Disusun Oleh :
Zaleha Rusdiana I4D112032
Johay Maulida Rosita 1731111320026
Kevinda Januarizqi 1731111310027
Muhammad Akbar R 1731111310035
Nida Rizky 1731111320038
Tri Nastiti Husna 1731111320053
0
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
E. Laporan Kasus 15
DAFTAR PUSTAKA 31
1
RESTORASI ONLAY
2
b. Onlay Resin Komposit
Perbedaan resin komposit yang digunakan sebagai restorasi plastis dan inlay/onlay
adalah cara manipulasinya dan sifat-sifatnya. Resin komposit sebagai inlay dan onlay
dimanipulasi secara langsung dan tidak langsung di rongga mulut (direct and indirect
technique). Teknik indirect ini menyebabkan resin komposit dapat dipolimerisasi dua kali.
Polimerisasi pertama dilakukan dengan menggunakan sinar tampak (visible light) dengan
panjang gelombang 470 nm. Polimerisasi kedua dilakukan dengan menggunakan bantuan
alat spesifik yang bentuknya seperti oven, yang telah dimodifikasi dengan tambahan alat
pemancar sinar, pengatur suhu, serta tekanan. Suhu yang digunakan adalah 250 F selama
7 menit.
Adanya polimerisasi kedua ini menyempurnakan polimerisasi pada monomer-
monomer yang awalnya belum terpolimerisasi seluruhnya. Hal ini menurunkan resiko
polymerization shrinkage sehingga mengurangi terjadinya microleakage atau kebocoran
mikro di daerah tepi. Sifat fisik resin komposit seperti kekuatan tahan tekan (compressive
strength) dan ketahanan aus (wear resistance) akan semakin meningkat dengan
menurunnya kebocoran mikro ini. Selain itu, sifat estetisnya tetap baik, dan tidak berbeda
dengan resin komposit sebagai restorasi plastis.
Kelebihan
1. Estetik sewarna dengan gigi asli.
2. Preparasi tidak terlalu rumit.
3. Lebih ekonomis dibandingkan dengan restorasi indirek lain.
Kekurangan
1. Kurang tahan lama dan mudah aus dibandingkan restorasi rigid berbahan logam
ataupun porselen.
2. Jika menggunakan teknik indirek memerlukan kunjungan tambahan.
3. Lebih mahal dibandingkan restorasi plastis komposit, karena memerlukan
instrument khusus maupun proses laboratorium.
c. Onlay Porselen
Komposisi Porselen
Komposisi porselen terdiri dari kaolin, feldspar, silika, flux, dan logam
pewarna.
- Kaolin
Kaolin untuk mempertahankan kepadatan dan kekuatan porselen agar dapat
dibentuk sebelum dibakar.Makin banyak kaolin maka makin gelap porselen
karena kaolin bersifat memberi warna gelap pada porselen, sehingga akan
mempengaruhi estetik dari porselen.
- Feldspar
3
Feldspar memberikan warna transparan pada porselen dan berfungsi
sebagai flux untuk mengikat kaolin dengan silika.
- Silika
Silika digunakan dalam porselen berguna sebagai penambah
kekuatan.Bahan ini melengkapi bahan dasar dan mempengaruhi warna pada
porselen serta sebagai bahan utama dalam porselen.
- Flux
Flux dicampurkan pada porselen dalam pembuatannya pada temperatur
yang rendah.Flux yang dicampurkan pada porselen terdiri dari sodium karbonat,
kalsium karbonat, natrium karbonat, dan boraks.Flux berfungsi untuk
memperendah temperatur penyatuan.
- Bahan Pewarna
Bahan ini ditambahkan agar memberi warna pada porselen supaya sesuai
dengan warna gigi. Bahan pewarna dalam porselen adalah :
1. Titanium untuk memberikan warna kuning dan dapat digunakan untuk
membuat bahan menjadi lebih opak.
