSAAN INTRA ORAL
A. Ora Hygiene (OH)
Gunanya untuk menetukan jenis alat ortho dan tingkat kooperatif pasien
Ditentukan berdasarkan pemeriksaan pada pasien (bukan model)
menggunakan index OHI-S
C. Frenulum
Normalnya 5 cm dari gusi, jika < 5 mm, tebal dan ada central diastem
maka perlu dilakukan frenektomi. Untuk mengetahui tebal atau tingginya
frenulum digunakan bunch test
Penetuan frenulum dilakukan dengan cara membagi 3 jarak anatara
vestibulum dan cervical
Hasilnya:
- 1/3 cervical : tinggi (dekat dengan cervical)
- 1/3 tengah : sedang (diantara cervical & vestibulum)
- 1/3 vestibulum : rendah (jauh dari cervical)
7
D. Hubungan Rahang
Secara langsung: digitalis dengan menggunakan foto cephalometrik
Dengan menggunakan jangka yang kedua ujungnya diletakkan pada dasar
vestibulum labialis. Kemudian dilihat bagian mana yang lebih dulu
menyentuh jangka. Bila bagian atas berarti RB > ke posterior maka ini
disebut retrognati, sebaliknya disebut prognathi, dan bila bersamaan disebut
orthognati, yang normalnya 1-2 mm.
2. Gigi yang Ada (sebutkan gigi-gigi yang ada dan yang hilang). Pemberian
symbol sesuai dengan kelainan/perawatan
V IV III II I I II III IV V
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
V IV III II I I II III IV V
8
4. Karies Gigi
Gunanya:
- Untuk menetukan rencana terapi, misalnya gigi yang sering dicabut
adalah P1 tetapi karena M1 karies, maka yang dicabut adalah gigi M1
atau karies perlu dirawat bila jaringan periodontiumnya tidak rusak
- Untuk penetuan letak klamer retensi
5. Bentuk Gigi
Mempunyai korelasi dengan bentuk muka dan lengkung. Bentuk gigi yaitu:
7. Ukuran Gigi
Lengkung Gigi
9
8. Bentuk Lengkung Rahang :
a. Kurve Spee
RA : Garis hayal yang ditarik dari tonjol C RA melalui tonjol
distobukal M1 RA kearah processus coronoideus
RB : Garis hayal yang ditarik dari tonjol C RB melalui tonjol bukal
gigi-gigi posterior kearah ramus mandibula bagian anterior
Gunanya untuk melihat pergerakan mandibula kearah anterior-
posterior, untuk memperoleh keseimbangan/efisiensi pergerakan
dari tonjol gigi dan fungsi kunyah
Normalnya: (+), tidak normal (-)
b. Kurve Horizontal
Gunanya untuk mendapatkan keseimbangan oklusi. Terdiri dari:
c. Kurve Manson
Gunanya: untuk melihat pergerakan mandibula ke arah lateral
Dilihat dari belakang dan yang harus diperlihatkan adalah relasi
gigi geligi yaitu:
- P1 cusp bukal menyentuh plane sedang cusp palatinanya tidak
- P2 kedua cusp yakni cusp bukal dan palatal menyentuh plane
- M1 cusp palatal menyentuh plane, sedang cusp bukal tidak
10
9. Perbandingan Simetris
Bidang horizontal = Bidang Franktur
Bidang yang melalui kedua titik tulang telinga
(MAE kiri-kanan) ke titik orbita (titik tulang mata)
kiri-kanan
Bidang transversal = Bidang Orbita
Bidang yang melalui kedua titik tulang mata (orbita
kiri-kanan) tegak lurus terhadap bidang horizontal
(melewati sebelah distal
dari gigi caninus)
Bidang sagital = Median
Bidang yang melalui garis median tegak lurus
bidang horizontal
11
10. Gigi Dalam Letak Abnormal. Kelainan letak gigi:
Rotasi, yaitu perputaran gigi melalui as vertical. Terbagi 2 yaitu:
- Rotasi Eksentris: perputaran gigi melalui as vertical gigi dimana
as vertica tersebut terletak pada salah satu sisi marginalnya
- Rotasi Sentris: perputaran gigi melalui as vertical gigi dimana as
vertica tersebut terletak pada as gigi
Versi, yaitu perputaran gigi melalui as horizontal
- As horizontal sagital: Distoversi dan Mesioversi
- As horizontal transversal: labioversi dan palatoversi
Gresi, yaitu perpindahan gigi sejajar as vertical gigi
Infraposisi, yaitu posisi gigi yang tumbuh kearah oklusal tetapi tidak
melewati garis oklusi
Supraposisi, yaitu posisi gigi yang tumbuh kearah oklusal dan
melewati garis oklusal
Pervers, yaitu gigi yang tidak erupsi karena letaknya yang horizontal
(impacted teeth)
