Anda di halaman 1dari 20

CARA MELAKUKAN PEMERIKSAAN DI BIDANG PENYAKIT MULUT

A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF (ANAMNESIS)


1.Keluhan Utama
Tahapan awal dari penanganan pasien adalah dengan melakukan
pemeriksaan subyektif yaitu anamnesis. Dengan anamnesis, salah satu hal yang
didapatkan adalah keluhan utama yang menjadi tujuan pasien datang ke dokter
gigi. Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah pasien mengeluhkan adanya
sariawan berupa luka kecil yang terasa nyeri pada daerah belakang bibir atas
sebelah kanan.
Dari keluhan utama diatas kami mendapat gambaran awal bahwa
kemungkinan lesi yang diderita pasien merupakan suatu ulserasi. Kemudian
dalam penentuan etiologi, diagnosa dan rencana perawatan dari keluhan utama
pasien tersebut, diperlukan pemeriksaan obyektif yang teliti meliputi pemeriksaan
klinis ekstra oral dan intra oral. Pada pemeriksaan ekstra oral dicermati apakah
terdapat suatu keabnormalan pada wajah, kelenjar saliva dan kelenjar limfe
pasien. Pada pemeriksaan intraoral akan diperiksa bagaimana kondisi gigi geligi
dan jaringan lunak pada rongga mulut pasien, baik yang normal maupun
abnormal, dan juga bagaimana kondisi lesi dan riwayat perawatannya. Apabila
perlu, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menguatkan diagnosis
penyakit tersebut.
2. Riwayat penyakit
Berdasarkan anamnesis, didapatkan bahwa pasien merasakan nyeri pada
luka sariawan di daerah belakang bibir atas sebelah kanan sejak 4 hari yang lalu.
Sariawan muncul tiba tiba, di saat pasien memiliki aktivitas yang cukup padat.
Rasa nyeri dirasakan terutama saat mengunyah makanan. Keluhan tersebut
dibiarkan tanpa diobati, karena pasien merasa sariawan yang biasanya muncul
akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 1 minggu. Pasien menuturkan bahwa
pernah menderita sariawan yang serupa sekitar 8 bulan yang lalu, namun di
tempat yang berbeda. Untuk sariawan 8 bulan yang lalu, pasien mendapatkan
perawatan dan pengobatan dari klinik Penyakit Mulut RSGM Universitas Jember,

dan didiagnosis sebagai Recurrent Aphtous Stomatitis di dasar mulut. Terapi


untuk sariawan tersebut berupa pemberian salep yang dioleskan pada luka
sariawan dan tablet vitamin B complex. Disaat diperiksa 8 bulan yang lalu, pasien
juga didiagnosis menderita cheilitis pada bibir bawah dan oral candidiasis pada
dorsum lidah bagian posterior. Pasien diterapi dengan salep pelembab bibir, obat
larutan anti jamur dan diberi tongue cleanser. Pasien juga menuturkan bahwa
seminggu yang lalu menderita angular cheilitis dengan ukuran yang kecil pada
sudut bibir sebelah kanan. Angular cheilitis tersebut dibiarkan tanpa diobati dan
sembuh sendiri dalam waktu sekitar 1 minggu.
Dari anamnesa tentang riwayat penyakit dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami beberapa penyakit mulut yang ringan dalam rentang waktu 9 bulan.
Beberapa penyakit mulut yang diderita memang dirawat dan dilakukan
pengobatan, namun beberapa yang lain dibiarkan hingga luka dapat sembuh
sendiri.
3. Obat - obatan yang sedang dan telah dijalani dalam 6 bulan
terakhir
Dalam 6 bulan terakhir pasien tidak mengkonsumsi obat obatan atau
vitamin tertentu. Obat yang digunakan merupakan obat luar yang dioleskan pada
kulit hanya saat pasien merasakan gatal akibat alergi.
4. Keadaan Sosial dan Kebiasaan Buruk penderita
Pada anamnesa keadaan sosial, diketahui bahwa pasien memiliki
kebiasaan sosial dengan taraf yang sedang dimana disini berarti pasien tidak
terlalu memiliki kebiasaan sosial yang buruk. Pada kartu status pasien dicoret
selain yang pilihan sedang.
Sedangkan pada anamnesa kebiasaan buruk, diketahui pasien tidak
memiliki sama sekali kebiasaan buruk baik yang pernah atau yang masih
dilakukan sampai sekarang dimana pasien tidak melakukan baik itu menggigit
bibir, merokok, ,andi di sengai, minum alkohol, dan semacamnya. Sehingga pada
kartu status pasien dapat dituliskan keterangan TAA atau tidak ada abnormalitas.

