PENDAHULUAN
Bagian 1
Tania adalah seorang remaja berumur 19 tahun yang ceria dan baik hati.
Sejak 2 tahun yang lalu orang tuanya merasa Tania mudah marah dan
tersinggung. Bahkan foto wajahnya pun tak boleh dilihat oleh orang tuanya.
Akhir-akhir ini Tania sering mengeluh sakit pada sendi rahang sebelah kiri.
Bagian 2
Berdasarkan serial foto yang dilakukan pasien pada umur 3, 5, 9, 12, dan 15
tahun sudah terlihat adanya asimetri wajah. Pemeriksaan klinis intra oral
1
1.2 Anamnesis
Anamnesis adalah proses tanya jawab antara dokter dengan pasien atau
1. Identitas Pasien
2. Kesehatan umum
(3) Operasi
3. Kebiasaan buruk
4. Keluhan utama
Keluhan utama pasien bisa berupa estetik wajah kurang baik, masalah
2. Sejak 2 tahun lalu, orang tua Tania merasa anaknya mudah marah dan
tersinggung
3. Foto wajah Tania tak boleh dilihat siapapun, termasuk orang tuanya
5. Berdasarkan serial foto yang dilakukan pasien pada umur 3, 5, 9, 12, dan
1) Tipe muka :
(1) Sempit
3
(2) Lebar
(3) Normal
2) Profil muka
3) Bibir
(1)Tonus bibir
4
(2)Relasi bibir
4) Sendi Temporomandibular
1) Inisial
2) Intermedia
3) Terminal
3. Krepitasi
5
sendi temporomandibular dipalpasi dan jika terdapat
o Otot Temporal
o Otot Masseter
profil wajah cembung. Terdapat nyeri pada sendi rahang sebelah kiri.
6
1.3.2 Pemeriksaan Intra Oral
terhadap gigi, gusi, lidah, palatum, dasar mulut, uvula, tonsil, dan
dengan bantuan alat dasar seperti sonde, kaca mulut, pinset, ekskavator,
1. Gigi
1) Keadaan gigi
2) Malposisi
bidang oklusi
bidang oklusi
panjang gigi
7
2. Gingiva
3) Lesi mukogingiva
3. Frenulum labii
blanch test yaitu bibir atas atau bawah ditarik ke luar dan ke atas,
4. Lidah
giginya
5. Palatum
Dilihat apakah normal, tinggi, atau rendah serta normal, lebar, atau
8
kurang (kontraksi) biasanya palatumnya tinggi sempit, sedangkan
6. Tonsil
7. Garis median
8. Overbite
Jarak vertikal antara ujung incisal I atas dengan ujung incisal I bawah
dalam keadaan oklusi sentrik. Nilai normal gigi insisif rahang atas
9. Overjet
Jarak antara tepi insisal bagian lingual gigi insisivus sentralis maksila
keadaan normal, gigi insisif rahan atas dan bawah saling berkontak,
dengan jarak antar insisifnya hanya setebal bidang insisal (2-3 mm).
10. Diastem
1) Kurva Spee adalah kurva yang dibetuk oleh garis oklusi bila dilihat
9
2) Kurva spee dibagi tiga macam, yaitu:
dan lateral ekskursi. Ukuran dan arah dari gerakan dapat diperiksa
1) Normal
Dari hasil pemeriksaan intraoral terdapat cross bite gigi-gigi mulai dari
22 sampai posterior.
10
1.4 Analisis Radiografis (Cephalometry)
Pada analisis Steiner, pengukuran yang dilakukan pertama kali adalah sudut
terhadap basis kranium. Ukuran normal dari sudut SNA adalah 82±20. Apabila
SNA pasien lebih besar daripada 840, maka dapat diinterpretasikan sebagai
protrusi maksila. Apabila SNA pasien lebih kecil daripada 800, maka dapat
anteroposterior dari rahang bawah pasien. Nilai normal dari SNB adalah
78±20.Selisih dari sudut SNA dan SNB, yang disebut dengan sudut ANB,
2±20, maka hubungan skeletal antara rahang atas dan rahang bawah adalah
normal (kelas I skeletal). Apabila sudut ANB lebih besar daripada 40, maka
hubungan skeletal antara rahang atas dan rahang bawah adalah retrognathic
(kelas II). Apabila sudut ANB lebih kecil daripada 00, hubungan skeletal
antara rahang atas dan rahang bawah adalah prognathic (kelas III).
11
Dalam kasus ini, besar sudut ANB adalah 00. Hasil ini menunjukkan bahwa pasien
dan sudut SNB=790. Pengukuran ini menunjukkan bahwa sudut SNA tidak
normal dan sudut SNB normal. Hal ini menunjukkan bahwa ada kelainan pada
rahang atas pasien dimana rahang atas pasien mengalami retrusi dari maksila.
12
BAB II
ISI
2.1.1 Maloklusi
Menurut Moyers (1988), maloklusi adalah keadaan gigi yang menyimpang dari
hubungan gigi yang normal terhadap gigi lainnya dala lengkung yang sama dan terhadap
gigi dari lengkung yang berlawanan dengan disertai fungsi yang abnormal.
