Anda di halaman 1dari 16

PEMERIKSAAN FISIK MULUT DAN FARING

Dasar Teori

Pemeriksaan Rongga Mulut

Secara anatomi, batas-batas kavum oris adalah sebagai berikut:


Batas anterior : bibir

Batas posterior : arkus


anterior Batas inferior : dasar
mulut
Batas superior : palatum mole dan palatum durum

Batas kavum oris dan orofaring disebut ismus fausium, yang dibatasi oleh:
Lateral : lengkungan arkus anterior
Inferior : pangkal lidah

Medial : uvula,
selalu menunjuk
vertikal ke bawah

1
Lindah

Lidah terletak didasar mulut dan melekat pada tulang hioid. Ia merupakan organ utama
untuk pengecapan, membantu dalam berbicara, dan memegang peranan penting dalam
mengunyah. Korpus lidah mengandung otot instrinsik dan ekstrinsik. Lidah dipersarafi
oleh nervus hipoglosus, atau saraf otak keduabelas

Faring

Faring terbagi menjadi 3 bagian, yaitu epifaring (nasofaring), mesofaring (orofaring),


dan hipofaring (faringofaring). Pada bagian faring terdapat jaringan limfoid lingkaran
Waldeyer yang terdiri dari adenoid, tonsila palatina, lateral band, dan tonsila
lingualis. Granule “lateral band” terdapat pada dinding faring posterior. Pada bagian
lateral terdapat tonsil yang menonjol dari fosa tonsilaris, yang dibatasi arkus
palatoglossus (arkus anterior) pada bagian muka dan arkus palatofaringeus (arkus
posterior) di bagian belakang.
Prosedur Pemeriksaan fisik Mulut dan Faring

Teknik dasar pemeriksaan fisik terdiri atas inspeksi (periksa lihat), palpasi
(periksa raba), perkusi (periksa ketuk), dan auskultasi (periksa dengar). Pada
umumnya, teknik dasar ini dilakukan secara berurutan atau sistematis. Namun,
pada keadaan tertentu urutan pemeriksaan tidak harus demikian. Usia pasien dapat
mempengaruhi urutan pemeriksaan tersebut, terutama jika pasien masih sangat
muda (bayi dan anak-anak) atau sangat lanjut usia.

a. Pemeriksaan Fisik Mulut

1. Alat dan Bahan

Alat-alat dan bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan rongga mulut adalah
sebagai berikut :

1. Lampu senter kecil


2. Kasa

3. Sarung tangan

4. Kapas lidi

5. Spatula lidah

Persiapan Pasien

Pasien duduk dan pemeriksa duduk atau berdiri langsung di depannya. Wajah pasien
harus mendapat pencahayaan yang cukup. Pemeriksa harus bekerja secara sistematis
dari depan ke belakang sehingga tidak ada daerah yang terlewati. Pemeriksa harus
memakai sepasang sarung tangan sewaktu mempalpasi setiap struktur di dalarn mulut.
Kalau menemukan lesi, konsistensi dan keadaan nyeri tekan harus diperhatikan. Jika
pasien memakai gigi palsu, ia harus diminta untuk melepaskannya.

Inspeksi rongga mulut, perhatikan:

- Bibir: Warna bibir (pucat, sianotik, pigmentasi), ada/tidaknya keilitis, keilosis,

perleche, vesikel, dan lain-lain

- Gerakan bibir dan sudut mulut (N VII), ptialismus, trismus.

- Mukosa pipi (misalnya ulkus, oral thrush, stomatitis, pigmentasi, bercak


koplik) dan ginggiva (misalnya edema, nyeri, hiperemia, epulis).

- Gigi-geligi, lihat adanya karies pada gigi P2, P1, M1, M2, M3 yang dapat
menimbulkan sinusitis maksilaris serta gigi M3 yang letaknya miring dapat
menyebabkan trismus.

- Lidah, lihat ada/tidaknya makro/mikroglosia, tremor lidah, parese N.XII, atrofi,


aftae, tumor maligna.
- Palatum durum (torus palatinus) dan prosesus alveolaris, lihat adanya
pembengkakan yang mungkin disebabkan oleh peradangan atau tumor sinus
maksilaris.

