Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ORTHODONSI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN

BUKU
PEMBICARAAN
MODEL

OLEH

NAMA :
STB :
PEMBIMBING :

1
PEMBICARAAN MODEL

Nama Pasien : Suku :


Alamat : TB :
Umur : BB :
Jenis Kelamin : Pend/Pek :
Tanggal Cetak : No.Telp :
Tgl. Pemb. Model :
Nama Mahasiswa :
No. Stambuk :
Dokter Pembimbing :

I. ANAMNESIS (Tanya jawab antara pasien dengan operator tentang keluhannya


dengan menggunakan bahasa awan  untuk menegakkan diagnosis)
1. Keluhan Utama (sebutkan dengan menggunakan bahasa pasien)
2. Riwayat Keturunan
a. Herediter, yaitu kelainan yang diturunkan melalui gen, misalnya:
- Prognatisme : rahang bawah maju ke depan
- Micronatisme : ukuran rahang lebih kecil dari normal
- Macronatisme : ukuran rahang lebih besar dari normal
- Bimaxillary prognatism : RA dan RB maju ke depan
- Gigi besar rahang kecil atau gigi kecil rahang besar
- Anodonsia : tidak ada gigi
b. Kongenital, yaitu kelainan yang terjadi pada waktu embrio dan dapat dilihat
pada waktu bayi lahir, misalnya:
- Celah bibir
- Supernumerary teeth, menimbulkan crowded
- Agenesis, menimbulkan diastem
- Keadaan lidah besar/kecil
- Abnormal frenulum labialis, terjadi diastem sentralis
3. Kebiasaan Buruk

2
 Mengisap jari. Maloklusi yang terjadi tergantung dari:
- Posisi jari
- Kontraksi otot, posisi mandibula
- Besarnya tekanan isap, lamanya mengisap, frekuensi
Maloklusi yang dapat terjadi adl.:
- Anterior open bite
- Protrusi anterior atas
- RB kurang berkembang karena tertahan jari
- Anterior open bite dan protrusi anterior atas
 Mengisap bibir. Maloklusi yang dapat terjadi:
- Maloklusi klas II
- Maloklusi klas I dengan protrusi gigi atas
 Mendorong dengan lidah. Maloklusi yang dapat terjadi yaitu:
- Insisivus protrusi
- Overjet besar
- Penyempitan lengkung rahang
- Gigi posterior erupsi berlebihan
- Anterior open bite
- Terjadi kombinasi overjet dan penyempitan
- Diastem
 Menggigit kuku/pensil. Terjadi maloklusi pada gigi yang bersangkutan
(atrisi)
 Bernafas melalui mulut. Maloklusi yang terjadi yaitu:
- Kontraksi rahang atas
- Gigi anterior rahang atas labioversi
- Gigi RA dan RB berjejal
- Hipertrofi bibir dan bibir bawah pecah-pecah
- Bibir atas lembek dan hipotonik
 Tidur satu sisi. Terjadi asimetris lengkung rahang
 Menopang dagu. Akan mengganggu pertumbuhan
 Susu botol lebih dari 3 tahun

3
II. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL
1. Bentuk Kepala, ada hubungan dengan:
- Bentuk muka
- Bentuk lengkung rahang
- Bentuk gigi Insisivus

Ditentukan berdasarkan index Cephalic = L/P x 100


Dimana, L = dari titik Meatus Akustikus Externus kiri dan kanan
P = dari Glabela ke Occipitocranium (glabela sampai tulang cranium)

𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑙𝑎


𝑰𝒏𝒅𝒆𝒌𝒔 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒍𝒂 = × 100
𝑝𝑗𝑔 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑙𝑎

Bentuk kepala dibagi menjadi:

 Dolikosefalik = < 75,9 ( Sempit )


 Mesosefalik = 76-80,9 ( Sedang/Lonjong )
 Brakhiosefalik = > 81 (Lebar )

2. Bentuk Muka, dilihat dari depan (garis median).


 Gunanya :
- Untuk menetukan terapi ortho seimbang atau tidak
- Untuk pemilihan sendok cetak
- Untuk menetukan keseimbangan lengkung gigi kiri dan kanan

4
 Seimbang : Apabila ada keseimbangan antara 1/3 muka bagian atas,
tengah, dan bawah.

Tr : Trichion (batas rambut)