Maloklusi bukan merupakan suatu penyakit atau proses patologis tetapi merupakan
kelainan atau penyimpangan dari proses pertumbuhan dan perkembangan yang normal,
sehingga mengakibatkan kombinasi kurang harmonis antar gigi, rahang serta wajah
5) Kombinasi kelainan ras, termasuk kelainan yang disebabkan karena faktor kongenital
(1) Genetik: diteruskan melalui gen, dapat atau tidak dapat terlihat pada waktu
lahir
(2) Diferensiasi: terjadi pada tubuh sebelum fungsi embrio pada tingkat
perkembangan
dentofasial.
Lokal atau dentofasial: hanya berakibat pada wajah, rahang dan gigi saja
(3) Kongenital: dapat herediter atau dapatan, tetapi telah ada sejak lahir
2) Postnatal
(3) Hipo- atau hipertonisistas dari otot yang berpengaruh pada perkembangan
(4) Penyakit pada masa anak-anak, penyakit gangguan nutrisi, penyakit karena
pertumbuhan dentofasial.
(5) Radiasi dan radioterapi dari ibu atau fetus yang dikandungnya dapat
pada keturunannya
1) Maloklusi bersifat dental, satu gigi atau lebih dalam satu atau dua rahang dalam
Contohnya, kurang tempatnya gigi dalam lengkung oleh karena prematur loss, tambalan
kurang baik, ukuran gigi lebih besar, sehingga dapat terjadi keadaan linguiversi,
2) Skeletal displasia
Dalam kelainan skeletal displasia terdapat hubungan yang tidak normal pada :
1) Hubungan anteroposterior rahang atas dan rahang bawah terhadap basis kranium.
3) Skeleto-Dental dysplasia
Tidak hanya giginya yang abnormal, tetapi dapat terjadi keadaan yang tidak normal
pada hubungan rahang atas terhadap rahang bawah, hubungan rahang terhadap
kranium, fungsi otot dapat normal atau tidak tergantung macam kelainan dan derajat
2) Kelainan dentofasial dengan diskrepansi skeletal ringan atau sedang yang masih dapat
3) Kelainan dengan maloklusi dan diskrepansi skeletal sedang sampai berat yang harus
Bila kategori 3 dirawat hanya dengan perawatan orthodonti berupa kompensasi dental
seringkali menimbulkan masalah lain termasuk relaps oklusal dan fasial, kesulitan untuk
space tidak adekuat dan ketidakpuasan pasien. Sebaliknya, perawatan kategori 2 dengan
perubahan wajah yang tidak akan tercapai dengan kompensasi dental, atau kompensasi
dental akan menyebabkan perubahan wajah yang tidak diinginkan oleh pasien. Pada hal-
hal tersebut di atas, semua pilihan harus diperlihatkan dan diterangkan kepada pasien.
Kelainan dentoskeletal atau sering disebut juga kelainan dentofasial bisa ditinjau
(1) Maksila protrusif – pertumbuhan yang berlebih dalam arah horisontal dalam
(2) Defisiensi anteroposterior (AP) Maksila. Pertumbuhan maksila yang tidak adekuat
16
(3) Kelebihan Maksila Vertikal. Pertumbuhan berlebih alveolus maksila dalam arah
(4) Defisiensi Maksila Vertikal. Penampakan edentulous yang menunjukkan tidak ada
gigi, gigitan dalam pada mandibula dengan ujung dagu yang menonjol, wajah
Adapun ciri klinis prognatism maksila adalah hubungan molar bisa berupa hubungan
Kelas II, pasien memiliki profil yang cembung, overbite yang meningkat serta kurva Spee
yang berlebihan, pasien mungkin memiliki bibir atas hipotonis yang pendek yang
mengakibatkan penutupan bibir yang buruk, kebanyakan pasien memiliki aktivitas otot
yang abnormal. Misalnya aktivitas otot buccinator yang abnormal yang mengakibatkan
lengkungan rahang atas yang konstriksi dan sempit yang menimbulkan gigitan terbalik
Gigitan terbuka anterior skeletal memiliki tinggi wajah bagian bawah meningkat.
Bibir atas yang pendek dengan penampakan dari gigi insisivus RA yang berlebihan dan
sudut mandibular plane yang curam. Pasien sering memiliki wajah yang panjang dan
17
ke depan; pada beberapa pasien, dapat terlihat tipping ke depan dari basis skeletal rahang
Defesiensi maksila transversal. Gigitan saling posterior unilateral atau bilateral. Gigi-
gigi yang berjejal, rotasi, dan bergeser ke bukal atau palatal. Bentuk lengkungan maksila
yang sempit dan lonjong-lengkung berbentuk jam pasir yang tinggi, berlapis datar.
