Anda di halaman 1dari 22

Diajukan guna memenuhi nilai tugas Kepaniteraan

Senior Stase Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh :

Nurazmi Fauzi Siregar 22010120210021

Eriska Retno Indarti 22010120210013

Nabila Khairunisa 22010120210014

Endya Maharani Putriatika 22010120210005

Radityo Afnandisa Putro 22010120210003

Kralita Intan Mulya Hapsari 22010117220148

KEPANITERAAN SENIOR STASE ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2020
PEMERIKSAAN INTRAORAL PADA GIGI DAN MULUT

Persiapan :

a. Operator
 Prosedur Asepsis  Alat Perlindungan Diri
 Alat diagnostic  Kaca mulut, pinset, sonde, explorer, probe
periodontal, tongue derpressor
 Komunikasi dan informed consent kepada pasien tentang prosedir
pemeriksaan
b. Persiapan Pasien
 Pasien duduk di kursi periksa, seluruh bagian badan bersandar dengan posisi
nyaman untuk pasien dan operator
 Operator memberi instruksi untuk berkumur dengan air pada pasien
 Ketinggian kursi diatur, rongga mulut setinggi siku tangan, posisi operator di
sebelah kanan depan pasien
 Gunakan headlamp untuk penerangan

Pemeriksaan Intraoral:

1. Inspeksi
- Inspeksi mukosa rongga mulut
Cara pemeriksaan :
Menarik ke arah lateral pada sudut bibir pasien dengan kaca mulut/tang spatel,
sehingga area mukosa rongga mulut terlihat jelas, dilakukan untuk seluruh mukosa
kanan, depan, dan kiri. Tounge spatel dan kaca mulut dapat digunakan secara
bersamaan. Tongue spatel untuk menyibak area mukosa bukal, kaca mulut untuk
membantu pemeriksaan visual
Penilaian :
Memeriksa mukosa pipi untuk melihat lesi atau perubahan warna, dan rongga pipi
diperiksa untuk melihat tanda-tanda asimetri atau daerah injeksi.
Inspeksi untuk melihat adanya perubahan warna, tanda-tanda trauma, dan keadaan
orifisium duktus parotis.
Apakah ada ulserasi pada mukosa pipi?
Apakah ada lesi putih pada mukosa pipi?
Interpretasi :
Lesi putih tak nyeri yang paling sering ditemukan di dalam mulut adalah liken planus,
yang terlihat sebagai erupsi retikularis, atau seperti renda, bilateral pada mukosa pipi
Injeksi adalah pembuluh darah yang berdilatasi, biasanya menunjukkan peradangan
Obstruksi terhadap aliran atau infiltrasi kelenjar akan menyebabkan pembesaran
kelenjar.

Gambar : mukosa rongga mulut


- Inpeksi palatum durum dan palatum mole
Penilaian :
Palatum harus diperiksa untuk melihat adanya ulserasi atau massa.
Apakah terdapat pembengkakan atau tanda-tanda peradangan?
Apakah terlihat tanda-tanda perdarahan atau petekie?
Apakah uvula terletak digaris tengah?

