BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada saat ini dunia mengalami perkembangan yang sangat pesat diantaranya
adalah perkembangan tekhnologi. Salah satu contoh adalah keramik. Keramik yang pertama
kali dibuat oleh manusia adalah gerabah pot yang digunakan untuk keperluan rumah tangga.
Kini keramik telah digunakan didalam berbagai keperluan bidang science salah satunya
dalam bidang kedokteran gigi. Keramik kedokteran gigi adalah bahan kedokteran gigi yang
juga disebut porselain yang mempunyai estetik tinggi, namun brittle (rapuh). Biasanya
digunakan sebagai gigi tiruan tetap seperti jembatan, crown, atau sebagai anasir gigi tiruan
lepasan. Penggunaan keramik pada kedokteran gigi cukup menarik karena sifat
biokompatibilitasnya, stabilitas warna jangka panjang, ketahanan terhadap bahan
kimia,ketahanan terhadap keausan, dan kemampuannya untuk dibentuk menjadi bentuk
yang tepat, meskipun dalam beberapa kasus, mereka memerlukanperalatan pemrosesan yang
mahal dan pelatihan khusus untuk teknisi lab (Anusavice, 2003).
Peningkatan permintaan untuk pengembangan bahan sewarna gigi telah
menyebabkan meningkatnya permintaan untuk restorasi berbasis keramik dan polimer dan
mengurangi permintaan untuk amalgam dan cetakan logam. Sepanjang sejarah banyak jenis
bahan keramik yang telah dikembangkan untuk menggantikan struktur gigi. Pada awalnya,
porselen yang menyatu dengan logam merupakan perawatan standar, karena sifat mekanik
keramik murni yang buruk Keinginan terhadap bahan yang mempunyai nilai estetik baik dan
tahan lama juga menyebabkan penggunaan porselen dalam kedokteran gigi.
Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran gigi, kebutuhan akan restorasi gigi
yang bersifat estetik meningkat, mengingat gigi merupakan faktor penting yang menunjang
penampilan seseorang. Salah satu jenis material yang digunakan sebagai restorasi estetis
dibidang kedokteran gigi adalah keramik atau porselen.
Kata keramik berasal dari kata keramos dalam bahasa yunani yang secara harfiah
berarti bahan yang dibakar, tetapi kemudian mempunyai arti yang lebih khusus yaitu suatu
material yang diproduksi secara pembakaran atau pengapian.
Fusi atau penggabungan (pencampuran, peleburan) porselen telah lama digunakan
dalam pembentukan sebuah karya dalam bidang seni. Fusi ini dapat diproduksi pada hampir
setiap corak atau warna,dan keadaan transluensinya memberi suatu kedalaman warna yang
tidak bisa didapatkan dengan menggunakan material-material lain. Dengan demikian, tidak
mengherankan bahwa bidang kedokteran gigi beralih kepenggunaan porselen untuk
pembuatan geligi artifisial atau tidak asli, mahkota, jembatan, dan vinir
(veneer/pengelapisan).
Walaupun porselen mempunyai sifat estetika yang menyenangkan dan
biokompatibilitasnya sangat bagus serta tidak perlu diragukan, namun penggunaanya
kadang-kadang terbatas karena keadaan material yang relatif rapuh serta pemrosesannya.
Banyak perkembangan terakhir memberikan jalan keluar yang potensial untuk mengatasi
masalah-masalah ini.
(Mccabe,2014)
B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi porcelain
2. Mahasiswa mampu mengetahui macam-macam porcelain
3. Mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi porcelain
4. Mahasiswa mampu mengetahui sifat-sifat porcelain
5. Mahasiswa mampu mengetahui komposisi porcelain
6. Mahasiswa mampu mengetahui kelebihan dan kekurangan porcelain
7. Mahasiswa mampu mengetahi alat dan bahan beserta fungsi porselen
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI PORSELEN
Bahan yang terbuat dari jenis keramik yang dibakar dengan suhu tinggi dari bahan
lempung murni yang tahan api. Terdiri dari senyawa logam dan non logam yang diproses
dengan pemanasan suhu tinggi. (Anusavice, 2003)
Porcelain adalah bahan keramik putih yang bersifat rapuh, tetapi mempunyai sifat
transluen, korosi yang rendah, dan mengkilat, dimana pembakarannya dengan temperature
yang tinggi. (Sembiring, 2006)
B. KOMPOSISI PORSELEN
Menurut Manapallil, 2002 Dental porcelain dibentuk dengan mencampur dengan
membakar mineral khususnya feldspar,kaolin, quartz, fluks, dan pigmen.
