Anda di halaman 1dari 48

Blok Stomatognati 2

skenario 1
Dosen Pembimbing :
drg. Herlia Nur Istindiah., Sp. Ortho
drg. Dian Puspita Sari., Sp. Kg
01 terminologi

02 identifikasi masalah

Instruksi 03 hipotesis

7 jumps 04 mekanisme

05 more info

06 i don't know

07 learning issues
terminologi

1. Adenoid facies : 2. karies

Fasies adenoid juga disebut Karies merupakan suatu penyakit


"sindrom wajah panjang". Dia jaringan keras gigi, yaitu email,
menggambarkannya sebagai dentin dan cementum, yang
pasien berwajah panjang, ramping, disebabkan oleh aktivitas suatu
mulut terbuka bisu dengan jasad renik dalam suatu karbohidrat
kehadiran gigi berjejal dan langit- yang dapat diragikan.
langit melengkung tinggi dengan
obstruksi jalan napas hidung kronis,
kelainan yang mengacu pada wajah
anak dengan mulut terbuka yang
memiliki wajah panjang dengan
hipertrofi adenoid.
3. Mastikasi 4. Oral Dysfunction

Mastikasi atau pengunyahan Oral dysfunction merupakan


dikendalikan oleh otot kondisi oral bad habit yang
berpasangan (kiri-kanan), dinamai menetap dan dilakukan secara
berdasarkan area penempatannya. terus menerus sehingga dapat
Masing-masing melakukan fungsi mempengaruhi pertumbuhan dan
tertentu. Empat otot utama perkembangan kraniodentofasial
pengunyahan adalah temporal, yang mengakibatkan terjadinya
masseter, pterygoid internal, maloklusi
pterygoid eksternal.
5. Orofacial myofunctional 6. Sekret

Pemeriksaan yang digunakan Sekret adalah hasil dari sekresi


untuk mengoreksi ketidak berupa serum (cairan encer)
harmonisan rahang atas dan atau musin (lengket, lendir,
bawah bertujuan melakukan sekresi) yang membentuk
pengobatan dengan lendir. Beberapa kelenjar
memodifikasi pertumbuhan menghasilkan keduanya
rahang pada pasien yang dengan enzim (bahan kimia
sedang dalam pertumbuhan yang diproduksi tubuh) untuk
aktif, melalui pemakaian gaya mencerna makanan. Dalam
yang dihantarkan ke otot kedokteran gigi, tiga pasang
pengunyahan dan wajah. utama kelenjar ludah adalah
parotis, submandibular, dan
sublingual.
8. Pemeriksaan rinoskopi
7. tonsil
pemeriksaan rinoskopi adalah
tonsil adalah Massa jaringan pemeriksaan yang dapat mendeteksi
yang bulat dan kecil, khususnya adanya kelainan-kelainan di rongga
dari jaringan limfoid; umumnya hidung (nasal) seperti
digunakan tersendiri untuk hiperemi,sekret,udem,krusta,septum
merujuk pada tonsil palatina. deviasi,polip atau tumor. Sedangkan
rinoskopi posterior adalah
pemeriksaan untuk melihat rongga
hidung bagian belakang dan
nasofaring. Melalui pemeriksaan ini
dapat diketahui kelainan yang
terdapat di belakang rongga hidung
dan nasofaring seperti post nasal drib
dan lain-lain.
9. Karies dentin moderat 10. mukosa edema

Karies yang mengenai lebih dari kondisi membengkaknya jaringan


setengah ketebalan enamel, mukosa akibat penumpukan
tetapi tidak mencapai cairan.
pertemuan antara dentin dengan
enamel.
11. plak supragingival 12. pemeriksaan ekstraoral

