BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan utama perawatan gigi geligi dengan gigi tiruan cekat adalah
mempertahankan dan memelihara kesehatan gigi geligi yang masih ada beserta
seluruh sistem pengunyahan supaya dapat berfungsi dengan baik. Untuk mencapai
ligamentum periodontal dan cementum yang melekat pada akar gigi. Kehilangan gigi
geligi pada umumnya disebabkan karena karies gigi yang tidak dirawat, tetapi banyak
pula disebabkan rusaknya salah satu atau lebih jaringan penyangga gigi yang akan
menyebabkan gigi menjadi kehilangan dukungan, goyang dan sampai terlepas dari
socketnya. Kenyataan ini mutlak harus diperhatikan oleh para dokter gigi untuk
membuat diagnosa dan rencana perawatan yang tepat dalam perawatan gigi dan
jaringan penyangganya dengan restorasi cekat pada umumnya dan gigi tiruan cekat
pada khususnya, yang setelah dipasang didalam mulut akan merupakan satu kesatuan
menyebabkan timbulnya karies gigi atau kelainan jaringan penyangganya. Karena itu
1
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 2
upaya terbaik untuk membantu menjaga kesehatan gigi dan jaringan mulut pasien
sebelum dan sesudah pemakaian gigi tiruan cekat adalah tindakan pencegahan
terjadinya kelainan dengan pemeriksaan awal secara teratur serta pembuatannya yang
Dari uraian pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan
mahkota ?
jaringan gingiva ?
2
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 3
4. Agar dapat memahami gambaran klinis dari gingiva normal atau sehat
jaringan gingiva
2. Sebagai bekal ilmu untuk tugas pengabdian sebagai dokter gigi di masa
mendatang
I.5. Hipotesis
jaringan gingiva.
3
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi tiruan mahkota atau umum disebut jaket merupakan gigi tiruan yang
dibuat untuk gigi yang belum dicabut tetapi mengalami kerusakan yang parah
sehingga sudah tidak bisa ditambal lagi, tetapi syaraf giginya belum mati. Gigi yang
rusak tersebut dikurangi sedemikian rupa dengan bentuk tertentu, kemudian diganti
selubung/jaket yang bentuk dan warnanya disesuaikan dengan gigi sebelumnya atau
menggunakan gigi sebelahnya sebagai panduan. Gigi tiruan ini tidak dapat dilepas
Dental crown atau mahkota tiruan diibaratkan seperti sarung yang berbentuk
gigi. Gigi yang dimasukkan ke dalam sarung gigi ini berguna untuk mengembalikan
bentuk, ukuran, dan kekuatan gigi palsu. Gigi tiruan mahkota terbuat dari porselen,
gigi (mesial, distal, bukal, lingual & oklusal), jenis mahkota penuh adalah : 4
4
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 5
mahkota gigi (mesial, distal, lingual & oklusal saja), jenis mahkota sebagian adalah
sebagai berikut :4
5
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 6
o fraktur
o karies
o perubahan warna
Preparasi gigi merupakan salah satu tahap yang penting dalam pembuatan
mahkota logam porselen sehingga harus dilakukan secara hati-hati terutama pada
preparasi subgingiva, agar tidak melukai jaringan gingiva terutama yang tipis dan
halus. Bila perlekatan gingiva mengalami luka yang terjadi selama preparasi, dapat
menyebabkan resesi. Preparasi subgingiva harus berakhir 0,5 mm lebih pendek dan
perlekatan epitel.5
Bur yang digunakan dapat melukai dan merusak jaringan gingiva, sehingga
kontur jaringan lunak secara estetis menjadi buruk. Oleh karena itu diperlukan
6
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 7
pengurangan jaringan gigi yang memadai untuk memberi ruangan yang cukup, baik
secara klinis. Pertimbangan ini termasuk biokompatibilitas, sifat fisik dan kimia,
Pada permulaan abad ke-19 penggunaan basis dari bahan logam emas
dimulai. Teknik casting bahan logam emas sudah lama dikenal oleh bangsa Mesir
dan pandai emas dari Salomon dalam pembuatan perhiasan kuil-kuil. Pada tahun
1907 Taggart adalah orang pertama yang menggunakan teknik tersebut dalam
pembuatan inlay dan gigitiruan dari bahan emas. Namun karena sifat emas yang
7
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 8
lebih baik daripada logam emas yaitu sifatnya yang lebih tahan terhadap tekanan
kunyah.7
restorasi gigi tiruan mulai dijajaki. Tetapi sekarang akrilik tidak dipergunakan
lagi sebagai bahan pembuat gigi tiruan karena banyaknya laporan tentang
Akibat reaksi alergi yang sering ditimbulkan oleh akrilik orang mulai
mencari bahan restorasi lain yang mempunyai estetik yang memuaskan tetapi
tidak toksik dan tidak menimbulkan alergi terhadap jaringan mukosa rongga
mulut dan bahan restorasi itu biasa disebut porselen. Pengguna porselen mulai
populer sejak 1970 sebagai bahan dari basis gigi tiruan karena selain lebih estetik,