2. Kobalt untuk memberi warna kebiru-biruan.
3. Besi untuk memberi warna kecoklat-coklatan.
4. Timah dan emas untuk memberi warna merah jambu.
5. Emas metalik untuk memberi warna bayangan merah kecoklatan.
6. Platina untuk memberi warna keabu-abuan.
Sifat-sifat Porselen
- Ekspansi termal
Porselen memiliki ekspansi termal yang mendekati ekspansi termal dari
substansi gigi, yaitu sekitar 6,4 – 7,8 x 10-6 mm/mmoC.
- Estetis
Pewarna porselen terdiri dari sediaan bubuk metal.Pewarnaan yang terjadi
pada porselen tergantung pada oksida logam yang digunakan.Penambahan zat
warna yang tepat akan menghasilkan warna translusen yang menyerupai warna
gigi. Porselen yang telah dipoles memiliki permukaan yang halus, sehingga plak
dan debris tidak mudah menempel.
- Kekuatan
Porselen memiliki comprsessive strength yang tinggi dibanding dengan
tensil strength atau transverse strength.Porselen membentuk restorasi yang tahan
lama dan tidak korosi atau larut.
- Kekerasan
Memiliki kekerasan yang sangat bagus dan merupakan salah satu material
yang mempunyai kekerasan terbaik dilihat dari knoop Hardness Number yaitu
460 kg/mm2 dibandingkan alloy emas 22K.
- Biokompatible
4
Porselen dapat beradaptasi dengan baik terhadap perubahan temperatur
mulut dan tidak larut dalam saliva dan tidak mengiritasi jaringan mulut.Pada
bahan ini tidak ditemukan efek toksiknya dan tidak menimbulkan reaksi alergi
bagi si pemakai.
Kelebihan
- Memiliki estetik yang baik karena warnanya dapat disesuaikan dengan warna
gigi asli pasien.
- Resistensi terhadap pemakaian karena porselen miliki kekuatan yang bagus,
sehingga cukup lama dapat bertahan di rongga mulut.
- Biokompatibilitas dan respon jaringannya baik.
- Mempunyai kemampuan untuk menguatkan struktur gigi yang tersisa.
- Dapat mengembalikan anatomis gigi
- Sifat fisis yang adekuat untuk rekonstruksi oklusi.
- Polimerisasi shrinkage tidak ditemukan.
Kekurangan
- Biayanya mahal
- Waktu kunjungan lama
- Memerlukan keterampilan yang tinggi
- Dapat menyebabkan keausan gigi antagonis dan restorasi komposit antagonis.
- Kesulitan untuk polishing intraoral.
- Potensial perbaikan yang rendah.
5
merubah bentuk logam. Pada saat mendingin, baik logam maupun keramik akan
mengalami kontraksi yang akan menimbulkan retak atau bahkan terlepasnya keramik
dari logam.
Bahan–bahan yang dipakai harus bersifat biokompatibel terhadap jaringan.
Pada prinsipnya, sifat–sifat restorasi metal keramik ditentukan oleh keadaan
interfacenya. Bila didapati ikatan yang rapat antara metal dengan keramik maka akan
terjadi penurunan energi bebas yang dapat memisahkan kedua komponen atau sebaliknya.
Perlekatan Logam pada Porselen
Dua jenis ikatan utama:
a. Chemical bonding
b. Mechanical interlocking
Kegagalan pada Restorasi Kramik Metal
a. Mayoritas kasus yang terjadi oleh karena
- Kegagalan biologis: fraktur gigi, periodontal disease, karies sekunder
- Fraktur prothesisi dan kegagalan estetik, 20% dari kasusu retretment
b. Fraktur pada protesis (crown) terletak pada adhesif kramik coping.
Kelebihan
- Warna dapat disesuaikan dengan warna gigi.
- Permukaan licin seperti kaca.
- Daya kondensasinya rendah dan toleransi jaringan lunak baik.
Kekurangan
- Ketahanan terhadap benturan rendah.
- Kurang dapat beradaptasi dengan dinding kavitas.
- Dalam proses pembuatannya membutuhkan tungku khusus.
