Disusun oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
PEMERIKSAAN INTRAORAL PADA GIGI DAN MULUT
Persiapan :
a. Operator
Prosedur Asepsis Alat Perlindungan Diri
Alat diagnostic Kaca mulut, pinset, sonde, explorer, probe
periodontal, tongue derpressor
Komunikasi dan informed consent kepada pasien tentang prosedir
pemeriksaan
b. Persiapan Pasien
Pasien duduk di kursi periksa, seluruh bagian badan bersandar dengan posisi
nyaman untuk pasien dan operator
Operator memberi instruksi untuk berkumur dengan air pada pasien
Ketinggian kursi diatur, rongga mulut setinggi siku tangan, posisi operator di
sebelah kanan depan pasien
Gunakan headlamp untuk penerangan
Pemeriksaan Intraoral:
1. Inspeksi
- Inspeksi mukosa rongga mulut
Cara pemeriksaan :
Menarik ke arah lateral pada sudut bibir pasien dengan kaca mulut/tang spatel,
sehingga area mukosa rongga mulut terlihat jelas, dilakukan untuk seluruh mukosa
kanan, depan, dan kiri. Tounge spatel dan kaca mulut dapat digunakan secara
bersamaan. Tongue spatel untuk menyibak area mukosa bukal, kaca mulut untuk
membantu pemeriksaan visual
Penilaian :
Memeriksa mukosa pipi untuk melihat lesi atau perubahan warna, dan rongga pipi
diperiksa untuk melihat tanda-tanda asimetri atau daerah injeksi.
Inspeksi untuk melihat adanya perubahan warna, tanda-tanda trauma, dan keadaan
orifisium duktus parotis.
Apakah ada ulserasi pada mukosa pipi?
Apakah ada lesi putih pada mukosa pipi?
Interpretasi :
Lesi putih tak nyeri yang paling sering ditemukan di dalam mulut adalah liken planus,
yang terlihat sebagai erupsi retikularis, atau seperti renda, bilateral pada mukosa pipi
Injeksi adalah pembuluh darah yang berdilatasi, biasanya menunjukkan peradangan
Obstruksi terhadap aliran atau infiltrasi kelenjar akan menyebabkan pembesaran
kelenjar.
Palpasi
Pemeriksa harus memakai sepasang sarung tangan sewaktu mempalpasi setiap struktur di
dalam mulut. Jika menemukan lesi, konsistensi dan keadaan nyeri tekan harus diperhatikan.
Palpasi dilakukan pada daerah mukosa bukkal, dasar lidah dan daerah palatum untuk menilai
adanya kelainan-kelainan dalam rongga mulut.
Perkusi
Cara Pemeriksaan :
Dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak keras dengan menggunakan ujung
jari, kemudian intensitas pukulan ditingkatkan.
Selain menggunakan ujung jari pemeriksaan ini juga sering dilakukan dengan menggunakan
ujung instrumen.
Cara lain untuk memastikan ada tidaknya kelainan yaitu dengan mengubah arah pukulannya
yaitu mula-mula dari permukaan vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau horisontal-
bukolingual mahkota.
Penilaian :
Interpretasi :
Sondasi
Cara pemeriksaan :
Dilakukan dengan cara menggerakkan sonde pada area oklusal atau insisal untuk mengecek
apakah ada suatu kavitas atau tidak.
Penilaian :
Interpretasi
- Nyeri yang diakibatkan sondasi pada gigi menunjukkan ada vitalitas gigi atau
kelainan pada pulpa.
- Gigi tidak memberikan respon terhadap sondasi pada kavitas yang dalam dengan
pulpa terbuka, maka menunjukkan gigi tersebut nonvital
Probing
Cara pemeriksaan:
Tes Mobilitas
Cara pemeriksaan :
Dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah lateral dalam soketnya dengan menggunakan
jari atau tangkai dua instrumen.
Penilaian :
Jumlah gerakan menunjukkan kondisi periodonsium, makin besar gerakannya, makin jelek
status periodontalnya.
Interpretasi :
Tes Vitalitas
Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu gigi
masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat pemeriksaan, yaitu tes
termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes elektris.
- Tes termal
Merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan dingin pada gigi untuk
menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal
Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu etil klorida,
salju karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50oC).
Cara pemeriksaan
1. Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksa dengan menggunakan cotton roll
2. Mengeringkan gigi yang akan dites.
3. Apabila menggunakan etil klorida maupun refrigerant dapat dilakukan dengan
menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
4. Mengoleskan cotton pellet pada sepertiga servikal gigi.
5. Mencatat respon pasien.
Interpretasi :
1. Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan nyeri
tajam yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital.
2. Apabila tidak ada respon atau pasien tidak merasakan apa-apa maka gigi tersebut
nonvital atau nekrosis pulpa.
3. Respon dapat berupa respon positif palsu apabila aplikasi tes dingin terkena gigi
sebelahnya tau mengenai gingiva.