Deformitas ini merupakan deformitas skeletal yang paling sering berkaitan dengan
Prognatism Mandibula sendiri memiliki ciri klinis yaitu hubungan molar mungkin
hubungan kelas III, pasien biasanya memiliki profil yang konkaf, gigitan terbalik
posterior akibat lengkungan rahang atas yang sempit dan pendek tapi dengan lengkungan
rahang bawah yang lebar, dan pasien dengan peningkatan tinggi intermaksilla dapat
mengalami gigitan terbuka anterior. Tapi beberapa pasien juga dapat menunjukkan
Gigitan dalam skeletal biasanya berasal dari genetik. Rotasi mandibula ke depan dan
ke atas dengan atau tampa inklinasi maksilla ke bawah dan ke depan mengakibatkan
terjadinya gigitan dalam skeletal ini. Gigitan dalam skeletal juga mengalami penurunan
tinggi wajah interior, pola pertumbuhan wajah horizontal dan celah interoklusal yang
18
kurang (free way space). Pemeriksaan sefalometrik menunjukkan bahwa sebagian besar
bawah dalam hal dimensi vertikal, kelas II oklusal plane mandibula yang rendah
vertical
(2) Sindrom Wajah Panjang. Dolicofacial – tinggi wajah bagian bawah berlebih,
(3) Apertognatia. Sering dengan sindrom wajah Panjang – Asimetri wajah bagian
1) Prognati mandibular
3) Defisiensi mandibula dengan sudut plane mandibula yang normal atau rendah
19
Disgnati adalah salah satu keadaan deformitas dentofasial atau dentoskeletal yang
merupakan ketidakseimbangan ukuran, bentuk dan fungsi gigi dan rahang atas maupun
wajah, dan dapat disertai dengan kelainan psikologis. Secara klinis dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1) Disgnati Kelas I
Secara klinis relasi molar, kaninus, dan skeletal adalah neutrooklusi, sehingga pasien
kelas ini tidak memerlukan perawatan bedah ortognati. Keluhan yang terjadi pada
kasus disgnati kelas I antara lain open bite, deep bite, dan protrusi gigi insisivus
maksila. Namun secara skeletal tidak terdapat masalah relasi maupun fungsi.
2) Disgnati Kelas II
Keadaan skeletal kelas II dimana posisi maksila lebih anterior dibanding mandibula.
ekspos lebih dari 3 mm waktu relaks. Disertai dengan ekspos gigi lebih
(deep bite)
(3) Skeletal:
2) Protrusi bimaksiler
3) Retrusi mandibula
Keadaan skeletal kelas III dimana posisi mandibula lebih anterior dibanding
mandibular
2) Wajah panjang
(3) Skeletal
21
2) Sepertiga bawah wajah panjang
4) Deviasi/asimetri dagu
2.2.1 Definisi
akibat dari adanya masalah pada rahang, sendi rahang, dan otot fasial disekitar rahang yang
2.2.2 Etiologi
diperdebatkan dan multifaktorial. Menurut para ahli, stress emosional merupakan penyebab
sendi, terdiri dari keadaan sistemik, struktural, dan psikologis. Penyakit sistemik
oklusi dan anatomi sendi. keadaan yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi
oklusi adalah: hilangnya gigi-gigi posterior openbite anterior, overbite yang lebih
dari 6-7 mm, penyimpangan oklusal pada saat kontak retrusi yang lebih dari 2 mm
22
keadaan psikologis yang terganggu dapat meningkatkan aktivitas otot yang bersifat
patologis.
2) Faktor Inisiasi (Presipitasi) merupakan faktor yang memicu terjadinya gejala gejala
grinding, clenching, kebiasaan menggigit pipi, bibir, dan kuku dapat menimbulkan
kelelahan otot, nyeri wajah, keausan gigi-gigi. Kebiasaan menerima telepon dengan
gagang telepon disimpan antara telinga dan bahu, posisi duduk atau berdiri/berjalan
dengan kepala lebih ke depan (postur tubuh), dapat mengakibatkan kelainan fungsi
fascia otot, karena seluruh fascia di dalam tubuh saling memiliki keterkaitan maka
adanya kelainan pada salah satu organ tubuh mengakibatkan kelainan pada organ
yang lainnya.
gangguan ini bersifat menetap, meliputi tingkah laku sosial, kondisi emosional, dan
Untuk menegakkan diagnosa maka diperlukan anamnesa yang teliti, pemeriksaan ekstra
oral dan intra oral, rontgen foto TMJ transkranial juga panoramik seluruh rahang,
2.2.3 Gejala
23
Gejala yang sering ditimbulkan dari TMD ini pada umumnya adalah adanya rasa
nyeri pada otot pengunyahan atau pada sendi rahang. Gejala-gejala lain yang timbul adalah
sebagai berikut:
4) Kliking yang nyeri, popping atau grating pada sendi rahang ketika membuka dan
menutup mulut
2.2.4Pemeriksaan
temporomandibular adalah anamnesis, pemeriksaan fisik, dan radiografi yang fokus pada
gambaran TMJ.
1) Anamnesis
Pengambilan riwayat penyakit diawali dengan keluhan utama pasien, diiringi dengan
lokasi, kualitas dan keparahan, besarnya nyeri, waktu terjadinya nyeri, keadaan yang
memicu nyeri, dan manifestasi lainnya. Dapat pula ditanyakan keadaan lain yang
2) Pemeriksaan Fisik
24
Pemeriksaan fisik terdiri atas pemeriksaan ekstraoral dan intraoral. Pemeriksaan
TMD termasuk ke dalam pemeriksaan ekstraoral, dan hal yang ditinjau adalah
bunyi saat pergerakan sendi seperti kliking atau krepitasi. Perhatikan pula ukuran
protrusif dan lateral. Pembukaan tersebut juga normalnya memiliki pola gerakan
3) Radiografi
Teknik radiografi yang dapat dilakukan adalah panoramik, tomografi, CT scan, dan
MRI. Radiografi panoramik dinilai memiliki kualitas yang cukup karena dapat
membandingkan penampilan kedua sisi TMJ dalam satu gambar, namun teknik
tomogram dapat digunakan apabila membutuhkan gambaran TMJ yang lebih detil.
masalah pengunyahan mereka terperbaiki secara signifikan. Hal ini disebabkan karena
adanya hubungan antara efisiensi pengunyahan dengan fungsi rahang, dan salah satu
joint.