6
Memperbaiki fungsi oklusi.
Kemungkinan bisa terjadi fraktur cusp
apabila tidak di restorasi rigid onlay.
ONLAY LOGAM
Indikasi dan kontraindikasi inlay / onlay logam antara lain sebagai berikut :
INDIKASI KONTRAINDIKASI
Untuk karies yang besar dan dalam, terutama Oral hygiene pasien buruk.
Pasien alergi logam.
yang meluas sampai ke proksimal.
Pasien dengan insidensi karies yang
Sebagai penyangga bridge.
Gigi yang mengalami abrasi yang luas atau tinggi.
pada karies yang lebar meskipun masih
dangkal.
Gigi yang menerima beban kunyah yang
besar.
Keadaan ekonomi pasien hanya mampu
dilakukan restorasi rigid dengan bahan
logam, karena logam merupakan restorasi
yang paling ekonomis dibandingkan porselen
dan komposit.
Pasien menginginkan untuk direstorasi inlay /
onlay logam.
Ketika gigi antagonisnya telah direstorasi
porselen.
Ketika gigi antagonis atau gigi yang
berdekatan dari gigi yang akan direstorasi
sudah direstorasi dengan bahan alloy logam,
gigi yang direstorasi diindikasikan untuk
menggunakan restorasi logam yang sama,
karena hal tersebut dianggap mampu
menghindari aktifitas elektrik dan korosi
yang kadang-kadang terjadi atara alloy logam
yang berbeda (efek galvanis) (contoh: alloy
logam dan alloy emas).
7
ONLAY PORSELEN
Indikasi dan kontraindikasi inlay / onlay porselen antara lain sebagai berikut :
INDIKASI KONTRAINDIKASI
Diindikasikan pada gigi vital maupun non Oral hygiene pasien buruk.
Pasien dengan insidensi karies yang
vital yang lebih mementingkan faktor estetik.
Pasien menginginkan untuk dilakukan tinggi.
Pada pasien yang mempunyai
restorasi rigid resin komposit.
Pada pasien kelas menengah. kebiasaan bruxism.
Pada gigi yang tidak memiliki beban kunyah Apabila gigi antagonisnya telah
yang besar. dilakukan restorasi porselen. Karena
akan mengakibatkan abrasi pada
restorasi kompositnya.
8
B. Tahapan Pembuatan Restorasi Rigid Onlay
Ada Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan preparasi inlay/onlay
adalah sebagai berikut:
Apabila terdapat penyakit periodontal harus dihilangkan terlebih dahulu
Melakukan foto rontgen untuk mengetahui apakah terdapat kelainan atau tidak
OH harus baik
Dalam laporan ini akan dibahas 3 prinsip preparasi untuk beberapa bahan yang
digunakan dalam restorasi inlay/onlay, yakni :
a. Onlay logam
b. Onlay Porselen
c. Onlay Porcelain Fused To Metal
9
Pada restorasi rigid (inlay atau onlay), undercut bukan merupakan bentuk retensi.
Retensi dari restorasi rigid didapat dari adanya bevel pada cavosurface. Sehingga
setiap undercut ditutup dengan menggunakan liner.
4. Memberi liner kavitas.
Dasar kavitas diberi liner dan seringkali liner tersebut adalah kalsium hidroksida.
Semen ini digunakan juga untuk menutup undercut sehingga diharapkan dasar cavitas
akan rata dan licin. Semen ionomer kaca juga seringkali digunakan, bahan ini bekerja
optimal karena memeiliki sifat adesif dengan dentine dan mudah diadaptasikan dalam
kavitas.
5. Pencetakan
Pencetakan bisa secara menyeluruh ataupun hanya sebagian, namun tetap kedua
regio dilakukan pencetakan untuk mengetahui kontak dengan gigi antagonisnya.
Bahan yang sering digunakan adalah elastomer karena lebih praktis dibanding bahan
lain.