1. Feldspar
Merupakan jenis mineral yang mengandung unsur-unsur kalium, natrium silikat,
alumunium ganda, dan potassium. Pada temperatur pembakaran normal bagi peleburan
porcelain bertindak sebagai suatu matriks yang mengikat kristal kaolin yang kecil dn
bentuknya tidak beraturan jika dibakar. Fledspar adalah mineral alami berupa anhydrous
aluminosilicate, dan dapat diperoleh dalam bentuk soda feldsper (Na20, Al203, 6 SiO2),
limme feldspar (CaO, Al2O3) dan potas feldspar. Jika dibakar akan meleleh menjadi
bahan yang bening seperti gelas yang membentuk matriks atau sebagai pengikat bagi
kaolin dan quartz.
2. Kaolin
Kaolin adalah silikat aluminium hidrat yang dihasilkan dari dekomposisi mineral
feldspatik, yang mirip seperti tanah liat yang tidak berubah warna ketika dibakar. Kaolin
memiliki sifat yang tidak bening (opak). Kaolin merupakan bahan pengikat untuk
mempertahankan kepadatan dan kekuatan porcelain agar dapat dibentuk sebelum
dibakar.
3. Fluks
Fluks ditambahkan untuk meningkatkan aliran campuran dan untuk mengabsorbsi
atau menghilangkan kotoran-kotoran tertentu. Fluks yang lazim dipakai karbonat,
kalium, natrium, boraks, dan oksida timah hitam (pbo). Titik pembakaran dari sebuah
porcelain dapat bervariasi oleh karena kuantitas dari kumpulan fluks yang terkandung
dari porcelain.
4. Silika
Mineral yang tahan terhadap pemanasan, dan dapat dijumpai dalam bentuk quartz,
trydmite, maupun cristobalite. Sifatnya keras, stabil, merupakan bahan campuran
terbesar dalam kaca (glass), dan porselen kedokteran gigi, silika merupakan stabilisator
saat pemanasan sehingga menambah strength dari porselen. Bentuk struktur kristal
silika.
a. Quartz dengan struktur heksagonal adalah bentuk silika yang paling stabil. Quartz
dipanaskan pada suhu 86c akan mengalami recontructive transformation menjadi
tridymite (rhombohedral).
b. Tridymite dipanaskan pada suhu 1470 c akan berubah menjadi cristobalite (kubik).
c. Cristobalite dipanaskan pada suhu lebih dari 1700c melebur dan terjadi fused quartz
amorphous.
5. Pigmen
Pigmen digunakan untuk memberi warna yang dikehendaki, bahan ini bersatu
dalam bubuk. Bahan pewarna dalam dental porcelain adalah :
a. Titanium untuk memberi warna kuning dan dapat dipergunakan untuk membuat
bahan menjadi lebih opak.
b. Kobalt untuk memberi warna kebiru-biruan.
c. Besi untuk memberi warna kecoklat-coklatan.
d. Timah dan emas untuk memberi warna merah jambu.
e. Metalic gold untuk memberi warna bayangan merah kecoklatan.
f. Platina untuk memberi warna keabu-abuan.
6. Bahan glaze dan bahan noda
Untuk mendapatkan hasil estetik yang dikehendaki.