4. Respon negatif palsu dapat terjadi karena tes dingin diaplikasikan pada gigi yang
mengalami penyempitan (metamorfosis kalsium).
Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah apabila stimulus yang diberikan terlalu berlebih.
Cara pemeriksaan :
Tes panas dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan yaitu gutta perca
panas, compound panas, alat touch and heat dan instrumen yang dapat menghantarkan
panas dengan baik. Pemeriksaan dilakukan dengan mengisolasi gigi yang akan di
periksa. Kemudian gutta perca dipanaskan di atas bunsen. Selanjutnya gutta perca
diaplikasikan pada bagian okluso bukal gigi. Apabila tidak ada respon maka oleskan
pada sepertiga servikal bagian bukal.
Interpretasi :
1. Rasa nyeri yang tajam dan singkat ketika diberi stimulus gutta perca menandakan
gigi vital
2. Respon negatif atau tidak merasakan apa-apa menandakan gigi sudah non vital.
- Tes kavitas,
Bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara melubangi melubangi atap
pulpa hingga timbul rasa sakit.
- Tes elektris
Merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi dengan listrik, untuk
stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya menggunakan Electronic pulp tester (EPT).
PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL GIGI DAN MULUT
Pemeriksaan rongga mulut yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan pada mulut dengan atau
tanpa alat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi atau data yang menggambarkan
kondisi klien yang sesungguhnya dengan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
Pemeriksaan ekstra oral, meliputi :
Pucat atau tidak, terdapat kemerahan atau tidak, terdapat scar atau
b. Palpasi :
tertutup.
apakah ada pembesaran, nyeri atau tidak, dan bila ada massa,
kemudian dilihat :
apakah ada pembesaran, nyeri atau tidak, dan bila ada massa,
apakah ada pembesaran, nyeri atau tidak, dan bila ada massa,
apakah ada pembesaran, nyeri atau tidak, dan bila ada massa,
C. Pemeriksaan leher
Pemeriksaan pada leher bertujuan untuk mengetahui integritas leher, bentuk leher serta
organ yang berkaitan, dan memeriksa sistem limfatik. Pemeriksaan pada leher dilakukan
dengan cara inspeksi dan palpasi. Inspeksi pada leher untuk melihat adanya asimetris,
denyutan abnormal, tumor maupun pembesaran kelenjar limfe dan tiroid. Pemeriksaan
palpasi dilakukan pada tulang hyoid, tulang rawan tiroid, kelenjar tiroid, pembuluh
karotis, dan kelenjar limfe.
Cara pemeriksaan pada leher (inspeksi dan palpasi) :
- Atur pencahayaan yang baik.
- Anjurkan pasien untuk melepas benda apapun yang menutupi leher dan dapat
menghalangi pemeriksaan.
- Lakukan inspeksi leher mengenai bentuk leher, warna kulit, adanya
pembengkakan, jaringan parut, dan adanya massa. Inspeksi dilakukan secara
sistematis mulai dari garis tengah sisi depan leher, dari samping dan dari
belakang. Warna kulit leher normalnya sama dengan kulit sekitarnya. Dapat
menjadi kuning pada semua jenis ikterus, dan merah, bengkak, panas dan nyeri
tekan bila mengelami peradangan.
- Inspeksi tiroid dengan menginstruksikan klien untuk menelan dan mengamati
gerakan kelenjar tiroid pada takik suprasternal.
Normalnya, kelenjar tiroid tidak dapat dilihat kecuali pada orang yang sangat
kurus. Minta klien untuk memfleksikan leher dengan dagu ke dada,
hiperekstensikan leher sedikit ke belakang, dan gerakkan menyamping ke
masing-masing sisi kemudian ke samping sehingga telinga bergerak ke arah
bahu. Hal ini dilakukan untuk menguji otot-otot sternomastoideus dan trapezius.
- Lakukan palpasi pada daerah leher dilakukan terutama untuk mengetahui
keadaan dan lokasi kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan trakea. Untuk memeriksa
nodus limfe (kelenjar limfe), buat klien santai dengan leher sedikit fleksi ke
depan atau mengarah ke sisi pemeriksa untuk merelaksasikan jaringan dan otot-
otot. Gunakan bantalan ketiga jari tengah tangan dan memalpasi dengan lembut
masing-masing jaringan limfe dengan gerakan memutar. Palpasi kelenjar tiroid
dilakukan untuk mengetahui adanya pembesaran tiroid (gondok) yang biasanya
disebabkan oleh kekurangan gram zodium. Bentuk kelenjar tiroid dapat diketahui
jika kepala pasien ditengadahkan sambil pasien disuruh menelan ludah (air),
sementara perawat melakukan palpasi kelenjar tersebut. Kedudukan trakea perlu
dikaji karena dapat sebagai petunjuk terhadap adanya gangguan dan merupakan
petunjuk adanya proses desak ruang atau fibrosis pada paru-paru maupun
mediastinum. Trakea akan tertarik pada keadaan terjadi proses fibrosis dan akan
terdorong pada keadaan terjadi pendesakan ruang.