Plak suprangingiva merupakan merupakan pemeriksaan yang


plak yang ditemukan pada dilakukan di daerah sekitar mulut
margin gingiva atau di atas bagian luar. Meliputi bibir, TMJ,
margin gingiva; jika berkontak kelenjar limfe, hidung,
langsung dengan margin gingiva, mata,telinga, wajah, kepala dan
maka disebut dengan marginal leher. Pemeriksaan ekstraoral
plaque. dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan yang terlihat
secara visual atau terdeteksi
dengan palpasi.
13. tes vitalitas 14. gingivitis

Tes Vitalitas merupakan pemeriksaan Inflamasi pada gusi yang biasanya


yang dilakukan untuk mengetahui disebabkan oleh penumpukan plak
apakah persarafan suatu gigi masih yang merangsang respon
hidup atau sudah mati, serta untuk peradangan. Gejala klinisnya berupa
mengetahui suatu gigi masih bisa kemerahan pada jaringan gusi,
dipertahankan atau tidak. Tes pendarahan, dan pembengkakan.
vitalitas digunakan untuk membantu
menentukan diagnosa dan jenis
perawatan pada gigi. Tes vitalitas
terdiri dari 3 pemeriksaan, yaitu
dengan sondasi, tes termal, dan tes
kavitas.
15. Dolikofasial 16. Rinoskopi anterior

Dolikofasial merupakan individu Pemeriksaan struktur anterior


yang memiliki wajah panjang dan hidung melalui nares menggunakan
menyempit dengan sudut bidang rinoskopi. Dengan rinoskopi
mandibula tinggi, profil cembung, anterior dapat dilihat kelainan
perkembangan dagu yang kurang rongga hidung yang berkaitan
tegas, dan tinggi wajah dengan rinosinusitis kronik seperti
anteroposterior tidak seimbang. udem konka, hiperemi, sekret
(nasal drip), krusta, deviasi septum,
tumor atau polip.
17. Regio posterior 18. karies email

merupakan bagian gigi bagian Karies Superfisialis merupakan


belakang seperti gigi premolar 1 karies yang baru mengenai atau
sampai molar 3 rahang atas dan mencapai bagian terluar gigi
bawah pada gigi permanen (Enamel) dan belum mengenai
sedangkan pada gigi susu dari dentin.
molar 1 sampai molar 2.
19. gigi 11
21. Bagian mesial palatal gigi
Gigi 11 adalah gigi permanen
insisif sentral rahang atas sebelah
Bagian Mesial adalah bagian
kanan.
permukaan gigi yang paling
dekat dengan garis tengah
lengkung gigi. Bagian palatal
20. gigi 21
adalah bagian gigi yang
menghadap ke langit-langit atau
Gigi 21 adalah gigi permanen
palatum.
insisif sentral rahang atas sebelah
identifikasi
masalah

1. bersin setiap pagi, ada ingus encer,


hidung tersumbat dan gatal.
2. Keluhan dirasa setiap pagi sejak pindah
rumah ke Bogor 6 bulan yang lalu.
3. sewaktu kecil selalu bersin ketika pagi
hari, dan gejala hilang ketika menjelang
siang.
4. Pasien juga mengeluhkan gigi depan atas
maju, berwarna kehitaman, dan ingin
memperbaiki warna giginya
5. ada keluhan fungsi pengunyahannya yang
terganggu
6. Pasien mengaku sering sakit tenggorokan dan
sulit menelan
7. Lengkung gigi atas pasien berbentuk V, palatum
dalam, dan terdapat gigitan silang pada regio
posterior
8. Gigi 11 terdapat karies email melibatkan dentin
minimal, gigi 21 terdapat karies dentin moderat
dan terlihat adanya plak supragingival dan
gingivitis pada beberapa gigi anterior.
hipotesis
1. karies kelas III
2. Hipertropi Adenoid
3. rhinitis alergi
Mekanisme
more
info
1.Pasien memiliki kebiasaan 3.Pemeriksaan rinoskopi anterior
menghentakkan leher ke kiri dan didapati mukosa edema, basah,
kanan setiap hari, dan menjepit ada sekret yang banyak, bening
telepon diantara kepala dan dan encer
bahunya