Dengan demikian, baik keadaan sosial maupun kebiasaan buruk dari


pasien tidak mempengaruhi dari penyebab dari terjadinya penyakit pada rongga
mulut pasien.
5. Riwayat Keluarga
Setelah dilakukan anamnesis pasien mengatakan bahwa keluarga tidak
memiliki kelainan sistemik apapun. Namun, pasien berkata bahwa ibu pasien
dahulu pernah mengalami sedikit alergi makanan seperti pasien. Dari sini bisa
disimpulkan bahwa alergi makanan laut, ayam, dan telur yang diderita pasien bisa
didapatkan karena faktor keturunan dari ibu. Alergi sebagian besar memang
diturunkan dari orangtua kepada anak. Namun tidak semua juga mengalami hal
yang sama. Jenis alergi yang diderita pun bisa berbeda. Dalam hal ini pasien dan
ibu pasien mengalami alergi yang sama yakni alergi makanan laut, ayam, dan
telur.
B.PEMERIKSAAN KLINIS
1.Ekstra Oral
Pemeriksaan Ekstra Oral merupakan pemeriksaan yang dilakukan di daerah sekitar
mulutbagian luar. Meliputi bibir, TMJ, kelenjar limfe, hidung, mata, telinga, wajah, kepala
danleher. Pemeriksaan ekstra oral dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan yang
terlihatsecara visual, atau terdeteksi dengan palpasi. Seperti adanya kecacatan,
pembengkakan,benjolan, luka, cedera, memar, fraktur, dislokasi lain sebagainya.
1.

Kepala, wajah dan leher


Pemeriksaan visual daerah wajah dan leher dilihat dari depan. Perhatikan

apakah ada tonjolan, cacat, bercak di kulit, tahi lalat, asimetri wajah yang
berlebihan (sebagian besar wajah memang sedikit asimetris) ataupun facial palsy.
Untuk memeriksa daerah leher, minta pasien untuk mengangkat dagu ke atas
sehingga daerah leher akan terlihat. Dalam posisi kepala seperti ini, setiap
pembengkakan akan terlihat. Perhatikan saat pasien menelan; pembengkakan
pada kelenjar tiroid akan bergerak pada saat menelan.

Dengan posisi kepala yang sama, pasien memutar kepala ke kiri, lalu ke
kanan untuk memeriksa regio submandibula sisi kiri dan kanan. Bila pasien tidak
terlalu gemuk, biasanya pembengkakan kelenjar sublingual, nodus limfatik dan
kelenjar submandibula akan terihat.
Kepala kembali dalam posisi tegak supaya pemeriksaan bilateral untuk
kelenjar parotis dapat dilakukan.
Perhatikan: Pembengkakan unikateral pada kelenjar parotis dapat
menunjukkan adanya:
a.

Sumbatan pada duktus

b.

Tumor

c.

Abses

d.

Infeksi retrograd pada kelenjar


Pembengkakan bilateral kelenjar parotis menunjukkan adanya:

a) Infeksi virus, misalnya mumps.


b) Pembengkakan degeneratif, misalnya sialosis.
2.

Bibir
Pemeriksaan visual: Perhatikan tonus otot (misalnya, sudut mulut yang

turun dan ketidakmampuan untuk membentuk huruf o dengan bibir pada Bells
palsy), setiap perubahan warna atau tekstur, ulserasi, bercak, lesi herpetik,
cheilitis angularis. Perhatikan juga kemampuan/ketidakmampuan bibir untuk
berfungsi.
Palpasi bimanual: Palpasi untuk tonjolan dengan menggunakan ibu jari
dan telunjuk, satu intra oral, yang lain ekstra oral.
3.

Kelenjar Saliva
i. Kelenjar saliva parotis
Pemeriksaan dilakukan dari arah depan. Bagian bawah daun telinga akan

terdorong ke luar bila kelenjar membengkak. Lakukan palpasi pada kelenjar untuk
melihat adanya pembengkakan atau perabaan yang lunak. Kelenjar terletak di

distal ramus asendens pada mandibula. Kadang tampilan yang lebih baik pada
kelenjar parotis diperoleh dari arah punggung pasien.
ii. Kelenjar saliva submandibula
Palpasi bimanual (Gambar 3.1): Gunakan jari telunjuk dan jari tengah dari
satu tangan untuk pemeriksaan intra oral, kemudian jari telunjuk dan jari tengah
tangan yang lain di luar mulut. Lakukan palpasi pada kelenjar saliva
submandibula di atas dan di bawah musculus myohyoid. Jangan lupa untuk
memeriksa juga duktus kelenjar untuk melihat adanya batu kelenjar liur.