II.3.1. Akrilik
Lebih dari 60% elemen gigitiruan di Amerika Serikat dibuat dari resin
akrilik atau resin vinil akrilik. Seperti diduga, kebanyakan elemen gigitiruan resin
memiliki basis dengan susunan linier poli (metil metakrilat). Resin poli (metil
dengan yang digunakan untuk pembuatan basis protesa. Namun besarnya ikatan
silang dalam elemen gigitiruan adalah lebih besar dibandingkan dengan basis
8
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 9
jumlah ikatan silang dalam cairan basis protesa, yaitu monomer. Polimer hasilnya
Resin akrilik dipakai sebagai basis gigitiruan oleh karena bahan ini memiliki
sifat tidak toksik, tidak iritasi, tidak larut dalam cairan mulut, estetik balk, mudah
mendapatkan warns dan derajat kebeningan. Warna serta sifat optik tetap stabil di
bawah kondisi mulut yang normal dan sifat-sifat fisiknya telah terbukti sesuai untuk
aplikasi kedokteran gigi. Satu keuntungan poli(metil metakrilat) sebagai bahan basis
gigitiruan adalah relatif mudah pengerjaannya. Kurang kuat, mudah patah, tidak
cukup tegar dan menyerap cairan mulut, merupakan beberapa kelemahan resin.8
II.3.2. Porselen
alumina yang diperkaya kaca, magnesia dan spinel ), dan porselen CAD – CAM. 10
porselen yang diperkaya leucite, porselen alumina, alumina yang diinfiltrasi kaca,
9
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 10
kaca) yang berbasis pada anyaman silica (SiO2) dan feldspar potas
ekspansi eksternal, dan kelarutan. Feldspar yang digunakan untuk porselen gigi
relatif murni dan tidak berwarna. Jadi, harus restorasi sewarna gigi yang sesuai
1. Semua sisa air yang ada akan menguap selama pembakaran, disertai dengan
10
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 11
b) Pembakaran dengan adanya suatu gas yang dapat merembes ke luar dari
porselen
pori-pori
3. Sifat kimia : Salah satu daya tarik utama dari porselen sebagai bahan
restorasi gigi adalah bahwa bahan ini tidak rusak karena pengaruh kimia pada
4. Sifat mekanis : porselen adalah bahan yang rapuh. Penemuan bahan porselen
beberapa tahun ini diarahkan pada tercapainya sifat-sifat mekanis yang baik.
5. Sifat termis : sifat pengantar panas yang rendah dan koefisien termal
11
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 12
apabila semen larut, dan terbentuk celah pada tepi restorasi, maka ini akan
Keunggulan dental porselen dibandingkan dengan bahan aklirik antara lain :10
dengan baik)
II.3.3. Logam
akrilik dan porselen. Adapun logam yang biasa dipakai adalah aloi emas, aloi
chromium cobalt, dan aloi chromium nikel. Ketiga bahan gigi tersebut dapat
Logam dan aloi berperan penting dalam bidang kedokteran gigi. Material
ini sering digunakan pada praktek kedokteran gigi, termasuk dental laboratorium,
restorasi langsung dan tidak langsung serta alat yang digunakan untuk preparasi
dan manipulasi gigi. Paduan logam dasar mempunyai kekuatan lebih baik dan
lebih ekonomis dari segi biaya bila dibandingkan dengan paduan logam mulia
12
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 13
terutama dalam pembuatan mahkota tiruan dan restorasi jembatan. Logam padu
tuang tembaga (Cu aloi) dan logam padu tuang perak (Ag aloi) masih digunakan
sebagai bahan restorasi karena cukup keras sehingga mampu menahan daya
kunyah, dapat dipoles dengan baik, tidak rnenyebabkan efek samping dan mudah
precious metal aloi dan dapat mencegah korosi. Dalam mendeteksi logam tuang
logam, sebab kadang permukaan dari hasil tuangan logarn, terutama pada daerah
tertentu kasar dan tidak sesuai dengan cetakan. Kekasaran permukaan dari
restorasi tuang bisa mempersulit dalam proses finishing atau polishing dan dapat
13
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 14
Gingiva adalah bagian dari mukosa mulut yang menutupi processus alveolar
dan mengelilingi leher gigi. Gingiva meluas mulai dan daerah batas servical gigi,
sampai ke daerah batas mucobuccal fold. Gingiva merupakan bagian dan apparatus
mukosa mulut yang lebih dapat bergerak oleh garis yang bergelombang disebut
perlekatan mukogingiva. Garis demarkasi yang sama juga ditemukan pada aspek
lingual mandibular antara gingival dan mukosa mulut. Pada palatum, gingiva
menyatu dengan palatum dan tidak ada perlekatan mukogingiva yang nyata.14
14
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 15
attached gingival dan gingival interdental. Marginal gingival adalah bagian gingival
yang terletak pada daerah korona dan tidak melekat pada gingiva. Dekat tepi gingiva
terdapat suatu alur dangkal yang disebut sulkus gingiva yang mengelilingi setiap gigi.