4.. Pemeriksaan ekstra oral,


2. Hasil pemeriksaan tensi pasien memiliki wajah khas yaitu
normal, nadi normal. adenoid facies
5.Tipe wajah dolikofasial 7.Hasil pemeriksaan klinis pada
(panjang) dan profil cembung gigi 11 dan 21 terdapat karies
dibagian mesial-palatal. Gigi 11
terdapat karies email melibatkan
6.Dokter gigi juga melakukan dentin minimal, sedangkan pada
pemeriksaan orofacial gigi 21 terdapat karies dentin
myofunctional, dan menemukan moderat.
bibir pasien sedikit terbuka pada
saat mastikasi. 8.Kebersihan mulut sedang
dengan terlihat adanya plak
supragingival dan gingivitis pada
beberapa gigi anterior.s
9.Lengkung gigi atas berbentuk 11.Terdapat pembesaran di daerah
V, palatum dalam dan terdapat tonsil.
gigitan silang pada regio
posterior.
12.Di ketahui bahwasanya pasien
seorang wanita dengan umur 35
10.Tes vitalitas positif (+) tahun
i dont
know
1.diketahui dari hasil pemeriksaan ekstraoral bahwa pasien
memiliki tipe wajah khas yaitu adenoid facies, apakah pasien
memiliki riwayat keturunan dengan tipe wajah khas diatas?

2.Apa saja kah pemeriksaan penunjang lainnya yang diperlukan


oleh dokter gigi untuk penegakkan diagnosis pasien diatas?

3.diketahui pasien terdapat pembesaran di daerah tonsil, apakah


ada gejala yg dialami pasien?

4.Bagaimana postur tubuh pasien saat tidur dan berjalan?

5.Apakah pasien memiliki riwayat alergi?

6.Apakah pasien bernafas melalui mulut/oral?


7.Apakah pasien memiliki kebiasaan tongue thrust dan thumb
sucking?

8.Apakah terdapat cairan di rongga sinus pasien?

9.Bagaimana status gizi pada pasien dimana pasien sulit untuk


menelan dan mastikasi terganggu?

10.Apa sajakah perawatan yg dapat dilakukan untuk mengatasi


kebiasaan pasien seperti menghentakkan leher ke kiri dan kanan?

11.Apakah pasien memiliki kebiasaan makan yang tidak sehat?

12.Apakah pasien memiliki kebiasaan makan di malam hari setelah


menggosok giginya?
13.Apakah pasien memiliki oral hygiene yg buruk sehingga memicu
terjadinya karies?

14.Apakah pasien rutin melakukan pemeriksaan gigi ke dokter


gigi?

15.Apakah pasien sudah melakukan flossing untuk mengurangi


potensi terjadinya karies?

16.Apakah pasien sering menyikat giginya dan apakah caranya


sudah benar?

17.Apakah pasien pernah atau memiliki kebiasaan merokok


sebelumnya yang berakibat terhadap perubahan warna pada
giginya?
18.Apakah ada factor keturunan pada penyakit diatas?
learning
issues
1.Apakah kebiasaan yang dimiliki pasien sebagai operator
yang sering menjepit telfon diantara kepala dan bahunya
merupakan penyebab dari gangguan fungsi pengunyahannya?