Gambar. Palatum durum


Gambar. Palatum mole
- Inspeksi dasar mulut
Cara pemeriksaan :
Melakukan inspeksi dan penilaian terhadap dasar mulut dan ventral lidah, dengan
menginstruksikan kepada pasien untuk menempelkan ujung lidah ke langit-langit
depan, sehingga ventral lidah dan dasar mulut terlihat jelas.
Penilaian ;
Apakah ada edema pada dasar mulut?
- Inspeksi lidah
Cara pemeriksaan :
Melakukan inspeksi dan penilaian terhadap lidah, dengan menginstruksikan kepada
pasien agar menjulurkan lidah hingga keluar maksimal. Jika pasien tidak bisa
melakukan, dokter dapat menggunakan kassa untuk dibalutkan di ujung lidah,
kemudian tangan kiri dokter menarik ujung lidah keluar. Dokter dapat meminta pasien
untuk mengangkat lidahnya ke atap mulut sehingga permukaan bawah lidah dapat
diperiksa. Dokter dapat menggunakan kaca mulut untuk meihat bagian lidah samping
dan belakang.
Penilaian :
Memperhatikan permukaan atas dan tepi lidah, bagaimana warnanya?
Apakah ada massa?
Apakah lidah tampak lembab?
Memperhatikan bentuk dan warna yang khas : atropi papil, lidah berambut, ulkus.
- Inspeksi gusi dan gigi
Cara pemeriksaan :
Melakukan inspeksi terhadap gigi-geligi, dimulai dari kuadran 1 (kanan atas), kuadran
2 (kiri atas), kuadran 3 kiri bawah dan berakhir di kuadran 4 (kanan bawah). Dengan
menggunakan kaca mulut, memeriksa permukaan gigi : labial, oklusal, palatal dan
bukal.
Penilaian :
Gusi diperiksa apakah membengkak, atau ada tanda-tanda peradangan dan perdarahan
pada gusi.
Gigi harus diperiksa untuk melihat adanya karies dan maloklusi.
Apakah ada perubahan warna pada gigi?
Apakah ada gigi yang tanggal?
Interpretasi pemeriksaan normal jika :
Tidak ada kavitas karies, gigi tidak diskolorisasi, jumlah gigi normal, tidak ada status
erupsi
- Inspeksi Faring
Cara pemeriksaan :
Pasien diminta untuk membuka mulut, menjulurkan lidahnya, dan bernafas perlahan-
lahan melalui mulut. Terkadang membiarkan lidah tetap berada di dasar mulut dapat
memudahkan faring dapat dilihat dengan lebih baik.
Pemeriksa memegang spatula lidah dengan tangan kanan dan sumber cahaya di
tangan kiri. Spatula lidah harus diletakkan pada sepertiga tengah Iidah. Lidah ditekan
dan dibawa ke depan.
Pemeriksa harus berhati-hati agar tidak menekan bibir bawah atau lidah pada gigi
dengan spatula lidah. Jika spatula lidah diletakkan terlalu anterior, bagian posterior
lidah akan membentuk gundukan, sehingga inspeksi faring menjadi sulit, jika
diletakkan terlalu posterior, akan timbul refleks muntah
Penilaian :
Apakah ada pengeluaran sekret, massa, ulserasi, atau injeksi?
Pasien diminta untuk mengatakan ”aahhh” untuk mengamati elevasi palatum mole.
- Inspeksi tonsil
Penilaian :
Ukuran tonsil.
Bagaimana kripta?
Apakah ada membran di atas tonsil?
Interpretasi :
Pembesaran tonsil disebabkan oleh infeksi atau tumor.
Pada infeksi tonsil kronis kripta tonsil profunda mungkin mengandung debris seperti
keju.
Membran ini berkaitan dengan tonsilitis akut mononukleosis infeksiosa, atau difteri.

Palpasi

Pemeriksa harus memakai sepasang sarung tangan sewaktu mempalpasi setiap struktur di
dalam mulut. Jika menemukan lesi, konsistensi dan keadaan nyeri tekan harus diperhatikan.
Palpasi dilakukan pada daerah mukosa bukkal, dasar lidah dan daerah palatum untuk menilai
adanya kelainan-kelainan dalam rongga mulut.

- Palpasi mukosa bukkal


Penilaian :
Adakah penebalan atau massa?
- Palpasi Dasar Mulut
Cara pemeriksaan :
Dasar mulut harus diperiksa dengan palpasi bimanual. Ini dilakukan dengan
meletakkan satu jari di bawah lidah dan jari lain di bawah dagu. Sewaktu mempalpasi
mulut pasien, pemeriksa harus memegang pipi pasien, ini adalah tindakan pencegahan
seandainya pasien berusaha berbicara atau menggigit jari pemeriksa.
Penilaian :
Adakah penebalan atau massa?
- Palpasi Lidah
Cara Pemeriksaan
Palpasi lidah dilakukan dengan meminta pasien untuk menjulurkan lidahnya ke dalam
sepotong kasa. Lidah itu kemudian dipegang oleh tangan kiri pemeriksa ketika sisi-
sisi lidah diinspeksi dan dipalpasi dengan tangan kanan.
Penilaian
Dua pertiga anterior dan tepi lateral lidah dapat diperiksa tanpa menimbulkan refleks
muntah.
Tepi lateral lidah
Sernua lesi putih harus dipalpasi
Apakah ada tanda-tanda indurasi
Interpretasi :
Lebih dari 85% dari semua kanker lidah timbul di daerah tepi lateral lidah
Pengerasan dan indurasi atau ulserasi sangat mengarah kepada karsinoma.
- Palpasi kelenjar karotis dan submandibular
Penilaian :
Apakah ada aliran saliva? Ini sebaiknya diperiksa dengan mengeringkan papilla
dengan kapas lidi dan mengamati aliran saliva yang dihasilkan dengan melakukan
tekanan eksternal pada kelenjar itu sendiri.
Palpasi kelenjar parotis dan submandibula, apakah ada pembesaran? Apakah ada
nyeri tekan?

