Anda di halaman 1dari 9

Pemeriksaan Fisik Pada Muskuloskeletal

PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
Tujuan:
- Untuk memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian
- Untuk mengetahui mobilitas, kekuatan otot, dan gangguan-gangguan pada daerah tertentu.

Tindakkan:
a. Muskuluskeletal/otot
Inspeksi mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi (ukur dan catat jika ada perbedaan
dengan meteran)
Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk mengetahui adanya kelemahan dan
kontraksi tiba-tiba
Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien menarik atau mendorong tangan pemeriksa
dan bandingkan tangan ka.ki
Amati kekuatan suatu otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan bawah,
suruh pasien menahan tangan atau kaki sementara pemeriksa menariknya dari yang lemah
sampai yang terkuat amati apakah pasien bisa menahan.

b. TULANG/OSTIUM:
- Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang
- Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan pembengkakkan

c. PERSENDIAAN/ARTICULASI:
- Inspeksi semua persendian untuk mengetahui adanya kelainan sendi.
- Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan
- Kaji range of mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-ekstensi, dll)

PEMERIKSAAN FISIK
SISTEM MUSKULOSKELETAL

A. PENDAHULUAN
Pengkajian muskuloskeletal meliputi pemeriksaan pada tulang, persendian dan otot.
Pengkajian pada sistem ini rumit karena:
1) Bagian-bagian ini bertanggung jawab untuk pergerakan,penunjang dan stabilitas tubuh.
2) Fungsinya sangat terintegrasi dengan sistem integumen dan neurologis.
Oleh karenanya, sebelum melakukan pemeriksaan fisik, seorang perawat terlebih dahulu
harus mengetahui tentang anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal dan integrasinya
dengan sistem neurologi dan inteumen.
Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam pengkajian fisik sistem muskuloskeletal
adalah, inspeksi dan palpasi.

B. TUJUAN UMUM
1. Untuk memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian.
2. Untuk mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adaya gangguan pada bagian
Tertentu.
C. PERALATAN YANG DIPERLUKAN
1. Meteran
2. Goniometer

D. LANGKAH PEMERIKSAAN
Pada pemeriksaan fisik sistem muskuloskeletal, posisi klien tergantung pada kelompok otot
mana yang diperiksa, klien dapat duduk, terbaring terlentang, ataupun dalam keadaan
berdiri.
Pengkajian dimulai saat klien dalam keadaan netral.
Pengkajian juga bahwa otot dan sendi klien terbuka dan bebas bergerak.
Untuk dapat melakukan observasi secara lengkap dan cermat, tubuh klien harus dapat
dilihat dengan jelas, dan perlu diperhatikan tentang suhu ruangan harus cukup hangat.
Ruangan harus cukup luas
Lakukan langkah-langkah pemeriksaan berikut ini:
1. Inspeksi Secara Umum
Observasi gaya berjalan, cara berdiri dan postur saat memsuki ruangan. Pengkajian
dimulai saat klien berada dalam posisi netral, secara normal klien harus berjalan dengan
kedua lengan bergerak bebas di sisinya, kepala mendahului tubuh, kedua ibu jari
mengarah tepat kedepan.
a. Minta klien untuk berjalan pada sebuah garis lurus, minta klien untuk berdiri, perhatikan
cara berdiri dan postur tubuh klien.
- Posisi berdiri, pasien berdiri yang normal adalah tegak lurus, dengan panggul dan bahu
berada dalam satu keselarasan
- Pada saat berjalan, observasilah:
Gaya berjalan
Gerakan ekstrimitas
Adanya penegangan pada kaki

Penampilan klien secara keseluruhan:


Adalah fleksi secara umum, kepala dan leher mengarah kedepan, kifosis dorsalis, fleksi
pada siku, pergelangan tangan, pinggul dan lutut, berdiri pada dasar lebar.

