19
Diagnosis
Berdasarkan klasifikasi Angle:
1. Maloklusi Klas I Angle (Neutroklusi) 🡪 cusp mesiobukal M1 RA terletak di bukal groove M1
RB. C RA terletak diantara C dan P1 RB.
Modifikasi dewey:
a. Tipe 1 : Berdesakan anterior
b. Tipe 2 : Protrusi I RA
c. Tipe 3 : Crossbite anterior
d. Tipe 4 : Crossbite posterior
e. Tipe 5 : M1 mesial drifting
f. Tipe 6 : lain-lain (deep bite, pergeseran midline, diastema multiple, jarak gigit
bertambah, dll)
2. Maloklusi Klas II (Distoklusi) 🡪 cusp mesiobukal M1 RA terletak diantara mesial M1 RB dan
distal P1 RB / cusp distal M1 RA berada di bukal groove M1 RB.
Modifikasi dewey:
a. Divisi 1 : Proklinasi I RA
b. Divisi 2 : I1 RA retroklinasi dan I2 RA proklinasi
3. Maloklusi Klas III (Mesioklusi) 🡪 cusp mesiobukal M1 RA terletak pada sisi distal M1 RB
dan sisi mesial M2 RB.
Modifikasi dewey:
a. Tipe 1 : edge to edge
b. Tipe 2 : I RB crowding dan lebih ke lingual
c. Tipe 3 : Crossbite anterior I atau I crowding
NOTE :
Penentuan diagnosis
o Penentuan diagnosis (Klas) berdasarkan dari relasi murni molar 🡪 neutroklusi, distoklusi,
mesioklusi. Relasi murni molar 🡪 relasi murni molar sebelum ada pergeseran dari relasi
klinis. Relasi klinis 🡪 merupakan relasi molar yang dilihat secara klinis pada pasien maupun
model studi (neutroklusi, distoklusi, mesioklusi, cusp to cusp dan tidak ada relasi)
o Cusp to cusp / gigitan tonjol 🡪 cusp mesiobukal M1 RA berada pada satu baris dengan cusp
mesiobukal M1 RB 🡪 tjd karena cusp mesiobukal M1 RA bergeser ke mesial sebanyak ½
cusp 🡪 dapat disebabkan karena adanya persistensi atau adanya LWS (selisih jarak C, P1,
P2 permanen dengan c, m1, m2 sulung 🡪 cmm sulung lebih besar shg gigi dapat bergeser
ke mesial) 🡪 sehingga gigitan tonjol termasuk dalam Klas I. Berbeda jika cusp mesiobukal
M1 RA bergeser 1 cusp ke mesial maka akan terjadi gigitan distal atau distoklusi (Klas II).
o Apabila terjadi gigitan distal (distoklusi), untuk membedakan apakah itu dari faktor dental
atau skeletal dapat dilihat dari sudut ANB. Normal 2±2 = skeletal klas I, >4 = skeletal klas
II, <0 = skeletal klas III.
20
Penentuan Tipe :
o Berdesakan 🡪 sekelompok gigi permanen yang saling tumpang tindih (secara klinis ditandai
adanya versi dan rotasi).
o Deep bite 🡪 sekelompok gigi permanen (min 3) yang memiliki tumpang gigit bertambah /
lebih dari normal
o Edge to edge 🡪 kondisi gigi permanen yang memiliki ovebite dan overjet bernilai 0
o Cross bite 🡪 Kondisi gigi permanen yang memiliki jarak gigit bernilai negatif
o Open bite 🡪 kondisi gigi permanen yang memiliki tumpang gigit bernilai negatif
▪ Cara mengukur overjet dan overbite pada keadaan open bite : menarik garis imajiner
dari insisal insisiv RA tehadap fasial/insisal insisiv RB.
o Protrusi 🡪 sekelompok gigi (min 3) yang mengalami labioversi
o Pergeseran midline 🡪 ketika garis median gigi tidak terletak pada satu garis lurus dengan
garis median muka, secara klinis ditandai dengan bergesernya insisiv central melewati garis
median muka.
▪ Garis median gigi : sisi mesial dari insisiv central
▪ Garis median muka : garis imajiner yang ditarik dari glabella, philtrum, simphisis
o Diastema 🡪 celah patologis diantara gigi permanen yang saling berurutan.