C. KLASIFIKASI PORSELEN
Dental porcelain diklasifikasikan atas tiga jenis menurut ketinggian temperature
yang diperlukan agar terjadi penyatuan pada porcelain (fusing) tersebut, sebagai berikut :
1. High fusing dental porcelain (1200c-1400c)
High fusing digunakan untuk membuat enamel gigi tiruan. Porcelain jenis high
fusing ini digunakan untuk konstruksi gigi palsu tetapi komposisi yang mirip dapat
digunakan untuk konstruksi mahkota jaket porcelain dan memerlukan waktu lima menit
atau lebih untuk melebur temperatur tersebut.
2. Medium fusing dental porcelain (1050c-1200c)
Medium fusing porcelain digunakan untuk membuat elamen gigi tiruan.
Kegunaan porcelain ini sama dengan high fusing porcelain.
3. Low fusing dental porcelain (800c-1050c)
Low fusing dental porcelain digunakan untuk pembuatan mahkota dan jembatan.
(Combe,1992)
D. MACAM-MACAM PORSELEN
1. All porselen
Merupakan restorasi yang digunakan dikedokteran gigi yang bahannya berasal
dari porselen murni tanpa ada campuran bahan lainnya.
Keuntungan all porselen :
a. Sangat estetis
b. Warna stabil dalam pemaikan
c. Tidak memiliki bau
d. Tidak bereaksi dengan cairan rongga mulut
e. Tidak menimbulkan alergi karena bersifat biokompatibel
f. Bahan isolator panas yang baik
g. Permukaanya yang mengkilap dan licin sehingga akan mempersulit retensi plak,
debris, dan sisa-sisa makanan ketika diaplikasikan rongga mulut. (Anusavice,2003)
2. Sifat kimia
Suatu porselen memiliki sifat kelembapan kimia, dimana kelembapan kimia ini
merupakan karakteristik yang penting karena memastikan bahwa permukaan restorasi
gigi tidak melepaskan elemen-elemen yang berbahaya selain mengurangi risiko dari
kekerasan permukaan serta meningkatnya kerentanan terhadap adhesi bakteri. Selain itu
sifat kimia yang penting ini ialah porselen merupakan bahan yang biokompatibel dengan
lingkungan rongga mulut dan juga tidak dapat dirusak oleh lingkungan. (Craig, 2006)
3. Sifat mekanis
Porselen adalah suatu bahan yang getas, oleh karena itu perkembangan porselen
lebih mengarah pada perbaikan sifat mekanis, antara lain dengan penambahan alumina
yang dapat memperkuat bahan. Selain itu sebagian besar keramik memiliki sifat
refaktori, kekerasan dan kerentanan terhadap fraktur karena rapuh. Untuk kekerasan
keramik disini saat sebelum diaplikasikan menjadi suatu bahan restorasi memang
memiliki kekuatan yang lebih besar daripada enamel. Akan tetapi pada saat
diaplikasikan, kekerasannya sangat diharapkan sama dengan enamel untuk
meminimalkan keausan pada saat restorasi keramik dan mengurangi kerusakan akibat
keausan yang terjadi pada enamel karena adanya restorasi keramik. (Craig,2006)
4. Sifat estetik
Sifat estetik adalah salah satu sifat yang sangat penting karena keramik mampu
meniru penampilan dan menyamai gigi ali. (Craig,2006)
5. Sifat porus
Pada saat pembakaran dapat terjadi gelembung-gelembung udara yang tidak dapat
dihindari sehingga menyebabkan terbentuknya rongga diantara partikel porselen. Hal ini
menyebabkan porselen ini mudah pecah karena kepadatan dari porselen itu sendiri
kurang. Untung mengurangi porusitas tersebut, beberapa peneliti menganjurkan cara
sebagai berikut :
a. Pembakaran pada tungku hampa tekanan untuk mengeluarkan air
b. Pembakaran dengan adanya suatu gas yang dapat merembes keluar dari porselen
c. Pendinginan dibawah tekanan untuk mengurangi resultan besarnya pori-pori. (Craig,
2006)
6. Sifat thermal
Konduktifitas thermal dan koefisien thermal mirip jaringan enamel dan dentin.