Hubungan antara maloklusi dan TMD dimanifestasikan dengan nyeri pada dan
sekitar TMJ. Nyeri biasanya disebabkan karena perubahan patologis di sekitar TMJ, tapi
lebih sering disebabkan karena kelelahan dan ketegangan otot. Nyeri otot selalu dikaitkan
25
dengan riwayat keluhan clenching atau grinding pada gigi sebagai respon terhadap situasi
stress, atau karena posturing mandibular ke posisi anterior atau lateral secara konstan.
sedikit, dapat menjadi pemicu clenching dan grinding. Oleh karena itu, dibutuhkan
kemungkinan berkembangnya nyeri otot fasial. Salah satu tipe maloklusi yang
berhubungan erat dengan TMD adalah crossbite posterior. Namun demikian, TMD tidak
hanya dipengaruhi oleh maloklusi saja, melainkan oleh faktor-faktor lainnya seperti stress
yang dapat menyebabkan masalah nyeri otot pengunyahan semakin parah. Oleh karena
itu, maloklusi yang menyebabkan nyeri otot perlu diperbaiki dengan terapi orthodonti,
namun perlu pula dilihat bahwa nyeri tersebut disebabkan oleh maloklusi saja atau juga
dapat membantu pasien dengan TMD, namun tidak dapat diandalkan sepenuhnya karena
TMD dapat disebabkan karena adanya faktor lain seperti kondisi patologis internal
seperti displacement. Oleh karena itu, perawatan TMD tetap harus dilakukan sesuai
2.2.7 Perawatan
26
Perawatan nyeri dan disfungsi temporomandibular dapat dilakukan dengan teknik
bedah dan juga teknik nonbedah, berdasarkan pada klasifikasi dan etiologi TMD.
Perawatan bedah kebanyakan dilakukan pada kasus TMD yang disebabkan oleh faktor
1) Reposisisi diskus
3) Condylotomi
4) Arthocentesis
5) Arthroscopy
6) Joint replacement
Pada kasus ini, TMD disebabkan karena maloklusi, dan oleh karena itu hanya
dibutuhkan terapi inisial yang bersifat noninvasif untuk mengurangi nyeri dan
maloklusi. Terapi inisial bertujuan untuk mengurangi inflamasi pada otot dan sendi, dan
1) Edukasi Pasien
Pasien terlebih dahulu diberikan informasi mengenai keadaan yang diderita, beserta
prognosis dari nyeri dan disfungsi. Klinisi menjelaskan bahwa nyeri dapat timbul
dalam kondisi tertentu, namun kondisi tertentu tersebut juga dapat dicegah oleh
seperti menggigit jari atau bibir, dan modifikasi makanan terutama makanan keras.
2) Medikasi
27
Medikasi yang diberikan dipilih berdasarkan fungsi dan manfaat obat yang
dibutuhkan. Obat-obat yang dapat diberikan di antaranya adalah obat NSAID sebagai
3) Terapi fisik
Terapi fisik yang dapat diberikan pada pasien TMD di antaranya adalah latihan
pergerakan, latihan relaksasi, latihan bicara, latihan peregangan, dan pijat. Latihan
pengunyahan.
4) Terapi splint
Terapi splint biasanya diberikan pada pasien yang mengalami derangement posisi
Secara umum, bagi semua pasien orthodonti, baik melibatkan bedah orthognati
atau TMJ, restoratif akhir dan prostetik adalah tahap akhir dari tahapan perawatan. Terapi
TMD inisial dapat dilaksanakan terlebih dahulu supaya memberikan pasien kenyamanan
selama fase bedah dan orthodonti. Tahap akhir rehabilitasi oklusal dapat dilakukan
setelah tercapai relasi dentoskeletal akhir yang diinginkan melalui bedah orthodonti.
2.3 Crossbite
Crossbite adalah ketika gigi atas dan gigi bawah tersusun berlawanan dari susunan
normal yang tepat. Jika lengkungan atas dari gigi terlalu sesak, maka gigi pada rahang
28
atas menjadi tidak sesuai lagi dengan gigi pada rahang bawah. Hal ini dapat
menyebabkan masalah ketika makan dan mengunyah karena gigi geligi tidak seharusnya
tersusun seperti itu. Hal ini hampir selalu dihubungkan dengan buruknya bentuk dan
barisan lengkungan gigi. Lengkungan atas seringnya sempit dan tajam sedangkan
lengkungan bawah seringnya lebar dan berlebih. Lengkungan yang ideal ditunjukkan
dengan seluruh permukaan oklusal gigi atas hanya bertemu dengan permukaan oklusal
gigi bawah antagonisnya. Pada lengkungan yang sempit satu sisi bisa bergeser menjadi
crossbite yang sekarang bersesuaian dengan bagian dalam gigi bawah. Hal ini bisa terjadi
pada satu bagian (unilateral) atau bilateral dimana crossbite terjadi dikedua sisi. Akibat
dari hal ini terutama adalah menonjolkan kepadatan gigi yang ada. Crossbite dapat
mempengaruhi posisi mandibula kedalam atau keluar dari jalur pengunyahan. Selama
bagian dalam hidung tumbuh berlebihan / membesar. Pasien merubah pernafasan hidung
normal menjadi pernafasan mulut. Menjaga mulut terbuka setiap saat untuk bernafas
face syndrome), mulut kering dan beberapa jenis maloklusi. Crossbite pada umumnya
dapat terjadi pada gigi belakang maupun gigi depan. Hal ini juga dapat mengenai satu
2.3.1 Definisi
Crossbite adalah maloklusi gigi dimana gigi mandibulanya berada pada versi
bukal, secara unilateral, bilateral / hanya melibatkan sepasang gigi yang berhadapan,
29
sehingga permukaan oklusal yang berhadapan tidak berada dalam kontak oklusi yang
wajar.
