Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KONSERVASI DASAR

“INLAY”

OLEH KELOMPOK 1 :

FADLI RAMADHAN U.K. (B1G119048)

ABDUL HAFID (B1G122015)

AHGDAD (B1G122007)

DESI ROSALINA(B1G122010)

DOSEN PENGAMPUH :
ISMA SUPRAPTI S.KM., M.KES

PROGRAM STUDI TEKNIK GIGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
makalah tentang INLAY.

Terlepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat dilakukan
perbaikan pada makalah.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 11 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berkembangnya penemuan bahan restorasi di bidang kedokteran gigi serta
teknik penumpatan yang bermacam-macam akan mempermudah penumpatan
kavitas gigi. Restorasi di bidang kedokteran gigi terbagi atas dua yaitu restorasi
plastis dan restorasi rigid. Restorasi plastis yaitu bahan restorasi yang dimasukan
kedalam kavitas masih dalam keadaan plastis dan masih dapat dibentuk dan kelak
mengeras menjadi rigid, contohnya amalgam, komposit, dan semen ionomer kaca.
Sedangkan restorasi rigid adalah restorasi yang dibentuk diluar mulut dari bahan
yang rigid dan kemudian disemenkan kedalam gigi yang telah dipreparasi yang
tentu saja tidak boleh mempunyai undercut. Salah satu contoh restorasi rigid
adalah inlay.Inlay adalah restorasi tidak langsung yang terbuat dari emas atau
porselen yang dimasukkan kedalam kavitas dan kemudian disemenkan.
Perkembangan restorasi tuang modern adalah atas jasa seorang dokter gigi
Amerika, Dr. William H. Taggart, yang pada tahun 1907 menguraikan satu
tekhnik pembuatan emas tuang yang lepas dengan gigi yang telah dipreparasi
dengan presisi yang baik. Tekhnik yang diuraikannya dikenal sebagai the lost wax
process. Inlay terbuat dari logam tuang dan porselen yang memiliki keuntungan
dan kerugian terhadap kekuatan, ketahanan terhadap abrasi, penampilan,
versatilitas, biaya dan penyemenan. Pembahasan tentang restorasi inlay, akan
kami uraikan lebih jelas pada bab selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana indikasi dan kontraindikasi penggunaan inlay?
2) Apasaja macam-macam bahan/material yang biasa digunakan sebagai
inlay?
3) Bagaimana keuntungan serta kerugian penggunaan inlay dibandingkan
dengan restorasi biasa?
4) Bagaimana prosedur klinis , tahap-tahap pembuatan, dan pemasangan
inlay?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi penggunaan inlay.
2) Untuk mengetahui macam-macam bahan/material yang biasa
digunakan sebagai inlay.
3) Untuk mengetahui keuntungan serta kerugian penggunaan inlay
dibandingkan dengan restorasi biasa.
4) Untuk mengetahui prosedur klinis , tahap-tahap pembuatan, dan
pemasangan inlay.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Inlay
Dental Inlay adalah restorasi gigi yang digunakan untuk memperbaiki gigi
yang rusak ringan hingga sedang. Inlay juga dapat digunakan untuk
mengembalikan gigi yang retak atau patah jika kerusakan tidak cukup parah untuk
memerlukan mahkota gigi. Inlay biasanya terbuat dari porselen, resin komposit,
dan kadang-kadang dari emas. Inlay disebut juga restorasi intrakorona , yaitu
restorasi yang terdapat di dalam kavitas oklusal. Restorasi ini dibentuk di luar
mulut dari bahan yang rigid dan kemudian disemenkan ke dalam gigi yang telah
dipreparasi, yang tentu saja tidak boleh mempunyai undercut.Inlay serupa dengan
onlay, yaitu tambalan yang dibuat di dental lab kemudian dicekatkan ke gigi
pasien dengan semen kedokteran gigi. Umumnya gigi yang dibuatkan inlay atau
onlay adalah gigi yang karies dan sudah berlubang besar atau gigi dengan
tambalan yang kondisinya sudah buruk dan harus diganti, bila ditambal secara
direct dengan amalgam ataupun resin komposit dikhawatirkan tambalan tersebut
tidak akan bertahan lama karena patah atau lepas.Beberapa restorasi intrakorona
(inlay) yang sering digunakan adalah:
1) inlay logam tuang dengan teknik direk.
2) inlay dan onlay logam tuang dengan teknik indirek.
3) inlay porselen.