Teknik Inspeksi Struktur Dalam Rongga Mulut Inspeksi Mukosa Pipi

Pasien harus diminta untuk membuka mulutnya lebar-lebar. Mulut harus disinari
dengan sumber cahaya. Periksalah mukosa pipi untuk melihat lesi atau perubahan
warna, dan rongga pipi diperiksa untuk melihat tanda-tanda asimetri atau daerah
injeksi (pembuluh darah yang berdilatasi, biasanya menunjukkan peradangan).
Mukosa pipi, gigi dan gusi mudah diperiksa dengan memakai spatula lidah untuk
mendorong pipi menjauhi gusi. Inspeksi untuk melihat adanya perubahan warna,
tanda-tanda trauma, dan keadaan orifisium duktus parotis. Apakah ada ulserasi
pada mukosa pipi? Apakah ada lesi putih pada mukosa pipi? Lesi putih tak nyeri
yang paling sering ditemukan di dalam mulut adalah liken planus, yang terlihat
sebagai erupsi retikularis, atau seperti renda, bilateral pada mukosa pipi
Palpasi

Palpasi dilakukan terutama bila pada inspeksi didapatkan ulkus pada lidah
(karsinoma). Perkusi dilakukan pada gigi-geligi, akan didapatkan rasa nyeri bila
ada peradangan.

Inspeksi Gusi dan Gigi

Gusi diperiksa apakah membengkak, atau ada tanda-tanda peradangan dan tanda-tanda
perdarahan pada gusi. Gigi harus diperiksa untuk melihat adanya karies dan maloklusi.
Apakah ada perubahan warna pada gigi? Apakah ada gigi yang tanggal?

Inspeksi dan Palpasi Kelenjar Ludah

Orifisium duktus kelenjar parotis dan submandibula harus terlihat. Inspeksi keadaan
papilla. Apakah ada aliran saliva? Ini sebaiknya diperiksa dengan mengeringkan papilla
dengan kapas lidi dan mengamati aliran saliva yang dihasilkan dengan melakukan
tekanan eksternal pada kelenjar itu sendiri.

Obstruksi terhadap aliran atau infiltrasi kelenjar akan menyebabkan pembesaran kelenjar.
Palpasi kelenjar parotis dan submandibula, apakah ada pembesaran? Apakah ada nyeri
tekan?

Inspeksi Palatum Durum dan Palatum Mole

Palatum harus diperiksa untuk melihat adanya ulserasi atau massa. Apakah terdapat
pembengkakan atau tanda-tanda peradangan. Apakah terlihat tanda-tanda perdarahan
atau petekie? Apakah uvula terletak digaris tengah ?.

Inspeksi Dasar Mulut

Dasar mulut diperiksa dengan meminta pasien mengangkat lidahnya ke atap mulut.
Apakah ada edema pada dasar mulut? Muara duktus Wharton harus diperiksa.

Inspeksi Lidah

Perhatikan permukaan atas dan tepi lidah, bagaimana warnanya? Apakah ada massa?
Apakah lidah tampak lembab?

Mintalah pasien untuk mengangkat lidahnya ke atap mulut sehingga permukaan bawah
lidah dapat diperiksa.

Pemeriksaan Saraf Kranialis XII

Mintalah pasien untuk menjulurkan lidahnya. Apakah lidah tersebut berdeviasi ke satu
sisi? Kelumpuhan nervus hipoglosus atau saraf kranialis kedua belas membuat otot-otot
lidah pada sisi yang terkena tidak dapat berkontraksi dengan normal Oleh karena itu, sisi
kontra lateral ”mendorong” lidah ke sisi lesi.

Palpasi Dasar Mulut

Dasar mulut harus diperiksa dengan palpasi bimanual. Ini dilakukan dengan meletakkan
satu jari di bawah lidah dan jari lain di bawah dagu untuk memeriksa adanya penebalan
atau massa. Sewaktu mempalpasi mulut pasien, pemeriksa harus memegang pipi pasien
seperti diperlihatkan pada Gambar . Ini adalah tindakan pencegahan kalau-kalau pasien
berusaha berbicara atau menggigit jari pemeriksa.