Gambar 3.1 Palpasi bimanual kelenjar saliva submandibula.


4.

Nodus Limfatik
Penting Nodus limfatik yang normal tidak dapat diraba. Bila suatu nodus

limfatik teraba, berarti kondisi itu abnormal.


Anatomi nodus limfatik
Nodus limfatik daerah kepala dan leher dibagi ke dalam dua kelompok
utama:
A. Kelompok melingkar
B. Kelompok servikal

Gambar 4.1 Anatomi nodus limfatik


A. Kelompok melingkar (letaknya teratur melingkari dasar tulang
kepala).
Kelompok ini dibagi lagi ke dalam bagian luar dan bagian dalam.
Bagian luar:
a.

Submental di balik dagu, letaknya pada otot milohioid.

b.

Submandibula di antara mandibula dan kelenjar saliva submandibula.

c.

Facial (buccal) letaknya pada musculus buccinator, di sebelah anterior


insersi musculus masseter.

d.

Mastoid (post-auricular) terletak pada prosesus mastoideus.

e.

Parotid (pre-auricular) terletak di depan tragus telinga.

f.

Occipital mengelilingi arteri occipitalis.


Bagian dalam (tidak ada di gambar 4.1). Nodus limfatik yang diberi nama

termasuk:
a) Retropharyngeal
b) Pre-tracheal
c) Para-tracheal
Kelompok melingkar mengalir ke rantai servikal bagian dalam (deep
cervical chain).

B. Kelompok servikal
Nodus limfatik servikal di permukaan (tersebar di sekitar vena jugularis
eksterna dan anterior). Nodus limfatik ini mengalir ke rantai servikal bagian
dalam.
Rantai servikal bagian dalam (tersebar di sepanjang vena jugularis
interna). Beberapa nodus penting termasuk:
a.

Jugulodigastric (di antara sudut mandibula dan tepi anterior musculus


sternomastoideus).

b.

Jugulo-omohyoid (di balik vena jugularis interna, di atas belly omohyoid,


tertutup oleh tepi posterior sternomastoid).
Pemeriksaan klinis nodus limfatik
Sebaiknya nodus limfatik diperiksa secara ekstra oral, bimanual, dan

palpasi yang dilakukan dari arah belakang pasien:


Bagian leher dibiarkan terbuka, bila tertutup minta pasien untuk
membukanya. Leher tidak perlu dipanjangkan, karena musculus sternomastoideus
perlu dalam posisi relaks. Dengan menggunakan ujung jari, bawa kelenjar ke arah
struktur yang lebih keras.
Submental Kepala sedikit menunduk ke depan, gerakkan nodus ke arah
bagian dalam tulang mandibula.
Submandibula Sama seperti di atas, hanya kepala pasien dimiringkan ke
arah sisi yang akan diperiksa (Gambar 4.2).
Jugulodigastric Gerakkan tepi anterior musculus sternomastoid ke arah
belakang.Jugulo-omohyoid Gerakkan tepi posterior musculus sternomastoid ke
arah depan.

Gambar 4.2 Palpasi pada nodus limfatik submandibula.


Bila suatu nodus ternyata teraba, maka catatlah:
1) Lokasinya
2) Ukurannya (diukur menggunakan kaliper).
3) Teksturnya lunak (infeksi), kenyal seperti karet (kemungkinan penyakit
Hodgkin), keras seperti batu (kemungkinan karsinoma sekunder).
4) Lunak pada saat dilakukan palpasi (kemungkinan infeksi).
5) Fiksasinya terhadap jaringan sekitarnya (mungkin suatu kanker yang sudah
mengalami metastasis).
6) Lesi bergabung menjadi satu (misalnya pada tuberkulosis).
7) Jumlah nodus yang terlibat (multipel pada glandular fever, leukemia, dsb.).
Bila lebih dari satu nodus terlibat, rujuk untuk pemeriksaan tubuh
keseluruhan: limfadenopati menyeluruh dan tes darah.
Ciri-ciri nodus yang teraba saat palpasi:
a.

Infeksi akut membesar, lunak, sakit, dapat digerakkan, berdiri sendiri,


terjadi dengan cepat.

b.