Pada gigi yang sehat kedalaman sulkus gingival bervariasi sekitar 0,5 – 2 m.
Attached gingiva merupakan kelanjutan dari marginal gingiva. Jaringan padat ini
terikat kuat dengan periosteum tulang alveolar dibawahnya. Permukaan luar dari
attached gingiva terus memanjang ke mukosa alveolar yang lebih kendur dan dapat
seperti lembah.14
a. Arteri yang terletak lebih superfisial dari periosteum, mencapai gingiva pada
daerah yang berbeda di rongga mulut dari cabang arteri alveolar yaitu arteri
15
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 16
1. Warna Gingiva
Dalam keadaan normal, akibat permukaan pada epitelium lebih tipis dan
vaskularisasi yang lebih banyak dibanding orang dewasa, gingiva pada anak berwarna
merah tua. Warna gingiva normal pada anak sangat dipengaruhi oleh vaskularisasi
pada pembuluh darah dan jaringan pendukung. Mukosa alveolar berwarna merah,
Warna gingiva sangat bervariasi pada setiap orang dan berhubungan dengan
pigmentasi kulit. Warna gingiva lebih terang pada orang kulit putih dibandingkan
pada orang kulit hitam. Melanin berperan pada pigmentasi normal kulit, gingiva, dan
membaran mukosa mulut, dimana melanin ini lebih banyak terdapat pada orang kulit
hitam. Menurut Dummet ( Carranza, 2002 ), distribusi pigmen pada orang kulit hitam
2. Kontur Gingiva
kesejajarannya dalam lengkung gigi, lokasi dan bentuk daerah kontak proksimal,
serta luas embrasure gingiva sebelah facial dan lingual. Marginal gingiva
mengelilingi gigi berbentuk menyerupai kerah baju. Selama masa erupsi gigi
permanen, marginal gingiva lebih tebal dan memiliki protuberantia atau tonjolan.
Bentuk interdental gingiva ditentukan oleh kontur permukaan proksimal gigi, lokasi,
16
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 17
3. Konsistensi
Konsistensi gingiva padat, keras, kenyal, dan melekat erat pada tulang
alveolar. Kepadatan attached gingiva didukung oleh susunan lamina propria secara
4. Tekstur Permukaan
Gingiva memiliki telcstur permukaan seperti kulit jeruk yang lembut dan
tampak tidak beraturan, yang disebut stippling. Stippling adalah gambaran gingiva
dengan adanya penyakit gingiva. Stippling tampak terlihat pada anak usia 3 dan 10
tahun, sedangkan gambaran ini tidak terlihat pada bayi. Pada awal masa erupsi gigi
permanen, stippling menunjukkan gambaran yang beregerombol dan lebih lebar 1/8
inchi, meluas dari daerah marginal gingiva sampai ke daerah attached gingiva.13
17
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 18
5. Keratinisasi
iritasi. Lapisan pada permukaan dilepaskan dalam bentuk helaian tipis dan diganti
dengan sel dari lapisan granular dibawahnya. Keratinisasi mukosa mulut bervariasi
pada daerah yang berbeda. Daerah yang paling banyak mengalami keratinisasi
6. Posisi
gigi. Ketika masa erupsi gigi, marginal dan sulkus gingiva berada di puncak mahkota.