N : Nasion/Glabella
SN : Sub Nasale
Gn : Gnathion

 Keseimbangan wajah ditentukan dengan cara wajah dibagi menjadi tiga,


yaitu:
- 1/3 atas : Trichion- Glabella
- 1/3 tengan : Nasion/Glabella- Sub Nasion
- 1/3 bawah : Sub Nasion- Gnathion
 Wajah tidak seimbang biasanya disebabkan oleh deep over bite, open bite
vertikal.
 Kesimetrisan wajah ditentukan dengan cara wajah dibagi 2 menjadi kiri
dan kanan berdasarkan garis median. Simetris jika keduanya sama, tidak
simetris jika keduanya tidak sama
 Wajah yang tidak simetris biasanya disebabkan oleh:
- Pembengkakan
- Traumatik
- Kesalahan operasi
 Simetris : Apabila ada perbandingan yang sama antara wajah sebelah kiri
dan kanan

Tdk simetris o.k:


- Abses
- Kelainan TMJ
- traumatik

5
3. Bentuk Profil (dilihat dari lateral). Berpatokan pada Glabela, SNA, dan
Gnathion. Caranya dengan dilihat dari foto Rongen atau dari lateral dengan
menghubungkan suatu garis dari glabela-SNA-kontur gigi bawah titik sympisis
mandibula:
Hasilnya:
- Cekung : SNA lebih ke belakang
- Cembung : SNA lebih ke depan
- Datar/lurus/normal: ke-3 nya segaris

Cekung (Konkaf) Lurus (Straight) Cembung (Konveks)

 Dengan rongeng foto (tlg. Tengkorak). Titik-titik :


- N (glabella) = Nasion
- SNA (Spina Nasalis Anterior)
- Gn (Gnathion)

 Jaringan lunak. Titik-titik referensi :


- Glabella (atas hidung)
- Basis bibir atas
- Gnathion (ujung dagu)

6
III. PEMERIKSAAN INTRA ORAL
A. Ora Hygiene (OH)
 Gunanya untuk menetukan jenis alat ortho dan tingkat kooperatif pasien
 Ditentukan berdasarkan pemeriksaan pada pasien (bukan model)
menggunakan index OHI-S

B. Kesehatan Jaringan Penyangga


*Penentuan kesehatan jaringan penyangga berguna:
 Pemelihan klamer aktif dan pasif
 Untuk perawatan pendahuluan
 Untuk pemeliharaan gigi yang akan dicabut (rencana terapi), misalnya
pencabutan pada gigi yang sudah mengalami resesi
*Jika jaringan penyanggah rusak, maka gigi tidak dapat digerakkan

C. Frenulum
 Normalnya 5 cm dari gusi, jika < 5 mm, tebal dan ada central diastem
maka perlu dilakukan frenektomi. Untuk mengetahui tebal atau tingginya
frenulum digunakan bunch test
 Penetuan frenulum dilakukan dengan cara membagi 3 jarak anatara
vestibulum dan cervical
 Hasilnya:
- 1/3 cervical : tinggi (dekat dengan cervical)
- 1/3 tengah : sedang (diantara cervical & vestibulum)
- 1/3 vestibulum : rendah (jauh dari cervical)

7
D. Hubungan Rahang
 Secara langsung: digitalis dengan menggunakan foto cephalometrik
 Dengan menggunakan jangka yang kedua ujungnya diletakkan pada dasar
vestibulum labialis. Kemudian dilihat bagian mana yang lebih dulu
menyentuh jangka. Bila bagian atas berarti RB > ke posterior maka ini
disebut retrognati, sebaliknya disebut prognathi, dan bila bersamaan disebut
orthognati, yang normalnya 1-2 mm.