2.2 Bahan yang digunakan


1) Logam tuangLogam tradisional bagi inlay adalah emas. Emas murni
(24 karat, 100 persen atau 1000 fine) jarang sekali digunakan karena
merupakan bahan yang sangat lunak. Logam lain lalu ditambahkan
kedalamnya untuk meningkatkan sifat fisiiknya dan karena itu bahan
yang digunakan dalam inlay emas tradisional adalah suatu aloi emas.
Aloi tersebut ada yang terdiri dari 60 persen emas atau lebih dan ada
pula yang hanya mengandung 20 persen emas. Aloi-aloi lain sama
sekali tidak mengandung emas tetapi hanya mengandung kombinasi-
kombinasi logam-logam lain, sehingga sering disebut sebagai logam
cor.
2) Porselen Inlay dan vinir porselen dibuat dengan salah satu dari dua
teknik yang sangat berbeda. Pada teknik pertama,cetakan gigi dicor
dalam bahan refraktori yang dapat dipanaskan sampai suhu tinggi sekali
tanpa mengalami kerusaka. Bubuk porselen dicampur dengan cairan
sampai menjadi pasta dan dimasukkan ke dalam kavitas inlay atau ke
dalam permikaan labial model refraktori ini, kemudian dibakar dalam
tungku pembakaran sampai partikel-partikel porselennya menyatu.
Proses diulang beberapa kali hingga restorasi menjadi berbentuk dan
berwarna seperti yang diinginkan. Model refraktori kemudian
dibuka,biasanya dengan sand blasting atau glass bead blasting.Teknik
kedua adalah mengecor suatu batangan kaca yang layak cor ke dalam
mould dengan lost wax technique. Restorasi kaca ini kemudian
dimasukkan ke dalam tungku pembakaran keramik yang akan
mengubah bahan menjadi keramik yang kemudian diwarnai dan dibakar
untuk mengubah penampilannya. Kedua teknik menghasilkan restorasi
keramik (biasanya disebut porselen walaupun sebetulnya tidak akurat),
tetapi bahan-bahan ini agak berbeda sifatnya.