Kebiasaan postur tubuh yang salah bisa menyebabkan gangguan


seperti nyeri sendi, otot, kepala dan leher. Pada kasus diatas pasien
mempunyai keluhan mengenai fungsi bicara dan pengunyahannya, hal
ini bisa disebabkan karena kebiasaan pasien sebagai operator call
center yang terlalu sering menjepit telepon diantara leher dan bahunya
yang bisa menyebabkan trauma. Trauma terhadap kesalahan posisi
kepala dan leher bisa menyebabkan timbulnya disharmoni pada otot-
otot sekitar kepala dan leher, termasuk otot pengunyahan. Hal ini dapat
menyebabkan disfungsi TMJ. Disfungsi TMJ ini apabila tidak segera
diobati maka bisa menjadi temporomandibular disorder (TMD).
2.Apa saja klasifikasi dari karies dan apa tipe karies yang
dialami pasien?
Terdapat beberapa klasifikasi karies, yaitu klasifikasi GV Black, mount and hume dan
ICDAS
Klasifikasi GV Black, berdasarkan letak karies :
Kelas I karies terdapat pada pit atau fisura pada mahkota gigi (termasuk pit lingual
gigi insisivus rahang atas)
Kelas II lesi yang berasal dari atau dekat aproksimal
daerah kontak pada gigi posterior
Kelas III lesi yang berasal dari atau dekat aproksimal
daerah kontak pada gigi anterior
Kelas IV lesi yang berasal dari atau dekat aproksimal pada gigi anterior yang
melibatkan sudut insisal
Kelas V lesi yang berasal dari permukaan sepertiga gingival mahkota gigi, atau pada
akar yang terbuka permukaan
Kelas VI lesi yang berasal insisal gigi anterior dan cusp oklusal gigi posterior
Klasifikasi Mount and hume :
merupakan klasifikasi berdasarkan letak dan besar karies (site and size)
Site 1 – pit, fissure, dan defek email pada permukaan oklusal gigi posterior,
cingulum pit pada anterior atau permukaan halus lainnya.
Site 2 – permukaan aproksimal dalam kaitannya dengan area yang berkontak
dengan gigi yang berdekatan, baik anterior maupun posterior.
Site 3 – sepertiga servikal mahkota atau, setelah resesi gingiva, permukaan akar yang
terbuka.

• Size 0 – lesi paling awal yang dapat diidentifikasi pada tahap pertama
demineralisasi.
• Size 1 – kavitasi permukaan minimal dengan keterlibatan dentin
• Size 2 – berkembang dengan keterlibatan dentin sedang.
• Size 3 – lesi pada dentin melebihi ukuran sedang.
• Size 4 – karies yang luas atau kehilangan sebagian besar struktur gigi
Dan yang terakhir ICDAS, sebuah sistem yang mengklasifikasikan lesi karies
berdasarkan kenampakan visual dari lesi tersebut
Kode karies
0 – tidak terlihat lesi
1 – perubahan visual pertama pada email
2 – perubahan yang berbeda pada email
3 – kerusakan email, tidak ada dentin yang terlihat
4 – melibatkan dentin terbatas
5 – lesi karies dentin luas
6 – rongga luas mencapai pulpa

Berdasarkan pengklasifikasian diatas maka karies pasien dapat diklasifikasikan


yaitu, menurut GV Black Karies kelas III, menurut mount and hume untuk gigi 11:
2.1 dan gigi 21: 2.2, dan yang terakhir menurut ICDAS karies gigi 11 = D4 gigi 21 =
D5
3.dampak dari kebiasaan menghentakan leher ke kiri dan
kanan setiap hari bagi kesehatan tubuh pasien?

Menghentak leher kanan-kiri (whiplash) adalah kebiasaan yang dapat


menimbulkan trauma pada leher yang memicu timbulnya nyeri dan
disfungsi pada rahang dan area kepala-leher sehingga mengganggu
aktivitas fungsional rahang. Whiplash sering terjadi bersama-sama
dengan neck dysfunction. Kebiasaan menghentak leher kanan-kiri yang
berkelanjutan mengakibatkan trauma pada leher. Hal ini menyebabkan
nyeri dan disfungsi otot-otot leher yang mengganggu fungsi rahang,
terbukti dengan adanya pergerakan mandibula dan pergerakan kepala
dengan amplitudo yang lebih kecil, dibandingkan dengan kelompok
kontrol yang tidak mempunyai kebiasaan menghentak leher.
4. Apakah etiologi dari karies?

