Anda di halaman 1dari 9

Diskusi AK Prof Dwi

OKLUSI dan MALOKLUSI

 Oklusi adalah saat gigi geligi pada RB berkontak dengan gigi geligi RA dalam keadaan relasi
fungsional.
 Relasi murni = dilihat dari sefalometri yang berpengaruh terhadap skeletal. Melihat sudut
ANB (2±2) atau skor 0-4.
 Relasi klinis, macamnya:
a. Neutroklusi = posisi dari M1 RA berada pada bukal groove MI RB.
b. Gigitan tonjol = terjadi karena M1 RA bergeser ke mesial ½ cusp.
c. Distoklusi = terjadi karena M1 RA bergeser ke mesial 1 cusp.
d. Mesioklusi = terjadi karena M1 RB bergeser ke mesial.
 Bukal groove = dilihat alur yang terdapat ditengah bukal, dilihat dari samping.

 Berdesakan adalah kondisi sekelompok (dua/lebih) gigi permanen yang saling tumpang tindih.
Ditandai dengan gambaran klinis adanya versi/rotasi.
 Persistensi adalah tumpang tindih antara gigi permanen antara gigi permanen dengan gigi
sulung.
 Pergeseran garis median adalah garis median gigi bergeser melewati median muka ditandai
dengan gigi insisiv sentral melewati garis median muka.
 Pergeseran garis median kalimatnya dalam analisis model yaitu: I1 RA lebih ke mesial
daripada insisiv sentral satunya.
 Letak garis median gigi = garis yang terletak di mesial gigi insisiv sentral.
 Tumpang gigit (overbite) adalah jarak vertical dari insisal edge insisiv RA terhadap insisal
edge insisiv RB.
 Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal insisal edge RA terhadap bidang labial insisiv RB
pada saat pasien oklusi sentris.
 Openbite adalah sekelompok gigi yang memiliki nilai overbitenya negatif.
 Overbite pada kasus gigitan terbuka/openbite bisa diukur dengan menarik garis imaginer pada
insisal edge insisiv RA terhadap insisal edge insisiv RB.
 Kapan dikatakan labioversi pada RA? Apabila gigi yang inklinasinya lebih dari normal (1080).
 Diastema adalah celah patologis diantara 2 gigi permanen yang berdekatan/berurutan.
 Diastema multiple adalah diastema yang terjadi banyak gigi. Pada kasus 5 ada
13,12,11,21,22,23 dengan tanda diantara gigi.
 Protrusi adalah sekelompok gigi yang mengalami labioversi (minimal 3/lebih gigi). Masuk
tipe 2 dewey.
 Labioversi = 1 atau 2 gigi (masuk tipe 2 dewey).
 Deepbite/gigitan dalam adalah sekelompok gigi yang overbitenya > 2mm atau bertambah.
 Normal adalah sekelompok gigi yang overbitenya 1-2mm.
 Crossbite/gigitan silang = kondisi gigi atau sekelompok gigi yang nilai overjetnya negatif.
 Versi = dilihat horizontal (maju mundur).
 Rotasi = gigi yng terletak engga pada sumbunya, dilihat dari arah vertical. Kalau kedua sumbu
ga terletak pada sumbu vertical (sentris) kalau cuma salah satu namanya eksentris.
 Cari yang sisi paling parah yang keluar dri lengkung yang benar buat nentuin mesio/disto
pada rotasi eksentris. Misal: mesiolabial (sisi yang terletak salah pada sisi mesial).
 Kalau rotasi sentris yang salah mesial dan distal (ditulisnya 12 rotasi sentris).
 Kurve of spee: dilihat dari I1 sampai M2.
- Jika + = cembung
- Jika - = cekung
- Jika lurus = datar.

KLASIFIKASI MALOKLUSI

 Tipe Dewey 6 = termasuk lain-lain. Cth: 11, 21 labioversi.