6. Restorasi sementara
10
Kunjungan Pertama
a) Akses Ke Karies
Tahap pertama preparsi adalah memperoleh akses ke dentin karies.
b) Menentukan Luas Karies
Jika akses telah diperoleh, kavitas bisa dilebarkan kearah bukopalatal sampai
dicapai pertautan email-dentin yang sehat. Hal ini menentukan lebar boks arah
bukopalatal.
c) Desain Preparasi Kavitas
Desain preparasi kavitas harus memastikan retensi seperti dinding vertikal
kavitas utama yang hampir sejajar dan sedut divergensi dinding bukal dan lingual
pada bagian proksimal masing-masing adalah 50-100. Jika sudut kurang 50, struktur
gigi yang masih ada berada pada keadaan yang terlalu banyak tekanan selama
prosedur sementasi dan jika sudut lebih dari 100, retensinya bermasalah.
d) Keyway
Keyway dibuat dengan kemiringan minimal sekitar 100 memakai bus fisur kuncup
dan dijaga agar sumbu bur sejajar dengan sumbu gigi. Lebar keyway diantara tonjol
merupakan daerah yang paling sempit dan melebar kearah yang berlawanan dengan
letak karies aproksimalnya dan dengan mengikuti kontur fisurnya. Setelah membuat
keyway, kavitas dikeringkan untuk memeriksa ada tidaknya sisa karies dibagian ini
dan bahwa kavitasnya sedikit membuka dengan sumbu yang benar. Jika kemiringan
dinding tidak tepat, maka ketidaktepatan itu harus diperbaiki.
e) Boks Aproksimal
Kini perhatian dapat dialihkan kembali ke lesi aproksimalnya. Dibagian ini
kavitas harus di dalamkan memakai bur bulat kecepatan rendah dan dengan cara yang
sama dengan jalan membuang dentin karies pada daerah pertautan email-dentin.
Ketika dentin karies pada pertautan email-dentin telah dibuang, dinding email dapat
dipecahkan dengan pahat pemotong tepi gingiva. Preparasi dibuat miring sebesar 10
derajat dengan bur fisur runcing. Gigi tetangga dilindungi dengan lempeng matriks
untuk melindunginya dari kemungkinan terkena bur. Menjaga agar sumbu bur sejajar
dengan waktu pembuatan keyway merupakan hal yang sangat penting sehingga
bagian boks dan keywaynya mempunyai kemiringan yang sama. Pelebaran ke arah
gingiva hanya dilakukan seperlunya saja sekedar membebaskan pertautan email-
dentin dari karies, demikian juga halnya dalam arah bukolingual. Setiap email yang
tak terdukung dentin sehat, hendaknya dibuang dengan bur fisur kecepatan tinggi.
f) Pembuangan Karies Dalam
Karies mungkin masih tertinggal di dinding aksial. Jika dinding karies telah
terbuang, periksalah kemungkinan masih adanya daerah undercut. Undercut
11
padadaerah pertautan email-dentin seharusnya telah dibersihkan. Jika masih terdapat
undercut pada dinding aksial, maka undercut tersebut biasanya terletak seluruhnya
pada dentin dan ditutup dengan semen pelapik pada tahap preparasi berikutnya
sehingga preparasi mempunyai kemiringan yang dikehendaki.
g) Bevel
Garis sudut aksiopulpa hendaknya dibevel, dengan menggunkan bur fisur. Hal ini
untuk memungkinka diperolehnya ketebalan yang cukup bagi pola malam yang kelak
akan dibuat di daerah yang dinilai kritis. Bevel hendaknya diletakkan di tepi email
agar tepi tipis hasil tuangan dapat dipaskan seandainya kerapatan hasil tuangan
dengan gigi tidak baik. Hendaknya bevel tidak diluaskan lebih ke dalam lagi karena
retensi restorasi akan berkurang. Tepi luar bevel harus halus dan kontinyu untuk
memudahkan penyelesaian restorasi dan supaya tepi tumpatannya beradapatsi baik
dengan gigi. Bevel biasanya tidak dibuat didinding aproksimal karena akan
menciptakan undercut, mengingat sebagian besar tepi kavitas terletak di bawah bagian
gigi yang paling cembung. Akan tetapi dinding gingiva dapat dan harus dibevel. Bevel
gingiva sangat penting karena akan menigkatkan kecekatan tuangan yang biasanya
merupakan hal yang paling kritis.
h) Pola Malam
Pola malam dibuat secara:
- Direct : pembuatan restorasi rigid secara langsung dalam satu kali kunjungan.