.2.3 Keuntungan dan kerugian restorasi logam tuang dan porselen


1) Kekuatan Pada daerah yang tipis, logam cor lebih kuat daripada
amalgam, komposit, atau semen ionomer kaca dan mempunyai
kesanggupan melawan kekuatan tensil yanglebih besar. Oleh karena
itu, bahan ini merupakan bahan pilihan untuk melindungi tonjol gigi
yang telah melemah, yang dengan ketebalan logam 1,0 mm atau
kurang sudah cukup dibandingkan dengan ketebalan minimal
amalgam yang 3mm. Sifatnya yang kuat walau dalam potongan tipis
juga membuat bahan ini lebih ideal bagi restorasi vinir ekstrakorona
seperti onlay, dan mahkota lengkap atau sebagian. Bergatung pada
aloi logam yang digunakannya, logam cor bersifat agak duktil, yang
memungkinkan tepi restorasi diburnis agar adaptasinya lebih baik.
Untuk itu, preparasi diakhiri dengan bevel atau bahu pada tepi agar
ujung logam nya bisa tipis.Di pihak lain, porselen mempunyai
kekuatan kompresif yang tinggi tetapi rendah dalam kekuatan
tensilnya. Ini berarti bahan ini relative getas dalam potongan tipis,
paling sedikit sampai bahan ini disemenkan pada gigi dan
mendapatkan dukungan dari jaringan gigi. Oleh karena itu restorasi
porselen jangan diberi bevel, dan diperlukan ketebalan minimal agar
restorasi tidak pecah. Bagi porselen konvensional, ketebalan ini
minimal sekitar 1,5mm, tapi bagi vinir porselen yang tidak terkena
tekanan oklusal, 0,5mm atau kurang sudah memadai.
2) Ketahanan terhadap abrasiWalaupun amalgam menyerupai email
dalam ketahananya terhadap abrasi, baik komposit maupun semen
ionomer kaca cenderung aus dengan lebih cepat dari pada email,
terutama dipermukaan oklusal. Logam tuang dan porselen paling
sedikit sama kuatnya dengan email dalam menahan abrasi, dan
memang ada keyakinan bahwa porselen lebih resisten daripada email
sehingga restorasi porselen berantagonis dengan gigi asli, gigi
aslinya itu yang akan aus lebih cepat. Ini akan benar-benar terjadi
jiuka pengupaman (glazing) porselen tidak sempurna atau tidak
terkikis. Jika terdapat kavitas abrasi dileher gigi, komposit atau
semen ionomer mungkin sudah cukup menahan abrasi selanjutnya.
Kadang-kadang untuk mengulangi hal ini dipakai inlay porselen atau
inlay logam cor.
3) PenampilanPernah suatu saat, ketika pilihan restorasi adalah
amalgam, emas atau silikat. Emas sering merupakan bahan yang
paling disukai untuk alasan estetika karena lebih menarik daripada
amalgam dan tidak rusak seperti silikat. Selain itu, dilingkungan
masyarakat tertentu, emas di anggap sebagai symbol status jika
diletakkan di depan atau di pinggir mulut. Dengan di perkenalkannya
bahan restorasi sewarna dengan gigi yang lebih andal, mode tersebut
lambat laun menghilang dan kini relative sedikit pasien yang
meminta tambalan emas.
4) Versatilitas, Logam cor merupakan bahan yang sangat serbaguna.
Dengan teknik indirek, restorasi oklusal dan konturaksial serta
daerah kontaknya dapat di bentuk dengan akurat di laboratorium.
Jika restorasi tuang di buat pada pasien yang harus juga di buatkan
gigi tiruan sebagian lepas, bidang pemandu, dudukan test,dan
reciprocal ledge dapat sekaligus di bentuk pada restorasinya sewaktu
dalam tahap laboratorium
5) Biaya, Biaya merupakan kelemahan terbesar dari restorasi logam
tuang dan porselen. Penyebab tingginya biaya adalah jumlah waktu
yang harus dialokasikan. Selalu ada tahap laboratorium sehingga
minimal harus ada dua perjanjian klinis dengan pasien. Pertama
untuk preparasi gigi dan pencetakan, dan kedua untuk pengepasan
restorasi setelah dibuat di laboratorium. Waktu ekstra yang harus di
keluarkan oleh dokter gigi dan peteknik gigi tak terhindarkan lagi
menyebabkan biaya yang beberapa kali lebih mahal dari pada
restorasi plastisnya yang setara.
6) Penyemenan, Factor yang lemah pada setiap restorasi yang di
semenkan adalah penyemenan. Tepi suatu restorasi yang tepat-rapat
sekalipun masih mempunyai celah beberapa micrometer (10-16
mikrometer) dari dinding kavitas. Kerapatan tepi restorasi dengan
demikian bergantung seluruhnya pada semen.Secara ringkas,
keuntungan dan kekurangan inlay dirangkum di bawah ini: Inlay
akan menambah kekuatan gigi lebih besar daripada tumpatan biasa
Inlay lebih kuat dan tahan lama daripada tumpatan biasa. Lebih
sederhana dibanding crown karena lebih sedikit jaringan gigi yang
diambil. Karena melalui proses laboratorium, inlay lebih mahal
dibanding tambalan biasa.
2.4 Indikasi dan Kontraindikasi
a. Indikasi
Kerusakan sudah meliputi setengah atau lebih permukaan gigi yang
digunakan untuk menggigit (pada gigi belakang) Untuk menggantikan
tambalan lama, terutama bila jaringan gigi yang tersisa sedikit (pada gigi
belakang).4b. Kontraindikasi: Permukaan oklusal yang berat estorasi
keramik dapat patah pada saat kurangnya bagian yang besar untuk
mencukupi tekanan oklusal yang erlebihan. Seperti pasien yang memilki
bruxism atau kebiasaan clenching. Meihat permukaan oklusal dapat
emnjadi indikasi apakah gigi pasien bruxism/clenching. Ketidakmampuan
untuk memeliharanya Meskipun beberapa penelitin memberitahukan
bahwa dental adhesive dapat menetralkan berbagai kontraindikasi,
adhesive teknik memerlukan real-perfect moisture control.yang menjamin
keberhasilan kliniknya. Preparasi subgingival yang tajam. Walupun ini
tidak menjadi kontraindikasi yang absolute preparasi dengan kedalaman
tepi gingival harus dihindari. Tepi akan sulit dan mempengaruhi cetakan
dan akan sulit untuk di selesaikan.Dibawah ini diuraikan secara lebih
lengkap mengenai indikasi yang paling sering bagi setiap restorasi
Indikasi.
 Inlay logam tuang direk
Teknik inlay logam tuang secara direk hanya dapat
diterapkan pada kavitas yang sangat kecil. Dengan demikian, sifat
kuatnya suatu logam tuang tidak termanfaatkan dengan maksimal.
Hanya sedikit inlay logam tuang direk yang dibuat dan ini pun
biasanya diindikasikan bersama-sama dengan beberapa restorasi
lain.
 Inlay logam tuang indirek
Teknik indirek memungkinkan dibuatnya variasi desain
preparasi yang lebih banyak. Tipe yang paling sering dipakai
adalah inlay yang juga melindungi tonjol gigi dengan jalan
menutup permukaan oklusal, yang biasa disebut onlay. Indikasi
kedua yang paling sering untuk inlay indirek adalah sebagai
bagian dari suatu jembatan atau piranti lain yang menggantikan
gigi hilang.
 c. Inlay porselen
Inlay atau onlay porselen memiliki keuntungan dalam hal
penampilannya yang lebih alamiah dibandingkan dengan inlay
logam tuang dan lebih tahan abrasi daripada komposit. Oleh
karena itu, porselen cocok untuk permukaan oklusal gigi posterior
yang restorasinya luas dan penampilannya diperlukan. Selain itu,
porselen dapat juga dipakai di permukaan bukal yang terlihat baik
di gigi anterior maupun posterior. Porselen tidak sekuat logam
tuang tetapi jika sudah berikatan dengan permukaan email melalui
sistem etsa asam tampaknya akan menguatkan gigi dengan cara
yang sama seperti pada restorasi berlapis komposit atau semen
ionomer-resin komposit.