DISKREPANSI

 Diskrepansi bertujuan untuk menentukan macam perawatan. Sehingga untuk menentukan


tindakan yang tepat pada fase evaluasi.
 Diskrepansi itu ada 3 pilihan:
a. > 8 = ekstraksi
b. 5-8 = borderline ( bisa ekspansi/ non ekspansi)
c. ≤ 4 = non ekstraksi
 Diskrepansi -3,68 artinya pada saat gigi permanen pengganti terakhir erupsi di lengkung
yang benar kekurangan tempat 3,68.
 Cara mengukur diskrepansi:
a. Pastikan gigi yang salah mana aja. Cth: kalau distolabial rotasi eksentris, maka sisi yang
terletak di lengkung yang benar ada di mesial. Jadi brushwire pada metode nance
diletakkan pada sisi mesial.
 Metode nance digunakan untuk gigi permanen. Dengan menggunakan brushwire yang
dihitung dari mesial M1 kiri ke mesial M1 kanan dengan mengikuti fissure gigi yang berada
pada lengkung yang benar, misal C yang benar karena inklinasinya normal ( bilang :
melewati insisal C).
 Metode moyers (orang eropa) digunakan untuk gigi pergantian.
 Tempat yang tersedia adalah panjang lengkung gigi diukur mulai dari mesial M1 permanen
kiri ke mesial M1 permanen kanan dalam lengkung yang benar dan inklinasi yang benar.
 Kapan ekstraksi dan kapan non ekstraksi?
a. Pertimbangan:
I. Profil mukanya bagaimana?
Jika cembung sekali >> dikoreksi dengan ekstraksi.
II. Jarak gigitnya bagaimana?
Jika jarak gigit besar >> yang atas di ekso dan yang bawah di ekspansi.
III. Inklinasi giginya bagaimana?
IV. Ada tidaknya pergeseran garis median?
b. Ekstraksi = ada berdesakan (eksostem).

INKLINASI GIGI

 Cara mengetahui inklinasi:


a. Pada pasien menggunakan sefalometri.
b. Pada model typodont= basis model dianggap horizontal, perhatikan sudut sumbu gigi.
Untuk rahang atas agak miring ke depan dan untuk rahang bawah lurus (90 0). Apabila
sumbu gigi lurus menandakan normal, jika miring maka labioversi.
 Inklinasi rahang atas = 103 ±5
 Inklinasi normal rahang bawah = (90 ±5)

ETIOLOGI

 Pada etiologi keturunan = dilihat besar gigi, besar lengkungnya. Bukan karena letak posisi
gigi yang salah seperti versi/rotasi.
 Pada faktor local = dilihat posisi gigi nya.
 Pada etiologi, cari semua etiologinya yang ada dalam diagnose. Cth: berdesakan etiologinya
apa, versi etiologinya apa, openbite etiologinya apa, dll.

DDM (Disharmoni Dentomaxilla)


 Ciri DDM : kedua dari I2/I1 palato/linguoversi.
 Pada kasus dengan etiologi DDM = tidak mungkin terjadi diastema.
 Tanggal premature adalah gigi yang tanggal sebelum waktunya.
 Jenis DDM:
- Fase permanen:
a. I2 = linguo/palatoversi.
b. Tanggal premature C.
c. Eksostem C >>> jika tidak eksostem maka gigi P2/I2 linguoversi
- Pergantian:
a. Tanggal premature C/ I2 linguoversi.
b. C eksostem
 Proses DDM MASIH BINGUNG!!!
- I2 erupsi, jika I2 mampu meresorpsi C sulung, maka dia tumbuh pada lengkung yang
benar (menempati C). jika I2 tidak mampu meresorpsi C sulung, maka C permanen
eksostem.
- Jika C tidak eksostem > ada tanggal premature M1 sulung.
- Jika P1 kekurangan tempat > meresorpsi M2 sulung.