- Indirect : pembuatan restorasi rigid yang dilakukan di laboratorium dan berkali-
kali kunjungan
i) Gigi direstorasi dengan tumpatan rigid sementara
Kunjungan Kedua
1. Tumpatan rigid sementara dibongkar
2. Setelah preparasi selesai, aplikasikan lapisan tipis lubricant larut air atau separating
medium (cairan agar atau gliserin) pada gigi. Kemudian tempatkan matriks band,
wedge atau cincin penahan untuk menghasilkan kontak proksimal yang baik.
3. Lalu tumpat dengan porselen. Sesuaikan anatomi oklusal dengan menggunkan bur
untuk menghasilkan pit dan fisur, inklinasi tonjol dan batas margin yang baik dan
sistemis.
4. Trial Inlay/ Onlay porselen pada pasien
5. Jika kedudukannya baik, restorasi rigid yang sudah ditrial disemenkan pada gigi
tersebut.
6. Kelebihan semen dari tepi-tepi yang dapat dijangkau dibersihkan dengan eskavator
sementara benang gigi digunakan untuk membuang kelebihan di aproksimal. Tepi-tepi
restorasi harus dilapisi dua lapisan pernis copalite untuk mengurangi pelarutan semen
selama jam-jam pertama pengerasan. Setelah itu, permukaan oklusal harus dipoles
12
dengan pasta pumis yang diletakkan pada bur sikat, diikuti oleh whiting yang
diletakkan pada berbagai sikat.
13
oklusal maupun aksial. Adapun ciri-ciri preparasi restorasi tidak langsung, antara lain,
adalah sebagai berikut :
1. Preparasi pembebasan undercut yang mana semua margin dan sudut dalam dapat
terlihat.
2. Penempatan single path dibuat selebar mungkin, hal ini dibuat dengan cara
mempersiapkan dinding yang berlawanan dibuat sejajar untuk memberikan retensi
maksimal. Posisi gigi yang berdekatan harus dipertimbangkan terhadap
kemungkinan terjadinya tepi yang menggantung pada gigi yang dipreparasi.
3. Bentuk resisten perlu disediakan pada restorasi untuk mendistribusikan tekanan
yang berasal dari oklusal.
4. dinding yang berlawanan dalam preparasi 1/2 gingival harus dibuat mendekati
paralel. 1/3 sampai 1/2 oklusal biasanya lebih runcing karena adanya pengurangan
dua dataran di sebelah labial yang dibutuhkan untuk menyediakan ruangan yang
cukup untuk material restorasi di dalam kontur gigi yang asli.
5. Mahkota klinis yang pendek memiliki peningkatan resiko kegagalan karena jalan
masuk yang pendek. Panjangnya preparasi dapat ditingkatkan dengan
memanjangkan mahkota, dan bentuk resisten dapat ditingkatkan dengan
pengurangan groove, celah atau box, dan dengan cara mengubah permukaan
lereng menjadi komponen vertikal dan horizontal.
6. Pengurangan oklusal harus mengikuti outline tonjol untuk memaksimalkan retensi
dan meminimalkan pengurangan gigi. Untuk mahkota porcelain fused to metal
dan untuk mahkota emas, jaraknya masing-masing 2 mm dan 1 mm.
7. Posisi dan tipe margin yang telah selesai ditentukan oleh kontur gingiva, keaslian
material restorasi, ada atau tidaknya core margin, dan pemilihan bahan luthing
agent. Bila memungkinkan, margin tersebut sebaiknya berada di supragingiva
mengikuti kontur gingival yang asli. Akhiran tepi gigi idealnya paling tidak 1 mm
melewati core margin untuk mengistirahatkan jaringan gigi yang masih sehat.