21
Versi Vs Rotasi
Versi 🡪 pergerakan gigi ketika gigi berputar Rotasi 🡪 gigi berputar pada sumbu vertikal
pada sumbu horizontal. (sentris dan eksentris)
CURIOUS BOX
● Bagaimana cara menggunakan simetroskop?
Simestroskop diletakkan pada garis median model kemudian untuk gigi anterior membandingkan
jarak dengan gigi senama (jika salah satu memiliki jarak lebih kecil berarti cenderung bergerak ke
mesial). Pada gigi posterior dilakukan dengan menggerakkan simetroskop anteroposterior 🡪 gigi
senama yang muncul terlebih dahulu = bergeser ke mesial.
Etiologi
umum (tidak berpengaruh
genetik, ddm, defek
secara langsung thd
congenital
maloklusi)
etiologi
● Multiple diastema Ciri-ciri hanya satu yang terjadi tidak bisa dalam 1
keadaan ada semua ciri tersebut. Misal jika ada
● Palatoversi I2
palatoversi I2 tetapi C juga eksostem berarti itu bukan
● Eksostem Caninus
ciri dari DDM.
22
CURIOUS BOX
● Kenapa bisa terjadi palatoversi I2 atau C eksostem?
Ketika gigi I1 erupsi, maka akan meresorpsi gigi i1 sehingga gigi I1 erupsi ditempat yang benar.
Pada kasus DDM, ketika I1 erupsi, gigi i1 dan i2 juga akan teresorpsi sehingga I2 tidak memiliki
“guide” untuk erupsi, sehingga bisa menyebabkan 2 hal yaitu :
- I2 akan tumbuh ke arah palatal (sesuai letak benihnya) dan tidak meresorpsi gigi c, sehingga
gigi C tetap tumbuh normal 🡪 palatoversi
- I2 meresorpsi akar c, dan tumbuh di lengkung yang tepat sehingga gigi C akan erupsi di luar
lengkung 🡪 eksostem
Macam-macam DDM:
● Multiple diastema 🡪 terjadi ketika volume gigi normal tetapi lengkung rahang yang besar atau
sebaliknya lengkung rahang normal tetapi volume gigi yang kecil.
● Transitoir 🡪 ketidaksesuaian waktu erupsi gigi dengan pertumbuhan rahang (lengkung geligi)
ditandai dengan adanya crowded. Seiring bertambahnya usia akan terkoreksi dengan sendirinya
karena masih proses pertumbuhan.
● Berdesakan 🡪 terjadi karena volume gigi normal tetapi lengkung geligi kecil dan sebaliknya,
volume gigi besar tetapi lengkung rahang normal.
NOTE!
Letak benih gigi permanen:
● RA : insisiv = palatal, caninus dan molar = bukal, premolar = palatal
● RB : insisiv = lingual, caninus dan molar = bukal, premlar = lingual
CURIOUS BOX
● Kondisi apa saja yang disebabkan letak salah benih?
● Labioversi pada gigi I1 dan I2🡪 gigi dikatakan labioversi apabila memiliki sudut inklinasi
lebih dari normal sehingga gigi lebih ke labial. Hal tersebut terjadi krn letak salah benih 🡪
benih gigi I harusnya berada di palatal/lingual
● Rotasi 🡪 dikarenakan letak benih gigi yang salah, harusnya posisinya tegak/lurus tetapi
benih tersebut miring sehingga pada saat erupsi akan terjadi rotasi baik sentris maupun
eksentris.
23
3. Gigi terletak salah
Merupakan gigi yang erupsi diluar lengkung geligi. Contoh keadaan klinis gigi terletak salah
adalah yaitu Caninus eksostem. Eksostem merupakan keadaan benih gigi yang letak nya sudah
benar (bukal) tetapi erupsi caninus tersebut lebih ke bukal sehingga erupsi di luar lengkung geligi
yang benar. Penyebabnya bisa karena tanggal prematur, persistensi, dll. Contoh lainnya yaitu gigi
I2 mengalami palatoversi.
NOTE!
Letak salah benih sudah pasti menjadikan gigi terletak salah, tetapi gigi terletak salah tidak selalu
karena letak salah benih.
4. Persistensi
Gigi sulung yang belum tanggal setelah gigi permanen pengganti sudah erupsi. Jika gigi sulung
belum tanggal meskipun sudah waktunya, tetapi gigi permanen belum muncul maka gigi sulung
tersebut bukan termasuk persistensi.