Selama proses erupsi berlangsung, marginal dan sulkus gingiva terlihat lebih dekat ke
arah apikal.13
7. Ukuran
II.5. Gingivitis
sekitar gigi. Secara mikroskopik, gingivitis ditandai dengan adanya eksudat inflamasi
dan oedem, kerusakan serat kolagen gingiva, terjadi ulserasi, proliferasi epithelium
18
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 19
dan permukaan gigi sampai ke attached gingiva. Gingivitis atau inflamasi gingiva
adalah bentuk umum dari penyakit gingiva. Inflamasi hampir selalu ada pada semua
bentuk penyakit gingiva karena bakteri OA yang menyebabkan inflamasi dan faktor
gingiva.13
Ada suatu kesepakatan bahwa gingivitis disebabkan oleh plak. Plak bakteri
dihasilkan oleh deposit bakteri yang berada pada permukaan gigi. Dalam jumlah
tertentu plak ini dapat menganggu kehidupan parasit normal sehingga bisa
menyebabkan karies dan penyakit periodontal. Kalkulus pada gigi terbentuk sebagai
akibat proses kalsifikasi dari plak. Proses kalsifikasi ini biasa terbentuk pada daerah
supragingiva atau subgingiva. Kalkulus adalah suatu faktor penting yang berperan
Dimana etiologi utama adalah bakteri plak, sedangkan etiologi penunjang dapat
dibagi dua yaitu lokal seperti kalkulus, tambalan overhanging, stain, tepi tambalan
yang buruk, frenulum yang tinggi, traumatik oklusi dan penyebab sistemik yaitu
Secara klinis plak merupakan lapisan bakteri yang lunak, tidak terkalsifikasi,
menumpuk dan melekat pada permukaan gigi dan Benda lain yang berada pada
rongga mulut seperti tumpatan, geligi tiruan, maupun kalkulus. Dalam bentuk lapisan
tipis, plak umumnya tidak terlihat dan hanya dapat dilihat dengan bantuan Disclosing
Solutions.13
19
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 20
Gingivitis terjadi dalam 3 tahap. Batas setiap tahap tidak terlalu jelas. Tahap I
berupa lesi inisial atau awal dengan adanya perubahan vaskular berupa dilasi kapiler
dan peningkatan aliran darah. Perubahan ini terjadi sebagai respons dari aktivasi
mikroba terhadap leokosit setempat dan stimulasi terhadap sel endotel.respons awal
dari gingiva ini subklins. Juga dapat sudah terjadi perubahan pada perlekatan
didalam sulkus menyertai peningkatan aliran cairan gingiva ke dalam sulkus, jika
keadaan berlanjut, makrofag dan sel-sel limfoid juga terinfiltrasi dalam beberapa
hari.15
Dalam waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah lagi.
Perubahan mikroskopik terlihat terus berlanjut, pada tahap ini sel-sel plasa terlihat
mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah makrofag meningkat. Pada tahap
ini sel mast juga ditemukan. Imunoglobulin, terutama IgG ditemukan di daerah
epithelium dan jaringan Ikat. Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak dan mudah
inflmasi, tepi gingiva dapat dengan mudah dilepas dari permukaan gigi, memperbesar
kemungkinan ternetuknya poket gingiva atau poket Palsu ('false pocket'). Bila oedem
inflamasi dan pembengkakan gingiva cukup besar, maka poket gingiva biasanya juga
cukup dalam. Pada tahap ini sudah terjadi degenerasi sel-sel epitelium jungtion dan
beberapa berproliferasi dari lapisan basal ke jaringan ikat di bawahnya, namun pada
tahapan ini belum terlihat adanya mugrasi sel-sel epithelial dalam jumlah besar ke
permukaan akar.16
20
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 21
terlihat adanya resorbsi puncak tulang alveolar. Resorbsi ini bersifat reversibel
terutama dalam hubungannya dengan pemulihan inflamasi. Salah satu tanda penting
dri penyakit ini adalah tidak ditemukannya bakteri pada epithelium maupun pada
jaringan ikat. Karena jaringan fibrosa rusak pada adrah inflamsi aktif, pada beberapa
daerah agak jauh terlihat adanya proliferasi jaringan fibrosa dan pembentukan
karekteristrik yang sangat penting dari lesi kronis dan pada keadaan iritasi serta
inflamasi jangka panjang, elemen jaringan fibrosa akan menjadi komponen utama
dari perubahan jaringan. Jadi, kerusakan dan perbaikan berlangsung bergantian dan
proporsi dari tiap-tiap proses ini akan mempengaruhi warna dan bentuk gingiva. Bila
inflamsi dominan, jaringan akan berwarna merah, lunak dan mudah berdarah;bila
produksi jaringan fibrosa yang dominan, gingiva akan menjadi keras dan berwarna
Gambar 7. Gingivitis
(Sumber :[internet]. Accesess on: 20 Desember 2010. Available from: http://www.google-
image.dentistry.org)
21
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 22
Gingiva
Menurut Drg Esti Prasetyo dari Rumah Sakit Mitra Kemayoran, Jakarta Utara,
penyebab gingivitis yang paling sering terjadi yaitu menumpuknya karang pada gigi
yang berasal dari sisa makanan yang tidak dibersihkan. Karang gigi itu berasal dari
menjadi karang. Jika plak tetap melekat pada gigi selama lebih dari 72 jam, maka
akan mengeras dan membentuk karang gigi. Gingivitis banyak juga ditemukan pada
kebersihan gigitiruan dan rongga mulutnya. Apalagi jika gigitiruan itu terbuat dari
bahan yang kasar sehingga ada kemungkinan bisa melukai gusi sehingga
menyebabkan radang.17
tiruan terutama gigi tiruan cekat yang sepenuhnya didukung oleh jaringan penyangga
gigi, sedang letak tepi gusi dapat dipakai sebagai pedoman letak tepi gigi tiruan cekat
jaringan penyangga gigi adalah kontur mahkota. Kontur mahkota ini dapat dibahas
22
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 23
jaringan gusi dan mudah dibersihkan dari sisa-sisa makanan (self cleansing).