Orthognathi = Relasi RA dan RB normal


Retrognathi = Relasi RA dan RB dimana RB lebih ke posterior (Protrusi)
Prognathi = Relasi RA dan RB dimana RB lebih ke anterior (Cross bite)

E. Status Gigi Geligi


1. Fase gigi Geligi
 Gigi susu (2-5 tahun)
 Gigi bercampur (6-12 tahun)
 Gigi permanen ( >12 tahun)

2. Gigi yang Ada (sebutkan gigi-gigi yang ada dan yang hilang). Pemberian
symbol sesuai dengan kelainan/perawatan

V IV III II I I II III IV V
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
V IV III II I I II III IV V

3. Kelainan Dalam Pergantian, misalnya kurang pertumbuhan lengkung


rahang, agenesis, persistensi, mesiodens dan erupsi terlalu cepat

8
4. Karies Gigi
Gunanya:
- Untuk menetukan rencana terapi, misalnya gigi yang sering dicabut
adalah P1 tetapi karena M1 karies, maka yang dicabut adalah gigi M1
atau karies perlu dirawat bila jaringan periodontiumnya tidak rusak
- Untuk penetuan letak klamer retensi

5. Bentuk Gigi
Mempunyai korelasi dengan bentuk muka dan lengkung. Bentuk gigi yaitu:

Oval Square Tapered Triangular

6. Kelainan Bentuk dan Ukuran Gigi


 Bentuk : geminasi, fusi, dens in dens, konkresens
 Ukuran : mikrodonsia & makrodonsia

7. Ukuran Gigi

Lengkung Gigi

Panjang lengkung Lebar lengkung Tinggi lengkung

9
8. Bentuk Lengkung Rahang :
a. Kurve Spee
 RA : Garis hayal yang ditarik dari tonjol C RA melalui tonjol
distobukal M1 RA kearah processus coronoideus
 RB : Garis hayal yang ditarik dari tonjol C RB melalui tonjol bukal
gigi-gigi posterior kearah ramus mandibula bagian anterior
 Gunanya untuk melihat pergerakan mandibula kearah anterior-
posterior, untuk memperoleh keseimbangan/efisiensi pergerakan
dari tonjol gigi dan fungsi kunyah
 Normalnya: (+), tidak normal (-)

b. Kurve Horizontal
Gunanya untuk mendapatkan keseimbangan oklusi. Terdiri dari:

Parabola Lyra Triangular

Tapper Square Omega

c. Kurve Manson
 Gunanya: untuk melihat pergerakan mandibula ke arah lateral
 Dilihat dari belakang dan yang harus diperlihatkan adalah relasi
gigi geligi yaitu:
- P1 cusp bukal menyentuh plane sedang cusp palatinanya tidak
- P2 kedua cusp yakni cusp bukal dan palatal menyentuh plane
- M1 cusp palatal menyentuh plane, sedang cusp bukal tidak

10
9. Perbandingan Simetris
 Bidang horizontal = Bidang Franktur
Bidang yang melalui kedua titik tulang telinga
(MAE kiri-kanan) ke titik orbita (titik tulang mata)
kiri-kanan
 Bidang transversal = Bidang Orbita
Bidang yang melalui kedua titik tulang mata (orbita
kiri-kanan) tegak lurus terhadap bidang horizontal
(melewati sebelah distal
dari gigi caninus)
 Bidang sagital = Median
Bidang yang melalui garis median tegak lurus
bidang horizontal

a. Dalam Bidang Sagital, artinya sejajar bidang sagital


 Anterior : labioversi dan palatoversi/linguoversi
 Posterior : mesioversi dan distoversi

b. Dalam Bidang Transversal, artinya sejajar bidang transversal (lebih


mendekati atau menjauhi garis median)
 Anterior : mesioversi dan distoversi
 Posterior : bukoversi dan palatoversi/linguoversi

Dalam bidang sagital Dalam bidang transversal

11
10. Gigi Dalam Letak Abnormal. Kelainan letak gigi:
 Rotasi, yaitu perputaran gigi melalui as vertical. Terbagi 2 yaitu:
- Rotasi Eksentris: perputaran gigi melalui as vertical gigi dimana
as vertica tersebut terletak pada salah satu sisi marginalnya
- Rotasi Sentris: perputaran gigi melalui as vertical gigi dimana as
vertica tersebut terletak pada as gigi
 Versi, yaitu perputaran gigi melalui as horizontal
- As horizontal sagital: Distoversi dan Mesioversi
- As horizontal transversal: labioversi dan palatoversi
 Gresi, yaitu perpindahan gigi sejajar as vertical gigi
 Infraposisi, yaitu posisi gigi yang tumbuh kearah oklusal tetapi tidak
melewati garis oklusi
 Supraposisi, yaitu posisi gigi yang tumbuh kearah oklusal dan
melewati garis oklusal
 Pervers, yaitu gigi yang tidak erupsi karena letaknya yang horizontal
(impacted teeth)
 Ektostem, yaitu letak gigi kaninus yang berada diluar lengkung
rahang
 Endostem, yaitu letak gigi kaninus yang berada didalam lengkung
rahang