Perkusi

Cara Pemeriksaan :

Dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak keras dengan menggunakan ujung
jari, kemudian intensitas pukulan ditingkatkan.

Selain menggunakan ujung jari pemeriksaan ini juga sering dilakukan dengan menggunakan
ujung instrumen.

Cara lain untuk memastikan ada tidaknya kelainan yaitu dengan mengubah arah pukulannya
yaitu mula-mula dari permukaan vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau horisontal-
bukolingual mahkota.

Penilaian :

- nyeri terhadap pukulan (tenderness to percussion)


- bunyi (redup/dull dan nyaring/solid metalic)

Interpretasi :

- Gigi yang memberikan respon nyeri terhadap perkusi vertikal-oklusal menunjukkan


kelainan di periapikal yang disebabkan oleh lesi karies.
- Gigi yang memberikan respon nyeri terhadap perkusi horisontal-bukolingual
menunjukkan kelainan di periapikal yang disebabkan oleh kerusakan jaringan
periodontal.
- Pada gigi yang mengalami ankilosis maka akan terdengar lebih nyaring (solid metalic
sound) dibandingkan gigi yang sehat.
- Gigi yang nekrosis dengan pulpa terbuka tanpa disertai dengan kelainan periapikal
juga bisa menimbulkan bunyi yang lebih nyaring dikarenakan resonansi di dalam
kamar pulpa yang kosong.
- Gigi yang menderita abses periapikal atau kista akan terdengar lebih redup (dull
sound) dibandingkan gigi yang sehat.
- Gigi yang sehat juga menimbulkan bunyi yang redul (dull sound) karena terlindungi
oleh jaringan periodontal.
- Gigi multiroted akan menimbulkan bunyi yang lebih solid daripada gigi berakar
tunggal

Sondasi

Cara pemeriksaan :

Dilakukan dengan cara menggerakkan sonde pada area oklusal atau insisal untuk mengecek
apakah ada suatu kavitas atau tidak.

Penilaian :

Respon nyeri pada sondasi

Interpretasi

- Nyeri yang diakibatkan sondasi pada gigi menunjukkan ada vitalitas gigi atau
kelainan pada pulpa.
- Gigi tidak memberikan respon terhadap sondasi pada kavitas yang dalam dengan
pulpa terbuka, maka menunjukkan gigi tersebut nonvital
Probing

Probing bertujuan untuk mengukur kedalaman jaringan periodontal dengan menggunakan


alat berupa probe.

Cara pemeriksaan:

DIlakukan dengan memasukan probe ke dalam attached gingiva, kemudian mengukur


kedalaman poket periodontal dari gigi pasien yang sakit 

Tes Mobilitas

Tes mobilitas dilakukan untuk mengetahui integritas apparatus-aparatus pengikat di


sekeliling gigi, mengetahui apakah gigi terikat kuat atau longgar pada alveolusnya.

Cara pemeriksaan :

Dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah lateral dalam soketnya dengan menggunakan
jari atau tangkai dua instrumen.

Penilaian :

Jumlah gerakan menunjukkan kondisi periodonsium, makin besar gerakannya, makin jelek
status periodontalnya.

Interpretasi :

- Derajat pertama sebagai gerakan gigi yang nyata dalam soketnya


- Derajat kedua apabila gerakan gigi dalam jarak 1 mm bahkan bisa bergerak dengan
sentuhan lidah dan mobilitas
- Derajat ketiga apabila gerakan lebih besar dari 1 mm atau bergerak ke segala arah.

Tes Vitalitas

Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu gigi
masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat pemeriksaan, yaitu tes
termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes elektris.