Infeksi kronis membesar, kokoh, tidak terlalu lunak, dapat digerakkan.

c.

Limfoma seperti karet yang keras, kasar permukaannya, tidak sakit,


multipel.

d.

Kanker yang mengalami metastasis keras seperti batu, ada fiksasi dengan
jaringan di bawahnya, tidak sakit.
8

Bila ada penyebab non-dental yang dicurigai, sebaiknya dirujuk untuk


pemeriksaan medis. Tetaplah berpikir akan adanya kemungkinan terjadi kanker
yang mengalami metastasis ataupun limfoma, hingga telah dapat dibuktikan
bahwa lesi tersebut bukan keganasan.
Dari sekian pemeriksaan klinis pada ekstra oral yang telah dilakukan pada
pasien tidak ditemukan keabnormalan.
2.Intra Oral
Pemeriksaan Intra Oral merupakan suatu pemeriksaan Objektif, yang harus
dilakukan seorang dokter gigi sebelum menentukan diagnosa.Pemeriksaan ini
dilakukan

dapat

dengan

menggunakan

instrument

maupun

tidak,

jika

menggunakan instrument seperti pada pelaksanaan skill lab OM dapat dilakukan


dengan menggunakan kaca mulut nomor 3 dan 4, Pemeriksaan intra oral dibagi
menjadi beberapa bagian, yang akan diperiksa setiap bagianya, untuk menentukan
diagnosa sementara yang didapat dari pemeriksaan Subjektif, diantaranya :
1. Gigi Geligi
Riwayat Perawatan Gigi Geligi

: Terdapat tumpatan berbahan komposit

pada gigi 36 dibagian oklusal gigi


Pemeriksaan gigi geligi digunakan untuk mengetahui akan kondisi gigi
pada rongga mulut pasien tersebut, dimana pada rongga mulut pasien akan dibagi
mendjadi empat regio utama yang terdiri dari kanan rahang atas ( 1 ), kiri rahang
atas ( 2 ), kiri rahang bawah ( 3 ), dan kanan rahang bawah ( 4 ), keempat region
pada gambar ini dibagi atau dipisah dengan garis imajiner berbentuk +.
Selanjutnya, adalah penomoran yang dilakukan adalah didapati angka
romawi dan angka nominal, dimana angka romawi menunjukkan gigi sulung ( I II
III IV V ) dan angka nominal menunjukan akan gigi permanen ( 12345678 ).
Didapati juga symbol symbol yang dituliskan pada bagian atas penomoran gigi
yang menunjukan status keabnormalan yang didapati oleh gigi tersebut

Pada pasien didapati bahwa pasien di usia 19 tahun ( sesuai anamnesis )


memiliki kondisi gigi geligi yang baik, serta gigi permanen telah erupsi sempurna,
kecuali pada gigi 18,28,38, dan 48 dimana mengalami UE ( Unerupted ). Pada
riwayat pemeriksaan gigi geligi pasien juga pernah ditumpat menggunakan
tumpatan komposit pada gigi 36 pada bagian oklusal gigi.
2. Pemeriksaan Jaringan Lunak
Pada pemeriksaan jaringan lunak, pada klinik Penyakit Mulut, akan
dibagi dalam beberapa bagian sesuai dengan diagaram yang ada,
pemeriksaan ini bertujuan untuk dapat menentukan lokasi lesi dengan
tepat sehingga akan memudahkan diagnose, lokasi tersebut diantaranya :

a. Mukosa labial atas ( 5 ):

ulserasi tunggal dengan diameter 3mm

disertai permukaan erosif, tepi eritema dan berbatas jelas/ regular.


b. Mukosa labial bawah ( 6 ):

TAA

c. Mukosa pipi kiri( 41 ), ( 4 ), ( 3 ):

TAA

d. Mukosa pipi kanan ( 40 ), ( 2 ), ( 1 ):

TAA

10

e. Bucal Fold atas( 9 ), ( 7 ):

TAA

f. Bucal Fold bawah( 10 ), ( 12 ):

TAA

g. Gingiva Rahang Atas( 13 ), ( 14 ), ( 15 ), ( 19 ), ( 20 ), ( 21 ):


TAA
h. Gingiva Rahang Bawah ( 16 ), ( 17 ), ( 18 ), ( 22 ), ( 23 ), ( 24 ):

TAA

i. Lidah ( 28 ), ( 29 ), ( 30 ), ( 31 ), ( 32 ), ( 33 ), ( 34 ), ( 35 ):