LETAK SALAH BENIH

 Urutan erupsi gigi permanen:


RA = 6 1 2 4 5 3 7
RB = 6 1 2 3 4 5 7
 Letak salah benih dikatakan salah apabila gigi permanen erupsi tidak sesuai dengan letak
benihnya.
 Posisi letak benih gigi:
a. I1, I2 RA, RB = palatal/lingual
b. C RA, RB = labial
c. P1 RA, RB = bukal (bukoversi)
d. P2 RA, RB = palatal/lingual
 Gigi terletak salah adalah gigi yang tidak terletak pada lengkung geligi yang benar tetapi
pada letak benih giginya. Contoh: gigi C eksostem, I2 palato/linguoversi.
RENCANA PERAWATAN

 Koreksi yang 1 adalah yang menjadi keluhan utama pasien (biasanya berdesakan).
 Koreksi diastema jika tidak menjadi etiologi 1 pasien datang ke drg, maka koreksi diastema
di akhirkan.
 Koreksi diastema sentral = menggerakkan I ke garis median.
 Box in = mengoreksi diastema sentral dan koreksi berdesakan.
 Fungsi ekstraksi : menggerakkan gigi ke distal (pada kasus 3).
 Pada kasus deepbite/gigitan dalam maka diberikan peninggian gigit pada anterior.
 Mengapa menggunakan peninggian gigit pada deepbite?

Karena diharapkan platnya itu menaikkan peninggian gigitnya dan deepbite terkoreksi. Plat
(peninggian gigit) diteruskan di atas servikal gigi > sehingga insisal I RB akan natap plat >
sehingga posterior akan openbite > karena px masih dalam fase pertumbuhan > maka gigi
posterior akan menentukan oklusi yang baru dengan terus erupsi sampai kontak dengan gigi
antagonisnya.

Secara fisiologis, gigi mencari keseimbangan dengan cara gigi akan terus erpsi sampai kontak
dengan gigi antagonisnya.

 Slicing itu 0.25 pada masing-masing sisi gigi.

ALAT ORTHO

 Prinsip desain alat lepasan = sesederhana mungkin dan nyaman bagi pasien. Maksimal 2 alat
aktif dalam 1 rahang pasien.
 Pegas bukal = Menggerakkan gigi ke distal dan palatal.
 Pegas kantilever di Mesial C.
 Kantilever tunggal = menggerakkan gigi ke mesial-distal.
 Koreksi garis median = ada alat di insisiv sentral.
 Jika menggunakan ekspansi sagittal, retensinya menggunakan klamer adam pada gigi molar
dan premolar.
 Busur labial, apabila sampai distal caninus maka bisa sebagai retensi (guide).
 Busur labial panjang = sampai diantara P1 dan P2 (mesial P2).
 Busur labial pendek, kekurangannya = saat I2 digerakkan ke distal, I2 tidak terjaga (karena
tidak ada guide).
 Ekspansi sagital = menggerakkan anteposterior, patahannya ada di 23 13.
 Ekspansi transversal = menggerakkan kanan kiri.

CATATAN KHUSUS

 Pertimbangan prognosis:
a. Etiologi
b. Pasien dalam pertumbuhan
c. Px kooperatif
d. BMI

LAIN-LAIN

 Bunyi korokoff
 Cara mengetes frenulum yang tinggi= menggunakan kaca mulut > dilakukan blanch test >
caranya dengan bibir atas diangkat dan ditahan dengan kaca mulut > jika pucat > menandakan
frenulum tinggi > sehingga perlu frenektomi.
 BMI (body mass index) fungsinya:
a. Mengetahui status gizi anak (gemuk/kurus), yang berfungsi mengetahui maturitas tulang.

Anak yang gemuk memiliki maturitas tulang lebih cepat daripada anak yang badannya kurus.
Jika tulang mature, maka tidak bisa tumbuh lagi, akibatnya perawatan ortho kurang bisa
maksimal.