Karies dianggap sebagai penyakit multifaktorial, dipengaruhi oleh sejumlah besar


faktor pada tingkat individu, perilaku, dan sosial:
• Faktor individu: flora bakteri mulut,kelarutan mineral gigi, struktur jaringan keras,
laju dan komposisi aliran saliva

• Faktor perilaku: frekuensi konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat


yang dapat difermentasi pada permukaan gigi, frekuensi dan efektivitas
kebersihan mulut, dan pola pemeriksaan gigi.

• Faktor sosial : seperti tingkat pendidikan, gaya hidup, lingkungan, usia dan status
sosial ekonomi, mempengaruhi aspek perilaku individu yang mempengaruhi karies.
Kejadian karies pada anak sangat dipengaruhi oleh tingkat perawatan yang
diberikan oleh orang yang merawatnya, terutama mengenai pola makan, perhatian
terhadap kebersihan mulut, dan kunjungan ke dokter gigi.
5. Perawatan apa yang disarankan oleh dokter untuk
mengembalikan fungsi bicara dan pengunyahannya?

Terapi yang fokusnya untuk meransang dan menstimulasi saraf oralnya. Dengan
cara lidahnya di ‘sikat’ dengan sikat khusus. Untuk sikat yang bergerigi halus
digunakan untuk menyikat lidah dibagian pinggir sebelah kanan dan pinggir
sebelah kiri. Untuk sikat yang bergerigi besar digunakan untuk menyikat gusi
daerah pipi atau geraham. Gunanya agar dia menjadi sensitif dan bisa
menggerakkan lidahnya kekanan dan kekiri.
Beberapa titik-titik gusinya diberi perasa, agar lidahnya berputar mencari
sumber rasa-rasa yang saya siapkan.
6.apa saja cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
karies?

Deteksi karies dapat dilakukan secara langsung dari pengamatan klinis dan
radiografi. Pengamatan karies secara klinis dapat dilakukan melalui
pemeriksaan pada jaringan keras dengan bantuan sonde atau explorer, oleh
karena itu biasa disebut dengan sondasi. Dengan bantuan sonde, kita dapat
mengetahui adanya margin atau celah tepi pada restorasi, kedalaman karies,
serta kedalaman pit dan fissure gigi. Pengamatan karies gigi secara radiografi
dengan menggunakan radiografi paniramik yang dapat terlihat secara visual,
digunakan sebagai pemeriksaan awal untuk mendiagnosis.
7. apakah oral dysfunction yang disebabkan oleh oral bad
habit yang dialami oleh pasien?

Pada skenario, pasien diketahui mengeluhkan gigi depan maju dan


pemeriksaan ekstraoral didapati wajah khas yaitu adenoid facies dengan
tipe wajah dolikofasial (panjang) dan profil cembung.
Berdasarkan hal tersebut, kemungkinan pasien memiliki oral bad habit yaitu
mouth breathing atau bernafas melalui mulut. Pasien yang bernafas melalui
mulut memiliki wajah yang khas yaitu adenoid facies. Bernafas melalui mulut
dapat menyebabkan oral dysfunction seperti protrusi gigi, dan bibir yang
tidak mengatup saat istirahat. Bernafas melalui mulut berefek ke rahang, gigi
dan lidah. Untuk bernafas melalui mulut harus menurunkan mandibula dan
lidah dan menjulurkan kepala.
8.Apa etiologi dan faktor resiko dari rhinitis alergi?