5. Tanggal prematur
Tanggal gigi sulung sebelum gigi permanen pengganti erupsi 🡪 sehingga gigi permanen yang akan
erupsi kehilangan guideline 🡪 maloklusi
NOTE!
● Gigi rotasi: disebabkan bisa karena berbagai faktor, seperti persistensi, tanggal prematur dan letak
salah benih.
● Jika disebabkan karena persistensi 🡪 gigi sulung yang seharusnya tanggal tetapi tidak tanggal
meskipun gigi permanen pengganti sudah erupsi 🡪 kekurangan tempat 🡪 gigi yang akan erupsi akan
menjadi miring.
● Bisa karena tanggal prematur 🡪 gigi yg akan erupsi kehilangan guideline🡪 tetapi untuk faktor ini
susah untuk dipastikan karena harus benar-benar bertanya kepada orang tua mengenai riwayat
dental px.
● Jika kedua faktor diatas tidak ada, maka rotasi disebabkan murni karena letak salah benih.
● Pergeseran garis median 🡪 misal pergeseran midline ke kanan, berarti penyebabnya ada di regio
kanan sehingga yang dikoreksi regio kiri. Penyebab pergeseran midline bisa macam-macam, seperti
adanya rotasi (letak salah benih/persistensi/tanggal prematur) 🡪 overlap 🡪 jarak gigi senama menjadi
tidak simetris 🡪 gigi insisiv bergeser 🡪 garis median juga ikut bergeser.
● Deep bite:
● Dapat terjadi karena gigi anterior RA erupsi terlalu ekstruksi sedangkan gigi anterior RB normal
● Dapat terjadi karena gigi anterior RB erupsi terlalu intrusi sedangkan gigi anterior RA normal
● Erupsi gigi posterior yang tidak mencapai dataran oklusal 🡪 shg terus mencari kontak oklusal pada
saat berkontak 🡪 akibatnya gigi anterior mengalami deep bite
24
● Multiple diastema: celah patologis diantara gigi permanen yang saling berurutan. Penyebabnya bisa
karena faktor lokal (letak salah benih 🡪 gigi rotasi menyebabkan kontak proksimal tidak baik 🡪
menimbulkan celah patologis. Anomali gigi 🡪 gigi mikrodonti) dan umum (DDM).
Analisis Model
Bentuk Lengkung Gigi
Bentuk lengkung gigi yang ideal = parabola, sedang bentuk lengkung gigi yang benar =
berbentuk parabola dengan inklinasi insisiv rahang atas yang benar (Steiner I RA-Na = 22 dan I
RB-Nb = 25). Bentuk lengkung gigi digunakan untuk mengukur available space. Pada metode
nance yang dilakukan dengan meletakkan brushwire pada lengkung yang benar, bukan lengkung
ideal, mengikuti bentuk parabola.
25
Kurve of Spee
Kurve of spee merupakan garis imajiner yang menghubungkan insisal insisive dengan oklusal
gigi molar rahang bawah dan diukur pada fase geligi permanen yang sudah erupsi sempurna,
bukan saat permanen awal. Pada fase permanen awal, P belum erupsi sempurna, maka kurva of
spee akan cekung (+), padahal belum tentu hasilnya (+) jika dihitung saat permanen sudah erupsi
sempurna, maka penghitungan kurva of spee di fase permanen awal hasilnya bias. Kurve of spee
digunakan untuk menggambarkan kekurangan tempat
● Kurva of spee cekung 🡪 infraposisi oleh karena crowding/berdesakan posterior. Karena
ruang yang tersedia kecil, gigi tumbuh berdesakan dan tidak bisa mencapai occlusal plane,
sehingga kurva of spee cekung (+) (Note: kl supraposisi disebabkan oleh tidak ada gigi
lawan sehingga gigi ekstrusi/modot terus)
KOS cekung -> sedikit mengintrusi gigi anterior dan sedikit mengekstrusi gigi posterior
● Salah satu 6 Keys of Andrews adalah kurva of spee datar di akhir perawatan, namun KOS
tidak bisa dikoreksi dengan alat lepasan, harus dengan alat cekat
NOTE!