Observasi klien dari samping, perhatikan:


- Kaji lengkung: * Spina
* Servikal
* Torakal
* Lumbal
- Kaji penyangga serta stabilitas penahan berat badan
Penyimpangan dari normal:
- Adanya deformitas
- Lordosis
- Kifosis
- Skilofosis
b. Inspeksi kulit dan jaringan subkutan dibawah otot, tulang dan sendi, terhadap:
- Adanya warna yang tidak normal
- Pembengkakan, atau
- Adanya massa
Secara normal jaringan biasanya mengikuti bentuk bagian tubuh tanpa pembengkakan
atau massa
c. Observasi Rentang Gerak Sendi
- Ukuran secara keseluruhan
- Adanya defomitas
- Pembesaran tulang
- Kesimetrisan
- Keselarasan, panjang terhadap posisi tubuh
Dalam keadaan normal biasanya terdapat simetris bilateral pada paanjang, lingkar,
keselarasan posisi.
2. Pemeriksaan Rentang Gerak Sendi
Pada pemeriksaan rentang gerak sendi, pertama buatlah tiap sendi mencapai rentang
gerak normal yang penuh, kemudian bandingkan keselarasan sendi pada keduasisi tubuh.
Selanjutnya uji kedua rentang gerak aktif dan pasif untuk masing-masing kelompok sendi
otot mayor yang berhubungan. Melakukan uji rentang luas, sehingga gerakan kelompok
otot bebas, tiak terhambat jangan paksa sendi bergerak kearah posisi yang menyakitkan.
Pada saat melakukan uji rentang gerak sendi, lakukan pemeriksaan baik secara inspeksi
maupun palpasi terhadap:
- Pembengkakan
- Deformitas
- Kondisi jaringan sekitar
- Kekakuan
- Ketidakstabilan gerak sendi
- Adanya rasa sakit/ Nyeri
- Krepitasi
- Nodul
Bila sendi terlihat bengkak atau adanya inflamasi, maka observasi kehangatan kulit
sekitar sendi tersebut.
Pada saat pengukuran rentang gerak sendi secara pasif, klien harus dalam keadaan rileks
untuk memungkinkan gerak sendi pasif sampai akhir gerak sendi terasa.
Bila diduga terjadi penurunan gerek sendi, maka gunakan goniometer untuk pengukuran
yang tepat mengenai derajat gerakan, caranya:
1. Ukur sudut sendi sebelum rentang gerak sendi secara penuh
2. Ukur sudut sendi setelah rentang gerak sendi sejauh mungkin
3. Bandingkan hasilnya dengan derajat normalgerakan sendi
Posisi Rentang Gerak Sendi Normal
1. Fleksi, Gerakan memperkecil sudut antara dua tulang yang menyatu, pada bidang
anterior-posterior. Penekukan ekstrimitas. Contoh, menekuk siku, lutut dan kepala
2. Ekstensi, Gerakan memperbesar sudut antara dua tulang yang menyatu. Contoh,
meluruskan siku, jari, lutut, kepala.
3. Hiperekstensi, Gerakan bagian tubuh melebihi batas normal posisi ekstensinya. Contoh,
siku, jari lutut, kepala
4. Pronasi, Permukaan depan atau ventral bagian tubuh menghadap kebawah. Contoh:
Tangan dan lengan bawah
5. Supinasi, Permukaan dengan atau ventral bagian tubuh menghadap keatas. Contoh: Pada
tangan dan lengan bawah.
6. Abduksi, Gerakan ekstrimitas menjauhi dari garis tengah tubu. Contoh, tungkai, lengan
dan jari
7. Adduksi, Gerakan ekstrimitas kearah garis tengah tubuh. Contoh: tungkai, lengan dan jari
8. Rotasi Internal, Rotasi sendi kearah dalam
9. Rotasi Eksternal, Rotasi sendi kearah luar. Contoh: lutut dan panggul
10. Eversi, Pembalikan bagian tubuh menjauhi garis tengah. Contoh: telapak kaki
11. Inversi, Pembalikan bagian tubuh kearah garis tengah. Contoh: telapak kaki
12. Dorsi Fleksi, Fleksi dari telapak kaki dan jri jaringan keatas.
13. Plantar Fleksi, Penekukan telapak kaki dan jari-jarinya kebawah. Contoh: Telapak kaki
Rentang gerak sendi normal :
Anggota tubuh Gerakan Pengukuran