Cth: jika umur 15 tahun dan badannya gemuk > tulangnya lebih cepat mature > sehingga
tidak mungkin di ekspansi lagi > sehingga lebih cepat segera di ekspansi agar tidak keburu
mature tulangnya.

b. Untuk mengetahui pola perkembangan anak.


c. Mengetahui bentuk endoskeletal
 Fase evaluasi adalah fase tindakan yang sudah ditetapkan pada macam perawatan yang
dilaksanakan setelah gigi permanen terakhir sudah erupsi.
 Fase evaluasi dilaksanakan setelah gigi yang di ekstraksi sudah dilakukan di awal (pada
kasus yaitu ekstraksi gigi sulung) > kemudian semua gigi permanen telah erupsi > dan
maloklusi masih terbentuk.
 Fase retensi adalah fase yang dilakukan setelah minimal 6 bulan perawatan aktif telah selesai.

DISKUSI AK KASUS 3 (MODEL MBK NINDY)

 Mengapa bisa terjadi gigitan tonjol dan yang satu neutroklusi? Karena bergesernya MI
Permanen RA ke arah mesial ½ cusp akibat adanya tanggal premature 53.
 Neutroklusi apa? Suatu keadaan cusp mesiobukal MI RA terletak pada bukal groove MI RB
dan caninus terletak diantara C RB dan P1 RB.
 Relasi murni = adalah relasi yang dilihat menggunakan sefalometri. Sudut ANB = 0-4(2±2),
ini berpengaruh terhadap skeletalnya.
 Relasi klinis = relasi yang bisa terjadi akibat M1 RA bergeser ke mesial akibat adanya
berdesakan/tanggal premature sehingga bisa mengakibatkan gigitan tonjol, distoklusi.
 Gigitan tonjol/cusp to cusp apa? Hubungan oklusi antara gigi RA dan RB yang overjet dan
overbitenya nol.
 Mengapa bisa berdesakan? Karena ditandai adanya rotasi dan versi.
 Kan di kasus openbite (nilai overbite negatif), bagaimana cara mengukur overbitenya? Yaitu
dengan menarik garis imaginer dari insisal edge RA ke insisal edge RB. Normal overbite 1-2
mm.
 Jenis lengkung:
a. Lengkung basal = lengkung yang dibentuk tulang basal dari rahang.
b. Lengkung alveolar = lengkung yang dibentuk tulang alveolar, gigi tertanam pada soket.
c. Lengkung geligi = lengkung yang dibentuk oleh mahkota gigi. Lengkung geligi ada 3:
- Parabola: ada normal, lebar/sempit (biasanya ada di anterior)
- Lira : sempit di P
- Omega: sempit di M.
 Celah pada kasus ini diastema karena adanya rotasi gigi.
 Celah fisiologis adalah celah yang terjadi pada fase geligi pergantian yang disebut ugly
duckling stage.
 Ugly duckling stage terjadi karena insisiv sentral RA sering erupsi condong ke distal,
sehingga terdapat celah diastema diantara kedua insisiv RA. Biasanya terjadi usia 10-13
tahun.
 Tempat yang dibutuhkan adalah jumlah mesiodistal gigi permanen pengganti. Metodenya
ada:
a. Metode nance: mengukur menggunakan brushwire dari mesial M1 Permanen kiri melalui
fissure gigi posterior sampai ke mesial MI Permanen kanan.
b. Metode segmen : menjumlahkan lebar mesial-distal gigi permanen.
c. Kalau C sulung belum tanggal = pake sitepu.
 Moyers : menggunakan gigi orang eropa
 Sitepu: menggunakan gigi orang melayu (indo termasuk).
 Fungsi diskrepansi = untuk menentukan macam perawatan >> sehingga untuk menetapkan
rencana tindakan yang tepat pada fase evaluasi > fase evaluasi adalah fase dimana gigi
permanen terakhir erupsi sempurna. Pada fase evaluasi ini dilakukan ekspans/ekstraksi dll.
 Maksud dari -6.5 adalah pada saat gigi permanen pengganti terakhir erupsi pada lengkung
yang benar terdapat kekurangan tempat sebesar 6.5 >> taunya dari mana yang terakhir
erupsi? Dilihat dari foto sefalo.
 Apa selalu ada fase evaluasi? Tidak selalu > karena fase evaluasi merupakan tiindakan untuk
mengoreksi maloklusi.

Anda mungkin juga menyukai