- Tes termal
Merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan dingin pada gigi untuk
menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal
Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu etil klorida,
salju karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50oC).
Cara pemeriksaan
1. Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksa dengan menggunakan cotton roll 
2. Mengeringkan gigi yang akan dites.
3. Apabila menggunakan etil klorida maupun refrigerant dapat dilakukan dengan
menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
4. Mengoleskan cotton pellet  pada sepertiga servikal gigi.
5. Mencatat respon pasien.

Interpretasi :

1. Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan nyeri
tajam yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital.
2. Apabila tidak ada respon atau pasien tidak merasakan apa-apa maka gigi tersebut
nonvital atau nekrosis pulpa.
3. Respon dapat berupa respon positif palsu apabila aplikasi tes dingin terkena gigi
sebelahnya tau mengenai gingiva.
4. Respon negatif palsu dapat terjadi karena tes dingin diaplikasikan pada gigi yang
mengalami penyempitan (metamorfosis kalsium).

Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah apabila stimulus yang diberikan terlalu berlebih.

Cara pemeriksaan :

Tes panas dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan yaitu gutta perca
panas, compound panas, alat touch and heat dan instrumen yang dapat menghantarkan
panas dengan baik. Pemeriksaan dilakukan dengan mengisolasi gigi yang akan di
periksa. Kemudian gutta perca dipanaskan di atas bunsen. Selanjutnya gutta perca
diaplikasikan pada bagian okluso bukal gigi. Apabila tidak ada respon maka oleskan
pada sepertiga servikal bagian bukal.

Interpretasi :
1. Rasa nyeri yang tajam dan singkat ketika diberi stimulus gutta perca menandakan
gigi vital
2. Respon negatif atau tidak merasakan apa-apa menandakan gigi sudah non vital.
- Tes kavitas,
Bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi melubangi atap
pulpa hingga timbul rasa sakit.
- Tes elektris
Merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi dengan listrik, untuk
stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya menggunakan Electronic pulp tester (EPT).
PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL GIGI DAN MULUT

Pemeriksaan rongga mulut yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan pada mulut dengan atau
tanpa alat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi atau data yang menggambarkan
kondisi klien yang sesungguhnya dengan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
Pemeriksaan ekstra oral, meliputi :

1. Pemeriksaan kepala, wajah, dan leher


A. Pemeriksaan kepala
Pemeriksaan pada kepala dilakukan untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala
serta kelainan yang terdapat dikepala. Pemeriksaan pada kepala dapat dilakukan
dengan cara inspeksi dan palpasi.
Cara pemeriksaan kepala (inspeksi dan palpasi) :
- Atur posisi klien duduk atau berdiri karena posisi pasien akan memudahkan
pemeriksa dalam meakukan pemeriksaan.
- Anjurkan untuk melepas penutup kepala, kacamata, dll yang digunakan pada
pasien. Area yang diperiksa harus jelas terlihat.
- Lakukan inspeksi dengan mengamati bentuk kepala, kesimetrisan dan keadaan
kulit kepala. Kepala yang normal adalah dalam posisi tegak dan stabil. Bentuk
tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal dibagian anterior dan
oksipital dibagian posterior. Selain itu, ukuran, bentuk kepala, dan posisi
kepala terhadap tubuh adalah kepala tegak lurus dan digaris tengah tubuh.
Namun, ketidaksimetrisan dapat berasal dari cedera maupun gangguan
neurologis misalnya cedera kepala dan paralisis saraf fasial. Kulit kepala
normalnya halus dan tidak elastis.
- Lakukan palpasi dengan gerakan memutar yang lembut menggunakan ujung
jari, lakukan mulai dari depan turun ke bawah melalui garis tengah kemudian
palpasi setiap sudut garis kepala. Rasakan apakah terdapat benjolan/massa,
tanda bekas luka di kepala, pembengkakan, nyeri tekan, dll. Jika hal tersebut
ditemukan,perhatikan beberapa besar/luasnya, bagaimana konsisensinya dan
dimana kedudukannya, apakah di dalam kulit, pada tulang atau dibawah kulit
terlepas dari tulang.
B. Pemeriksaan wajah
Pemeriksaan bentuk wajah terdiri atas 3 pemeriksaan yaitu tipe wajah, kesimetrisan
wajah, dan profil wajah. Tipe wajah ada 3, yaitu sempit, normal, dan lebar. Kesimetrisan
wajah ada 2, yaitu simetris bilateral dan asimetris. Dikatakan simetris bilateral apabila
wajah terbagi 2 sama lebar dan anatomisnya sama jika ditarik garis median dari garis
rambut ke titik glabela, subnasion (perbatasan septum nasal dengan bibir atas), dan
menton. Profil wajah terbagi menjadi wajah datar, cembung dan cekung. Untuk
menentukan profil wajah, tarik garis dari titik glablea, subnasion dan pogonion (dagu) dan
dilihat dari arah sagital.
Pemeriksaan pada wajah dapat dilakukan melalui pengamatan dan palpasi, pemeriksa
dapat mengamati simetris atau tidaknya wajah. Adanya ketidaksimetrisan pada wajah
secara jelas kemungkinan disebabkan oleh masalah gigi geligi, khusunya yang
berhubungan dengan nyeri. Adanya abses pada gigi atau jaringan periodontal merupakan
penyebab umum, adanya pembengkakan pada wajah. Selain itu, bisa juga disebabkan
oleh adanya trauma.
Cara pemeriksaan pada wajah :
Pemeriksaan visual (inspeksi) daerah wajah dan leher dilihat dari depan. Perhatikan
apakah ada tonjolan, cacat, bercak di kulit, tahi lalat, asimetri wajah yang berlebihan
(sebagian besar wajah memang sedikit asimetris) ataupun facial palsy.
a. Inspeksi :