2. Hubungan kontur mahkota dengan aktivitas otot. Morris (1962) dan Herlands
dick (1962) menganjurkan kontak restorasi dengan pipi, bibir dan lidah dapat
mempunyai efek pembersihan mahkota gigi dan jaringan gusi. Kontur mahkota
3. Hubungan kontur mahkota dengan dimensi anatomi. Kraus (1969), Burch (1971)
meniru kontur gigi aslinya, tapi anjuran ini tidak didukung oleh penelitian.
terdapatnya plak adalah penyebab utama penyakit periodontal, maka Haren dan
Osbone (1967), Barkley (1971) dan Yuodelis dkk (1973) menyarankan kontur
Ketahanan struktur restorasi pada gigitiruan cekat, harus cukup kuat untuk
mencegah lapisan semen dibawahnya agar tidak patah. Oleh karena itu jaringan gigi
yang dihilangkan harus cukup, sehingga terdapat jarak untuk membentuk kontur
restorasi yang normal. Jika restorasi dibuat dengan kontur normal pada preparasi
dengan pengurangan aksial yang tidak adekuat, maka dinding restorasi akan tipis dan
mudah terjadi distorsi. Kurangnya celah pada daerah aksial menyebabkan tekniker
23
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 24
sulit membuat pola malam, memendam dan menuang tanpa terjadi distorsi. Biasanya
sebagai kompensasi, tekniker akan membuat dinding overcontour. Cara ini akan
integritas marginal.18
Ada tiga syarat untuk mendapatkan tepi restorasi yang baik, yakni harus
serapat mungkin dengan tepi akhir preparasi, cukup kuat menahan tekanan kunyah,
dan jika memungkinkan harus ditempatkan pada daerah yang mudah diperiksa oleh
dokter gigi dan mudah dibersihkan oleh penderita. Restorasi cekat dapat bertahan
lama dalam rongga mulut jika tepinya beradaptasi baik dengan cavosurvace finish
line. Konfigurasi dari garis akhir preparasi menentukan bentuk dan ketebalan dari
sehingga ruang yang optimal yang dibutuhkan untuk mahkota tidak diperoleh,
sehingga akan menyebabkan warna mahkota tiruan menjadi buram karena ketebalan
porselen yang menutupi coping metal tidak optimal. Dibutuhkan ruangan preparasi
minimal tebal 1,5 mm untuk mendapatkan warna mahkota tiruan yang estetis. Akan
tetapi pada beberapa kasus tidak semua gigi dapat direduksi teba1 1,5 mm. Kadang-
kadang pada saat dilakukan preparasi yang adekuat malah terjadi trauma pada
pulpa.19
Hal lain yang sering mengganggu tampilan pengguna mahkota tiruan metal
porselen adalah adanya grey area pada tepi mahkota, biasanya disebabkan gingiva
24
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 25
yang resesi setelah pemakaian dalam jangka waktu lama, sehingga bagian metal pada
tepi sedikit terlihat dan terjadinya diskolorisasi gingiva akibat korosi metal.19
Bentuk preparasi ini dapat digunakan untuk restorasi yang terbuat dari logam.
Keuntungan dari bentuk akhiran preparasi ini adalah pengambilan jaringan yang lebih
sedikit, namun preparasi tidak dapat dievaluasi secara tepat pengurangan di bagian
tepi servikal sehingga dapat mengakibatkan akhiran tepi servikal terlalu dalam di
Kekurangan dari akhiran tepi servikal knife-edge ini adalah batasnya sulit
dilihat secara jelas pada gigi yang dipreparasi maupun pada model. Bentuk akhiran
ini memerlukan pengamatan secara lebih teliti oleh laboran terutama pada saat
membuat pola malamnya. Bentuk knife-edge merupakan akhiran tepi servikal yang
digunakan pula pada restorasi yang terbuat dari bahan emas karena preparasinya
dapat dibuat secara lebih mudah dan pengambilan jaringan gigi tidak terlalu banyak,
seluruh servikal sehingga disebut full shoulder atau partial shoulder jika hanya
bagian labial/bukal. Preparasi ini lebih menjamin adanya ruangan yang cukup di
25
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 26
daerah servikal terutama untuk kelompok restorasi metal porselen atau metal akrilik.