● Saat menyebutkan total lebar normal harus tetap dirinci karena bisa saja total lebarnya missal
30 mm yang mana normal, tapi ternyata insisiv sentral kiri kanan 10, kemudian insisiv lateral
kanan kirinya 5 mm, berarti total lebarnya normal padahal gigi insisiv lateralnya mikrodonsia
🡪 tidak normal
● Bentukan peg-shaped I2 (lebar 5 mm) bukan merupakan kelainan lebar gigi, melainkan
kelainan bentuk gigi yang berpengaruh terhadap lebar mesio-distal gigi
CURIOUS BOX
● Apa fungsinya kita tahu apakah gigi mengalami makrodonsia atau mikrodonsia?
Disebabkan karena giginya yang makrodonsia dengan bentuk rahang normal ATAU giginya
normal tapi bentuk rahang kecil. Crowded mostly disebabkan karena bentuk rahangnya yang kecil,
karena anak sekarang cenderung makan makanan yang lembut, kurang merangsang pertumbuhan
dan perkembangan rahang. Apabila crowded oleh karena rahang yang kecil/sempit, pilihan
perawatannya ada 2:
26
- Ekspansi bila cukup ruang
- Ekstraksi
2. Multiple diastema
Karena giginya mikrodonsia dengan bentuk rahang normal ATAU giginya normal tapi
bentuk rahangnya besar. Apabila disebabkan oleh gigi mikrodonsia 🡪 reshaping (tumpat
composite/crown 🡪 ruju Sp. Konservasi Gigi). Contoh pada kasus gigi mikrodonsia, misal pada
I1 kanan dan kiri 6 mm I2 kanan dan kiri 5 mm 🡪 kita paksa kumpulkan ke anterior
menghilangkan diastema dengan lengkung rahang normal 🡪 suatu saat akan relaps 🡪 makanya
harus di-reshaping.
Pergeseran Gigi
Pergeseran gigi dapat dilihat dengan simetroskop. Penyebab pergeseran gigi:
● Letak benih yang salah
● Linguoversi, palatoversi
● 1 gigi rotasi -> gigi sebelahnya akan mengalami malposisi (rotasi / versi)
● Tanggal premature sulung
● Agenesi
● Kebiasaan buruk
⮚ Menggigit jempol
⮚ Memajukan lidah
⮚ Karies proksimal 🡪 gigi bolong di proksimal/samping 🡪 gigi sebelahnya makin bergeser.
Mostly di posterior dan menyebabkan mesial drifting
⮚ Mengunyah satu sisi
⮚ Berbantal tidur satu sisi
⮚ Mutilasi gigi permanen muda
CURIOUS BOX
● Mengapa harus melihat pergeseran gigi?
● Untuk mengetahui etiologi maloklusi
● Untuk DHE dan KIE apabila penyebabnya kebiasaan buruk, anjurkan pasien stop bad habit
● Untuk menentukan rencana perawatan
Contoh:
Pergeseran garis median ke kanan 7 mm, ekstraksi unilateral di bagian kiri 🡪 ekstraksi gigi P1
kiri
NOTE!
● Pergeseran garis median
27
Saat cek pergeseran garis median di pasien 🡪 liat dari filtrum pake sonde lurus 🡪 jika garis
sonde ada di gigi kanan 🡪 geser ke kiri 🡪 etiologi yang harus dicari di sebelah kiri 🡪 koreksi gigi
ke arah kanan (drg Devi)
Menandai garis median muka (glabella, philtrum, dan menton) dan membuat garis imajiner 🡪
pasien diminta oklusi sentris dan membuka bibir 🡪 melihat dari arah depan pasien untuk
menentukan besar pergeseran garis median gigi terhadadp garis median muka
28
Relasi Gigi
29
Relasi Gigi Anterior Rahang Atas dan Rahang Bawah
● Overbite
Jarak vertikal tepi insisal insisiv rahang atas terhadap tepi insisal insisiv rahang bawah,
normalnya 1-2 mm.