(Craig, 2006)
2.Kontraindikasi
a) Karies banyak
b) Tekanan oklusal besar
c) Pasien dengan kebiasaan buruk seperti bruxism atau clenching
d) Pasien usia muda dengan ruang pulpa masih lebar
e) Pasien maloklusi (porselen dapat pecah apabila terkena tekanan)
f) Mahkota Klinis terlalu pendek (retensi kurang)
g) Preparasi konikal/mengerucut (tidak ada pegangan dan retensi) (Sembiring, 2006).
H. CARA MANIPULASI PORSELEN GIGI
a) Proses pencampuran porselen.
Untuk pencampuran serbuk porselen digunakan air destilasi yang mempunyai
kekentalan yang rendah dan tekanan permukaan yang sangat tinggi. Air destilasi ini
merupakan perantara yang efisien dalam pencampuran partikel porselen untuk
menghasilkan massa yang homogeny. Serbuk porselen diaduk dengan spatula kering
kemudian ditambahkan air destilasi (Syafiar, 2012).
b) Pemadatan / Compaction
Ada 3 macam serbuk porselen yg digunakan:
a. Opaque shade (lapisan opak)
Untuk menutup warna jaringan di bawahnya, warna buram
b.Dentin shade (lapisan dentin atau body)
Lebih translusen dari pada opaque shade, menentukan warna dan bentuk restorasi
c. Enamel shade
Membentuk bagian luar mahkota, translusen warna bisa disesuaikan dengan gigi asli.
Cara :
1) Menabur bubuk pada permukaan yang basah. Ini menimbulkan reaksi kapiler
sehingga membantu menarik air dari masa.
2) Kelebihan air dapat dikeringkan dengan kertas hisap setiap kali setelah
menekannya atau setelah menyapunya dengan kuas
3) Dapat dilakukan penggetaran atau vibrasi agar partikel bubuk tersusun lebih
rapat.
Keberhasilan dari tahap ini tergantung tidak hanya dari keahlian operator, tapi
juga pada ukuran partikel bubuk.
c) Pembakaran (Firing)
Pembakaran dilakukan pada tungku listrik. Elemen pemanasnya dapat terbuat dari :
1) Alloy Ni-Cr untuk pembakaran porselen low fushing
2) Platinum atau Alloy Platinum, apabila dibutuhkan suhu lebih tinggi
b. Pembakaran dimulai dari panas yang rendah, kalau tidak air akan menguap
demikian cepat sehingga dapat meremukkan bagian porselen yang belum terbakar.
d. Mula mula jendela tungku dibiarkan terbuka agar uap air dan hasil pembakaran
bahan pengikat lainnya dapat keluar.
Ada 3 tahapan :
a) Tahap low bisque atau low biscuit, tahap ketika bahan menjadi sedikit kaku
dan fluxe mulai mengalir.
b) Tahap medium bisque atau medium bisquit, ketika telah terjadi sedikit
pengerutan dan terdapat kohesi yang lebih besar antara partikel.
c) Tahap high bisque (high biscuit), pada tahap ini tidak ada lagi terjadi
pengerutan.
d) Glazing
e) Pendinginan
Harus dilakukan secara perlahan dan merata kalau tidak akan terjadi derajat
pengerutan yang berbeda pada bagian bagian restorasi keramik yang cenderung
mendorong terbentuknya stress dan menimbulkan retak sehingga mengurangi kekuatan.
4. Inlay
Biasanya dipakai pada gigi anterior karena restorasi untuk gigi anterior harus
mempertimbangkan estetis. Bila kavitas sudah cukup besar porselen inlay yang
digunakan sebaiknya yang mengandung silikat semen karena dapat melindungi kontur
dari mahkota gigi alami, dan sedikit kemungkinan untuk pecah atau retak serta tidak
larut dalam saliva (Craig, 2006).
.
L. Alat dan bahan porcelain.
No. Nama Alat dan Bahan Fungsi
1. Automatic Programmable Vakum Mesin untuk dilakukan
Porcelain purnance dental porselen.