Teknik preparasi ini lebih sulit dan tidak mungkin dikerjakan pada gigi yang
mempunyai ruang pulpa yang besar. Bur yang digunakan dalam pembuatan akhiran
tepi servikal ini adalah bur bentuk fisur runcing yang ujungnya rata. Bur ini
digunakan apabila diperlukan ruangan untuk penempatan restorasi yang terbuat dari
porselen.5
Bentuk akhiran tepi servikal ini merupakan kombinasi dari bentuk bahu penuh
yang disertai dengan bevel. Preparasi bevel shoulder ternyata dapat menghasilkan
kontur yang baik untuk penempatan tepi restorasi karena jika bahu ditempatkan pada
lokasi yang tepat maka tepi bevel dapat berada dalam sulkus gingival tanpa
mengganggu dasar sulkus gingiva. Preparasi ini memenuhi dua syarat penting pada
daerah servikal yaitu, memberikan ruangan yang cukup untuk bahan restorasi yang
diperoleh dari bahu dan memungkinkan adaptasi tepi yang adekuat dari bevel. untuk
membuat bahu dan bevel di sub gingiva, bahu perlu dipreparasi setinggi tepi gusi
yang sehat dan kemudian ditambahkan bevel 0,3-0,5 mm. Cara preparasi ini
memungkinkan kontrol penempatan tepi restorasi dengan baik. Bentuk bevel shoulder
ini digunakan sebagai akhiran tepi servikal pada restorasi metal porselen, namun
porselen tidak ditempatkan pada bagian bevelnya. Bagian bevel biasanya ditempati
26
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 27
oleh metal collar atau restorasi yang bagian leher/tepi servikalnya terbuat dari
logam.5
atau bentuk dengan potongan melintang yang melengkung disebut dengan chamfer.
Bell dkk yang dikutip oleh Reitemeier menyatakan bahwa preparasi dilakukan
dengan pengurangan setebal 1,5 mm, sudut garis internal yang membulat dari sudut
cavosurface sebesar 135°. Desain preparasi tepi ini sangat menguntungkan jika
dipakai untuk lahkota logam porselin, karena tepi logamnya dapat dibuat relatif tipis.
Bentuk chamfer seringkali digunakan sebagai akhiran tepi servikal dari restorasi yang
terbuat dari logam, namun bukan berarti bahwa bentuk chamfer lebih istimewa jika
27
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 28
BAB III
METODE PENELITIAN
tanpa memberikan perlakuan, kemudian dari hasil pengamatan dilakukan uji statistik
kecamatan Panakukkang.
28
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 29
menjadi sampel.
1. Kuisioner
III.8. Data
4. Analisis data :
29
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 30
- Retensi gigitiruan
III.10. Kriteria
30
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 31
program SPSS.
31
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 32
BAB IV
KERANGKA KONSEP
Gigitiruan
Cekat Mahkota
1.
Oral Hygiene
Proses pembuatan
Jaringan
periodontal sehat
32
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 33
BAB V
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Sampel n %
Kelompok umur (tahun)
16 - 20 9 18,8
21 - 25 17 35,4
26 - 30 11 22,9
31 - 35 9 18,8
36 - 40 2 4,2
Jenis kelamin
Laki-Laki 27 56,3
Perempuan 21 43,8
Tempat pembuatan Gigitiruan
Mahkota
Dokter Gigi 28 58,3
Mahasiswa/Coass 11 22,9
Tukang Gigi 9 18,8
Bahan
Akrilik 37 77,1
Logam 6 12,5
Porselen 5 10,4
Sumber : Data Primer
jenis kelamin laki laki 27 orang (56,3%) dan jenis kelamin perempuan 21 orang
33
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 34
(43,8%). Tempat melakukan perawatan pada dokter gigi lebih dominan (28 orang,
58,3%) dibanding pada mahasiswa/coass (11 orang, 22,9%) dan pada tukang gigi (9
orang, 18,8%). Bahan yang paling banyak digunakan adalah akrilik yaitu 37 orang
(77,1%), kemudian logam 6 orang (12,5%), dan terakhir adalah porselen 5 orang
(10,4%).