TAA

j. Dasar mulut dan kelenjar sub lingualis: Terdapat benjolan berbentuk oval
diameter 3mm dengan tepi kemerahan dan tidak sakit.
k. Palatum( 36 ), ( 37 ), ( 38 ), ( 39 ):

TAA

l. Tonsil Ki / Ka:

TAA

m. Pharynx:

TAA

Pada pasien didapati adanya ulserasi tunggal dengan diameter 3 mm dengan


tepi erythema dan bentuk oval, disertai dengan warna putih di bagian tengah dan
berbatas jelas, pasien juga mengeluhkan adanya rasa sakit yang dialami selama
ulserasi tersebut muncul. Sesuai dengan pemeriksaan dan pemetaan gambaran
jaringan rongga mulut tersebut sesuai dengan panah berwarna merah pada gambar
hasil pemeriksaan jaringan lunak RM pasien atau lebih tepatnya pada bagian
nomor ( 5 ) yaitu pada daerah mukosa labial atas kanan.

C.DIAGNOSA
Sebelum menentukan diagnosa dari lesi penyakit rongga mulut pada
pasien, terlebih dahulu harus dipahami mengenai ciri ciri dari setiap penyakit
dari rongga mulut. Dari anamnesa pasien dan pemeriksaan klinis didapatkan
diagnosa yaitu stomatits. Kemudian untuk mengetahui jenis dari stomatits atau
sariawan ini diperlukan analisa dari riwayat penyakit pasien dan karakteristik dari
masing-masing stomatitis, didapatkan diganosis Stomatitis Aftosa Rekuren atau
SAR. Berikut adalah karakteristik dari stomatitis aftosa rekuren.
Stomatitis merupakan radang yang terjadi pada mukosa mulut yang
biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung.
Bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok. Stomatitis yang terjadi

11

berulang pada rongga mulut disebut Reccurent Apthous Stomatitis (RAS). RAS
merupakan salah satu kelainan mukosa yang paling sering terjadi dan menyerang
kirakira 15-20% populasi di Inggris. Penyakit ini umumnya terjadi dan
seringkali mengenai wanita dan lakilaki. Prevalensi yang lebih tinggi juga
didapatkan pada golongan sosial ekonomi atas dan di antara para mahasiswa
selama waktuwaktu ujian.
Manifestasi klinis dari RAS adalah ulser tunggal atau multipel, dangkal,
bulat, lonjong dan sakit. Prevalensi pada populasi secara umum berkisar 50-66%.
Hipotesis dari terjadinya RAS bermacam-macam tergantung pada faktor
pemicunya, antara lain disebabkan karena alergi, faktor genetik, kekurangan
nutrisi, kelainan hematologi, hormonal, infeksi, trauma dan stres.
Setelah diketahui jenis penyakit yang menyerang pasien, kemudian perlu
diketahui mengenai beberapa klasifikasi dari stomatitis aftosa rekuren. Berikut ini
merupakan macam-macam dari SAR :
a. Rekuren apthous stomatitis minor
Sebagian besar pasien (80%) yang menderita bentuk minor ditandai
dengan ulser berbentuk bulat atau oval dan dangkal dengan diameter yang kurang
dari 5 mm serta pada bagian tepinya terdiri dari eritematous. Ulserasi bisa tunggal
ataupun merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau lima dan akan sembuh
dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas. Ulkus ini mempunyai
kecendrungan untuk terjadi pada mukosa bergerak yang terletak pada kelenjar
saliva minor. Pernah dilaporkan adanya gejala-gejala pendahulu seperti parastesia
dan hiperestesia. Ulkus ini sangat bervariasi, kambuh, dan pola terjadinya
bervariasi.

GAMBAR II.1 Minor apthous ulcer

GAMBAR II.1 Minor apthous ulcer

12

Ulkus yang berkelompok dapat menetap dalam jangka waktu beberapa


bulan. Ulserasi yang menetap seringkali sangat sakit dan biasanya mempunyai
gambaran tak teratur. Frekuensi RAS lebih sering pada laki-laki daripada wanita
dan mayoritas penyakit terjadi pada usia antara 10 dan 30 tahun. Pasien dengan
ulser minor mengalami ulserasi yang berulang dan lesi individual dapat terjadi
dalam jangka waktu pendek dibandingkan dengan tiga jenis yang lain. Ulser ini
sering muncul pada mukosa nonkeratin. Lesi ini didahului dengan rasa terbakar,
gatal dan rasa pedih dan adanya pertumbuhan makula eritematus. Klasiknya,
ulserasi berdiameter 3-10 mm dan sembuh tanpa luka dalam 7-14 hari.
b. Rekuren Apthous Stomatitis Major
Rekuren apthous stomatitis major diderita kira-kira 10% dari penderita
RAS dan lebih hebat dari bentuk minor. Secara klasik, ulser ini berdiameter kirakira 1-3 cm dan berlangsung selama empat minggu atau lebih dan dapat terjadi
pada bagian mana saja dari mukosa mulut termasuk daerah-daerah yang
berkeratin.5 Dasar ulser lebih dalam, melebihi 0,5 cm dan seperti ulser minor,
hanya terbatas pada jaringan lunak tidak sampai ke tulang.