2.3.2 Sinonim
Jaw deformity
2.3.3 Etiologi
1) Genetik
permanen mereka tumbuh dibelakang gigi susunya, menjadi seperti lengkung kedua gigi.
Jika hal ini terjadi pada gigi permanen rahang atas depan dapat terputar kedudukannya
dibelakang gigi depan bawah ketika mengunyah. Hal ini dapat terjadi pada satu sisi
Faktor kebiasaan ketika masih kecil. Pernafasan mulut pada anak-anak dapat juga
mereka; mulut tertutup dan lidah terletak di palatum. Posisi lidah ini sangat penting
karena dapat menyebabkan rahang atas tumbuh keluar ke arah lateral, atau menyamping
daripada yang seharusnya. Anak-anak yang memiliki adenoid dan tonsil besar cenderung
bernafas hampir secara khusus melalui mulut mereka, khususnya ketika tidur.
30
Ketika anak-anak dipaksa untuk bernafas melalui mulut mereka setiap saat, lidah
mereka akan jatuh dari palatum. Dan pertumbuhan bagian samping dari rahang atas
menjadi tidak sesuai. Crossbite juga bisa disebabkan oleh kebiasaan menghisap jari / ibu
2.3.4 Klasifikasi
1) Anterior Crossbite
Istilah ini digunakan ketika gigi depan pasien menutup dengan cara yang salah
dengan incisivus atas berada di belakang incisivus bawah dimana seharusnya berada di
depan. Keadaan ini kadang-kadang terlihat seperti scissors bite. Gigi atas seharusnya
berada bersesuaian (atau didepan) gigi bawah. Ketika terjadi sebaliknya, maka akan
muncul masalah. Anterior crossbite melibatkan satu atau lebih gigi bagian depan. Pada
pasien dengan anterior crossbite seringkali menggeser rahang bawahnya pada posisi yang
tidak biasanya namun lebih nyaman ketika mereka menutup giginya secara bersamaan.
Inilah yang disebut dengan pergerseran mandibular. Anterior crossbite dapat dikoreksi
dengan peralatan yang difiksasi ataupun yang removable. Crossbite juga dapat dikoreksi
dengan braces (kawat gigi). Biasanya waktu terbaik untuk mengkoreksi crossbite ini
31
2) Posterior Crossbite
Jika lengkungan atas dari gigi terlalu sesak, seperti kita ketahui menjadi huruf
“V” yang sempit dibandingkan huruf “U” yang lebih lebar, maka gigi pada rahang atas
menjadi tidak sesuai lagi dengan gigi pada rahang bawah. Jika gigi bagian belakang yang
bersilangan hal ini disebut posterior crossbite. Pada lengkungan yang sempit satu sisi bisa
bergeser manjadi crossbite yang sekarang bersesuaian dengan bagian dalam gigi bawah.
Hal ini bisa terjadi pada satu bagian (unilateral) atau bilateral dimana crossbite terjadi
dikedua sisi.
2.3.5 Perawatan
32
Perawatan ortodontik untuk mengkoreksi crossbite pada anak-anak harus dimulai
sedini mungkin. Jika pembesaran tonsil dan kelenjar adenoid adalah akar
permasalahannya, maka tonsil dan kelenjar adenoid harus diangkat terlebih dahulu
Crossbite hampir selalu tidak bisa dikoreksi dengan sendirinya selama masa
pertumbuhan. Hal ini dapat mengenai gigi susu maupun gigi permanen. Jika seluruh
bagian dari pertumbuhan gigi susu mengalami crossbite, ada kemungkianan bagi gigi
permanen yang mulai erupsi pada usia 6 tahun untuk mengalami crossbite juga. Bilateral
Terapi dapat dilakukan pada semua usia mulai dari anak yang belum sekolah hingga usia
dewasa.
gigi bagian atas kembali ke bentuk “U” beserta penyesuaian gigi sebagaimana mestinya
Pemanjangan seperti ini merupakan bagian dari perawatan ortodonti yang luas. Ada
tersedia berbagai alat ortodonti yang bisa digunakan untuk memperbaiki posterior
crossbite dan hanya diperlukan beberapa bulan perawatan saja. Walaupun crossbite sudah
dapat terkoreksi pasien biasanya harus tetap membiarkan alat ortodonti tersebut selama
Pemakaian alat yang difiksasi dianggap hal yang aneh dimana pasien atau
orangtuanya harus menggunakan kunci untuk menggeser sekrup yang ada sedikit demi
sedikit setiap harinya. Quad Helix mungkin menjadi pilihan karena merupakan jenis alat
yang dilengkapi suatu per / pegas sehingga pasien atau orangtuanya tidak perlu
33
melakukan apapun. Alat mana yang dipakai itu tergantung atau sesuai dengan kasusnya
masing-masing. Tersedia juga alat yang dapat dilepas dengan mudah seperti Retainers.