P1 : Untuk membakar
lapisan base 950 °
P2 : untuk membakar lapisan
Opaque 930 °
P3 : Untuk membakar
Lapisan body modifier,dan
body enamel 905 °
P4 : untuk glazing dan
staining 900 °
P5 : Untuk perbaikan body
porcelain
Suhu tinggi : 950 °C
Suhu rendah : 600 °C
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Porcelain adalah bahan keramik putih yang bersifat rapuh, tetapi
mempunyai sifat translusen, korosi yang rendah, dan mengkilat, dimana pembakarannya
dengan temperatur yang tinggi. Proses penggabungan partikel partikel serbuk melalui
peristiwa difusi pada saat suhu meningkat. Pada dasarnya merupakan peristiwa
penghilangan poro-pori antara partikel bahan.
Komposisinya porcelain terdiri dari silika, fledspar, kaolin, fluks, alumina
oksida dan komponen lainnya. Porselen memeiliki sifat kimia, fisis, dan mekanik,
estetik, termal dan porus. Dari sifat porselen tersebut didapatkan kelebihan dan
kekurangan porselen. Porselen memepunyai bermacam-macam klasifikasi.
Manipulasi porselen ada 4 tahapan yaitu compaction, pembakaran, glazing,
dan pendinginan. Aplikasi porselen dalam bidang kedokteran gigi antara lain sebagai
mahkota logam keramik, gigi tiruan sebagian cekat, mahkota keramik penuh, inlay dan
onlay, veneer, dental implan. Jenis porselen yang dipakai untuk gigi tiruan adalah jenis
high fusing dan medium fusing. Pengaplikasian porselen dalam kedokteran gigi
tentunya juga harus memperhatikan indikasi dan kontraindikasi pada pasien agar
perawatan efektif dan berjalan sesuai harapan. Dan pendinginan, harus dilakukan secara
perlahan dan merata kalau tidak akan terjadi derajat pengerutan yang berbeda pada
bagian bagian restorasi keramik yang cenderung mendorong terbentuknya stress dan
menimbulkan retak sehingga mengurangi kekuatan.
B. SARAN
Dalam pembelajaran praktikum ini penting bagi kita untuk mengetahui
nama alat dan bahan porselen yang digunakan di kedokteran gigi serta dapat mengetahui
dan memahami fungsinya masing-masing. Diharap mahasiswa kedokteran gigi dapat
mengetahui penggunaan alat dan bahan serta dapat mengaplikasikannya dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, kenneth J. 2003. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC
Combe, 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai
Pustaka
Craig, R. G, Power, J. M. 2006. Restorative Dental Materials. Ed 11. Toronto, london :
The Mosby co : 212
Goldstein RE. 1998.Esthetics in dentistry. Second edition. London:B.C.Decker.
Jarad, F. D., Moss, B. W., Youngson, C. C. dan Russel, M. D. (2006). The Effect of
Enamel Porcelain Thickness on Color and the Ability of A Shade Guide to Prescribe
Chroma.Academy of Dental Material, 30
Manapallil JJ. 2002. Basic Dental Material. Calcuta : Jaypee Brothers Med Public
Ramlan dan Akhmad Aminudin Bama. 2011. Pengaruh Suhu dan Waku Sintering
Bahan Porselen untuk Bahan Elektrolit Padat .Sumatra ; Universitas Sriwijaya. Vol
14.No.3(B)
Sadaf, D., dan Ahmad, M. Z. 2011, textbook of orthodontics, Ed. 2, Jaypee brothers
medical publishers Ltd, New Delhi
Sembiring, Sentosa. 2006. Himpunan Perundang-Undangan Tentang Guru dan Dosen.
Bandung: Nuansa Aulia.
Shillingburg, H. T., Sather, D. A., Wilson, E. L., Cain, J. R., Mitchell, D. L., Blanco, L.
J. dan Kessler, J. C. (2012). Fundamental of Fixed Prosthodontics. 4th ed. Chicago:
Quintessence Publishing
Syafiar L, Rusfian DKK. 2012. Bahan Ajar Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran
Gigi . Medan; USU Press
Wood, M. C. (2007). A Comparison of Debonding Strengths of Four Metal- Ceramic
Systems with and without Opaque Porcelain. Thesis.Dental Medicine University of
Connecticut.