Rahang Membuka dan menutup rahang. Mampu untuk memasukan tiga jari.
Gerakan rahang dari sisi ke sisi. Sisi dasar gigi tumpang tindih dengan
Puncak sisi gigi
Gerakan rahang kedepan. Puncak sisi gigi jatuh kebelakang gigi
Bawah
Leher Menyentuhkan dagu ke sternum. Fleksi 70-90
Ekstensi leher dengan dagu mengarah keatap Hipertekstensi 55
Menekuk leher secara lateral, telinga mengarah Penekukakan lateral 35
kebahu
Rotasi leher dengan telinga mengarah ke dada. Rotasi 70 ke kiri dan kanan
Tulang Menekukkedepan pinggang. Fleksi 75
Belakang Menekuk ke belakang Ekstensi 30
Menekuk ketiap sisi. Penekukan lateral 35
Bahu Abduksi lengan lurus ke atas. Abduksi 180
Abduksi lengan kegaris tengah tubuh. Abduksi 45
Abduksi lengan secara horisontal lurus dengan Ekstensi horisontal 45
lantai
Tarik lengan belakang ke arah tulang belakang Fleksi horisontal 130
belakang dan kedepan menyilang terhadap dada
Fleksi kedepan atau elavasi dengan lengan lurus Fleksi 180
Eksistensi kebelakang dengan lengan lurus Eksistensi 60
Siku Ekstensi lengan bawah ke batas terjauh normal Ekstensi 150
Fleksi lengan bawah kearah bisep. Fleksi 150
Hiperekstensi lengan di luar batas normalnya Hiperekstensi 0-10
Supinasi lengan bawah Supinasi 90
Pronasi lengan bawah Pronasi 90
Pergelangan Fleksi pergelangan kearah lengan bawah. Fleksi 80-90
Tangan Ekstensi pergelangan kearah belakang. Ekstensi 70
Simpangkan lateral pergelangan kearah radial Penyimpangan kearah radial 20
Simpangkan lateral pergelangan kearah ulnar Penyimpangan kearah ulnar 30-50

Anggota tubuh Gerakan Pengukuran

Jari-jari Fleksikan jari-jari membentuk sebuah kepalan 80-100 (bervariasi tergantung pada
kemudian. sendinya)
Ekstensikan sampai datar. Ekstensi 0-45
Buka jari-jari hingga terpisah. Abduksi antara jari-jari 20
Silangkan jari-jari bersamaan. Abduksi (jari-jari bersentuhan)
Oposisi setiap jari mampu menyentuh ibu jari. Meliputi abduksi, rotasi, dan fleksi.
Panggul Naikkan tungkai dengan lutut lurus. Fleksi 90
Naikkan tungkai dengan lutut berfleksi. Fleksi 110-120
Berbaring tengkurap, ekstensikan tungkai lurus Ekstensi 30
ke belakang.
Abduksi sebagian tungkai yang fleksi kearah luar. Abduksi 45-50
Abduksi sebagian tungkai yang fleksi kearah Abduksi 20-30
dalam.
Fleksi lutut dan ayun kaki menjauhi garis tengah. Rotasi internal 35-40
Fleksi lutut dan ayun kaki ke arah garis tengah. Rotasi eksternal 45
Lutut Fleksi lutut dengan betis menyentuh paha. Fleksi 90
Ekstensi lutut luar batas normal eksistensinya. Hiperekstensi 15
Putar lutut dan tungkai bawah ke garis tengah. Rotasi internal 10
Tumit Dorsiflekkan kaki dengan ibu jari mengarah Dorsifleksi 20
ke kepala
Plantar kaki fleksi dengan ibu jari mengarah Plantar fleksi 45
kebawah
Putar balik kaki menjauh dari garis tengah. Eversi 20
Putar balik kaki mengarah dari garis tengah. Inversi 30
Ibu jari Lekukkan ibu jari ke bawah telapak. Fleksi 35-60 (bervariasi tergantung
sendinya)
Angkat ibu jari ke atas Ekstensi 0-90 (bervariasi tergantung
pada sendinya)
Ibu jari dirngangkan Bervariasi