2.5 Prosedur Klinis Pembuatan Inlay


2.5.1 Inlay Logam Tuang Direk
a) Teknik preparasi
Karakteristik utama untuk preparasi inlay ini adalah tidak boleh
ada undercut walaupun harus tetap retentif. Secara teoritis sudut antara
dinding-dinding kavitas harus antara 7-10 derajat, tetapi hal ini hampir
mustahil dilaksanakan secara klinis, sehingga sudut 20 derajat secara rata-
rata dapat diterima. Jika garis-garis internal terlihat jelas sekali, maka
berarti dinding kavitas terlalu divergen ke oklusal. Sebaliknya, jika satu
dinding selalu hilang dari pandangan, maka berarti kavitasnya memiliki
undercut. Dinding-dinding kavitas harus dihaluskan agar pola direknya
dapat dikeluarkan.Aloi yang digunakan hendaknya aloi yang duktil dan
tepi kavitas dibevel sehingga inlay dapat diburnis untuk meningkatkan
adaptasi tepinya. Bevel dapat dibuat dengan memakai kecepatan tinggi
dengan bur karbida tungsten kecepatan tinggi atau dengan kecepatan
rendah . kavitas ini dapat dilapik dengan semen EBA atau semen ionomer.
Pada kavitas yang sangat dalam, diperlukan subpelapik hidroksida
kalsium.
b) Pola direk
Untuk membuat pola malam direk, permukaan preparasi mula-
mula dilumas dulu dengan lapisan tifis parafin cair atau larutan sabun.
Sebatang malam inlay dilunakkan dan dibentuk mengerucut dengan jalan
memanaskan unjung malam secara hati-hati di atas api spiritus. Malam
jangan sampai dipanaskan terlalu tinggi hingga mencair dan menetes.
Ujung malam yang sudah lunak dibentuk sampai berbentuk kerucut
memakai ibu jari dan telunjuk. Kerucut malam yang lunak tersebut
kemudian ditekankan ke kavitas dan tetap ditekan sampai malamnya
mendingin. Jika sudah keras, malam diukir dengan instrumen panas atau
tajam sambil hati-hati dalam membentuk bevel sudut tepi kavitas dan
kontur. Permukaan malam dapat dihaluskan dengan butira kapas. Kapas
ini dibasahi dahulu dengan air dan diletakkan di atas nyala api sampai
airnya hampir mendidih. Ini dapat dipakai untuk menghaluskan kekasaran-
kekasaran kecil. Tahap selanjutnya adalah memberikan sprue pada pola
malam. Sprue terbuat dari kawat bulat lurus berdiameter sekitar 1 mm dan
panjang 15 mm. Sprue dipanaskan dan setelah ditambah selapis malam
inlay disekelilingnya, sprue ditusukkan di tengan pola dan dibiarkan
sampai dingin. Sprue berfungsi ganda; sebagai pegangan untuk menarik
pola malam dari kavitas dan membentuk saluran tempat mengalirnya
logam setelah pola ditanamkan dan spruenya diangkat. Pola malam
diangkat dari kavitas dengan memegang sprue dengan jari dan periksalah
baik-baik permukaan dalamnya. Pola malam yang baik seharusnya
mencerminkan reproduksi yang tajam dari rincian permukaan internal
kavitas. Tambalam sementara diperlukan untuk melindungi dentin terbuka,
sampai inlaynya selesai dicor. Tambalan ini bisa berupa semen OSE
walaupun tidak ideal karena akan sukar dibuka tanpa merusak preparasi.
Lebih disukai memai akrilik untuk mahkot adan jembatan sementara
karena dapat dibuka dalam satu kesatuan. Akrilik dicampur samapi
konsistensinya kental, dimasukkan ke dalam kavitas dan dibentuk dengan
instrumen plastis datar. Ketika hampir mengeras inlay sementara
dikeluarkan kemudian dimasuk-keluarkan beberapa kali sampai mengeras.
Ini akan menghindarkan inlay sementara menempel pada kavitas. Inlay
sementara kemudian disemenkan dengan semen sementara OSE.
c) Tahap Laboratorium
Tahap laboratorium akan bervariasi bergantung pada bahan pola
dan logam yang digunakan. Singkat kata, sprue dan pola diletakkan pada
cone-shaped form, ditutup dengan bumbung tuang lalu dituangi dengan
bahan investmen dan dibiarkan mengeras. Jika telah mengeras, cone-
shaped form dan sprue diangkat dengan pinset. Bumbung tuang kemudian
dipanaskan dalam tungku sampai malam meleleh dan menguap atau
akriliknya terbakar habis lalu logam cair dicorkan dan dibiarkan mengeras.
Ketika masih panas bumbung tuang dicelupkan ke dalam air sehingga
investmen akan pecah dan mudah dibuka. Sprue dipotong, biasanya
disisakan sedikit sebagai pegangan ketika mencoba inlay dalam kavitas.
Inlay direk yang kecil biasanya tidak dipoles sampai dicobakan di dalam
mulut.
d) Kunjungan Klinis Kedua
Inlay sementara dibuka dan kavitas dibersihkan serta diperiksa dari
sisa-sisa tambalan sementara. Sebelum dicobakan di dalam kavitas,
permukaan dalam inlay harus diperiksa dengan teliti, jika terdapat sedikit
benjolan kacil emas dapat dihilangkan dengan ekskavator, tetapi jika defek