8. Bentukan line angle harus di perhatikan karena pada dasar kavitas adalah metal
yang nantinya pada bagian luar akan di selimuti porcelain, maka bentukannya
berbeda antara internal dan eksternal. Pada internal line angle harus tajam dan
eksternal line angle harus membulat.
Desain restorasi
14
Untuk mendapatkan kekuatan dan persyaratan warna yang optimal, maka
ketebalan logam ditambah porselen pada bagian fasial tidak kurang dari 1,2-1,5 mm.
Ketebalan minimal metal di bawah porselen yaitu 0.3 mm. Jika metal terlalu tipis,
maka metal akan melentur di bawah tekanan dan dapat menyebabkan retaknya
porselen. Tetapi ketebalan metal tergantung pada jenis metal yang digunakan.
Ketebalan lapisan opak yaitu 0,1-0,2 mm. Ketebalan minimum dentin dan enamel
porselen yaitu 0,8 mm. Ketebalan bagian insisal porselen yaitu 2 mm gunanya untuk
memberi sifat translusen pada restorasi.
C. LAPORAN KASUS
Pasien laki-laki berusia 55 tahun datang dengan keluhan gigi kiri bawah tambalan
lepas dan ingin dirawat. Gigi pernah ditumpat 2 tahggun yang lalu dan 2 minggu yang
lalu tumpatan tersebut lepas. Gigi terasa ngilu bila makan dan minum dingin, pasien
merasa tidak nyaman karena makanan sering masuk dan susah dibersihkan. Tidak ada
keluhan sakit spontan dan pasien ingin ditumpat kembali.
Berdasarkan berbagai pemeriksaan didapatkan diagnosa klinik berupa pulpitis
reversibel. Dokter gigi merencanakan untuk dilakukan perawatan endodontik dengan
pulp-capping dan membuatkan restorasi tetap berbahan dasar all porcelain dengan
prognosis pasien baik. Pasien sudah memakai gigi tiruan valplast sejak 2 tahun yang
lalu untuk menggantikan gigi 36.
15
Pada kunjungan pertama (2 November 2013) dilakukan pemeriksaan dan penegakan
diagnosa, pembersihan jaringan karies, pulp-capping dengan Ca(OH)2 dan basis dengan
glass ionomer cement, dan dilakukan penumpatan sementara.
Pada kunjungan kedua (3 Desember 2013) dilakukan kontrol pulp-capping secara
subjektif tidak ada keluhan, secara objektif didapatkan tes perkusi tidak ada keluhan dan
vitalitester gigi kontrol bereaksi pada no. 3 dan gigi tes bereaksi pada no. 4. Selanjutnya
dilakukan preparasi onlay all porcelain (gambar 3), mencetak rahang bawah dengan
elastomer double impression, mencetak rahang antagonis dengan bahan cetak irreversible
hydrocolloid, pembuatan bite registration, penyesuaian warna A3 (shade guide vita lumin) dan
insersi onlay sementara dengan semen sementara (gambar 4).
16
Pada kunjungan ketiga (10 Desember 2013) dilakukan kontrol perawatan: tidak
ada keluhan dari pasien dan tidak ada kelainan pada pemeriksaan klinis ektra oral.
Pemeriksaan klinis intra oral perkusi tidak ada keluhan dan gingiva sekitar sehat.
Sehingga dilakuakan perawatan lebih lanjut dengan membuka onlay sementara yang
telah diinsersikan, dilanjutkan dengan pasang coba onlay all porcelain dan cek olusi
serta artikulasi. Untuk tahap terkahir dilakukan insersi onlayall porcelain dengan
luting cement berbahan dasar resin (Rely-X, 3 M) (gambar 6).
