Anda di halaman 1dari 9

NAMA : Valita Aulia Andari

NIM : 021523143150

A. Penjelasan secara lengkap mengenai pengisian status pasien (Analisis


Kasus) dengan penjelasan.

Data Pasien
1. Nama pasien: harus ditulis dan ditanyakan dengan nama lengkap untuk
membedakan dengan pasien lain yang nama depannya serupa atau mirip
sehingga mengurangi kemungkinan tertukarnya status.
2. Tanggal lahir, umur tahun dan bulan: untuk memperkirakan pasien masih
dalam masa pertumbuhan atau sudah berhenti.
3. Alamat lengkap: untuk mengetahui status social, ekonomi, dan keadaan
lingkungan sekitar pasien.
4. Jenis kelamin: karena terdapat perbedaan waktu, kecepatan, jumlah
pertumbuhan dan perkembangan pasien dan psikologi perawatan antara pasien
laki-laki dan perempuan.
5. Nama lengkap orang tua pasien: untuk mengetahui kepada siapa operator
dapat memberi tahu atau meminta persetujuan mengenai rencana perawatan
atau berkonsultasi dengan orang tua pasien.

Analisis Umum
1. Riwayat pasien yang berhubungan dengan perawatan ortodonti seperti penyakit
diabetes melitus karena akan menyebabkan resepsi tulang alveolar, sifilis
menyebabkan kelainan bentuk dan malposisi gigi, gangguan keseimbangan
endokrin akan menyebabkan resopsi yang tidak normal sehingga menyebabkan
erupsi lambat dan gigi tetap, kekurangan nutrisi dan penyakit ricrets (kekurangan
vitamin D), scorbut (kekurangan vitamin C), beri-beri (kekurangan vitamin B)
mengakibatkan maloklusi yang hebat.
2. Berat badan dan tinggi badan pasien untuk melihat status gizi pasien karena
berhubungan dengan proses pertumbuhan gigi, tulang dan rahang.
3. Ras pasien dimaksudkan untuk mengetahui ciri fisik pasien karena setiap ras
mempunyai ciri fisik tertentu.
4. Bentuk skelet yang mempunyai hubungan dengan pertumbuhkembangan
5. Ciri keluarga adalah adanya pola pola tertentu yang selalu ada pada keluarga
tersebut. Suatu keadaan dapat dikatagorikan sebagai ciri keluarga bila keadaan
ini selalu berulang pada suatu keluarga secara turun Temurun
6. Penyakit anak yang dapat mengganggu pertumbuhanKembangan normal
seorang anak seperti penyakit sistemik. Penyakit sistemik lebih berpengaruh pada
kualitas gigi dari pada kuantitas pertumbuh Kembangan gigi. Anak anak yang lahir
premature kadang kadang pertumbuhan nya pada tahun pertama dan kedua tidak
secepat anak anak yang lahir normal tetapi kebanyakan pada tahun ketiga
biasanya tidak ada perbedaan lagi.
7. Alergi terhadap bahan perlu diketahui oleh operator dengan cara menanyakan
pada pasien atau orang tua pasien karena peranti ortodonti mengandung bahan
bahan yang mungkin menyebabkan alergi
8. Kelainan endokrin yang terjadi pralahir rapat dapat mewujud pada hypoplasia
gigi. Yang menyebabkan percepatan atau hambatan pertumbuhan muka,
mempengaruhi derajat pematangan tulang, penutupan sutura, resorpsi agar gigi
sulung dan erupsi gigi permanen.
9. Tonsil dalam keadaan radang atau tidak, apabila terdapat keradangan maka
pasien akan cenderung memiliki kebiasaan bernafas melalui mulut.
10. Kebiasaan bernafas dipengaruhi oleh posisi rahang dan lidah, serta posisi
kepala meskipun sedikit. Perubahan pola Pernapasan berpengaruh pada posisi
kepala, rahang dan lidah. Berikutnya dapat berakibat perubahan keseimbangan
tekanan pada rahang dan gigi dan mempengaruhi pertumbuhan rahang Dan gigi