in ibesar dan banyak, pola malam harus dibuat ulang.
Selanjutnya inlay dicobakan ke dalam kavitas. Jika duduknya tidak
baik, kemungkinan terdapat sisa-sisa tambalan sementara atau adanya
undercut dalam kavitas dan pola malam yang distorsi. Dalam keadaan
seperti ini, kavitasnya harus dimodifikasi dan pola dibuat kembali.
Akhirnya bevelnya yang diperiksa, karena bevel yang tidak cukup akan
juga memerlukan pembuatan pola malan yang baru.
Jika restorasinya telah pas, tepi inlay diburnis dengan burniser
tangan dengan gerakan dari inlay ke gigi. Suatu daerah tepi yang tampak
terlalu tebal dapat dikurangi dengan bur pengakhir baja bulat dan kecil
atau dengan stone putih kecepatan rendah. Instrumen harus digunakan
dengan tekanan ringan dan diputar dari emas ke gigi sehingga berefek
kerja dari emas ke gigi.
Tepi inlay kini dipoles di alam mulut sejauh mungkin, memakai
poin karet pumis dan caret. Akhirnya inlay diangkat dan sprue dipotong.
Sisa permukaan dipoles dengan roda karet abrasif. Selanjutnya inlay
disemenkan dengan semen ionomer kaca tipe penyemen atau semen Zn.
Fosfat yang dicampur samapi konsistensinya seperti krim. Semen ionomer
kaca lebih disukai karena lebih adhesif ke dentin dan kurang iritatif
terhadap pulpa. Semen dicapur sesuai instruksi pabrik. Semen yang telah
dicampur diulaskan ke permukaan dalam inlay, dimasukkan ke dlam
kavitas, ditekan sampai posisinya baik dengan burniser berberntuk buah
pir. Jika semen telah benar-benar mengeras, gunakan ekskavator atau
sonde untuk menghilangkan kelebihan semen. Jika semen ionomer yang
dipakai, tepinya harus dilapisi dua lapis pernis. Restorasi kemudian
dipoles akhir dengan poin karet pumis dan tepinya dipernis ulang.
2.5.2 Inlay logam tuang indirek
a). Preparasi bagi inlay MOD dengan perlindungan tonjol
Ini merupakan macam inlay yang paling umum dilakukan. Prinsi-
prinsip ini di aplikasikan agak berbeda untuk memperhitungkan sifat-sifat
bahan yang digunakan, tetapi secara prinsip sama dengan prinsip untuk
restorasi plastis , yaitu: Memperoleh akses ke karies atau membuang
restorasi lama. Membuang karies. Mempertimbangkan dengan seksama
langkah berikutnya.Desain untuk inlay harus dipertimbangkan kembali
ditahap ini dan jika keputusannya telah dikonfirmasikan maka rencanakan
rincian desain.
 Mempreparasi kavitas sehingga retentive dan resisten.
 Mempreparasi perlindungan tonjolnya.
 Mengecek undercut.
 Mempreparasi garis-garis akhir.
 Melapik kavitas.
b. Retensi bagi kavitas inlay
Retensi diperoleh dengan mempreparasi dinding yang saling
berhadapan menjadi separalel mungkin dan tanpa undercut. Hal ini
memungkinkan diperolehnya jalan masuk inlay dengan baik dari arah
oklusal, dan paling mudah dibuat dengan menggunakan bur fissure
karbida tungsten lurus mengguncup pada kecepatan tinggi. Agar dinding-
dinding kavitas bias separalel mungkin, bur harus diatur kembali letaknya
ketika berpindah dari sisi bukal ke sisi lingual kavitas. Hilangnya retensi
diarah lain dicegah dengan keberadaan tonjol dan kunci oklusal dalam
cara yang sama dengan retensi bagi amalgam.
c. Perlindungan tonjol
Aspek penting dari desain dan alasan utama untuk memilih tipe
restorasi ini adalah guna melindungi tonjol yang lemah agar tidak patah
karena tekanan oklusal. Untuk melakukan ini, tonjol yang lemah dikurangi
ketinggiannya, sejajar dengan lereng tonjol. Dasar pengasahan tergantung
keadaan tetapi umumnya tidak lebih dari 0,5mm. untuk beberapa kasus,
pengasahan mungkin harus dilakukan lebih banyak (sampai 1,5 mm),
terutama jika tonjol yang akan di lindungi berkontak pada gerak lateral
mandibula (tonjol fungsional)dank arena itu rawan terhadap tekanan
lateral.
d. Pemeriksaan undercut
Kavitas harus bebas dari undercut agar semua garis (line angle)
yang kecil dan titik sudut (point angle) bias dilihat sekaligus. Undercut
bias dicek dengan melihatnya langsung pada kavitas, atau dengan kaca
mulut (khususnya yang mempunyai permukaan pemantul), pada arah
pelepasan inlay. Tanpa memindahkan posisi kepala, operator bisa
memasukkan sonde dari pandangan, berarti sonde masuk kedaerah
undercut. Tindakan ini perlu dilakukan dengan hati-hati pada kavitas
MOD, agar daerahnya bebas undercut. Semua undercut yang ada harus
dihilangkan, baik dengan mempreparasi lagi gigi tersebut atau jika
undercut didukung dengan baik oleh dentin, dengan menutupinya dengan
menggunakan semen.