etiologi Rinitis alergi merupakan penyakit multifaktorial yang meliputi


interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik pada rinitis
alergi dapat dilihat dari hubungan fenotipik yang erat antara pilek alergi
dan asma bronkial ( penyakit diturunkan). Penyakit alergi bersifat
diturunkan dalam keluarga. Jika hanya salah satu orang tuanya menderita
alergi, maka risiko anaknya terkena alergi adalah 50%. Dan jika kedua
orang tua memiliki alergi, risiko anaknya terkena alergi adalah 75 %.
Penelitian dengan imigran sebagai subyek, menunjukkan bahwa terdapat
faktor genetik yang mempengaruhi pola IgE yang diturunkan dari orang
tua, khususnya dari ibu.
Faktor resiko dari rhinitis alergi Rinitis alergi terjadi akibat inflamasi mukosa
hidung yang dimediasi oleh IgE pada lapisan mukosa yang dipicu oleh paparan
alergen. Penderita rinosinusitis sering mengeluh sekret hidung purulen, drainase
post nasal, batuk, demam, nyeri kepala, nyeri di sekitar wajah, dan gangguan
penciuman. Gejala ini sangat mengganggu dan menurunkan kualitas hidup
penderita.
1.(Faktor genetik), pola hidup, dan keadaan lingkungan sangat berpengaruh
terhadap perjalanan penyakit rinitis alergi maupun rinosinusitis.
2.(memelihara hewan dan polusi udara)Seiring dengan berlangsungnya revolusi
industri, terjadi peningkatan polutan lingkungan seperti asap dan debu,
penjinakan hewan seperti binatang peliharaan membuat penderita hal – hal
tersebut dalam area yang lebih terbatas dibandingkan sebelumnya.
3. Kebiasaan masyarakat seperti merokok, konsumsi alkohol, penggunaan
substansi intranasal seperti kokain telah menjadi penyebab yang menambah
keluhan hidung.
9. Bagaimana terapi non invasif yang dapat diberikan pada
pasien dengan karies?

Tujuan perawatan karies yaitu mencegah terbentuknya lesi baru dan mendeteksi
lesi sedini mungkin sehingga dapat dirawat dan dihentikan oleh tindakan-tindakan
noninvasif. Perawatan invasif diperlukan hanya jika ada kavitas ataudefek pada
permukaan gigi karena perawatan invasif hanya membuang jaringan
demineralisasi dan memperbaiki defek, tidak menyembuhkan karies. Oleh karena
itu, filosofi kedokteran gigi telah berubah menjadi minimally invasive
dentistry.Tujuan minimally invasive dentistry, atau yg disebut juga dengan
microdentistry, adalah untuk memelihara kesehatan struktur gigi, dengan fokus
pada pencegahan, remineralisasi, dan intervensi minimal dari dokter gigi. Adapun
beberapa pendekatan perawatan noninvasif bisa dengan cara menghilangkan atau
mengurangi penyebab karies ataupun meningkatkan pertahanan dengan selective
pit & fissure sealing, aplikasi fluorida topikal, meningkatkan kualitas saliva, dan
lain-lain
10. Apa saja zona karies dentin?

Zona pertama, yaitu normal dentin. Merupakan area terdalam yang memiliki
tubulus dengan odontoblastic processes yang halus, dan tidak ada kristal yang
terlihat di lumen. Zona kedua, yaitu affected dentin yang disebut juga dengan
inner carious dentin. Affected dentin merupakan zona demineralisasi intertubular
dentin dan pembentukan awal kristal halus di lumen tubulus di bagian depan.
Kerusakan pada odontoblastic processes terlihat jelas. Affected dentin lebih
lunak dari normal dentin dan menunjukkan hilangnya mineral dari intertubular
dentin dan banyak kristal besar di lumen tubulus dentin. Zona yang ketiga yaitu
infected dentin yang juga disebut dengan outer carious dentin, ini adalah lapisan
karies terluar, lapisan yang akan ditemui dokter pertama kali saat membuka lesi
11. Bagaimana patofisiologi pada rhinitis alergi?