⮚ Overbite 0 = edge to edge
⮚ Overbite > 1-2 mm = deep bite
⮚ Overbite < 1-2 mm (nilai negatif) = open bite
● Overjet
Jarak horizontal antara tepi insisal insisiv rahang atas terhadal bidang labial insisiv rahang
bawah, normalnya 2-4 mm (drg Devi)/2-3 mm (Prof Dwi)
⮚ Overjet 0 = edge to edge
⮚ Overjet > 2-3/4 mm = protrusi rahang atas / retrusi rahang bawah ATAU labioversi RA/
linguoversi RB
⮚ Overjet < 2-3/4 mm = retrusi di rahang atas (sekelompok gigi mengalami palatoversi) atau
protrusi rahang bawah
⮚ Apabila nilai minus = gigitan silang
Diskrepansi
Merupakan selisih antara tempat yang tersedia dengan tempat yang dibutuhkan. Tujuan dilakukan
diskrepansi 🡪 salah satunya untuk menentukan macam perawatan.
● Tempat tersedia (available space): panjang lemgkung geligi yang diukur dari mesial M1
permanen kiri ke kanan, pada sudut inklinasi dan lengkung yang benar. Lengkung geligi yang
benar merupakan lengkung yang berbentuk parabola dengan ujung parabola berada di insisal
insisiv dengan sudut inklinasi yang benar terhadap maksila dan mandibula. Available space:
Tempat yang ada untuk tumbuhnya benih gigi permanen pengganti dalam lengkung dan sudut
inklinasi yang benar (drg devi)
● Tempat yang dibutuhkan (required space): jumlah lebar mesial-distal gigi permanen
pengganti untuk dapat erupsi dalam lengkung dan sudut inklinasi yang benar.
30
2. Moyers (Fase gigi-geligi campuran)
Cara pengukuran:
● Available space: pengukuran dilakukan menggunakan jangka dengan mengukur dan
menjumlahkan jarak 4 segmen yaitu mesial M1 hingga mesial c dan mesial c hingga
mesial I1 pada regio kanan dan kiri.
● Required space: pengukuran lebar mesio distal pada gigi 4 gigi inisisiv RB terlebih
dahulu 🡪 bandingkan dengan tabel moyers untuk mengetahui perkiraan tempat yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan gigi C, P1, dan P2 pada rahang atas maupun rahang
bawah (tabel moyers).
⮚ Untuk RA dilakukan penjumlahan lebar mesio-distal 4 gigi insisiv RA + 2 kali
perkiraan tempat C,P1,P2 RA
⮚ Untuk RB dilakukan dengan menjumlahkan lebar mesio-distal 4 gigi insisiv RB + 2
kalo perkiraan tempat C,P1,P2 RB
Y RA 21,16 21,40 21,64 21,88 22,12 22,37 22,61 22,85 23,09 23,34 23,58 23,82 24,06 24,30 24,55 24,79 25,03 25,27 25,51 25,76
Y RB 19,88 20,11 20,34 20,57 20,80 21,03 21,26 21,49 21,72 21,95 22,18 22,41 22,64 22,87 23,10 23,33 23,56 23,79 24,02 24,25
4. Rontgen
Foto RO dapat digunakan untuk menentukan lebar mesiodistal gigi yang akan erupsi.
Penghitungan dapat dilakukan dengan membandingkan lebar mediodistal gigi yang akan erupsi
dengan gigi acuan pada foto panoramik dan pada model. Rumus yang bisa digunakan:
𝑋 𝑌
=
𝑋′ 𝑌′
Keterangan:
X = lebar gigi permanen pengganti Y = lebar gigi sulung pada model studi
31
X’ = lebar gigi permanen pada foto Y’ = lebar gigi sulung pada foto
Analisis Fungsional
1. Free way space 🡪 selisih jarak vertikal pada saat px dalam keadaan istirahat ke oklusi sentris.
Normal 2-4 mm
Cara pengukuran: Memberi titik pada ujung hidung dan unjung dagu, kemudian pasien
diinstruksikan untuk istirahat / relaksasi mandibula diukur jaraknya (A). Selanjutnya px
diinstruksikan untuk menelan (oklusi sentris) dan diukur jarak dari ujung hidung dan ujung
dagu (B). FWS = A-B
FWS bertujuan untuk kasus gigitan silang anterior 🡪 apakah perlu peninggian gigit posterior
- FWS > Tumpang gigit: tidak perlu peninggian gigit posterior
- FWS< Tumpang gigit: perlu peninggian gigit posterior
- FWS = Tumpang gigit: perlu peninggian gigit posterior
2. Pemeriksaan TMJ 🡪 operator berada dibelakang pasien, 2 jari op diletakkan di depan meatus
acusticus externus kanan-kiri, px diminta untuk membuka dan menutup mulut (kalau bisa
lebarnya sesuai dengan hasil pengukuran fws). Tujuannya untuk memeriksa pergerakan kondil
apakah ada hambatan/ kelainan.
