Anda di halaman 1dari 24

1

LABIOPALATOSKIZIS
refarat
2

pendahuluan
• Labioskizis, dan palatoskizis; 1 dari 700 kelahiran di dunia.
• sering dijumpai di indonesia,.
• Tidak tertangani di Indonesia mencapai 5.000-6.000 kasus
pertahun5 ,
• Diperkirakan akan bertambah 6.000-7.000 kasus per tahun.
• Jumlah penderita yang bisa dioperasi jauh dari ideal, hanya
sekitar 1.000-1.500 pasien per tahun yang mendapat
kesempatan menjalani operasi.

• Beberapa kendalanya adalah minimnya tenaga dokter, kurangnya


informasi masyarakat tentang pengobatannya, dan mahalnya
biaya operasi.
3

TINJAUAN PUSTAKA
• Insidensi
• Jenis kelamin pria dan wanita
• 2:1 untuk bibir sumbing dengan atau
tanpa celah palatum dan
• 1:2 untuk celah palatum saja.
4

ETIOLOGI
• Palatoskisis ialah suatu saluran abnormal yang melewati langit-
langit mulut dan menuju ke saluran udara di hidung.
Pembentukan langit-langit mulut dimulai pada akhir minggu ke-
5 gestasi.
• langit-langit mulut terdiri dari dua bagian, yaitu
• bagian anterior (primer) dan posterior (sekunder).
• Prominens hidung medial membentuk segmen intermaksilaris
(premaksilaris) yang terdiri dari langit-langit primer dan gigi
seri. Langit-langit sekunder meluas ke foramen
5

• Palatum primer
• bibir, alveolus, dan palatum durum (hard palate) yang terletak
pada bagian anterior dari foramen insisiva.
• Palatum sekunder
• foramen insisiva -> palatum durum dan palatum mole (soft
palate).

• Palatum durum dan palatum mole bersama-sama membentuk


atap rongga mulut dan lantai rongga hidung.

• terbentuk setelah selesainya pembentukan palatum


primer

• memanjang dari foramen insisivus di anterior ke uvula


di posterior.
6
7
8

DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI


• Anamnesis
• Keluhan-keluhan umum selain keluhan estetik
• gangguan bersuara,
• berbicara dan berbahasa,
• gangguan menyusu/makan,
• gangguan pertumbuhan wajah,
• pertumbuhan gigi, dan
• infeksi pendengaran.

• Pemeriksaan fisik kepala dan leher;


• Asimetri wajah,
• gangguan perkembangan telinga,
• gangguan pendengaran, celah dan anomaly septum,
• atresia koana,
• gangguan rongga mulut dan gigi, fonasi, dan menelan
9

Klasifikasi veau
• dikembangkan pada tahun 1931, klasifikasi
sederhana kurang terperinci.
• Kelompok 1 hanya terdiri dari celah palatum mole saja,
• kelompok 2 terdiri dari celah palatum mole dan palatum
durum yang mencapai ke foramen insisivus,
• kelompok 3 terdiri dari celah alveolar yang lengkap pada
satu sisi saja yang juga secara umum mengikutsertakan bibir,
dan
• kelompok 4 terdiri dari celah alveolar pada dua sisi, yang
sering dikaitkan dengan bibir sumbing kedua sisi.
10
11

• departemen bedah otolaringologi-kepala dan leher


Universitas Iowa.
• Bibir sumbing dibagi menjadi
• unilateral kiri atau kanan, dan bilateral (kelompok I),
• dapat juga lengkap (dengan ekstensi mencapai dasar
hidung) atau tidak lengkap.
• Celah pada palatum dapat dibagi menjadi
• primer (terlibatnya anterior foramen insisivum, kelompok
IV) atau sekunder (terlibatnya posterior dari foramen
insisivum, kelompok II), dan
• kelompok III yaitu pasien dengan bibir sumbing dan celah
palatum
12
13

PENATALAKSANAAN
• Masalah ini melibatkan anak dan orang tua,
bersifat kompleks, bervariasi, dan membutuhkan
penanganan yang lama.
• memerlukan kerjasama tim, seperti bagian anak, THT,
bedah, gigi, ortopedi, ahli rehabilitasi suara dan
pendengaran, dan beberapa bidang lain seperti bedah
saraf, mata, prostodontik, perawat, dan psikolog.
14

Prioritas medis utama


• Memberikan nutrisi yang cukup
• pemberian air susu ibu ataupun minum dari botol,
• Jika sumbing lebar, bayi akan sulit menyusu, lelah dan
menelan banyak udara
• Posisi tegak saat minum susu juga mengurangi risiko
regurgitasi.
• penggunaan protesis palatum
15

• operasi rekonstruksi wajah


• memperbaiki fungsi organ hidung, gigi, dan
mulut,
• perkembangan berbicara,
• estetika wajah.
• Operasi meliputi
• perlekatan bibir,
• rekonstruksi bibir sumbing, dan
• rekonstruksi celah palatum
16

PERLEKATAN BIBIR
• membantu mempersempit celah -> rekonstruksi bibir.
• Dengan taping menggunakan plester hipoalergik
yang dilekatkan antar pipi melewati celah bibir.
• operasi perlekatan bibir untuk mengubah sumbing
sempurna menjadi sumbing sebagian agar
mengurangi tegangan saat dilakukan operasi
rekonstruksi bibir. Operasi perlekatan bibir dapat
dilakukan pada bayi usia 2 sampai 4 minggu
17

teknik interrupted teknik horizontal mattress


18

REKONSTRUKSI BIBIR SUMBING


• Jika tidak dilakukan perlekatan bibir sebelumnya,
rekonstruksi ini dilakukan pada bayi usia 8-12
minggu. Di Amerika, para dokter bedah menggunakan
rule of ten untuk rekonstruksi bibir dengan kiriteria
bayi setidaknya usia 10 minggu, berat 10 pon, dan
hemoglobin 10 gram/dL.
19
20

REKONSTRUKSI CELAH PALATUM


• membantu perkembangan berbicara,
mencegah kemungkinan gangguan
pertumbungan maksilofasial, dan gangguan
oklusi. Secara umum, rekonstruksi ini dilakukan
pada bayi usia 8-12 bulan
21

REKONSTRUKSI
CELAH PALATUM
UNILATERAL
22

REKONSTRUKSI
CELAH PALATUM
BILATERAL
23
24

KESIMPULAN
• Labiopalatoskizis merupakan suatu kelainan
kongenital akibat proses pembentukan bibir dan
palatum tidak sempurna pada janin, dapat berupa
kelainan sindromik dan nonsindromik. Penanganan
Labiopalatoskizis memerlukan kerja sama tim dari
berbagai keahlian. Saat ini berbagai teknik operasi
dapat dilakukan mulai dari perlekatan bibir unilateral
dan bilateral, rekonstruksi bibir sumbing unilateral dan
bilateral, dan rekonstruksi celah palatum unilateral
dan bilateral

Anda mungkin juga menyukai