Dasar Teori
Batas kavum oris dan orofaring disebut ismus fausium, yang dibatasi oleh:
Lateral : lengkungan arkus anterior
Inferior : pangkal lidah
Medial : uvula,
selalu menunjuk
vertikal ke bawah
1
Lindah
Lidah terletak didasar mulut dan melekat pada tulang hioid. Ia merupakan organ utama
untuk pengecapan, membantu dalam berbicara, dan memegang peranan penting dalam
mengunyah. Korpus lidah mengandung otot instrinsik dan ekstrinsik. Lidah dipersarafi
oleh nervus hipoglosus, atau saraf otak keduabelas
Faring
Teknik dasar pemeriksaan fisik terdiri atas inspeksi (periksa lihat), palpasi
(periksa raba), perkusi (periksa ketuk), dan auskultasi (periksa dengar). Pada
umumnya, teknik dasar ini dilakukan secara berurutan atau sistematis. Namun,
pada keadaan tertentu urutan pemeriksaan tidak harus demikian. Usia pasien dapat
mempengaruhi urutan pemeriksaan tersebut, terutama jika pasien masih sangat
muda (bayi dan anak-anak) atau sangat lanjut usia.
Alat-alat dan bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan rongga mulut adalah
sebagai berikut :
3. Sarung tangan
4. Kapas lidi
5. Spatula lidah
Persiapan Pasien
Pasien duduk dan pemeriksa duduk atau berdiri langsung di depannya. Wajah pasien
harus mendapat pencahayaan yang cukup. Pemeriksa harus bekerja secara sistematis
dari depan ke belakang sehingga tidak ada daerah yang terlewati. Pemeriksa harus
memakai sepasang sarung tangan sewaktu mempalpasi setiap struktur di dalarn mulut.
Kalau menemukan lesi, konsistensi dan keadaan nyeri tekan harus diperhatikan. Jika
pasien memakai gigi palsu, ia harus diminta untuk melepaskannya.
- Gigi-geligi, lihat adanya karies pada gigi P2, P1, M1, M2, M3 yang dapat
menimbulkan sinusitis maksilaris serta gigi M3 yang letaknya miring dapat
menyebabkan trismus.
Pasien harus diminta untuk membuka mulutnya lebar-lebar. Mulut harus disinari
dengan sumber cahaya. Periksalah mukosa pipi untuk melihat lesi atau perubahan
warna, dan rongga pipi diperiksa untuk melihat tanda-tanda asimetri atau daerah
injeksi (pembuluh darah yang berdilatasi, biasanya menunjukkan peradangan).
Mukosa pipi, gigi dan gusi mudah diperiksa dengan memakai spatula lidah untuk
mendorong pipi menjauhi gusi. Inspeksi untuk melihat adanya perubahan warna,
tanda-tanda trauma, dan keadaan orifisium duktus parotis. Apakah ada ulserasi
pada mukosa pipi? Apakah ada lesi putih pada mukosa pipi? Lesi putih tak nyeri
yang paling sering ditemukan di dalam mulut adalah liken planus, yang terlihat
sebagai erupsi retikularis, atau seperti renda, bilateral pada mukosa pipi
Palpasi
Palpasi dilakukan terutama bila pada inspeksi didapatkan ulkus pada lidah
(karsinoma). Perkusi dilakukan pada gigi-geligi, akan didapatkan rasa nyeri bila
ada peradangan.
Gusi diperiksa apakah membengkak, atau ada tanda-tanda peradangan dan tanda-tanda
perdarahan pada gusi. Gigi harus diperiksa untuk melihat adanya karies dan maloklusi.
Apakah ada perubahan warna pada gigi? Apakah ada gigi yang tanggal?
Orifisium duktus kelenjar parotis dan submandibula harus terlihat. Inspeksi keadaan
papilla. Apakah ada aliran saliva? Ini sebaiknya diperiksa dengan mengeringkan papilla
dengan kapas lidi dan mengamati aliran saliva yang dihasilkan dengan melakukan
tekanan eksternal pada kelenjar itu sendiri.
Obstruksi terhadap aliran atau infiltrasi kelenjar akan menyebabkan pembesaran kelenjar.
Palpasi kelenjar parotis dan submandibula, apakah ada pembesaran? Apakah ada nyeri
tekan?
Palatum harus diperiksa untuk melihat adanya ulserasi atau massa. Apakah terdapat
pembengkakan atau tanda-tanda peradangan. Apakah terlihat tanda-tanda perdarahan
atau petekie? Apakah uvula terletak digaris tengah ?.
Dasar mulut diperiksa dengan meminta pasien mengangkat lidahnya ke atap mulut.
Apakah ada edema pada dasar mulut? Muara duktus Wharton harus diperiksa.
Inspeksi Lidah
Perhatikan permukaan atas dan tepi lidah, bagaimana warnanya? Apakah ada massa?
Apakah lidah tampak lembab?