GAMBAR II.2 Mayor apthous ulcer


Ulser mayor dikenal sebagai periadenitis mukosa nekrosis yang rekuren
atau disebut juga penyakit Sutton. Penyebabnya belum diketahui secara pasti,
namun banyak bukti yang berhubungan dengan defek imun. 11 Tanda adanya ulser
seringkali dilihat pada penderita bentuk mayor. Jaringan parut terbentuk karena
keparahan dan lamanya lesi terjadi.5 Awal dari ulser mayor terjadi setelah masa
puberti dan akan terus menerus tumbuh hingga 20 tahun atau lebih.

13

c. Herpetiformis apthous stomatitis


Istilah herpertiformis digunakan karena bentuk klinis dari ulserasi
herpetiformis (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil pada satu waktu) mirip
dengan gingivostomatitis herpetik primer tetapi virus-virus herpes tidak
mempunyai peranan dalam etiologi ulserasi herpertiformis atau dalam setiap
bentuk ulserasi aptosa.2

GAMBAR II.3 Multiple herpetiform ulcers


Herpertiformis apthous stomatitis menunjukkan lesi yang besar dan
frekuensi terjadinya berulang. Pada beberapa individu, lesi berbentuk kecil dan
berdiameter rata-rata 1-3 mm. Gambaran dari ulser ini adalah erosi-erosi kelabu
putih yang jumlahnya banyak, berukuran sekepala jarum yang membesar,
bergabung dan mnjadi tak jelas batasnya. Pada awalnya ulkus-ulkus tersebut
berdiameter 1-2 mm dan timbul berkelompok terdiri atas 10-100. Mukosa
disekitar ulkus tampak eritematous dan diperkirakan ada gejala sakit
Dari pemeriksaan klinis dan anamnesa pasien terhadap lesi yang ada pada
mukosa labial pasien didapatkan hasil bahwa pasien mengalami stomatitis aftosa
rekuren. Stomatitis ini terjadi pada pasien setiap pasien mengalami stressor yang
berlebih berupa ujian atau kegiatan kuliah lain yaitu skillab. Pasien tidak
mempunyai penyakit sistemik serta tidak mengalami trauma yang dapat menjadi
faktor resiko terjadinya SAR Ulser ini berbentuk sirkuler dengan diameter yang
kecil. Hanya terdapat satu lesi di mukosa rongga mulutnya atau lesi tunggal
Sehingga dapat ditegakkan diagnosa bahwa pasien mengalami stomatitis aftosa
rekuren minor.
D.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan lanjutan yang dilakukan
setelah pemeriksaan fisik pada penderita. Spesimen yang diperoleh dari pasien
akan