3. Path of closure 🡪 gerakan mandibula pada saat pasien menutup mulut dari posisi istirahat
menuju ke posisi oklusi senstris. Dilihat arah pergerakannya/membandingkan relasi garis
median atas dan bawah pada saat oklusi sentris dan istirahat. Jika posisi garis median saat
istirahat menuju oklusi sentris tidak terdapat pergeseran 🡪 path of closure normal.
Path of closure tidak normal, oleh karena :
Ada riwayat kontak premature yang terjadi pada satu sisi 🡪 displacement mandibula / TMJ
tidak normal 🡪 jika terus menerus akan terjadi atrisi.
4. Atrisi 🡪 pola perusakan oklusal yang rata/datar yang terjadi akibat seringnya penggunaan
gigi atau oleh karena kebiasaan buruk ex bruxism. Cara pemeriksaan : dengan melihat
permukaan oklusal/ insisal gigi dan dihubungkan dengan faktor lain misal usia, kebiasaan
buruk.
- Jika seimbang maka normal, jika pola atrisi pada satu sisi maka dapat dikatakan
tidak normal
- Jika terdapat atrisi 🡪 dicurigai adanya riwayat kontak premature
- Atrisi (-) : tidak ada kontak prematur 🡪 path of closure normal
- Atrisi (+) : ada kontak premature 🡪 trauma TMJ (jika terjadi secara terus menerus).
32
Analisis Sefalometri
Titik-titik referensi
Kode Definisi
N Nasion: titik paling anterior sutura frontonasalis pada bidang midsagital
S Sella: Titik pusat dari hypophyseal fossa (sella turcica)
Or Orbita: Titik paling bawah dari tepi inferior tulang orbita
ANS Spina Nasalis Anterior: titik paling anterior pada ujung spina nasalis anterior di bidang
mid sagital
PNS Spina Nasalis Posterior: Batas Posterior dari tulang palatum, perpotongan dari lanjutan
dinding anterior fisura pterigomaksilaris dan dasar os. nasal
A Titik A, subspinal: titik paling dalam di garis median pada kontur luar prosesus
alveolaris maksilaris di antara spina nasalis anterio dan prosthion
B Titik B, supramental: Titik paling dalam di garis median pada kontur luar prosesus
alveolaris mandibularis di antara infradental dan pogonion
Pog Pogonion: Titik paling anterior dari tulang dagu (simfisis mandibularis) di bidang
midsagital
Me Menton: Titik paling inferior dari tulang dagu (simfisis mandibularis) di bidang
midsagital
Gn Gnathion: titik tengah antar pogonion dan menton
Go Gonion: garis singgung antara tepi posterior ramus mandibularis dengan tepi inferior
corpus mandibularis
Ar Articulare: Titik perpotongan antara tepi posterior ramus mandibularis dengan tepi luar
basis kranii
Po Porion: Titik paling superior dari meatus auditorius eksternal
33
Penentuan garis bidang
Kode Definisi
SN Line Anterior Cranial Baseline: Garis yang
mengubungkan titik S dan N
FHP Frankfurt Horizontal Plane: Garis yang
menghubungkan titik Po dan Or
MP Mandibular Plane: Garis yang menghubungkan
titik Go dan Gn
PP Palatal Plane: Bidang maksilaris, garis yang
menghubungkan titik ANS dan PNS
OP Occlusal Plane: Garis yang mengubungkan titik
tengah dari overbite anterio dan titik oklusi gigi
posterior
Analisis Skeletal
1. Sudut SNA
34
2. Sudut SNB
3. Sudut ANB
35
4. Sudut Mandibular Plane
Analisis Dental
1. Maxillary Incisor Position (U1-NA)
a. Ideal/Normal : 22º, 4mm
b. Kelas 2 Div. 1 : >22º (U1 protrusi), >4mm (Posisi U1 lebih ke depan)
c. Kelas2 Div. 2 : <22º (U1 retrusi), <4mm (Posisi U1 lebih ke belakang)
36
2. Mandibular Incisor Positio (L1-Nb)
a. Ideal/Normal : 25º, 4mm
b. Protrusi : >25º, >4mm
c. Retrusi : <25º, <4mm
3. Interincisal Angle
a. Normal : 130º
b. Bimaxillary Dental Protrusion : <130º
c. Bimaxillary Dental Retrusion : >130º
37
Analisis Jaringan Lunak
Macam Perawatan
Merupakan tindakan atau perawatan yang akan dilakukan pada fase evaluasi, serta telah ditetapkan
berdasarkan pertimbangan diskrepansi total. Fase evaluasi: dilakukan saat gigi permanen
pengganti terakhir akan erupsi.