11. Kontak Abnormal


 Kontak gigi dengan gigi tetangganya yang mengalami kelainan letak

12. Diastem, yaitu keadaan gigi yang tidak berkontak dengan gigi tetangganya
dimana terdapat ruang atau celah antara gigi sehingga gigi tidak berkontak
a. Fisiologis
- Didapat pada waktu pergantian gigi susu ke gigi permanent
- Monkey Gaps

12
b. Patologis
- Paratipe :
 karies proksimal
 kebiasaan buruk mengisap jari
 ekstraksi gigi
- Genotipe
 Rahang besar gigi normal
 Frenulum labialis yang besar
 Adanya mesiodens
 Gigi agenesis
 Gigi reduksi
 Papilla insisivus lebar/besar

13. Kelompok Gigi dalam Letak Abnormal


a. Terhadap Dataran Transversal (artinya tegak lurus terhadap bidang
trasversal)
 Protraksi : kelainan kelompok gigi yang menjauhi bidang
transversal  protrusi RA
 Retraksi : kelainan kelompok gigi yang mendekati bidang
transversal  retrusi RB

13
b. Terhadap Dataran Sagital (artinya tegak lurus dengan bidang sagital)
 Kontraksi : kelainan kelompok gigi yang mendekati bidang
sagital  lyra
 Distraksi : kelainan kelompok gigi yang menjauhi bidang sagital
 omega

c. Terhadap Dataran Horizontal (artinya tegak lurus terhadap


bidang horizontal)
 Abfraksi : kelainan kelompok gigi yang menjauhi bidang
horizontal  gigi RB Intrusi, gigi RA Ekstrusi/Elongasi
 Attraksi : kelainan kelompok gigi yang mendekati bidang
horizontal  gigi RB Ekstrusi, gigi RA Intrusi

14. Bentuk Palatum


Ditentukan dengan menggunakan mirror no. 4. Apabila mirror terbenam:
- < 1/3 : dangkal
- 1/3 – 2/3 : sedang
- >2/3 : dalam

14
15. Relasi Rahang Atas dan Rahang Bawah
a. Dalam Jurusan Sagital
 Klas 1 = Relasi RA dan RB dimana C RA berada di embrasure
antara C dan P1 RB, dan tonjol mesiobukal M1 RA berada di
grove mesiobukal M1 RB
Modifikasi klas I dari Dr.Martin dewey:
- Tipe 1 : klas I dimana gigi-gigi anteriornya letaknya
berdesakan atau gigi C yang ekstostem
- Tipe 2 : klas I dimana gigi-gigi anteriornya letaknya labioversi
(protrusi)
- Tipe 3 : klas I dimana gigi-gigi anterior RA palatoversi
sehingga terjadi gigitan terbalik (cross bite)
- Tipe 4 : klas I dimana gigi posteriornya yang cross bite
- Tipe 5 : klas I dimana gigi M bergeser kearah mesial akibat
premature ekstraksi gigi sulung
- Tipe 6 : klas I dimana disertai deep bite, spacing, central
diastem, bimaxilary protrusi, kelainan neuromuskuler (bad
habits)
 Klas II = Relasi RA dan RB dimana C RA berada lebih ke mesial
dari embrasure antara C dan P1 RB, dan tonjol mesiobukal M1 RA
berada lebih ke mesial dari grove mesiobukal M1 RB
Modifikasi klas II
- Klas II divisi 1 : klas II dimana gigi I RA letaknya
labioversi/protrusi (bilateral)
- Klas II divisi 1 subdivisi : sama dengan klas II divisi 1 tetapi
unilateral
- Klas II divisi 2 : klas II dimana gigi I RA letaknya
palatoversi/linguoversi secara bilateral (retrusi)

15
 Klas III = Relasi RA dan RB dimana C RA berada lebih ke distal
dari embrasure antara C dan P1 RB, dan tonjol mesiobukal M1 RA
berada lebih ke distal dari grove mesiobukal M1 RB
Modifikasi klas III:
- Tipe 1 : klas III dimana gigi I hubungannya edge to edge
- Tipe 2 : klas III dimana gigi I RB berdesakan (crowded) dan
inklinasinya agak ke lingual.
- Tipe 3 : klas III dimana lengkung RA kurang berkembang,
gigi anterior RA crowde, sedangkan perkembangan gigi dan
lengkung RB normal

b. Dalam Jurusan Horizontal/Vertikal :