Variabel Penelitian n %
Sisa makanan nempel
Tidak 18 37,5
Ya 30 62,5
Sulit dibersihkan
Tidak 17 35,4
Ya 31 64,6
Stabilitas
Baik 31 64,6
Buruk 17 35,4
Retensi
Baik 39 81,3
Buruk 9 18,8
Gingiva
Sehat
32 66,7
Tidak sehat
16 33,3
Sariawan
22 45,8
Tidak
Ya 26 54,2
Inflamasi
27 56,3
Ada
Tidak ada 21 43,8
Perdarahan
Ada 20 41,7
Tidak ada 28 58,3
Sumber : Data Primer
34
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 35
Pada tabel 2 diperlihatkan distribusi variabel penelitian yang terdiri dari sisa
makanan yang menempel pada gigitiruan dimana 30 orang (62,5%) terdapat sisa
makanan dan 18 orang (37,5%) yang tidak terdapat sisa makanan yang menempel
(64,6%) yang gigitiruannya sulit dibersihkan dan 17 orang (35,4%) yang tidak sulit
dibersihkan. Untuk stabilitas, terdapat 31 orang (64,6%) yang memiliki stabilitas baik
dan 17 orang (35,4%) yang stabilitasnya buruk. Untuk retensi dominan memiliki
retensi yang baik yaitu 39 orang (81,3%) dan retensi buruk 9 orang (18,8%). Keadaan
jaringan gingiva responden umumnya sehat yaitu 32 orang (66,7%) dan tidak sehat
ada 16 orang (33,3%). Peneliti juga mendeteksi ada tidaknya sariawan pada
orang (56,3%) dan tidak mengalami inflamasi sebesar 21 orang (43,8%). 20 orang
(41,7%) mengalami perdarahan pada gingiva dan 28 orang (58,3%) tidak mengalami
perdarahan gingiva.
Gingiva
Gingiva
35
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 36
Gingiva
Jumlah
Stabilitas Sehat Tidak Sehat p
n % n % n %
Baik 28 58,3 3 6,3 31 64,6
Buruk 4 8,3 13 27,1 17 35,4 0,0001
Total 32 66,7 16 33,3 48 100,0
Sumber : Data Primer
jaringan gingiva. Tampak bahwa pasien yang memiliki stabilitas gigitiruan yang baik
mempunyai gingiva sehat sebanyak 28 orang (58,3%) dan sisanya memiliki gingiva
tidak sehat sebanyak 3 orang (6,3%). Sedangkan pasien yang memiliki stabilitas
gigitiruan yang buruk mempunyai gingiva sehat sebanyak 4 orang (8,3%) dan sisanya
memiliki gingiva tidak sehat sebanyak 13 orang (27,1%). Dari hasil analisis data
dengan uji Chi-square diperoleh nilai nilai p = 0,0001 yang berarti bahwa ada
Gingiva
Jumlah
Retensi Sehat Tidak Sehat p
n % n % n %
Baik 28 58,3 11 22,9 39 81,3
Buruk 4 8,3 5 10,4 9 18,8 0,121
Total 32 66,7 16 33,3 48 100,0
36
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 37
jaringan gingiva. Tampak bahwa pasien yang memiliki retensi gigitiruan yang baik
mempunyai gingiva sehat sebanyak 28 orang (58,3%) dan sisanya memiliki gingiva
tidak sehat sebanyak 11 orang (22,9%). Sedangkan pasien yang memiliki retensi
gigitiruan yang buruk mempunyai gingiva sehat sebanyak 4 orang (8,3%) dan sisanya
memiliki gingiva tidak sehat sebanyak 5 orang (10,4%). Dari hasil analisis data
dengan uji Chi-square diperoleh nilai nilai p = 0,121 yang berarti bahwa tidak ada
Jaringan Gingiva
Tabel 5. Hubungan Oral Hygiene dilihat dari Sisa Makanan yang Menempel
Sisa Gingiva
Jumlah
Makanan Sehat Tidak Sehat p
Menempel n % n % n %
Tidak 14 29,2 4 8,3 18 37,5
Ya 18 37,5 12 25,0 30 62,5 0,02
Total 32 66,7 16 33,3 48 100,0
Sumber : Data Primer
Pada tabel 5 terlihat bahwa responden yang tidak memiliki sisa makanan yang
menempel pada gigitiruannya memiliki gingiva sehat sebanyak 14 orang (29,2%) dan
gingiva tidak sehat sebanyak 4 orang (8,3%). Sedangkan yang mempunyai sisa
37
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 38
orang (37,5%) dan gingiva tidak sehat sebanyak 12 orang (25%). Dari hasil analisis
data dengan uji Chi-square diperoleh nilai nilai p = 0,02 yang berarti bahwa ada
hubungan bermakna antara sisa makanan yang menempel dengan kesehatan jaringan
Gigitiruan Mahkota
Gingiva
Jumlah
Sulit Sehat Tidak Sehat p
n % n % n %
Tidak 10 20,8 7 14,6 17 35,4
Ya 22 45,8 9 18,8 31 64,6 0,03
Total 32 66,7 16 33,3 48 100,0
Sumber : Data Primer
gigitiruannya memiliki gingiva sehat sebanyak 10 orang (20,8%) dan gingiva tidak
memiliki gingiva sehat sebanyak 22 orang (45,8%) dan gingiva tidak sehat sebanyak
9 orang (18,8%). Dari hasil analisis data dengan uji Chi-square diperoleh nilai nilai p
= 0,393 yang berarti bahwa ada hubungan bermakna antara tingkat kesulitan
membersihkan gigitiruan dengan kesehatan jaringan gingiva, karena nilai p < 0,05.