Diskrepaansi total:
a. Diskrepansi model (Arch length discrepancy/ALD). Diskrepansi pada model dihitung dengan
berbagai cara yang sesuai. Tujuan dilakukannya penghitungan ALD yaitu untuk menentukan
macam perawatan.
• Profitt 2020:
⮚ ALD 0-4 = non ekstraksi
⮚ ALD 5-8 = borderline (grey area)
⮚ ALD >8 = ekstraksi
NOTE!
● Pada kasus borderline dapat dilakukan perawatan ekstraksi maupun nonekstraksi
berdasarkan pertimbangan diskrepansi total.
38
d. Tipe profil 🡪 untuk menentukan macam perawatan, misal tipe profil cembung kontraindikasi
dengan perawatan menggunakan ekspansi sagital/anteroposterior karena akan membuat profil
menjadi lebih cembung.
● Tipe profil merupakan garis imajiner yang ditarik dari glabella – lip contour – symphysis
yang dilihat dari arah sagial
● Tipe profil : cekung, cembung dan datar
e. Kehilangan penjangkaran 🡪 untuk menentukan gigi yang digunakan sebagai gigi
penjangkaran, untuk meletakkan klamer pada alat orto lepasan
● Non ekstraksi 🡪 kekurangan tempat < 4mm, tidak Dilakukan pencabutan gigi permanen
untuk mengkoreksi malolkusi
⮚ Ekspansi 🡪 menambah lebar lengkung geligi sehingga dapat menambah tempat yang
tersedia. Macam ekspansi ada dua yaitu: arah sagital (antero-posterior) dan arah
transversal.
39
⮚ Stripping dan slicing 🡪 mengurangi tempat yang dibutuhkan, yang dilakukan di dekat gigi
permanen pengganti terakhir akan erupsi. Stripping dilakukan dengan menggunakan metal
strip untuk mengurangi 0,25mm enamel sedangkan slicing menggunakan bur rotary 0,5
mm (maksimal 2 mm). Jika kontak terlalu berat maka dilakukan kombinasi, striping dulu
sampe bur bisa masuk kemudian dilakukan slicing. Slicing dan striping harus membentuk
ulang kontur gigi agar kontaknya tetap bagus.
CURIOUS BOX
● Kapan ekspansi kapang striping/slicing/ekspansi?
1. Insisiv mikrodonsia 🡪 ekspansi
2. Insisiv makrodonsia 🡪 striping/slicing
3. Profil wajah cembung 🡪 jangan ekspansi sagital, pilih striping/slicing atau ekspansi
lateral/transversal
4. Bentuk lengkung gigi lebar 🡪 striping/slicing jangan ekspansi
5. Bentuk lengkung gigi sempit 🡪 ekspansi jangan stripin/slicing
Jadi untuk menentukan mau diekspansi atau striping slicing bukan berdasarkan kekurangan/kelebihan
tempat sekian mm, tapi berdasarkan 5 faktor tersebut.
NOTE!
● Rencana perawatan: urutan yang dikoreksi terlebih dahulu adalah koreksi berdesakan anterior,
bisa juga digabungkan dengan koreksi pergeseran midline. Koreksi inklinasi dijadikan satu
misal koreksi protrusi, jarak gigit bertambah, cross bite dan deep bite.
● Untuk koreksi pergeseran garis median berarti harus ada alat aktif di insisiv central 🡪 insisiv
sentral merupakan kunci pada kasus pergeseran midline
● Fase evaluasi hanya ada pada fase gigi pergantian, jika sudah permanen semua langsung fase
retensi setelah semua terkoreksi 🡪 dengan menggunakan hawley retainer
● Prognosis dikatakan baik jika maloklusi tersebut karena dental, jika maloklusi skeletal max
prognosisnya adalah sedang
40