17
Pada kasus ini pasien telah menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan berbahan dasar
valplast yang sewarna dengan gigi dan pasien telah merasa nyaman dengan gigi tiruan
tersebut sehingga menolak untuk dilakukan perubahan restorasi pada gigi 36. Dalam kasus
ini, dokter gigi memutuskan untuk menggunakan restorasi onlay dikarenakan pasien tidak
ingin mengganti restorasi untuk gigi 36. Bahan yang digunakan adalah all-porcelain. Bahan
ini dipilih karena memiliki estetika yang sangat baik dimana tidak akan terlihat warna logam
seperti pada restorasi porcelain fused to metal. Porselen juga mudah disesuaikan hue, chroma
dan translusensinya sehingga dapat menghasilkan bentukan yang hamper sama dengan gigi
asli. Kekuatannya juga lebih baik bila dibandingkan degan restorasi komposit. Porcelen
merupakan pilihan utama ketika estetik menjadi prioritas dalam restorasi.
Keuntungan porselen yang digunakan untuk onlay adalah memiliki kekuatan flexural
yang tinggi yakni 140-1300 Mpa (daya tahan mekanik yang kuat sehingga tidak
18
menyebabkan tekanan berlebihan untuk jaringan gigi dibawahnya dalam melakukan fungsi
kunyah, dengan pemasangan yang tepat dan aplikasi bonding yang baik membuat restorasi ini
dapat mengurangi sensitivitas dentin sekaligus melindunginya. Keuntungan lain adalah
dengan penggunaan jangka panjang tidak menyebabkan akumulasi plak dan bakteri karena
permukaannya yang halus sehingga mengurangi perlekatan bakteri pada permukaan, serta
memiliki konduktivitas termal dan konduktivitas elektrik pencetus arus galvanis yang rendah
disbanding bahan restorasi lainnya. Dengan demikian rencana perawatan pada kasus yang
dipilih adalah penggunaan onlay berbahan all-porcelain.
Penggunaan restorasi onlay all-porcelain dalam kasus setelah dilakukan observasi
didapatkan selama 5 tahun restorasi tidak menunjukkan adanya keluhan dan kerusakan
termasuk perubahan warna dan timbulnya karies sekunder pada gigi tersebut karena
permukaan porselen yang halus dan tidak porus sehingga bakteri tidak mudah melekat pada
permukaan onlay (gambar 7).
DAFTAR PUSTAKA
Baum, Lloyd dkk, 1994, Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta : EGC
Baum, Lloyd dkk. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta: EGC
Baum L. dkk. (1985). Textbook of Operative Dentistry, Philadelphia: W. B. Saunders.
Kidd, E.A.M. 2000. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard. Edisi 6. Jakarta: Widya
Medika.
19
Chaerani, Siti Chadijah.2004.Restorasi Intrakoronal Porselen pada Gigi Posterior.Medan :
FKG USU.
Edwinna A, et al. 2003. Pickard’s Manual of Operative Dentistry 8th edition. Oxford
University Press Inc: New York.
Fani Pangabdian, et al.2016.Restorasi Onlay “All Porcelain” Pada Gigi Molar Kiri Bawah
Pasca Perawatan Pulp Capping . Dental Journal Vol 10(2).
Garg, Nisha. 2013. Textbook of Operative Dentistry 2nd edition. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publisher.
Kidd, E.A.M. 2000. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard. Edisi 6. Jakarta: Widya
Medika.
Sturdevant, CM. (2006) The Art and Science of Operative Dentistry, ed.5. St Louis Mosby.
Swift EJ, Studervant JR, Vitter AV. 2002. Class I and II indirect tooth colored restorations. In
: Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ, eds. Studervant’s Art and Science of
Operative Dentistry, 2nd ed. St. Louis : Mosby Company.
Tarigan, Rasinta. 1993. Tambalan Inlay : Edisi 2. Jakarta : EGC.
20
I. Absen Kelompok 1
21
5 Nida Rizky Y
6 Tri Nastiti Husna
Pembimbing
22
LAPORAN KASUS
23