e. Garis pengakhir
Beberapa bentuk bevel atau chamfer merupakan garis pengakhir
yang umum dilakukan untuk restorasi tuang intrakorona. Penggunaan
bentuk ini menghasilkan sudut tepi kavitas (cavo-surface) 1350 dan sudut
tepi logam 450. Jika inlay dipasang, tepi logam yang tipis ini bisa diburnis
ke email.
f. Pelapikan kavitas
Pada kavitas yan dalam harus digunakan sub pelapik dari semen
yang mengandung hidroksida kalsium. Bahan pelapik kedua selanjutnyya
diletakkan diatas sub pelapik untuk menutup setiap undercut, mendatarkan
lantai oklusal dan dinding pulpa, dan sebagai isolator panas bagi pulpa.
Semen ionomer kaca merupakan bahan pilihan untuk pelapik structural ini
karena adhesive terhadap dentin.
g. Pencetakan Sendok cetak khusus
Sendok mendukung bahan disekitar gigi, ini berarti bahan di
sekitar gigi; ini berarti bahwa bahan cetak yang digunakan makin sedikit
dan bisa diperoleh ketebalan bahan yang konsisten. Jika diperlukan dapat
pula dibuat sendok cetak khusus dari resin akrilik pada model studi.
Sendok harus menutupi semua gigi didalam lengkung dan diperluas 2mm
melebihi tepi gingival. Sendok harus berjarak 1-2mm dari gigi-gigi tetapi
berkontak dengan 3 gigi disepanjang rahang sehingga bisa dipasang
dengan tepat tanpa menyentuh gigi yang dipreparasi. Bahan adhesive yang
tepat untuk pencetakkan diulaskan pada bagian dalam sendok dan sekitar
tepi-tepinya, kemudian dibiarkan mongering sebelum dilakukan
pencetakkan.1 Pengisolasian gigi; retraksi gingiva. Bahan cetak elastomer
bersifat hidrofobik dank arena itu, permukaan gigi yang dipreparasi harus
kering. Gigi diisolasi dengan gulungan kapas dan disertai penghisap
saliva. Jaringan gingival harus dalam keadaan sehat sebelum dilakukan
preparasi. Jika tepi preparasi diperluas ke atau dibawah tepi gingival, tepi
gingival perlu diretraksi sebelum pencetakan agar diperoleh cetakan
bagian tepi yang akurat. Untuk tujuan ini digunakan benang retraksi
gingival yang dibasahi larutan stiptik seperti alumanium klorida atau
vasikonstriktor misalnya adrenalin. Benang ditekan perlahan-lahan ke
leher gingival dengan alat plastic datar, dibiarkan 1-2menit sebelum
dilakukan pencetakkan.