Analisis Lokal
● Ekstra Oral
1. Bentuk kepala perlu dipelajari karena bentuk kepala ada hubungannya
dengan bentuk muka, palatum maupun bentuk lengkeng geligi.
2. Tipe wajah berhubungan dengan basis cranium, oleh karena itu
pertumbuhan basis cranium pada tahap awal menentukan pola dimensi,
sudut dan topografi muka.
3. Pemeriksaan profil mempunyai arti yang penting karena proporsi skeletal
jurusan anteroposterior maupun retikal dapat terlihat dari pemeriksaan ini
memberikan kesan seperti pemeriksaan pada sefalogram latera meskipun
tidak terperinci
4. Pemeriksaan jaringan lunak yang berpengaruh adalah pipi, bibir, dan
lidah. Bentuk dan aktivitas jaringan tersebut memainkan pesan yang
penting dalam menentukan bentuk lengkungan geligi.
5. Terdapat hubungan maloklusi dengan fungsi bicara akan tetapi karena
adanya mekanisme adaptasi, anak dengan maloklusi yang parah tetap
dapat berbicara tanpa gangguan.
6. Kebiasaan jelek perlu diperiksa karena kebiasaan jelek dapat menjadi
penyebab suatu moloklusi. Ada tiga syarat yang harus ada pada suatu
kebiasaan jelek agar dapat menghasilkan suatu moleklusi yaitu : lamanya
kebiasaan terlangsung, frekuensi yang cukup serta intensitas melakukan
kebiasaan tersebut. Misalnya : menghisap jari\ibu jari, menghisap
bibir\menggigit bibir, menggigit kuku.
● Intra Oral
1. Pemeriksaan lidah meliputi ukuran, bentuk dan fungsi lidah yang benar
(makroglos) ataupun adanya tumor dapat mengubah keseimbangan letak
gigi sehingga gigi terdorong ke arah labial\bukal
2. Bentuk palatum dapat mempengaruhiretensi peranti lepasan pada
palatum yang relative tinggi akan memberikan retensi dan penjangkaran
yang lebih baik.
3. Bila kebersihan mulut kurang baik maka pasien harus diajari menjaga
kebersihan mulut dan perawatan ortodontik dengan menggunakan peranti
harus ditunda dulu. Perawatan ortodantik dapat dimulai sampai kurang
lebih 3 bulan.
4. Pemeriksaan gigi dengan karies perlu dilaksanakan karena gigi yang
karies merupakan penyebab utama moloklusi local, terjadinya tanggal
premature gigi, sehingga terjadi pergeseran gigi permanen, erupsi gigi
permanen yang lambat.
5. Fase geligi pergantian ditandai dengan adanya gigi sulung dan gigi
permanen dalam rongga mulut (kurang lebih umur 6-11 tahun),
merupakan proses pergantian dari fase geligi sulung ke fase geligi
permanen.

Analisis Fungsional
1. Path of closure adalah arah gerakan mandibula dari posisi istirahat ke oklusi
sentrik. Idealnya path of closure dari posisi istirahat ke posisi oklusi
maksimum berupa gerakan engsel sederhana melewati free way space yang
besarnya 2-3 mm, arahnya ke atas dan ke depan.
2. Freeway space : interocclusal clearance adalah jarak anatar oklusal pada
saat mandibula dalam posisi istirahat.
3. Indicator penting tentang fungsi sendi temporomandibular adalah lebar
pembukaan maksimal yang pada keadaan normal berkisaran 35-40 mm, 7
mm gerakan ke lateral dan 6 mm ke depan.
4. Displacement dapat terjadi dalam jurusan sagittal dan transversal. Keadaan
ini perlu diperiksa secara seksama dengan memperhatikan pasien pada saat
menutupkan mandibulanya dari posisi istirahat ke aklusi.
B. Analisis tracing sefalomatri dengan keterangan lengkap.

Analisa Skeletal
1. Sudut SNA
- Rerata 82  2
- Bila  82 → maksilla lebih protrusive terhadap basis kranial
- Bila  83 → maksilla retrusive terhadap basis kranial
2. Sudut SNB
- Rerata 80  2
- Bila  80 → mandibular protrusive terhadap basis kranial
- Bila  80 → mandibular retrusive terhadap basis kranial
3. Sudut ANB
- Sudut SNA-SNB
- Normal selisihnya 3°
- Untuk mengetahui relasi maksila mandibula
- Bila nilai (-) → diduga maloklusi kelas III
- Bila nilai  3 → diduga maloklusi kelas III
4. Sudut Facial
- Pertemuan garis FHP dengan N-Pg → hubungan mandibular terhadap
kranium
- Rerata 87,8
- Bila  87,8 → mandibular protrusive (maksimal 95°)
- Bila  87,8 → mandibular retrusive (minimal 82°)
5. Sudut FHP – Mandibula
- Garis FHP diperpanjang hingga ke posterior sehingga bertemu dengan
bidang mandibula.
- Rerata 22-28
- Bila < 22-28 → pertumbuhan mandibular kearah vertical berlebih
6. Sudut convexity
- Pertemuan titik N, A, dan Pg → profil wajah
- Rerata 0
- Nilai (+) → bila titik A lebih anterior dari Pg → profil cembung (maksimal
+10
- Nilai sudut 0 → profil lurus
- Nilai (-) → bila titik A lebih posterior dari Pg → profil cekung (minimal -8,5)