Perawatan maloklusi secara ortodonti tidak selalu berdiri sendiri melainkan dapat
ortodonti gagal atau adanya keparahan dari hubungan dentofasial yang anomali.
malformasi terhadap maksila dan atau mandibula. Bedah ortognatik dilakukan bersamaan
dengan perawatan ortodonti agar gigi akan berada dalam posisi yang tepat dan stabil
setelah operasi.
rahang yang kecil dan besar, dan manfaatnya termasuk meningkatkan kemampuan
mengunyah, berbicara dan bernapas. Dalam kebanyakan kasus perawatan bedah ini
2.4.2 Indikasi
34
2) Gigitan yang dalam pada pasien yang tidak sedang bertumbuh
4) Masalah dentoalveolar yang parah (terlalu parah untuk dikoreksi dengan koreksi
ortodontik)
6) Asimetri skeletal.
Kelainan sendi rahang (TM-Joint): sakit pada sendi rahang (TM-joint pain),
menyebabkan sakit kepala oleh karena problem sendi dan tidak tepatnyya posisi
8) Disoklusi
9) Kelainan Pengucapan
2.4.3 Kontraindikasi
Ketika keseimbangan keuntungan dan kerugian tidak langsung mengarah pada keputusan
untuk merawat pasien dengan bedah orthodonsi, seseorang dapat memutuskan untuk
menunda perawatan.
35
Jika keluhan ringan, atau ketika pasien belum melihat perlunya untuk perawatan,
maka model plaster bisa diambil, memungkinkan penilaian perubahan di kemudian hari.
Pada pasien muda, dianjurkan untuk memungkinkan pertumbuhan yang lengkap sebelum
dilakukan intervensi bedah. Pengecualian untuk ini adalah perlakuan dari defisiensi
mandibula dengan bidang miring, mandibula rendah (morfologi konvergen), yang dapat
ditangani dengan osteotomi sagital split atau osteogenesis distraksi sebelum pertumbuhan
selesai. Alasan keuangan juga dapat menjadi keputusan untuk tidak melakukan bedah
Osteotomy dapat diartikan sebagai insisi atau transeksi tulang secara bedah.
Osteotomi ramus vertikal merupakan osteotomy yang meluas dari sigmoid notch yang
terletak secara vertikal di belakang foramen IAN ( inferior alveolar nerve) hingga batas
Gambar 2. Perbedaan panjang osteotomy pada vertical subcondylar osteotomies (VSOs). (sumber:
Peterson. 2004. Principles of Oral and Maxillofacial Surgery. 2nd ed. BC Decker.)
36
Osteotomi ini pada mulanya dilakukan secara ekstraoral, namun dengan
perkembangan pisau bedah, dengan tangkai yang panjang, dan retraksi yang adekuat,
1) Indikasi
Robinson dan Lytle menyatakan bahwa osteotomi ini dapat digunakan untuk
rekomendasi ini tidak dapat diterima karena stabilitasnya dipertanyakan. Hall dan
2) Teknik
panoramic dan foto kepala dari arah lateral untuk mengetahui posisi foramen
Insisi dibuat pada mukosa dari tepi anterior ramus hingga daerah molar
pertama. retraktor kemudian diletakan di sekitar batas posterior, pada waktu yang
posterior, dan sudut. Pemotongan dibuat tidak lebih dari 5-7mm. kemudian
37
dilanjutkan melalui korteks medial, dimulai dari bagian tengah ramus. Ini
kemudian dibawa ke arah superior menuju sigmoid notch dan berakhir pada batas
inferior.
Gambar. Osteotomi vertikal subkondilar secara intraoral. (A) Eksposur tulang. (B) Vertical Ramus Osteotomy. (C)
Peletakkan fragmen proksimal tampak lateral. (sumber: Peterson. 2004. Principles of Oral and Maxillofacial
sesegera mungkin untuk memastikan kondilus tidak dalam posisi yang salah.
Pergeseran tipis kondilus ke bawah dan ke depan umum terjadi dan akan teratasi
selama fiksasi.
38
2.4.5 Sagittal split osteotomy
anterior atau posterior. Prosedur bedah ortognati ini dilakukan melalui insisi di intraoral
dan diberikan screws atau plates secara internal untuk memantapkannya. Kekurangan
dari prosedur ini adalah tingginya kemungkinan insidensi kehilangan fungsi sensori
utama pada bibir bawah sebagai akibat dari rusaknya nervus alveolar inferior saat
prosedur pembedahan.
2.4.6 Genioplasty
memberikan pengaruh terhadap oklusi gigi, tetapi pembedahan ini dilakukan untuk
mengkoreksi wajah dengan mengurangi atau merapihkan kedalaman dan tonjolan dagu.