Cara melakukan palpasi pada kelenjar limfe :
- Untuk memeriksa nodus limfe, buat klien santai dengan leher sedikit fleksi ke
depan atau mengarah ke sisi pemeriksa untuk merelaksasikan jaringan dan otot-
otot. Ketegangan klien mempengaruhi hasil pemeriksaan Gunakan bantalan
ketiga jari tengah tangan dan memalpasi dengan lembut masing-masing jaringan
limfe dengan gerakan memutar.
- Lakukan palpasi secara sistematis dan determinasikan menurut lokasi, batas-
batas ukuran, bentuk dan nyeri tekan pada setiap kelompok kelenjar limfe yang
terdiri dari :
a. Nodus oksipital pada dasar tengkorak.
b. Nodus aurikular posterior di atas mastoid.
c. Nodus preaurikular tepat di depan telinga.
d. Nodus tonsilar pada sudut mandibula.
e. Nodus submental pada garis tengah beberapa cm di belakang Ujung
mandibula.
f. Nodus submaksilaris ditengah-tengah antar sudut dan ujung mandibula.
g. Nodus servikal superfisial, superfisial terhadap sternomastoideus.
h. Nodus servikal posterior, sepanjang tepi anterior trapezius.
i. Nodus supraklavikula, dalam suatu sudut yang terbentuk oleh klavikula dan
sternokleidomastoideus.
Nodus limfe normalnya tidak mudah dipalpasi. Akan tetapi, nodus yang kecil, dapat
digerakkan, dan tidak nyeri tekan merupakan hal yang umum. Nodus limfe yang besar,
menetap, meradang, atau nyeri tekan mengindikasikan adanya masalah seperti infeksi lokal,
penyakit sistemik, atau neoplasma. Nyeri tekan biasanya terjadi akibat inflamasi.
Pergerakan bebas mandibula yaitu kombinasi antara gerakan rotasi dan translasi yang
meliputi:
A. Inspeksi
Untuk melihat adanya kelainan sendi temporomandibular perlu diperhatikan gigi,
sendi rahang dan otot pada wajah. Apakah pasien menggerakan mulutnya dengan
nyaman selama berbicara atau pasien seperti menjaga gerakan rahang bawahnya.
B. Palpasi
Pemeriksaan dengan cara palpasi sisi kanan dan kiri yang dilakukan pada sendi dan
otot wajah dan daerah kepala. Tes ini penting dalam membantu mencari lokasi nyeri.
Resistive opening (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada ruang inferior m.
pterigoideus lateral)
Resistive closing (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m. temporalis, m.
masseter, dan m. pterigoideus medial)
Resistive lateral movement (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m.
pterigoideus lateral dan medial yang kontralateral)
Resistive protrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m. pterigoideus
lateral)
Resistive retrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada bagian posterior m.
temporalis)
C. Auskultasi
Bunyi sendi TMJ terdiri dari clicking dan krepitus. “Clicking” adalah bunyi singkat
yang terjadi pada saat membuka atau menutup mulut, bahkan keduanya. “Krepitus”
adalah bersifat difus, yang biasanya berupa suara yang dirasakan menyeluruh pada
saat membuka atau menutup mulut bahkan keduanya. “Krepitus” menandakan
perubahan dari kontur tulang seperti pada osteoartrosis. “Clicking” dapat terjadi pada
awal, pertengahan, dan akhir membuka dan menutup mulut. Bunyi “click” yang
terjadi pada akhir membuka mulut menandakan adanya suatu pergeseran yang berat.
TMJ ‘clicking’ sulit didengar karena bunyinya halus, maka dapat didengar dengan
menggunakan stetoskop.
Pemeriksaan Bibir
Pemeriksaan intra oral yang dapat dilakukan diantaranya adalah melihat
mukosa intra oral dari pasien, yaitu palpasi mukosa labial bibir bawah, mukosa labial
bibir atas dan mukosa bukal untuk melihat konsistensi, karakteristik jaringan dan
indurasi, contohnya pada pasien yang memiliki kebiasaan menggigit-gigit bibir atau
mukosa bibir terjadi perubahan warna, pinggiran yang kasar dan terjadi keratinisasi
pada mukosa labial, selain itu juga pada pasien perokok mukosa labialnya
berwarna kemerahan. Setelah itu lakukan juga inspeksi dan palpasi pada bagian
mucobucal fold atas dan bawah untuk melihat karakteristik jaringan serta pada forniks
bawah untuk melihat posisi frenulum bibir bawah. Palpasi dan inspeksi dilakukan
terus hingga melihat semua anatomi pada intra oral yang kemungkinan dapat terjadi
kelainan atau penyakit, maka palpasi juga pada bagian retromolar pad, tuberositas,
palatum untuk melihat rugae yang ada pada palatum.
DAFTAR PUSTAKA