Ektostem, yaitu letak gigi kaninus yang berada diluar lengkung
rahang
Endostem, yaitu letak gigi kaninus yang berada didalam lengkung
rahang
12. Diastem, yaitu keadaan gigi yang tidak berkontak dengan gigi tetangganya
dimana terdapat ruang atau celah antara gigi sehingga gigi tidak berkontak
a. Fisiologis
- Didapat pada waktu pergantian gigi susu ke gigi permanent
- Monkey Gaps
12
b. Patologis
- Paratipe :
karies proksimal
kebiasaan buruk mengisap jari
ekstraksi gigi
- Genotipe
Rahang besar gigi normal
Frenulum labialis yang besar
Adanya mesiodens
Gigi agenesis
Gigi reduksi
Papilla insisivus lebar/besar
13
b. Terhadap Dataran Sagital (artinya tegak lurus dengan bidang sagital)
Kontraksi : kelainan kelompok gigi yang mendekati bidang
sagital lyra
Distraksi : kelainan kelompok gigi yang menjauhi bidang sagital
omega
14
15. Relasi Rahang Atas dan Rahang Bawah
a. Dalam Jurusan Sagital
Klas 1 = Relasi RA dan RB dimana C RA berada di embrasure
antara C dan P1 RB, dan tonjol mesiobukal M1 RA berada di
grove mesiobukal M1 RB
Modifikasi klas I dari Dr.Martin dewey:
- Tipe 1 : klas I dimana gigi-gigi anteriornya letaknya
berdesakan atau gigi C yang ekstostem
- Tipe 2 : klas I dimana gigi-gigi anteriornya letaknya labioversi
(protrusi)
- Tipe 3 : klas I dimana gigi-gigi anterior RA palatoversi
sehingga terjadi gigitan terbalik (cross bite)
- Tipe 4 : klas I dimana gigi posteriornya yang cross bite
- Tipe 5 : klas I dimana gigi M bergeser kearah mesial akibat
premature ekstraksi gigi sulung
- Tipe 6 : klas I dimana disertai deep bite, spacing, central
diastem, bimaxilary protrusi, kelainan neuromuskuler (bad
habits)
Klas II = Relasi RA dan RB dimana C RA berada lebih ke mesial
dari embrasure antara C dan P1 RB, dan tonjol mesiobukal M1 RA
berada lebih ke mesial dari grove mesiobukal M1 RB
Modifikasi klas II
- Klas II divisi 1 : klas II dimana gigi I RA letaknya
labioversi/protrusi (bilateral)
- Klas II divisi 1 subdivisi : sama dengan klas II divisi 1 tetapi
unilateral
- Klas II divisi 2 : klas II dimana gigi I RA letaknya
palatoversi/linguoversi secara bilateral (retrusi)
15
Klas III = Relasi RA dan RB dimana C RA berada lebih ke distal
dari embrasure antara C dan P1 RB, dan tonjol mesiobukal M1 RA
berada lebih ke distal dari grove mesiobukal M1 RB
Modifikasi klas III:
- Tipe 1 : klas III dimana gigi I hubungannya edge to edge
- Tipe 2 : klas III dimana gigi I RB berdesakan (crowded) dan
inklinasinya agak ke lingual.
- Tipe 3 : klas III dimana lengkung RA kurang berkembang,
gigi anterior RA crowde, sedangkan perkembangan gigi dan
lengkung RB normal
17. Overjet : jarak horizontal antara incisivus RA dan incisivus RB pada saat
oklusi
Overbite : jarak vertikal antara incisivus RA dan incisivus RB pada saat
oklusi
16
IV. ANALISIS RADIOLOGIS
Intraoral
Panoramic (angulasi gigi)
Cephalometrik (torsi)
Jika 4 I RA yang dihitung lebih besar dari yang diukur maka terjadi
penyempitan lengkung
Jika 4 I RA yang dihitung lebih kecil dari yang diukur maka terjadi
penyempitan lengkung
Kesimpulan : terjadi pelebaran/penyempitan lengkung
17
Note :
- LLM/LLB tidak dapat dihitung bila gigi I makro/mikrodonsia, atau ada salah
satu gigi I yang tidak ada
- Bila penyempitan : 5-8 mm (pro exo), <5-8 mm (non exo)
- Hanya howes, kesling dan moyer yang menyebutkan exo/tidak, pont hanya
indeks expansi
- Hitung > ukur = sempit
- Hitung < ukur = lebar
B. METODE KESLING :
Dasar: ada hubungan antara lengkung rahang dan lengkung ideal
Guna: mengukur kekurangan ruang berdasarkan perbandingan antara PLG
dengan PLR
Cara lama: dengan menggergaji gigi-gigi dan (memisahkan) memasang
kembali dengan malam
Cara (modifikasi):
- Model digambar dengan menggunakan glassplate diatasnya
- Jiplak diatas kertas transparan dan gambar lengkung gigi yang
sebenarnya pada kertas transparan.