Hasil Normal:
1. Sendi harus bebas dari kekakuan, ketidak stabilan pembengkakan atau inflamasi
2. Bila dilakukan penekanan pada tulang dan otot harus adanya ketidaknyamanan pada
daerah yang ditekan
3. Rentang gerakan dibanding dengan gerakan pasif dan aktif harus setara untuk masing-
masing sendi dan diantara sendi-sendi kontralateral
4. Sendi normal bisa bergerak tanpa ada rasa sakit atau kerpitasi

3. Pemeriksaan Tonus Otot dan Kekuatan Otot

Tonus terdeteksi sebagai tahanan otot saat ekstremitas rileks secarapasif, digerakan
melalui rentang geraknya. Periksalah tiap kelompok otot dengan mengkaji kekuatan otot
dan membandingkan pada kedua sisi tubuh.
Tonus dan kekuatan otot dapat diperiksa selama pengukuran rentanggerak sendi

Cara Pemeriksaan:

a. Mintalah klien untuk membentuk suatu posisi yang stabil


b. Minta klien untuk memfleksikan otot yang akan diperiksa, kemudian suruh klien untuk
menahan tenaga dorong yang perawat lakukan terhadap fleksinya
c. Periksa seluruh kelompok otot mayor, kemudian bandingkan kekuatan secara bilateral.
Pada Saat Melakukan Tahanan:
a. Minta klien untuk membentuk suatu posisi kuatnya
b. Beri peningkatan tenaga dorong secara bertahap terhadap kelompok otot
c. Mintalah klien untuk menahan dorongan, untuk menggerakan sendi berlawanan dengan
dorongan tersebut
d. Klien menjaga tahanan sampai diminta untuk menghentikannya
e. Sendi yang normal biasanya bergerak saat pemeriksa memberi variasi kekuatan tenaga
Bila otot klien lemah, maka ukurlah otot dengan pita pengukur, kemudian dibandingkan
dengan sisi yang berlawanan
TINGKAT GRADIASI KEKUATAN OTOT
Ciri-Ciri Skala Lovert Derajat Presentasi
Normal
Paralisis total, tak ada bukti
Kontraktilitas Nol 0 0

Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya


kontraksi otot sedikit Kecil 1 10

Gerakan otot penuh, menentang gravitasi


dengan sokongan Buruk 2 25
Rentang gerak lengkap/normal
menentang gravitasi Sedang 3 50

Gerakan normal penuh, menentang


gravitasi dengan sedikit tahanan Baik 4 75

Gerakan normal penuh menentang


gravitasi dengan penahan penuh Normal 5 100

Hasil Normal
1. Tonus otot normal menyebabkan tahanan ringan dan datar terhadap gerakan pasif
selama rentang geraknya
2. Kekuatan otot secara bilateral simetris terhadap tahanan tenaga dorong
3. Lengan dominan kemungkinan sedikit lebih kuat dari lengan yang tidak dominan
Penyimpangan Dari Normal
1. Kelainan gaya berjalan
- Penghentakan kaki
- Kaki berlekuk-lekuk
- Penyeretan kaki
- Posisi batang tubuh terhadap kaki
2. Kelainan postural
- Kifosis
- Lordosis
- Skoliosis
3. Kelainan gerak rentang
- Nyeri pada sendi : ketidak stabilan, kekuatan sendi
- Gerakan meraba-raba pada sendi yang tak biasa
- Pembengkakan/inflamasi pada sendi
- Atropi otot dan perubahan kulit disekitar sendi
- Gerakan spesifik
- Rentang gerak kurang normal
4. Kelainan otot
- Hipertonus, otot teraba keras
- Hipotonik, otot teraba lunak
- Atonik, teraba lunak/lembek
- Atropi, otot mengecil

Anda mungkin juga menyukai