Anda di halaman 1dari 3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Restorasi Mahkota pada Gigi Sulung


Perbaikan estetis yang optimal pada gigi anterior primer dapa memberikan
kepuasan tersendiri bagi anak dan orang tua. Praktisi dapat mengembalikan gigi insisif
yang terjadi kelainan contohnya diskolorasi, amelogenesis imperfekta, dan lain – lain.
Salah satu bentuk restorasi yang digunakan agar tertutup bagian mahkota gigi sulung
yaitu dengan menggunakan mahkota buatan (Crown).
Tujuan utama penggunaan crown pada gigi sulung yaitu membentuk kembali
estetikanya terutama pada gigi anterior. Selain itu dengan mencegah kerusakan mulut
lebih lanjut dengan mencegah migrasi gigi, mencegah kehilangan tulang alveolar, dan
mencegah kolaps rahang. Hal tersebut biasanya dilakukan oleh dokter gigi hingga gigi
tersebut tanggal.
2.2. Macam – macam Restorasi Mahkota pada gigi Sulung
a. Stainless Steel Crown (SSC)
Merupakan mahkota logam yang dibuat oleh pabrik dalam berbagai
ukuran dan mempunyai bentuk anatomis sesuai gigi asli. Materialnya
terdiri dari 18% chromium dan 8% nikel. Adanya kromium dalam SSC ini
bertujuan untuk mengurangi korosi logam. Sejak diperkenalkan oleh Humphrey
pada tahun 1950 dalam bidang kedokteran gigi anak, disamping sebagai retainer
pada beberapa kasus, SSC menjadi bahan restorasi pilihan dalam perawatan gigi
sulung dengan kerusakan gigi yang luas karena dapat menutupi seluruh mahkota
gigi dan membentuk kembali bentuk anatomi gigi serta lebih tahan lama
dibandingkan restorasi lainnya.
SSC banyak digunakan dalam perawatan gigi anak – anak karena
memiliki banyak keuntungan. SSC merupakan suatu bahan restorasi yang ideal
untuk mencegah kehilangan gigi susu secara prematur. Indikasi penggunaan
SSC antara lain :
1. Kerusakan yang meluas pada gigi susu.
Finn (1973) menyatakan pemakaian SSC sangat efektif untuk
perawatan karies rampan atau frekwensi kariesnya tinggi, dimana
gigi sudah banyak kehilangan struktur mahkota, sehingga tidak
dapat ditambal dengan bahan tambalan biasa. SSC merupakan
restorasi mahota penuh, menutupi gigi secara keseluruhan sehingga
kemungkinan terjadinya sekunder karies menjadi kecil.

2. Gigi yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.


Kelainan hipoplastik dapat merusak permukaan oklusal dari gigi
molar satu susu jika dijumpai adanya gangguan sistemik. Misalnya
pada kasus amelogenesis imperfekta dan dentinogenesis imperfekta
akan merubah susunan morfologi gigi. Pemakaian gigi yang
berlebihan merupakan faktor predisposisi terjadinya abrasi pada
bagian oklusal yang menyebabkan keausan pada insisal gigi.
Kelainan ini menyebabkan gigi mudah terkena karies, oleh karena
permukaan oklusal menjadi kasar yang dapat merupakan retensi dari
plak. Lokasi dan perluasan dari kerusakan hipoplastik tidak
memungkinkan dibuat tambalan amalgam, pemakaian SSC perlu
dipertimbangkan.

3. Gigi sesudah perawatan saluran akar.


Hilangnya struktur gigi sesudah perawatan endodontik yang meluas
sampai di bawah perlekatan epitel, maka SSC merupakan indikasi.
Pada gigi molar sulung setelah pulpotomi dan perawatan saluran
akar, yang terbaik adalah dibuatkan restorasi dengan mahkota
logam. Hal ini disebabkan karena tidak hanya struktur jaringan gigi
yang umunya sudah rusak, tetapi dentin pada gigi yang non vital
lebih rapuh dan dapat menjadi fraktur oleh karena tekanan oklusal
dari kekuatan pengunyahan. Untuk mencegah kegagalan perawatan
sebaiknya digunakan restorasi mahkota logam. Hal ini disebabkan
karena pada umumnya gigi sulung dengan indikasi perawatan pulpa
kemungkinan besar telah memerlukan mahkota sebagai restorasi.

b. Polycarbonate crowns
Polycarbonate crowns merupakan akrilik resin heat cured yang
digunakan sebagai restorasi gigi sulung anterior. Estetiknya baik, namun tidak
resisten terhadap kekuatan abrasif, dapat terjadi fraktur atau dislokasi. Tidak
ada studi jangka panjang dari polycarbonate crowns tersedia.
c. Strip crowns (composite crowns)
Strip crowns yang menggunakan bentukan mahkota seluloid adalah
metode yang popular digunakan untuk merestorasi gigi sulung anterior.Strip
crowns memiliki estetik yang sangat baik dibandingkan bahan restorasi
mahkota yang lain. Prosedurnya sudah banyak dikenal dan dideskripsikan.
Teknik pemasangan strip crowns merupakan teknik yang sangat sensitif dan
harus memperhatikan kelembaban dan kontrol perdarahan, preparasi gigi,
aplikasi adhesif, dan penempatan resin komposit yang tepat. Kesalahan pada
prosedur akan menyebabkan kegagalan perawatan.
d. Artglass crowns
Artglass crowns mengandung methacrylate yang multifungsi dengan
membentuk cross-linked, tiga polimer dimensional. Penelitian pada Artglass
crowns menunjukkan bahwa bahan restorasi ini memiliki daya tahan terhadap
beban besar dan estetik yang lebih baik daripada strip crowns, namun daya
perlekatannya sangat kurang.

Anda mungkin juga menyukai