 Pucat atau tidak, terdapat kemerahan atau tidak, terdapat scar atau

tidak, apakah wajah simestris/asimetris, dan apakah terdapat

bengkakan maupun massa.

b. Palpasi :

 Kondile mandibula dipalpasi dan pasien diminta untuk membuka

menutup mulut serta gerakan lateral rahang, apakah pembatasan gerak

dan terdapat nyeri atau tidak.

 Tempomandibular joint dipalpasi daiderah sendi tempomandibular

yaitu anterior tragus untuk melihat terdapat nyeri dan abanormalitas

pada saat tempomandibular joint kondisi statis dan kondisi bergerak.


 Otot temporalis dan maseter dipalpasi dengan rahang dalam keadaan

tertutup.

 Kelenjar saliva parotis dipalpasi dengan kedua tangan kemudian dilihat

apakah ada pembesaran, nyeri atau tidak, dan bila ada massa,

konsistensinya lunak atau kenyal)

 Kelenjar submentalis diperiksa dengan mencondongkan kepala pasien

kedepan dengan palpasi memutar pada bagian dalam dari mandibula,

kemudian dilihat :

apakah ada pembesaran, nyeri atau tidak, dan bila ada massa,

konsistensinya lunak atau kenyal.

 Kelenjar sublingualis dipalpasi kemudian dilihat :

apakah ada pembesaran, nyeri atau tidak, dan bila ada massa,

konsistensinya lunak atau kenyal.

 Kelenjar Submandibularis diperiksa dengan mencondongkan kepala

pasien ke depan deangan palpasi memutar pada bagian dalam

mandibula kemudian dilihat :

apakah ada pembesaran, nyeri atau tidak, dan bila ada massa,

konsistensinya lunak atau kenyal.