mengalami

berbagai

macam

pemeriksaan

mikroskopik,

biokimia,

mikrobiologi maupun imunofluoresensi. Dengan semakin bervariasinya kelainan

14

jaringan lunak mulut, maka diperlukan informasi tambahan dari pemeriksaan


laboratorium untuk menentukan diagnosis lesi. Pemeriksaan laboratorium saja
belum dapat digunakan untuk mengetahui sifat lesi ataupun menentukan
diagnosis. Masih perlu lagi dikumpulkan informasi dari bio data pasien, riwayat
kesehatan umumnya, riwayat lesi yang dikeluhkan, pemeriksaan klinis ekstra oral
maupun intra oral. Suatu diagnosis yang tepat juga akan dapat menghasilkan
perawatan yang tepat. Untuk itu dilakukan pemeriksaan penunjang agar diagnosis
dapat ditentukan dengan yakin, sehingga tidak ada keraguan dalam memberikan
perawatan.
Pemeriksaan Radiologi
Ada beberapa teknik radiologi yang dapat dilakukan untuk melihat
gambaran rongga mulut, tergantung pada jenis lesi yang ditemukan. Contohnya
adalah antero-posterior view, cephalometri, panoramic, x-ray periapikal, occlusal
foto. Untuk lesi jaringan lunak mulut, jenis pemeriksaan radiologi yang sering
diperlukan adalah occlusal foto. Teknik ini dapat digunakan untuk mengetahui
letak dari batu kelenjar liur yang biasanya ditemukan pada saluran kelenjar liur
submandibula. Untuk melihat gambaran regio ini, maka teknik yang paling tepat
adalah occlusal foto. Dengan cara ini letak batu dapat diketahui ada di mana, jauh
atau dekat dengan muara duktus kelenjar liur. Letak batu berpengaruh pada jenis
perawatan yang akan dilakukan. Bila dekat dengan permukaan dapat dilakukan
massage untuk mengeluarkan batu. Jika batu terletak di dalam kelenjar atau jauh
dari permukaan tentunya perlu dilakukan tindakan operasi untuk mengeluarkan
batu tersebut.

Gb 1. Benjolan di dasar mulut yang merupakan batu

15

kelenjar liur.

Gb 2. Dengan occlusal foto letak batu kelenjar liur dapat


diketahui lokasinya.
Pemeriksaan biopsi
Biopsi eksisi
Biopsi eksisi adalah pengambilan jaringan yang dilakukan untuk
pemeriksaan histopatologi lebih lanjut. Biopsi dilakukan bila ditemukan lesi yang
mencurigakan atau bila diagnosis tetap belum dapat ditentukan. Biasanya
tindakan ini dilakukan pada lesi yang berdiri sendiri, dan spesimen harus cukup
besar (lebih dari 1 x 0,5 cm) untuk keperluan pemeriksaan histopatologi. Cara ini
dilakukan bila operator yakin bahwa lesi tersebut jinak. Ada risiko terlepasnya sel
ganas bila diagnosis kerja berupa lesi jinak ternyata salah. Meskipun demikian,
nilai klinis suatu biopsi jauh lebih besar dibandingkan risiko tersebut. Biopsi
eksisi dapat membantu menentukan perawatan yang tepat bila diagnosis lesi jinak
ternyata benar. Untuk spesimen tersebut, perlu diperhatikan supaya terhindar dari
tekanan, robekan ataupun terbakar.
Biopsi insisi
Biopsi insisi dilakukan untuk lesi yang besar atau bila diduga ada
keganasan. Cara ini memiliki risiko berupa terlepasnya sel ganas. Biopsi insisi
tidak dilakukan pada lesi pigmentasi ataupun vaskular, karena melanoma sangat
metastatik dan lesi vaskular akan menimbulkan perdarahan berlebihan. Di dalam
status pasien sebaiknya dicatat letak lesi, ukurannya dan bentuknya.

16

Pada biopsi insisi ini hanya sebagian kecil dari lesi yang diambil beserta
jaringan sehat di dekatnya. Pengambilan lesi dapat dilakukan dengan
menggunakan scalpel, menggunakan alat punch (punchbiopsy), menggunakan
jarum suntik (needle biopsy), dan biopsi aspirasi.
Punch biopsy
Pada punch biopsy ini instrumen operasi digunakan untuk mendorong
keluar sebagian jaringan yang dapat mewakili lesi. Oleh karena spesimen yang
dihasilkan seringkali rusak akibat prosedur ini, maka biopsi yang menggunakan
scalpel lebih disukai.

Gb 4. Brush diletakkan dan diputar untuk mendapatkan sel-sel epitel


Needle biopsy
Teknik ini telah digunakan untuk biopsi pada lesi fibro-osseous yang
letaknya dalam. Spesimen yang dihasilkan kecil, sehingga tidak dapat mewakili
lesi yang terlibat dan dapat rusak akibat prosedur yang digunakan, karena itu tidak
banyak digunakan.
Biopsi aspirasi
Biopsi aspirasi digunakan untuk lesi berupa kista dan mengandung cairan.
Cara ini lebih disukai dibandingkan biopsi insisi pada lesi vaskular karena adanya
risiko terjadi perdarahan berlebihan. Aspirasi udara yang terjadi di daerah molar
rahang atas menunjukkan bahwa jarum berada di dalam sinus maksilaris. Aspirasi
darah menunjukkan adanya suatu hematoma, hemangioma ataupun pembuluh
darah. Aspirasi pus menunjukkan adanya suatu abses atau kista yang terinfeksi.
17