Mintalah pasien untuk mengangkat lidahnya ke atap mulut sehingga permukaan bawah
lidah dapat diperiksa.
Mintalah pasien untuk menjulurkan lidahnya. Apakah lidah tersebut berdeviasi ke satu
sisi? Kelumpuhan nervus hipoglosus atau saraf kranialis kedua belas membuat otot-otot
lidah pada sisi yang terkena tidak dapat berkontraksi dengan normal Oleh karena itu, sisi
kontra lateral ”mendorong” lidah ke sisi lesi.
Dasar mulut harus diperiksa dengan palpasi bimanual. Ini dilakukan dengan meletakkan
satu jari di bawah lidah dan jari lain di bawah dagu untuk memeriksa adanya penebalan
atau massa. Sewaktu mempalpasi mulut pasien, pemeriksa harus memegang pipi pasien
seperti diperlihatkan pada Gambar . Ini adalah tindakan pencegahan kalau-kalau pasien
berusaha berbicara atau menggigit jari pemeriksa.
Palpasi Lidah
1. Infeksi Faring
Pemeriksaan faring terbatas pada inspeksi. Untuk melihat palatum dan
orofaring secara memadai, pemeriksa biasanya harus menekan lidah dengan
spatula lidah. Pasien diminta untuk membuka mulutnya lebar-lebar,
menjulurkan lidahnya, dan bernafas perlahan-lahan melalui mulutnya. Kadang-
kadang, membiarkan lidah tetap berada di dasar mulut akan membuatnya dapat
dilihat dengan
lebih baik. Pemeriksa memegang spatula lidah dengan tangan kanannya dan
sumber cahaya di tangan kirinya. Spatula lidah harus diletakkan pada sepertiga
tengah Iidah. Lidah ditekan dan dibawa ke depan. Pemeriksa harus berhati-hati
agar tidak menekan bibir bawah atau lidah pada gigi dengan spatula lidah. Jika
spatula lidah diletakkan terlalu anterior, bagian posterior lidah akan membentuk
gundukan, sehingga inspeksi faring menjadi sulit; jika diletakkan terlalu
posterior, akan timbul refleks muntah .
Teknik pemeriksaan:
- Minta penderita untuk membuka mulut lebar-lebar, menarik lidah ke dalam dan
dilunakkan (diistirahatkan).
- Pemeriksa menekan lidah ke bawah di bagian medial.
- Pemeriksa menekan lidah di anterior dari tonsil hingga pole bawah tonsil
terlihat.
- Kemudian periksa:
a. Besar tonsil
b. Mobilitas tonsil
d. Patologi faring
Paresis bilateral
Paresis faring
Pada keadaan normal, bila faring disentuh akan didapatkan refleks muntah
(sensitif). Bila terdapat paresis bilateral, pada inspeksi akan dijumpai
tumpukan air ludah dan bila faring disentuh tidak sensitif dan refleks muntah
menghilang. Sedangkan bila paresis bersifat unilateral, saat faring disentuh
akan muncul gerakan coulisse (yang bergerak hanya faring yang sehat).
Nilai normal pemeriksaan fisik mulut dan faring
1. Palpasi mulut
a. Atur posisi duduk pasien hingga sejajar dan berhadapan dengan anda
b. Minta pasien untuk membuka mulut
c. Pegang pipi pasien menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, dengan jari telunjuk di
dalam mulut. Lakukan palpasi secara sistematis dan kaji adanya massa, inflamasi,
atau nyeri
d. Minta pasien mengatakan "el". Selanjutnya, lakukan palpasi dasar mulut secara
sistematis menggunakan jari telunjuk, dengan ibu jari menekan dagu bawah untuk
memudahkan palpasi
e. Minta pasien untuk menjulurkan lidahnya, kemudian pegang dengan kasa steril
menggunakan tangan non-dominan. Lakukan palpasi lidah menggunakan jari
telunjuk tangan dominan
Hasil pemeriksaan mulut dan faring normal
- Bibir : pecah ada bibir akibat avitaminosis atau demam, radang pada bibir
(keilitis), kebiruan (sianosis), terdapat celah pada garis tengah bibir (bibir
sumbing)
- Lidah : terdapat luka pada lidah dan mukosa mulut (sstomatitis), lidah berselaput
karena demam tifoid, permukaaan lidah berlumpur putih dan papila besar
(demam skarlatina), permukaan lidah licin dan papila mengecil atau atrofi karena
anemia, lidah kering dan keriput karena dehidrasi, lidah tremor terjadi pada
dimensia paralitik
- Gigi : terdapat karies
- Gusi bengkak yang mengindikasikan adanya inflamasi atau infeksi
- Faring merah yang mengindikasikan faringitis
- Bau mulut dapat disebabkan oleh hygiene yang buruk atau penyakit sistemik
- Terdapat celah pada garis tengah palatum, yaitu palatum sumbing