C. Pemeriksaan leher
Pemeriksaan pada leher bertujuan untuk mengetahui integritas leher, bentuk leher serta
organ yang berkaitan, dan memeriksa sistem limfatik. Pemeriksaan pada leher dilakukan
dengan cara inspeksi dan palpasi. Inspeksi pada leher untuk melihat adanya asimetris,
denyutan abnormal, tumor maupun pembesaran kelenjar limfe dan tiroid. Pemeriksaan
palpasi dilakukan pada tulang hyoid, tulang rawan tiroid, kelenjar tiroid, pembuluh
karotis, dan kelenjar limfe.
Cara pemeriksaan pada leher (inspeksi dan palpasi) :
- Atur pencahayaan yang baik.
- Anjurkan pasien untuk melepas benda apapun yang menutupi leher dan dapat
menghalangi pemeriksaan.
- Lakukan inspeksi leher mengenai bentuk leher, warna kulit, adanya
pembengkakan, jaringan parut, dan adanya massa. Inspeksi dilakukan secara
sistematis mulai dari garis tengah sisi depan leher, dari samping dan dari
belakang. Warna kulit leher normalnya sama dengan kulit sekitarnya. Dapat
menjadi kuning pada semua jenis ikterus, dan merah, bengkak, panas dan nyeri
tekan bila mengelami peradangan.
- Inspeksi tiroid dengan menginstruksikan klien untuk menelan dan mengamati
gerakan kelenjar tiroid pada takik suprasternal.
Normalnya, kelenjar tiroid tidak dapat dilihat kecuali pada orang yang sangat
kurus. Minta klien untuk memfleksikan leher dengan dagu ke dada,
hiperekstensikan leher sedikit ke belakang, dan gerakkan menyamping ke
masing-masing sisi kemudian ke samping sehingga telinga bergerak ke arah
bahu. Hal ini dilakukan untuk menguji otot-otot sternomastoideus dan trapezius.
- Lakukan palpasi pada daerah leher dilakukan terutama untuk mengetahui
keadaan dan lokasi kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan trakea. Untuk memeriksa
nodus limfe (kelenjar limfe), buat klien santai dengan leher sedikit fleksi ke
depan atau mengarah ke sisi pemeriksa untuk merelaksasikan jaringan dan otot-
otot. Gunakan bantalan ketiga jari tengah tangan dan memalpasi dengan lembut
masing-masing jaringan limfe dengan gerakan memutar. Palpasi kelenjar tiroid
dilakukan untuk mengetahui adanya pembesaran tiroid (gondok) yang biasanya
disebabkan oleh kekurangan gram zodium. Bentuk kelenjar tiroid dapat diketahui
jika kepala pasien ditengadahkan sambil pasien disuruh menelan ludah (air),
sementara perawat melakukan palpasi kelenjar tersebut. Kedudukan trakea perlu
dikaji karena dapat sebagai petunjuk terhadap adanya gangguan dan merupakan
petunjuk adanya proses desak ruang atau fibrosis pada paru-paru maupun
mediastinum. Trakea akan tertarik pada keadaan terjadi proses fibrosis dan akan
terdorong pada keadaan terjadi pendesakan ruang.
 Cara melakukan palpasi pada kelenjar limfe :
- Untuk memeriksa nodus limfe, buat klien santai dengan leher sedikit fleksi ke
depan atau mengarah ke sisi pemeriksa untuk merelaksasikan jaringan dan otot-
otot. Ketegangan klien mempengaruhi hasil pemeriksaan Gunakan bantalan
ketiga jari tengah tangan dan memalpasi dengan lembut masing-masing jaringan
limfe dengan gerakan memutar.
- Lakukan palpasi secara sistematis dan determinasikan menurut lokasi, batas-
batas ukuran, bentuk dan nyeri tekan pada setiap kelompok kelenjar limfe yang
terdiri dari :
a. Nodus oksipital pada dasar tengkorak.
b. Nodus aurikular posterior di atas mastoid.
c. Nodus preaurikular tepat di depan telinga.
d. Nodus tonsilar pada sudut mandibula.
e. Nodus submental pada garis tengah beberapa cm di belakang Ujung
mandibula.
f. Nodus submaksilaris ditengah-tengah antar sudut dan ujung mandibula.
g. Nodus servikal superfisial, superfisial terhadap sternomastoideus.
h. Nodus servikal posterior, sepanjang tepi anterior trapezius.
i. Nodus supraklavikula, dalam suatu sudut yang terbentuk oleh klavikula dan
sternokleidomastoideus.

Nodus limfe normalnya tidak mudah dipalpasi. Akan tetapi, nodus yang kecil, dapat
digerakkan, dan tidak nyeri tekan merupakan hal yang umum. Nodus limfe yang besar,
menetap, meradang, atau nyeri tekan mengindikasikan adanya masalah seperti infeksi lokal,
penyakit sistemik, atau neoplasma. Nyeri tekan biasanya terjadi akibat inflamasi.