Palpasi Lidah

Setelah melakukan inspeksi lidah dengan cermat, pemeriksaan dilanjutkan dengan


palpasi yang seksama. Palpasi lidah dilakukan dengan meminta pasien untuk
menjulurkan lidahnya ke dalam sepotong kasa. Lidah itu kemudian dipegang oleh
tangan kiri pemeriksa ketika sisi-sisi lidah diinspeksi dan dipalpasi dengan tangan
kanan
b. Pemeriksaan Fisik Faring

1. Infeksi Faring
Pemeriksaan faring terbatas pada inspeksi. Untuk melihat palatum dan
orofaring secara memadai, pemeriksa biasanya harus menekan lidah dengan
spatula lidah. Pasien diminta untuk membuka mulutnya lebar-lebar,
menjulurkan lidahnya, dan bernafas perlahan-lahan melalui mulutnya. Kadang-
kadang, membiarkan lidah tetap berada di dasar mulut akan membuatnya dapat
dilihat dengan

lebih baik. Pemeriksa memegang spatula lidah dengan tangan kanannya dan
sumber cahaya di tangan kirinya. Spatula lidah harus diletakkan pada sepertiga
tengah Iidah. Lidah ditekan dan dibawa ke depan. Pemeriksa harus berhati-hati
agar tidak menekan bibir bawah atau lidah pada gigi dengan spatula lidah. Jika
spatula lidah diletakkan terlalu anterior, bagian posterior lidah akan membentuk
gundukan, sehingga inspeksi faring menjadi sulit; jika diletakkan terlalu
posterior, akan timbul refleks muntah .

Teknik pemeriksaan:

- Minta penderita untuk membuka mulut lebar-lebar, menarik lidah ke dalam dan
dilunakkan (diistirahatkan).
- Pemeriksa menekan lidah ke bawah di bagian medial.

- Minta penderita untuk bernapas (hindari menahan napas, bernapas keras,


ekspirasi, atau mengucap “ch”).

- Pemeriksa menekan lidah di anterior dari tonsil hingga pole bawah tonsil
terlihat.

- Kemudian periksa:

a. Besar tonsil

Besar tonsil ditentukan sebagai berikut:

T0 : tonsil di dalam fosa tonsil atau telah diangkat

T1 : bila besar tonsil ¼ jarak arkus anterior dan uvula


T2 : bila besar tonsil ½ jarak arkus anterior dan uvula
T3 : bila besar tonsil ¾ jarak arkus anterior dan uvula
T4 : blia besar tonsil mencapai uvula atau lebih

b. Mobilitas tonsil

Dengan menggunakan 2 spatula, letakkan spatula 1 pada posisi menekan


lidah di anterior dari tonsil, sedangkan spatula 2 diletakkan secara vertikal
dengan posisi ujungnya menekan jaringan peritonsil, sedikit lateral dari
arkus anterior. Pada tumor tonsil akan terfiksasi, sedangkan pada tonsilitis
kronik, tonsil mobil dan nyeri.

c. Patologi dari tonsil dan palatum mole

Perhatikan adanya kripti, detritus, hiperemia, ulserasi, membran, atau


bercak-bercak perdarahan.

Tonsilitis akut : semua tampak merah, terdapat titik-titik putih pada


tonsil
Tonsilitis kronik : arkus anterior tampak merah
Aftae : bila ditekan akan terasa
nyeri
Abses
peritonsil :
ismus
fausium
menyempit
(lebih kecil),
tonsil
terdesak ke
medial,
sekitar tonsil
kemerahan
dan edema,
serta uvula terdesak heterolateral udematus

Difteri : tampak pseudomembran warna kotor, hemoragis,


ada yang di luar batas tonsil, mukosa normal,
terdapat bull neck
Plaut Vincent : ulkus seluruh tonsil, monolateral, dan penderita
demam
Tumor tonsil : tonsil teraba keras dan terfiksasi

Sikatrik : biasanya didapatkan setelah tonsilektomi, insisi


abses peritonsil

Korpus alienum : duri ikan, tulang

d. Patologi faring

Perhatikan dinding faring posterior. Lihat adanya hiperemia, edema,


membran, eksudat, abses, atau post nasal drips.