Gb 6. Biopsi aspirasi untuk pus


Pemeriksaan sitologi (oral cytological smear)
Pemeriksaan sitologi adalah suatu pemeriksaan mikroskopik pada sel-sel
yang dilepaskan atau dikerok di permukaan lesi. Cara ini merupakan pemeriksaan
tambahan untuk biopsi, bukan pengganti biopsi. Pemeriksaan ini dilakukan bila
biopsi tidak dapat dilaksanakan, pasien menolak biopsi, ada lesi multipel yang
harus diperiksa. Permukaan lesi tidak perlu dikeringkan, kecuali untuk
melepaskan jaringan nekrotik. Permukaan lesi dibiarkan agar tetap basah, lalu
dikerok dengan tepi plastic instrument yang steril atau spatel lidah yang basah.
Kerokan dilakukan beberapa kali dalam arah yang sama. Slide spesimen yang
sudah diberi label disiapkan, hasil kerokan diletakkan di atas slide, kemudian
disebarkan ke samping menggunakan slide lain. Spesimen difiksasi dengan
formalin (formol saline) 10% dalam botol tertutup .
Pemeriksaan Mikrobiologi
Dua jenis pemeriksan mikrobiologi yang sering dilakukan untuk lesi
jaringan lunak mulut adalah: oral mycological smear dan oral bacteriological
smear.
Oral Mycological Smear
Oral mycological smear dilakukan untuk membuktikan adanya infeksi
jamur pada lesi yang ditemukan. Pemeriksaan ini diawali dengan melakukan swab
pada mukosa mulut yang dicurigai, dengan menggunakan cotton swab. Kemudian
dengan cotton swab dan spesimen yang didapat, dilakukan streaking pada
permukaan media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dalam cawan petri. Setelah itu
cawan petri tersebut dimasukkan ke dalam inkubator selama 24 48 jam untuk
membiakkan jamurnya. Seseudah 48 jam akan tumbuh koloni jamur berwarna
putih- kekuningan.

18

Gb 7. Inkubator yang digunakan untuk membiakkan


Candida albicans

Gb 8. Koloni Candida yang tumbuh setelah diinkubasi


selama 48 jam
Langkah selanjutnya adalah melakukan streaking lagi pada petri lain untuk
mengekstraksi Candida albicans. Setelah tumbuh koloni, lakukan streaking lagi
pada agar yang miskin nutrisi. Dalam agar ini Candida albicans akan membentuk
klamidospora. Hasil akhirnya adalah Candida albicans murni.
Oral Bacteriological Smear
Bahan yang akan diperiksa diambil dari permukaan gigi, kemudian
dioleskan di atas slide spesimen. Kemudian difiksasi di atas nyala api spiritus.
Berikutnya dituangi dengan pewarna carbol fuchsin, dibiarkan 10 menit. Lalu
dituangi dengan pewarna methylene blue, biarkan 10 menit. Setelah kering,
dilihat di bawah mikroskop cahaya untuk mengetahui adanya bakteri: Contoh
Borrelia vincentii dan Bacillus fusiformis. Bila hasilnya positif, maka benar lesi
yang dihadapi adalah acute necrotizing ulcerative gingivostomatitis.
Pemeriksaan Darah

19

Venepuncture dilakukan untuk melakukan pemeriksaan sel darah merah, sel


darah putih dan trombosit. Biasanya darah dikumpulkan ke dalam tabung EDTA.
Untuk pemeriksaan ESR dan prothrombin time, biasanya darah dikumpulkan ke
dalam tabung sitrasi. Darah diambil dari lengan bagian dalam. Untuk pemeriksaan
darah lengkap, yang diperiksa adalah: red cell count, hemoglobim, hematokrit,
mean cell volume, mean cell hemoglobin, mean cell hemoglobin concentration,
white cell count dan platelet count.
Namun dalam kasus ini pasien tidak perlu melakukan pemeriksaan
penunjang. Dikarenakan pemeriksaan secara subjektif dan objektif sudah dapat
mendeteksi diagnosa tetap pada pasien yaitu RAS. Dimana dalam kondisi intra
oral juga didapatkan ciri-ciri yang sesuai dengan keadaan klinis dari RAS.
E.RENCANA PERAWATAN
Rencana perawatan pada pasien RAS adalah diberikan obat-obatan seperti
dibawah ini.
1. Benzokain boraks gliserin sebagai antiseptik
2. Becomzet sebagai multivitamin
3. obat kumur yang mengandung chlorhexidine gluconate 0,2% sebagai
terapi topikal
4. Alloclair sebagai analgesic

20

Anda mungkin juga menyukai