 Cara melakukan palpasi pada kelenjar tiroid :


- Letakkan tangan anda pada leher pasien.
- Palpasi pada fossa suprasternal dengan jari penunjuk dan jari tengah.
- Suruh pasien menelan atau minum untuk memudahkan palpasi. Palpasi
dapat pula dilakukan dengan perawat berdiri di belakang pasien,
tangan diletakkan mengelilingi leher dan palpasi dilakukan dengan jari
kedua dan ketiga
- Bila teraba kelenjar tiroid maka determinasikan menurut bentuk,
ukuran, konsistensi dan permukaannya.
Normalnya, kelenjar tiroid kecil, halus, dan bebas dari nodul. Tetapi, pada
individu yang sangat kurus, tiroid lebih mudah dipalpasi.

 Cara melakukan palpasi pada trakea :


- Palpasi trakea dengan cara berdiri di samping kanan pasien. Letakkan
jari tengah pada bagian bawah trakea dan raba trakea ke atas, ke bawah
dan kesamping sehingga kedudukan trakea dapat diketahui.

Normalnya trakea berada di tengah. Pergeseran trakea mengindikasikan


kelainan pada paru

Gambar. Pemeriksaan secara palpasi pada leher

Pemeriksaan glandula parotis


Glandula parotis terletak berlawanan dengan batas luar ramus mandibula dan
memanjang kebagian dari musculus strenomastoid. Bagian superior dari glandula
parotis dimulai dari bawah tragus dari telinga dan berakhir di anterior ( dibawah batas
dari mandibula). Pemeriksaan glandula yang normal susah untuk diperiksa dengan
palpasi, namun dengan palpasi dapat dilakukan pada tempat tertentu yang mengalami
glandula hiperplastik, nodul pada glandula dimana akan timbul rasa sakit. Kelenjar
parotis dilakukan dengan palpasi dan segala pembesaran atau pelunakan harus
diperhatikan pada daerah tersebut.
Gambar. Letak glandula parotis

Gambar. Pemeriksaan secara palpasi pada glandula parotis


Cara pemeriksaan :
Pemeriksaan pada glandula parotis dilakukan dari arah depan. Bagian bawah
daun telinga akan terdorong ke luar bila kelenjar membengkak. Lakukan palpasi pada
kelenjar untuk melihat adanya pembengkakan atau perabaan yang lunak. Kelenjar
terletak di distal ramus asendens pada mandibula. Kadang tampilan yang lebih baik
pada kelenjar parotis diperoleh dari arah punggung pasien.

Pemeriksaan Kelenjar Ludah

Pemeriksaan fisik kelenjar ludah meliputi pemeriksaan inspeksi dan palpasi


kelenjar ludah. Orifisium duktus kelenjar parotis dan submandibula harus terlihat.
Inspeksi keadaan papilla. Apakah ada aliran saliva? Ini sebaiknya diperiksa dengan
mengeringkan papilla dengan kapas lidi dan mengamati aliran saliva yang dihasilkan
dengan melakukan tekanan eksternal pada masing-masing glandula. Obstruksi
terhadap aliran atau infiltrasi kelenjar akan menyebabkan pembesaran kelenjar.
Palpasi kelenjar parotis dan submandibula, apakah ada pembesaran? Apakah ada nyeri
tekan?
Berkurangnya produk saliva/ hiposalivasi/ xerostomia dapat terjadi karena
mengkonsumsi obat-obatan  antihipertensi, antidepresi, antikanker , terapi radiasi,
ataupun penyakit tertentu seperti HIV/AIDS, DM, dan Parkinson. Sedangkan
hipersalivasi dapat disebabkan karena mengkonsumsi obat-obatan tertentu terutama
yang mengandung merkuri dan yodida.
Kelenjar saliva adalah kelenjar yg ditemukan di sekitar mulut dan
kerongkongan yang menghasilkan cairan mulut, yang terdiri dari kelenjar saliva
mayor dan minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis yang sekresinya
bersifat serous, kelenjar sublingua bersifat mucinous, dan kelenjar submandibular yg
merupakan gabungan keduanya.
Temporomandibular Joint (TMJ)
Daerah dimana terjadi hubungan antara cranium dan mandibula disebut juga sendi
temporomandibula (TMJ). Gerakan sendir TMJ ada 2 gerakan yaitu:
A. Gerakan memutar atau gerakan engsel
B. Gerakan translasi atau meluncur

Pergerakan bebas mandibula yaitu kombinasi antara gerakan rotasi dan translasi yang
meliputi:

A. Gerakan membuka dan menutup


B. Gerakan protusi dan retrusi
C. Gerakan ke sampng kiri dan kanan (Gazali dan Kasim, 2004).

Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila


terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang dapat mengalami masalah
yang serius. Masalah tersebut berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan,
mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci.