- Buat lengkung ideal (kurangi overjet untuk mendapatkan overjet
normal kemudian gambar lengkung ideal gigi)
- Hitung PLG dikurangi PLG
- Kesimpulan : ≥ 4 mm= exo, ≤ 4 mm= nonexo
Lengkung Ideal: lengkung gigi yang diharapkan jika perawatan sudah
selesai
Titik paling distal biasanya di
sebelah distal P1, pada kasus-kasus
tertentu bisa di tempat lain
Pada kasus protrusi RA overjetnya
dikurangi = normal
18
C. INDEKS HOWES :
1. BBA X 100
Jumlah Mesio-Distal 6 - 6
Dasar : ada hubungan antara BBA dengan jumlah mesial distal gigi M1
kiri ke M1 kanan RA
Artinya : semakin besar BBA maka lengkung rahang relatife semakin
mampu menampung gigi dengan baik.
Pengukuran indeks howes dilakukan dengan 2 cara yaitu:
- Lebar interpremolar : diukur dari 1 mm dibawah puncak bukal P1 RA
- Lebar interfossakanina: diukur dari apeks P1 RA kiri-kanan
Basis apical : bagian dari proc. Alveolaris dimana apeks gigi berada
Titik referensi yang dipakai : FOSSA KANINA (apeks dari P1)
IP : sebagai pembanding jika,
- IP > BBA : butuh ekspansi
- IP < BBA : tdk butuh ekspansi
IF IF IF IF
IP IP IP IP
19
Kesimpulan:
< 37 % : gigi tidak dapat tertampung dengan baik pada lengkung
rahang EKSO
37 – 44 % : gigi kurang dapat tertampung dengan baik pada lengkung
rahang ragu-ragu (EKSO/EXPANSI)
> 44 % : gigi dapat tertampung dengan baik (diastem)
= 44% : normal
Note: kontra indikasi jika salah satu gigi tidak ada, makro/mikrodonsia, karies
proksimal
D. METODE BOLTON :
VII. ETIOLOGI
1. Persistensi
- Rotasi ke palatal, diluar lengkung
- Kalau ada persistensi, gigi tetap tumbuh disebelah palatal
- Ruangan yang ada tidak cukup untuk gigi permanen, tapi cukup untuk gigi
sulung
- Gigi sulung yang seharusnya sudah digantikan oleh gigi permanen yang
sudah erupsi / gigi sulung yang belum tanggal pada waktunya sedangkan
gigi penggantinya telah erupsi
2. Premature lose
- Ada pergeseran ke depan sehingga ada kemungkinan ada ruang yang
kosong sebelumnya sehingga terjadi pergeseran tersebut
- Ada ruang yang kosong (ruang yang ada mengecil), pencabutan dini, tidak
cukup ruang sehingga gigi bergeser
20
3. Rotasi ekstrim, tetapi tetap berada dalam lengkungnya, disebabkan o.k:
- Premature lose
- Kesalahan benih gigi
- Karies proksimal
4. Premature ekstraksi Erupsi dini (space tidak cukup untuk menampung
gigi susu dan gigi permanen)
5. Premature erupsi gigi permanen telah tumbuh sebelum waktunya
sedangkan gigi sulung belum tanggal
6. Labioversi 1 gigi disharmoni rahang, trauma, kebiasaan menggigit kuku
7. Labioversi anterior mengisap jari, bibir pendek rahang kecil, disharmoni
rahang
8. Palatoversi letak benih salah, disharmoni
9. Crowding disharmoni, premature ekstraksi
10. Open bite vertical menggigit lidah, gigi anterior infraposisi, gigi posterior
supraposisi
11. Open bite horizontal RB > ke anterior, mendorong RB ke depan
12. Deep over bite protrusi gigi RA, retrusi gigi RB, ektraksi posterior, abrasi
gigi posterior
13. Cross bite posterior RB besar, kebiasaan buruk menaruh bantal di rahang
14. Central diastem distoversi gigi I, supernumerary teeth, papilla incisivus
lebih besar, frenulum labialis lebih besar
15. Mesioversi oleh karena desakan gigi belakang, premature loss gigi
dibelakang
(........................................................)
21
22