Patofisiologi terjadinya rhinitis alergi diperankan oleh beberapa proses,


yaitu sensitisasi alergen, reaksi tipe cepat dan lambat, inflamasi
neurogenik, hiperresponsivitas nonspesifik, serta konsep one airway one
disease. Permukaan sel mukosa hidung banyak mengandung Antigen
Presenting Cell (APC), seperti sel dendritik. APC ini akan mengenali
alergen pencetus rhinitis alergi dan mengeluarkan beberapa peptida,
yang akan berikatan dengan major histocompability complex (MHC II).
Kompleks MHC 2-antigen ini akan berperan sebagai ligan untuk CD4
(koreseptor sel T helper 2 / Th2). Sel Th2 yang teraktivasi akan
memproduksi sitokin untuk mengaktifkan sel B untuk memproduksi
immunoglobulin E (IgE) pada sel mast dan basofil, serta meningkatkan
proliferasi eosinofil, sel mast dan neutrofil.
12.pasien diketahui mempunyai oral dysfunction sehinggan
dokter harus melakukan pemeriksaan pernafasan,
pemeriksaan apa yang harus dilakukan?
Pada skenario pasien memiliki keluhan bersin setiap pagi, terdapat ingus yang
encer dan hidung tersumbat dan gatal. Hidung tersumbat dapat menyebabkan
pasien mengalami kesulitan bernafas melalui hidung yang kemungkinan pasien
akan bernafas melalui mulut atau mouth breathing. Untuk membuktikan hal
tersebut dapat dilakukan uji spesifik seperti mirror test, water test, dan cotton
test. Pada pemeriksaan Mirror test, kaca mulut dua sisi diletakkan diantara hidung
dan mulut. Jika berembun dibagian hidung berarti pernafasan dilakukan melalui
hidung dan jika berembun dibagian oral, pernafasan dilakukan melalui mulut. Pada
pemeriksaan water test, dilakukan dengan cara menahan air dalam mulut selama
3 menit, seseorang yang bernafas melalui mulut akan kesulitan melalui test ini.
Dan yang terakhir adalah cotton test, pada pemeriksaan ini kapas diletakkan
diletakkan diantara bibir atas dan dibawah lubang hidung. Jika kapas berkibar,
berarti menandakan pernfasan dilakukan dengan hidung.
13. Bagaimana Patofisiologi pada karies?

Karies gigi bisa terjadi apabila terdapat empat faktor utama yaitu gigi, substrat,
mikroorganisme, dan waktu. Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa
dan glukosa yang dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam
sehingga pH plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 3-5 menit.
Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu mengakibatkan
demineralisasi permukaan gigi

Proses terjadinya karies dimulai dengan adanya plak dipermukaan gigi. Plak
terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti musin, sisa-sisa sel
jaringan mulut, leukosit, limposit dan sisa makanan serta bakteri. Plak ini mula mula
terbentuk, yang seiring berjalannya waktu menjadi kelat, tempat bertumbuhnya
bakteri
14. Faktor internal dan eksternal apa penyebab hipertrofi
adenoid?

- Faktor internal : bisa karena virus dan jamur seperti β-hemolytic


streptococci, adenoviruses, enteroviruses, influenza, parainfluenza, and
Epstein-Barr virus.

- Faktor eksternal : akibat infeksi saluran napas atas yang berulang, iritasi
dari asap rokok, gangguan pertahanan tubuh, refluks laringofaring, serta
yang paling sering akibat alergi.
15. Apakah etiologi dari hipertrofi adenoid?

Brodsky dan Poje menjelaskan etiologi hipertrofi adenoid belum dapat


dibuktikan secara jelas, namun dapat disimpulkan, yaitu secara fisiologis,
faktor inflamasi, serta proses keganasan. Faktor inflamasi adenoid dapat
terjadi akibat infeksi saluran napas atas berulang, iritasi dari asap rokok,
gangguan pertahanan tubuh, refluks laringofaring, serta yang paling sering
akibat alergi. Pembesaran adenoid tersebut dapat dicurigai suatu proses
keganasan apabila dalam gambaran makroskopis berbenjol, rapuh, dan juga
mudah berdarah.

Anda mungkin juga menyukai