Analisa Dental
1. Jarak I RA-NA
- Bagian insisal RA biasanya berada di depan perpanjangan garis NA
- Jarak normal: 4mm I 2mm
- Bila jaraknya -2mm (dibelakang garis NA) → posisi insisif retrusive
- Bila jaraknya > 4mm → posisi insisif protusi
2. Sudut I RA-NA
- Sudut I RA terhadap perpanjangan garis NA akan mempengaruhi posisi
gigi I RA
- Rerata 22  2
- Bila < 22 → gigi I RA kurang tegak atau kurang anterior
- Bila >22 → gigi I RA terlalu atau terlalu anterior
3. Jarak I RB-NB
- Bagian insisal I RB biasanya berada diepan perpanjangan garis NB
- Jarak normal 4mm  2
- Bila jaraknya – 2mm (dibelakang garis NB) → posisi insisif retrusi
- Bila jaraknya > 4mm → posisi insisif protusi dan di indikasikan perlu
perbaikan gigi RB
4. Sudut I RB-NB
- Sumbu axial gigi I RB dengan garis NB akan membentuk sudut 25
5. Sudut I RA- I RB
- Merupakan sudut interinsisal yang menandakan kecembungan atau
protusi gii anterior
- Nilai normal 130 - 132
- Bila < 130-132 → posisi insisif RA dan RB lebih protusif
- Bila > 130-132 → posisi insisif RA dan RB lebih tumpul atau lebih tegak

C. Analisis model dengan keterangan lengkap.

1. Bentuk lemngkung geligi yang normal adalah berbentuk parabola ; ada


beberapa bentuk lengkungan geligi yang tidak normal misalnya lebar,
menyempit didaerah anterior atau posterior
2. Diskripansi pada model adalah perbedaan antara tempat yang tersedia
(availade space) dengan tempat yang dibutuhkan (availade space). Untuk
mengetahui diskrepansi pada model perlu diketahui tempat yang tersedia dan
tempat yang dibutuhkan. Pengertian tempat yang tersedia adalah tempat
disebelah mesial molar pertama permanen kiri sampai mesial molar pertama
permanen kanan yang akan ditempati gigi-gigi permanen dalam kedudukan
atau letak yang benar. Untuk mengukur tempat yang tersedia dengan cara
membuat lengkungan dari kawat tembaga (brass wire) dan dengan membagi
lengkungan geligi dalam beberapa segmen kemudian diukur dengan caliper
kemudian dijumlahkan . bila pasien dalam fase geligi pergantian maka ada
beberapa cara untuk mengukur. Pertama mengukur pada model untuk gigi-
gigi yang telah erupsi, sedangkan untuk gigi-gigi yang belum erupsi (benih
gigi) dukur pada foto rontgen. Rumus untuk menghitung lebar benih gigi:

Ukuran gigi sulung pada model ukuran benih sesungguhnya


=
Ukuran gigi sulung pada foto ukuran benih gigi pada foto

Kedua, mengukur lebar mesiodistal masing-masing insisif bawah dan atas kemudian
dijumlah, kemudian angka ini dimasukkan kedalam rumus hasil perhitungan
menunjukkan jumlah mesiodistal karninus, premolar pertama, premolar
keduapada satu sisi.

Rumusnya sebagai berikut : Y rahang atas = 0,484263 X + 11,7181


Y rahang bawah = 0, 460037 X + 10,9117

X adalah jumlah lebar mesiodistal kaninus dan premolar berdasarkan suatu rumus
yaitu tanel prediksi lebar mesiodistal insisif bawah\atas. Beberapa peneliti
telah membuat table prediksi sitepu dan prediksi moyers.
- Bila kekurangan tempat sampai dengan 4 mm → tidak perlu pencabutan
- Nila kekurangan tempat sampai 5-9 mm kadang-kadang dengan
pencabutan gigi permanen atau tanpa pencabutan gigi permanen
- Bila kekurangan tempat sampai 10 mm atau lebih → hamper selalu
diperlukan pencabutan gigi permanen, biasanya premolar

D. Tahapan cara aktivasi dan insersi stiap piranti lepasan.

Piranti lepasan dibagi menjadi piranti aktif dan piranti pasif.