Pemeriksaan yang dilakukan antara lain:

A. Inspeksi
Untuk melihat adanya kelainan sendi temporomandibular perlu diperhatikan gigi,
sendi rahang dan otot pada wajah. Apakah pasien menggerakan mulutnya dengan
nyaman selama berbicara atau pasien seperti menjaga gerakan rahang bawahnya.
B. Palpasi
Pemeriksaan dengan cara palpasi sisi kanan dan kiri yang dilakukan pada sendi dan
otot wajah dan daerah kepala. Tes ini penting dalam membantu mencari lokasi nyeri.
 Resistive opening (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada ruang inferior m.
pterigoideus lateral)
 Resistive closing (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m. temporalis, m.
masseter, dan m. pterigoideus medial)
 Resistive lateral movement (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m.
pterigoideus lateral dan medial yang kontralateral)
 Resistive protrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m. pterigoideus
lateral)
 Resistive retrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada bagian posterior m.
temporalis)

C. Auskultasi

Bunyi sendi TMJ terdiri dari clicking dan krepitus. “Clicking” adalah bunyi singkat
yang terjadi pada saat membuka atau menutup mulut, bahkan keduanya. “Krepitus”
adalah bersifat difus, yang biasanya berupa suara yang dirasakan menyeluruh pada
saat membuka atau menutup mulut bahkan keduanya. “Krepitus” menandakan
perubahan dari kontur tulang seperti pada osteoartrosis. “Clicking” dapat terjadi pada
awal, pertengahan, dan akhir membuka dan menutup mulut. Bunyi “click” yang
terjadi pada akhir membuka mulut menandakan adanya suatu pergeseran yang berat.
TMJ ‘clicking’ sulit didengar karena bunyinya halus, maka dapat didengar dengan
menggunakan stetoskop.

Pemeriksaan Bibir
Pemeriksaan intra oral yang dapat dilakukan diantaranya adalah melihat
mukosa intra oral dari pasien, yaitu palpasi mukosa labial bibir bawah, mukosa labial
bibir atas dan mukosa bukal untuk melihat konsistensi, karakteristik jaringan dan
indurasi, contohnya pada pasien yang memiliki kebiasaan menggigit-gigit bibir atau
mukosa bibir terjadi perubahan warna, pinggiran yang kasar dan terjadi keratinisasi
pada mukosa labial, selain itu juga pada pasien perokok mukosa labialnya
berwarna kemerahan. Setelah itu lakukan juga inspeksi dan palpasi pada bagian
mucobucal fold atas dan bawah untuk melihat karakteristik jaringan serta pada forniks
bawah untuk melihat posisi frenulum bibir bawah. Palpasi dan inspeksi dilakukan
terus hingga melihat semua anatomi pada intra oral yang kemungkinan dapat terjadi
kelainan atau penyakit, maka palpasi juga pada bagian retromolar pad, tuberositas,
palatum untuk melihat rugae yang ada pada palatum.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bakar, A., 2013, Kedokteran Gigi Klinis, edisi 2, Quantum, Yogyakarta.


2. Miloro, M, 2004, Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Surgery, BC
Decker Inc Hamilton London
3. Tarigan, R., 2002, Perawatan Pulpa Gigi (endodontic), EGC, Jakarta.
4. Walton, R.E., Torabinejad, M., 2008, Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia, EGC,
Jakarta.
5. Burns, C. R., Cohen, S., 1994, Pathways of The Pulp, 6th Ed, Mosby-Year Book,
Philadelphia.
6. Grosman, L. I., Seymour, O., Carlos, E., D., R., 1995, Ilmu Endodontik dalam
Praktek, edisi kesebelas, EGC, Jakarta.
7. Burkhart, N.W. dan DeLong, L., 2012, The Intraoral and Extraoral Exam, ADA
CERP, 1-33.
8. Fedim P.F., Vernino, A.R., dan Gray, J.L., 2005, Silabus Periodonti, ed. 4, EGC,
Jakarta, hal. 82-241

Anda mungkin juga menyukai