38
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 39
BAB VI
PEMBAHASAN
pada dokter gigi dan sisanya lagi melakukan perawatan pada mahasiswa/coass dan
gigitiruannya pada dokter gigi, hal ini mungkin disebabkan karena responden pada
umumnya lebih memmercayai dokter gigi dalam membuat gigitiruan mahkota yang
Jenis bahan gigitiruan yang umumnya digunakan oleh pasien adalah akrilik,
hal ini mungkin dikarenakan oleh akrilik yang terbilang ekonomis dan estetiknya baik
mahkota umumnya dipasang di daerah anterior, dan sebagian besar karena mengalami
mahkota mungkin saja disebabkan oleh resiko laki-laki mengalami kecelakaan yang
responden yang memiliki stabilitas gigitiruan yang baik dengan responden yang
39
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 40
sedangkan sisanya lagi memiliki retensi yang buruk yang mengakibatkan mudahnya
mengalami sariawan, inflamasi, dan perdarahan pada gingiva. Hal ini berhubungan
dengan stabilitas, retensi, serta tingkat kebersihan rongga mulut responden yang
Gingiva
gingiva (p<0,005). Hal ini disebabkan karena stabilitas gigitiruan yang buruk
penyakit gingiva.
terdapat hubungan yang bermakna antara retensi gigitiruan dengan kesehatan jaringan
gingiva (p>0,05).
40
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 41
Disini retensi berhubungan dengan desain tepi restorasi gigitiruan dan bentuk
desain mahkota gigitiruan yang baik. Berdasarkan pengertian bahwa terdapatnya plak
adalah penyebab utama penyakit periodontal, maka Haren dan Osbone (1967),
Barkley (1971) dan Yuodelis dkk (1973) menyarankan kontur mahkota yang
Gingiva
Hubungan oral hygiene dengan gigitiruan diperlihatkan dalam dua tabel, pada
tabel 5 menunjukkan oral hygiene dilihat dari sisa makanan yang menempel, dimana
ketika ada sisa makanan yang menempel berarti oral hygiene responden buruk.
Sedangkan pada tabel 6 oral hygiene dilihat dari sulit tidaknya gigitiruan dibersihkan,
Kedua tabel menunjukkan hasil uji Chi-square p<0,05, yang berarti ada
gingiva.
41
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 42
Hal ini sesuai dengan penelitiaan Wyatt CCL dimana kontrol plak harus
dipertahankan selama pemakaian gigitiruan, hal ini karena plak merupakan awal
42
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 43
BAB VII
PENUTUP
VII.1. Kesimpulan
1. Masalah utama pasien yang memakai gigitiruan cekat adalah desain tepis
retsorasi dan desain mahkota yang biasanya kurang baik. Hal ini
2. Salah satu cara menjada kondisi rongga mulut pasien gigitiruan mahkota
adalah dengan menjaga oral hygiene agar tetap bersih dan sehat.
VII.2. Saran
mahkota terhadap jaringan gingiva ini masih membutuhkan penelitian yang lebih
lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak agar hasilnya dapat lebih baik dan
43
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 44
DAFTAR PUSTAKA
No.02. p. 14-15.
denture.com/dental.html.
4. Kenneth J Anusavice. Philips buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi. Alih
bahasa, Johan Arief Budiman. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2003. p. 223-224.
resin akrilik yang direndam dalam larutan desinfektan sodium hipoklorit dan
http://www.journal.unair.ac.id/filePDF/DENT.
7. Watt MD, Mac Gregor AR. Designing partial dentures. Alih Bahasa, Lilian
44
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 45
http://www.top/indonesiaDLN/koleksiperpustakaan-universitasjember.
9. Newman MG, Takei RI. Caranza’s clinical periodontology. 9th ed. W.B.
11. Nurul Dewi. Gingiva yang mudah berdarah serta pengelolaannya. Jurnal
51.
13. Roeli Ardi Andries, Farisza Gita. Mahkota tiruan metal porselen anterior
14. Cilmiaty Risya. [internet]. 4 April 2009. Kelainan jaringan penyangga gigi.
45
Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva 46
http://cilmiaty.blogspot.com/2009/04/kelainan-jaringan-penyangga-gigi-
by.html.
15. [internet]. 18 October 2010. Jangan sepelekan, infeksi gusi berujung pada
http://www.suaramedia.com/jangan-sepelekan-infeksi-penyakit-sistemik.
17. Rikmasari Rasmi. [internet]. December 2010. Pilih gigi palsu sesuai kondisi
online.com/v2/index.php.
http://www.qualitydentistry.com/dental/restorative/crown.
http://www.harianjoglosemar.com/berita/mahkota-tiruan-solusi-terakhir-
penggantian-gigi-32437.html.
46