Piranti aktif :
1. Pegas
● Aktivasi dilakukan dengan defleksi coil sebanyak 3mm
● Akan memberikan besaran gaya 25-40 gram pada gigi anterior →
menghasilkan gerakan 1-2 mm perbulan.
Jenis pegas :
a. Single cantilever atau pegas palatal
b. Pegas bukal atau c coil (aktivasi 1 mm)
c. Bukal retractor dengan penyangga (aktivasi 2-3 mm)
d. Retraktor bukal dengan lup U terbalik (ujung pegas dipotong dan dibengkokan
kembali mengikuti mesial gigi)
2. Gerakan palatal atau lingral
a. Labial bow dengan lup U (aktivasi 1 mm)
b. Labial bow dengan lup U terbalik (aktivasi dengan membuka lup U)
c. Retractor robets (aktivasi bias sampai 3 mm)
d. Labial bow dengan pegas cupron (aktivasi pada kaki vertikal)
e. Retractor mills
f. Labial bow with self staightoning wire
3. Gerakan bukal atau labial
a. Pegas palatal dibegkokkan
- Pegas palatal dibengkokkan agar tidak mengenai gigi tetangga
- Pegas dibox in dan diberi kawat penahan agar tidak distorsi
- Aktivasi pertama 1-2 mm, aktivasi selanjutnya bias hingga 3 mm
b. Pegas T \ bumper tertutup
Aktivasi : menarik pegas menjauhi plat, cukup aktivasi agar porsi pegas tidak
berubah
c. Double cantilever \ 2 spring \ bumper terbuka
Aktivasi : pada pegas, pertema coil yang jauh dari gigi kemudian coil yang dekat
dengan gigi
4. Gerakan lateral → pegas coffin
a. Eksplansi → menggunakan fisher screw
Aktivasi dilakukan seminggu sekali sebanyak ¼ - ½ putaran menghasilkan
0,25 mm
- Peranti pasif
Untuk tahanan posisi alat lepasan, ditempatkan pada underat.
Macam retensi peranti lepasan :
1). Adams claps
2). Adams modifikasi
3). Bail ended
4). Shouthend
5). Labial bow pendek
6). Clasp
- Insersi piranti lepasan :
- Cek retensi dan stabilitasi
- Cek oklusi
- Cek cengkram dan basis akrilik atau plat
- Edukasi : - Cara melepas dan memasang piranti
- Piranti disimpan dikotak bila tidak digunakan
- Cara pembersihkan
- Cara aktivasi plat ekspansi sendiri
- Lama pemakaian
- Kontrol berkala sesuai dengan perjanjian

E. Tahapan aktivasi dan control pasien dengan kasus maloklusi kelas I pada
fase geligi pergantian.

● Crowding anterior
Aktivasi : - Penggunaan ekspansi screw
- Pelebaran lengkung gigi ke sagittal
- Diputar seminggu sekali sebanyak ¼ putaran akan
menghasilkan ruang 0,25 mm
● Protusi insisiv RA
Aktivasi : - Penggunaan labial bow dengan lup U
- Aktivasi dengan menutup lup U
- Aktivasi 1 mm
● Cross bite anterior / posterior
Aktivasi : - penggunaan ekspensi screw dengan modivikasi bagian oklusal
terdapat peninggian yang mampu memandu tumbuh ke anterior
- Ekspansi screw melebarkan lengkung rahang, diputar seminggu
sekali sebanyak ¼ putaran akan menghasilkan ruang 0,25 mm.
● Brastema
Aktivasi : - penggunaan labial bow dengan lup U
- Aktivasi dengan menutup lup U
- Aktivasi 4 mm
● Kontrol :
- Cek retensi dan stabilitasi peranti
- Cek oklusi
- Cek cengkram dan basis akrilik atau plat
- Edukasi : - Cara melepas dan memasang peranti
- Peranti disimpan dikotak bila tidak digunakan
- Cara pembersihkan
- Cara aktivasi plat ekspansi sendiri (jika alat peranti ada
screw ekspansi)
- Lama pemakaian
- Kontrol berkala sesuai dengan perjanjian

Anda mungkin juga menyukai