 Horizontal : open bite horizontal & cross bite
 Vertikal : deep over bite, shallow bite, edge to edge, openbite
vertikal, deep bite, covered bite, excessive over bite

c. Dalam Jurusan Transversal :


 Gigitan fissure luar dan gigirtan fissure dalam

16. Pergeseran Gigi Terhadap Garis Median


a. Rahang Atas
Normal / Bergeser ke Kiri / Bergeser ke Kanan : mm
b. Rahang Bawah
Normal / Bergeser ke Kiri / Bergeser ke Kanan : mm

17. Overjet : jarak horizontal antara incisivus RA dan incisivus RB pada saat
oklusi
Overbite : jarak vertikal antara incisivus RA dan incisivus RB pada saat
oklusi

16
IV. ANALISIS RADIOLOGIS
 Intraoral
 Panoramic (angulasi gigi)
 Cephalometrik (torsi)

V. ANALISIS KEBUTUHAN RUANG


A. INDEKS PONT
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝟒 𝒊𝒏𝒄𝒊𝒔𝒊𝒗𝒖𝒔 𝑹𝑨 𝒙 𝟏𝟎𝟎
𝑳𝑳𝑴 = = 𝒎𝒎
𝟖𝟎

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝟒 𝒊𝒏𝒄𝒊𝒔𝒊𝒗𝒖𝒔 𝑹𝑨 𝒙 𝟏𝟎𝟎


𝑳𝑳𝑩 = = 𝒎𝒎
𝟔𝟒

 Dasar : ada hubungan antara jumlah lebar 4 Insisivus RA dengan LLM


dan LLB
 Artinya : apabila 4 Insisivus lebar seharusnya LLM dan LLB juga lebar
 Gunanya : untuk melihat apakah ada/tidak kekurangan LLM dan LLB

Besar Lengkung Rahang yang Diukur :


Rahang Atas
LLM : diukur dari fosa distal P1 kiri ke P1 kanan RA
LLB : diukur dari fosa mesial M1 kiri ke M1 kanan RA
Rahang Bawah :
LLM : diukur dari titik kontak P1 & P2 kiri ke P1 & P2 kanan RB
LLB : diukur dari tonjol distobukal M1 kiri ke M1 kanan RB

 Jika 4 I RA yang dihitung lebih besar dari yang diukur maka terjadi
penyempitan lengkung
 Jika 4 I RA yang dihitung lebih kecil dari yang diukur maka terjadi
penyempitan lengkung
 Kesimpulan : terjadi pelebaran/penyempitan lengkung

17
Note :

- LLM/LLB tidak dapat dihitung bila gigi I makro/mikrodonsia, atau ada salah
satu gigi I yang tidak ada
- Bila penyempitan : 5-8 mm (pro exo), <5-8 mm (non exo)
- Hanya howes, kesling dan moyer yang menyebutkan exo/tidak, pont hanya
indeks expansi
- Hitung > ukur = sempit
- Hitung < ukur = lebar

B. METODE KESLING :
 Dasar: ada hubungan antara lengkung rahang dan lengkung ideal
 Guna: mengukur kekurangan ruang berdasarkan perbandingan antara PLG
dengan PLR
 Cara lama: dengan menggergaji gigi-gigi dan (memisahkan) memasang
kembali dengan malam
 Cara (modifikasi):
- Model digambar dengan menggunakan glassplate diatasnya
- Jiplak diatas kertas transparan dan gambar lengkung gigi yang
sebenarnya pada kertas transparan.
- Buat lengkung ideal (kurangi overjet untuk mendapatkan overjet
normal kemudian gambar lengkung ideal gigi)
- Hitung PLG dikurangi PLG
- Kesimpulan : ≥ 4 mm= exo, ≤ 4 mm= nonexo
 Lengkung Ideal: lengkung gigi yang diharapkan jika perawatan sudah
selesai
 Titik paling distal biasanya di
sebelah distal P1, pada kasus-kasus
tertentu bisa di tempat lain
 Pada kasus protrusi RA  overjetnya
dikurangi = normal