Pembuatan cetakan
Bahan cetak diaduk merata sesuai petunjuk pabrik. Benang retraksi
dilepas dan bahan cetak yang encer disuntikan kedalam preparasi dan
sekitar gigi. Bahan cetak yang lebih kental atau berbentuk padat
diletakkan pada sendok cetak dan sendok cetak ditempatkan diatas bahan
encer yang belum mengeras. Ini membantu bahan cetak beradaptasi
kesemua daerah preparasi dan leher gingiva. Sendok cetak ditahan sampai
bahan cetak mengeras dan dikeluarkan dari mulut.

Pemeriksaan cetakan
Cetakan hasil preparasi harus diperiksa rinciannya untuk melihat
apakah semua bagian tepi terlihat dan tidak ada lubang kosong karena
gelembung udara yang terjebak. Rincian permukaan okusal dari seluruh
cetakan harus diperiksa karena akibat gelembung udara nantinya akan
terisi gip dan menghalangi oklusi model.

2.5.3 Inlay Sementara


Sementara Inlay tuangnya dibuat, dibutuhkan restorasi sementara
yang kuat untuk:
 Melindungi pulpa
 Mencegah pertumbuhan kedalam dari jaringan gingiva
 Mencegah perubahan kontak oklusal dan aproksimal
 Merestorasi penampilan dan kenyamanan
Untuk ini, dibutuhkan inlay yang kuat yang bisa disemen dengan
bahan semen sementara tetapi mudah dilepas pada kunjungan berikut.
Bahan untuk mahkota sementara bisa dipergunakan sebagai bahan inlay
sementara.1Kavitas dilumasi dengan Vaselin dan pita matriks dipasang
pada gigi. Pita diburnish untuk memperoleh kontak aproksimal yang
akurat dan baji dipasang untuk memperolah adaptasi servikal yang baik.
Resin diaduk dan setelah mencapai kekentalan seperti dempul, diletakkan
di dalam preparasi.
Ketika resin mengeras, resin akan kehilangan plastisitasnya dan
pita serta inlay sementara sekarang sudah bisa dilepas. Inlay harus
dipasang dengan hati-hati dan dilepas beberapa kali sampai semen
mengeras. Kelebihan resin dibersihkan dari inlay diluar mulut, dengan bur
baja dan henpis. Akhirnya inlay dipasang dan oklusi dicek dengan kertas
artikulasi serta disesuaikan sampai akurat apada posisi intercuspal dan
gerak lateral. Inlay sementara akahirnya dihaluskan dengan roret sebelum
disemen dengan semen sementara oksida-seng eugenol. Sewaktu semen
mengaras, kelebihannya dibuang dengan sonde.

Tahap Laboratorium
Pada dasarnya, cetakan kerja diisi dengan gips keras disertai pin
runcing atau alat lain agar model gigi yang dipreparasi bisa dipotong
terpisah dari bagian model yang lain. Sedemikian rupa sehingga bisa
dipasang kembali keposisi yang sama. Inilah yang disebut die. Pola malam
dibuat pada die yang sudah dilumasi dan karena die dilepas dari model
induk, maka bisa diperoleh pola malam direct dengan adaptasi tepi gingiva
proksimal dan titik kontak yang lenih akurat. Pola malam kemudian diberi
sprue seperti biasa, tetapi biasanya digunakan sprue malam atau plastik,
bukan logam dan dicor. Sprue dilepas dan inlay dipoles di laboratorium
sebelum dikembalikan ke klinik. Oklusi di cek sewaktu pola malam dibuat
dan selama pemolesan, dengan mengartikulasikan model kerja dengan
model antagonisnya. Ini bisa dilakukan dengan tangan, tapi lebih baik bila
model dioklusi dengan artikulator sederahana. Keuntungannya adalah bila
menggunakan tangan sebagian besar gigi akan saling berkontak meskipun
pola malam kurang baik, tetapi dengan artikulator, kontak yang terlalu
tinggi dengan pola malam akan membuat gigi lain tidak berkontak
sehingga penyimpangan oklusi bisa dilihat dengan jelas.