39
Pembedahan ini bisa dilakukan untuk mendapatkan kesimetrisan dagu. Genioplasti
dilakukan dengan insisi pada lower labial sulcus. Pada pembedahan ini dapat digeser ke
Gambar 2 Genioplasty/Chinplasty/Corticotomy
Perawatan ortodontik cekat atau fixed orthodontic adalah alat orthodonti yang
dicekatkan langsung pada gig dan biasanya terdiri dari bracket, band, archwire, elastics, o
2.5.1 Indikasi
40
2) Meningkatkan estetika penampilan wajah dan dental yang sudah diterima, tapi dia
gangguan fungsional
2.5.2 Kontraindikasi
1) OH buruk
Komponen pasif adalah komponen alat ortodonti cekat yang tidak mampu
menggerakkan gigi tetapi menyediakan perlekatan komponen lain pada gigi atau
dari:
1) Bands
Band adalah alat perlekatan yang terbuat dari logam yang disemenkan pada gigi
secara satuan dan menyediakan tempat untuk perlekatan komponen lain seperti
buccal tubes, lingual buttons, dll. Komponen-komponen lain ini dapat dilas atau
dipatrikan pada bands. Bands dapat dibuat custom/dipesan secara individual untuk
41
gigi atau dipilih dari ukuran yang beragam yang tersedia di pasaran untuk berbagai
jenis gigi.
Pelekatan bands lebih ditujukan pada gigi yang akan menerima gaya yang
berlebih, seperi molar rahang bawah, premolar rahang bawah, molar kedua rahang
Perlekatan band dapat juga dilakukan pada gigi yang memilki restorasi logam
yang besar (secara struktural lemah) atau memilki protesa logam/mahkota logam
42
2) Brackets
memberikan support komponen lain dan terbuka pada satu sisi (biasanya pada sisi
vertikal atau horizontal). Brackets ada bermacam tipe bergantung pada teknik yang
digunakan. Brackets dapat dilas pada bands yang disemenkan secara individual pada
menggunakan band.
43
3) Buccal tubes
Buccal tubes adalah tube horizontal yang berlubang, berbentuk bulat, persegi,
atau oval. Komponen ini biasanya digunakan pada molar dan membantu
menyediakan kontrol tiga dimensi yang lebih baik pada gigi molar tersebut.
pada gigi.
44
(2) Klasifikasi berdasarkan bentuk lumen
Bulat
Oval
Persegi
45
Satu tube/single
Tiga tube/ triple, 2 persegi, dan satu bulat besar untuk alat headgear atau
lip bumper.
46
Edgewise tube
Preadjusted edgewise
4) Lingual attachment
Komponen ini merupakan perlekatan aksesoris selain bracket dan tube yang
ditempatkan pada aspek lingual gigi dengan cara diberikan bonding atau pada band
47
Lingual buttons adalah button/kancing dengan bermacam bentuk untuk perlekatan
elastik atau elastomerik. Base yang rata untuk bagian tengah molar, dasar
melengkung untuk penempatan mesial atau distal pada molar, dan dasar yang
Alat ini membantu kedudukan/seat dari bands. Berbentuk flat untuk gigi anterior
48
Lingual eyelets digunakan untuk mengikatkan benang elastik atau ligature wires.
49
Ball hooks dibangun di atas braket (panah biru) memberikan stabilitas. Tipe lain
yaitu T pins dan K(Kobayashi) hooks (panah putih atau metode lain untuk
5) Lock pins
6) Ligature wires
Ligature wires adalah kawat stainles steel soft dengan diameter 0.008 sampai
0.01 inchi. Kawat ini digunakan untuk ligasi/mengikat arch-wire di bracket atau
50
2.5.4 Komponen Aktif
1) Separator
nantinya disana akan dipasang band. Ada beberapa jenis separator, yaitu
51
(3) Ring separator
2) Arch wire
Arch wire adalah kawat busur yang berupa lengkung kawat yang dipasang pada
Elastic dan elastomeric digunakan untuk memperbaiki open bites, cross bites dan
inter-arch relationship. Terdiri dari simple elastics, elastic change, elastic thread dan
elastic modules.
52
4) Spring
Spring berfungsi untuk menghasilkan gaya untuk pergerakan gigi. Spring bisa
digunakan untuk membuka ruang ataupun untuk menutup ruang. Jenis-jenis spring, yaitu
5) Magnet
2.6 Batasan Kelainan Dentoskeletal Yang Masih Dapat Ditangani Dengan Perawatan
Ortodontik
kontraindikasinya.