Faringitis akut : semua mukosa tampak merah


Faringitis kronik : hanya granulae yang memerah
Faringitis difetri : terdapat bercak putih abu-abu yang sulit diangkat dan
bila dipaksa diangkat akan mudah berdarah
(pseudomembran).

e. Paresis/paralisis palatum mole


Normal

Pada waktu istirahat, uvula menunjuk ke bawah, konkavitas palatum mole


simetris. Bila penderita diminta mengucapkan “aa, ee” uvula akan
bergerak-gerak secara simetris.

Paresis bilateral

Pada waktu istirahat tampak seperti normal. Bila penderita diminta


mengucapkan “aa, ee” palatum dapat tampak seperti normal, mungkin
uvula sedikit bergerak.
Paresis unilateral

Pada waktu istirahat tampak seperti normal. Bila penderita diminta


mengucapkan “aa, ee” palatum mole akan terangkat ke arah yang sehat,
uvula miring menunjuk ke arah yang sehat, serta konkavitas palatum tidak
simetris. Kondisi ini sering didapatkan pada tumor nasofaring atau paresis
N.X.

Paresis faring

Pada keadaan normal, bila faring disentuh akan didapatkan refleks muntah
(sensitif). Bila terdapat paresis bilateral, pada inspeksi akan dijumpai
tumpukan air ludah dan bila faring disentuh tidak sensitif dan refleks muntah
menghilang. Sedangkan bila paresis bersifat unilateral, saat faring disentuh
akan muncul gerakan coulisse (yang bergerak hanya faring yang sehat).
Nilai normal pemeriksaan fisik mulut dan faring

1. Palpasi mulut
a. Atur posisi duduk pasien hingga sejajar dan berhadapan dengan anda
b. Minta pasien untuk membuka mulut
c. Pegang pipi pasien menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, dengan jari telunjuk di
dalam mulut. Lakukan palpasi secara sistematis dan kaji adanya massa, inflamasi,
atau nyeri
d. Minta pasien mengatakan "el". Selanjutnya, lakukan palpasi dasar mulut secara
sistematis menggunakan jari telunjuk, dengan ibu jari menekan dagu bawah untuk
memudahkan palpasi
e. Minta pasien untuk menjulurkan lidahnya, kemudian pegang dengan kasa steril
menggunakan tangan non-dominan. Lakukan palpasi lidah menggunakan jari
telunjuk tangan dominan
Hasil pemeriksaan mulut dan faring normal

- Bibir : lembap, tidak ada lesi maupun inflamasi, tidak sumbing


- Gigi : pada pasien dewasa berjumlah 32 buah dan pada anak-anak berjumlah 20
buah, tidak ada karies, bersih
- Gusi : tidak ada inflamasi dan nyeri
- Lidah ; Bersih dan berwarna merah muda
- Mukosa mulut : lembap dan utuh
- Tonsil : tidak ada pembesaran,
Hasil pemeriksaan mulut dan faring abnormal

- Bibir : pecah ada bibir akibat avitaminosis atau demam, radang pada bibir
(keilitis), kebiruan (sianosis), terdapat celah pada garis tengah bibir (bibir
sumbing)
- Lidah : terdapat luka pada lidah dan mukosa mulut (sstomatitis), lidah berselaput
karena demam tifoid, permukaaan lidah berlumpur putih dan papila besar
(demam skarlatina), permukaan lidah licin dan papila mengecil atau atrofi karena
anemia, lidah kering dan keriput karena dehidrasi, lidah tremor terjadi pada
dimensia paralitik
- Gigi : terdapat karies
- Gusi bengkak yang mengindikasikan adanya inflamasi atau infeksi
- Faring merah yang mengindikasikan faringitis
- Bau mulut dapat disebabkan oleh hygiene yang buruk atau penyakit sistemik
- Terdapat celah pada garis tengah palatum, yaitu palatum sumbing

Anda mungkin juga menyukai