18
C. INDEKS HOWES :
1. BBA X 100
Jumlah Mesio-Distal 6 - 6

2. Lebar Inter Premolar X 100


Jumlah Mesio-Distal 6 - 6

 Dasar : ada hubungan antara BBA dengan jumlah mesial distal gigi M1
kiri ke M1 kanan RA
 Artinya : semakin besar BBA maka lengkung rahang relatife semakin
mampu menampung gigi dengan baik.
 Pengukuran indeks howes dilakukan dengan 2 cara yaitu:
- Lebar interpremolar : diukur dari 1 mm dibawah puncak bukal P1 RA
- Lebar interfossakanina: diukur dari apeks P1 RA kiri-kanan
 Basis apical : bagian dari proc. Alveolaris dimana apeks gigi berada
 Titik referensi yang dipakai : FOSSA KANINA (apeks dari P1)
 IP : sebagai pembanding jika,
- IP > BBA : butuh ekspansi
- IP < BBA : tdk butuh ekspansi

IF IF IF IF

IP IP IP IP

Butuh ekspansi Tidak butuh ekspansi

19
Kesimpulan:
 < 37 % : gigi tidak dapat tertampung dengan baik pada lengkung
rahang  EKSO
 37 – 44 % : gigi kurang dapat tertampung dengan baik pada lengkung
rahang  ragu-ragu (EKSO/EXPANSI)
 > 44 % : gigi dapat tertampung dengan baik (diastem)
 = 44% : normal

Note: kontra indikasi jika salah satu gigi tidak ada, makro/mikrodonsia, karies
proksimal

D. METODE BOLTON :

VI. KESIMPULAN / DIAGNOSIS


a. Maloklusi Kelas I / Tipe 1, 2, 3, 4, 5, 6
b. Maloklusi Kelas II / Divisi 1, Divisi, 2, Divisi 2 Subdivisi
c. Maloklusi Kelas III / Tipe 1, 2, 3

VII. ETIOLOGI
1. Persistensi
- Rotasi ke palatal, diluar lengkung
- Kalau ada persistensi, gigi tetap tumbuh disebelah palatal
- Ruangan yang ada tidak cukup untuk gigi permanen, tapi cukup untuk gigi
sulung
- Gigi sulung yang seharusnya sudah digantikan oleh gigi permanen yang
sudah erupsi / gigi sulung yang belum tanggal pada waktunya sedangkan
gigi penggantinya telah erupsi
2. Premature lose
- Ada pergeseran ke depan sehingga ada kemungkinan ada ruang yang
kosong sebelumnya sehingga terjadi pergeseran tersebut
- Ada ruang yang kosong (ruang yang ada mengecil), pencabutan dini, tidak
cukup ruang sehingga gigi bergeser

20
3. Rotasi ekstrim, tetapi tetap berada dalam lengkungnya, disebabkan o.k:
- Premature lose
- Kesalahan benih gigi
- Karies proksimal
4. Premature ekstraksi  Erupsi dini (space tidak cukup untuk menampung
gigi susu dan gigi permanen)
5. Premature erupsi  gigi permanen telah tumbuh sebelum waktunya
sedangkan gigi sulung belum tanggal
6. Labioversi 1 gigi  disharmoni rahang, trauma, kebiasaan menggigit kuku
7. Labioversi anterior  mengisap jari, bibir pendek rahang kecil, disharmoni
rahang
8. Palatoversi  letak benih salah, disharmoni
9. Crowding  disharmoni, premature ekstraksi
10. Open bite vertical  menggigit lidah, gigi anterior infraposisi, gigi posterior
supraposisi
11. Open bite horizontal  RB > ke anterior, mendorong RB ke depan
12. Deep over bite  protrusi gigi RA, retrusi gigi RB, ektraksi posterior, abrasi
gigi posterior
13. Cross bite posterior RB besar, kebiasaan buruk menaruh bantal di rahang
14. Central diastem  distoversi gigi I, supernumerary teeth, papilla incisivus
lebih besar, frenulum labialis lebih besar
15. Mesioversi  oleh karena desakan gigi belakang, premature loss gigi
dibelakang

VIII. RENCANA TERAPI


IX. DESAIN ALAT
Makassar , .................................2013
Menyetujui,
Dokter Pembimbing

(........................................................)

21
22

Anda mungkin juga menyukai