1) Tujuan :
(1) Jika posisi gigi sedemikian rupa sehingga terbentuk mekanisme refleks yang
(3) Jika gigi berjejal dan tidak teratur menyebabkan faktor predisposisi dari penyakit
periodontal/penyakit gigi
3) Kontraindikasi :
(1) Jika prognosa dari hasil perawatan tersebut jelek sebab pasien kurang/tidak
kooperatif
(2) Jika perawatan hanya untuk memperpanjang waktu saja (jika perawatan ditunda
54
5) Kelainan skeletal yang memiliki prognosa buruk dengan perawatan ortodonti :
55
BAB III
RENCANA PERAWATAN
kelas 3 tipe 3. Maloklusi yang dialami pasien adalah maloklusi dentoskeletal. Kelainan
ini dapat diperbaiki dengan bedah ortognatik. Bedah ortognatik adalah tindakan bedah
yang dilakukan dengan tujuan untuk meluruskan atau membentuk rahang sehingga
skeletal yang tidak mungkin dilakukan melalui perawatan ortodontik. Tulang rahang
beserta gigi-gigi akan dapat diubah posisinya sehingga dapat diperoleh posisi rahang
sesuai dengan letak yang dikehendaki. Oleh karena rahang dapat terletak baik sesuai
dengan norma ukuran normal, gig-gigi juga akan dapat terletak normal. Gigi-gigi yang
sudah terletak benar akan terletak stabil, fungsi gigitan optimal dan diperoleh letak
rahang atas dan bawah yang seimbang terhadap tulang tengkorak sehingga akan dapat
diperoleh bentuk wajah yang indah. Beberapa pasien mengemukakan bahwa tampilan
wajahnya menjadi lebih baik, fungsi bicara dan fungsi kunyah juga dirasakan sangat
berubah menjadi baik. Melalui tindakan bedah ortognatik dapat diperoleh suatu
perubahan tampilan wajah secara dramatisdan dapat berpengaruh positif pada banyak sisi
kehidupan seseoang.
56
persiapan atau tahapan perawatan penting:
akan melakukan perawatan pra dan pasca ortodontik, yaitu melakukan koreksi
pada gigi-gigi agar terletak baik pada lengkung rahang, sedangkan Spesialis
meratakan gigi sehingga terletak baik di lengkung gigi. Jadi, seorang Spesialis
pada daerah gigi tertanam tersebut merupakan daerah yang akan dilalui untuk
operasi pengambilan gigi geraham ini sebaiknya dilakukan antara 4-6 bulan
sebelum operasi bedah ortognatik agar tulang bekas operasi gigi tertanam telah
1) Osteotomi Mandibular
pada diagnosis dan lokasi kelainan dentofasial. Lokasi yang biasa dilakukan
osteotomi adalah ramus, body, dentoalveolar, dan dagu. Osteotomi pada ramus
atau body biasanya dilakukan secara bilateral. Pada deformitas yang parah,
57
osteotomi ramus mungkin dikombinasikan dengan osteotomi pada dagu atau
alveolar.
2) Osteotomi Maksilari
(2) Dokumentasi: model terakhir, foto wajah, gigi dan rahang, serta radiografi
terbaru.
(4) Pemeriksaan kesehatan umum untuk persiapan bius umum dan bedah.
(6) Pemeriksaan akhir dan penerangan mengenai jenis pembedahan yang akan
Jika rahang sudah benar maka gigi pasien diperbaiki dengan ortho fixed.). TMD
pasien dapat hilang atau sembuh jika kelainan crossbite pasien sudah ditangani.
58
BAB IV
KESIMPULAN
Tania mengalami kelainan tumbuh kembang pada rahang atas. Hal ini terlihat dari
ketidaksimetrisan wajah pasien dan rahang atas. Lengkung rahang atas kiri pasien lebih
sempit jika dibandingkan dengan sisi kanan. Sempitnya ruangan rahang atas kiri tidak
cukup untuk gigi sehingga terjadi crossbite 22 sampai posterior. Keadaan ini membuat
pasien merasa tidak nyaman dan nyeri pada bagian sendi temporomandibularnya. Hal ini
dikarenakan pada sendi temporomandibular kiri pasien menerima beban yang lebih besar
temporo mandibular disease (TMD). TMD pasien dapat hilang atau sembuh jika kelainan
kelas 3 tipe 3. Maloklusi yang dialami pasien adalah maloklusi dentoskeletal. Kelainan
ini dapat diperbaiki dengan bedah ortho. Jika rahang sudah benar maka gigi pasien
diperbaiki dengan ortho fixed. Ortho fixed menjadi pilihan perawatan untuk pasien ini
karena jika menggunakan alat ortho lepasan akan memakan waktu sangat lama. Hal ini
dikarenakan gaya yang diberikan tidak cukup untuk mengembalikan gigi ke posisi
normal. Pada penggunaan ortho fixed pasien akan dipasangkan elastik intermaksiler. Hal
ini dimaksudkan agar rahang atas dan bawah mencapai oklusi normal.
Masalah lain dari pasien yang harus diperbaiki adalah emosi Tania. Hal ini ada
59
dapat ditangani dengan cara memahami masalah yang dihadapi pasien dan cara pasien
untuk menyelesaikannya. Terdapat tiga aspek yang perlu dipahami, yaitu motivasi,
kapasitas, dan pengendalian. Motivasi adalah kebutuhan psikologi yang telah memiliki
corak atau arah yang ada dalam diri individu yang harus dipenuhi agar kehidupan
kebutuhan itu hanya berupa kekuatan dasar saja. Kapasits adalah karakteristik individu
yang adjustic, termasuk dalam hal adalah kapasitas intelektual untuk mencapai tujuannya
sendiri dan untuk tuntutan yang dikehendaki lingkungan. Pengendalian adalah proses
impulsive ke dalam saluran yang berguna bagi penyesuian dirinya, yang secara social
diterima. .
60
DAFTAR PUSTAKA
yearbook inc.
Medical Ltd.
http://www.nidcr.nih.gov/oralhealth/topics/tmj/tmjdisorders.htm
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/perawatan_disfungsi_sendi.pdf
http://www.webmd.com/oral-health/guide/temporomandibular-disorders
61