Melepas inlay sementara


Pada pemasangan restorasi perlindungan tonjol, pemakaian isolator
karet agak menggangu karena oklusi perlu dicek secermat mungkin.
Walaupun demikian, bisa digunakan gulungan spon basah, yakni spon
kupu-kupu untuk mencegah agar inlay tidak tertelan atau terhirup. Skeler
digunakan untuk melepas inlay sementara dan semua sisa semen
sementara dibersihkan dengan sonde.

Mencoba restorasi tuang


etelah memastikan bahwa spon kupu-kupu melindungi faring,
pasanglah restorasi tuangnya dan periksa tepinya dengan sonde tajam
kalau-kalau ada bahan yang kurang atau ada ketidakteraturan. Jika
restorasi tidak mau duduk dengan baik, carilah penyebab kesalahan
dengan urutan sebagai berikut:
 Kotoran atau semen sementara masih ada dalam preparasi
 Pertumbuhan berlebih dari gingiva kedalam preparasi
 Kontur proksimal terlalu besar
 jika restorasi tidak bisa juga dipasang mungkin penyebabnya
adalah perubahan bentuk pola malam atau cetakannya.
Jika ketepatan bagian tepi baik tetapi titik kontak kurang memadai,
keadaan ini bisa diperbaiki dengan menambah solder logam pada daerah
tersebut. Setelah restorasi terpasang, spon bisa dikeluarkan dan oklusi dicek
pada semua gerak mandibula. Gunakanlah kertas artikulasi untuk
memeriksa titik kontak prematur. Sebelum melepas inlay untuk untuk
memperbaiki kontak ini, pasang kembali spon kupu-kupu. Jika oklusi sudah
diperbaiki, inlay dikeluarkan, dihaluskan dan dipoles.
Akhirnya, sebelum disemenkan, tepi restorasi harus diburnish ke
email dengan menggunakan instrumen genggam atau burnisher protatif.
Instrumen harus selalu digerakkan dari logam kearah gigi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Inlay adalah restorasi gigi yang digunakan untuk memperbaiki gigi yang
rusak ringan hingga sedang. Inlay disebut juga restorasi intrakorona , yaitu
restorasi yang terdapat di dalam kavitas oklusal. Restorasi ini dibentuk di luar
mulut dari bahan yang rigid dan kemudian disemenkan ke dalam gigi yang telah
dipreparasi, yang tentu saja tidak boleh mempunyai undercut.
Inlay serupa dengan onlay, yaitu tambalan yang dibuat di dental lab
kemudian dicekatkan ke gigi pasien dengan semen kedokteran gigi. Umumnya
gigi yang dibuatkan inlay atau onlay adalah gigi yang karies dan sudah berlubang
besar atau gigi dengan tambalan yang kondisinya sudah buruk dan harus diganti,
bila ditambal secara direct dengan amalgam ataupun resin komposit
dikhawatirkan tambalan tersebut tidak akan bertahan lama karena patah atau
lepas.4 Inlay biasanya terbuat dari porselen, resin komposit, dan kadang-kadang
dari emas.2 Inlay terbuat dari logam tuang dan porselen yang memiliki
keuntungan dan kerugian terhadap kekuatan, ketahanan terhadap abrasi,
penampilan, versatilitas, biaya dan penyemenan.

3.1 Saran
Terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang sudah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. (2003). Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. (Johan
Arief Budiman & Susi Purwoko, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Baum L. dkk. (1985). Textbook of Operative Dentistry, Philadelphia: W. B.


Saunders.

Sturdevant, CM. (2006) The Art and Science of Operative Dentistry, ed.5. St
Louis Mosby.

Kidd, AM., Smith, BGN., & Pickard, HM. (2000). Manual Konservasi Restoratif.
Ed 6. ( Narlan Sumawinata, Penerjemah). Jakarta: Widya Medika

Anda mungkin juga menyukai