Anda di halaman 1dari 4

Manipulasi Material Semen Zinc phostphate

a. Alat dan bahan


- Glass slab/ Mixing slab
- Spatula semen
- Zinc phosphate cement
- Sonde
b. Tahapan:
- Buat lingkaran dengan diameter 2cm, 3cm, dan 4cm berjajar memakai spidol pada
kertas
- Letakkan glass lab diatas kertas tersebut.
- Siapkan material semen zinc phosphate powder sejumlah 1 dengan takaran no 3,
letakan di atas glass lab dan di luar lingkaran.
- Bagi powder menjadi 3 bagian
- Teteskan zinc phosphate liquid sebanyak 3 tetes dan letakkan dalam lingkaran.
- Campur bahan dengan membawa powder ketengah lingkaran berisi liquid dan aduk
dengan gerakan memutar dan melebar tanpa keluar dari batas lingkaran.
- Lakukan satu persatu untuk tiap lingkaran.
- Amati dan bandingkan working time dan setting time material semen zinc phosphate
dengan menggunakan sonde.

Hasil praktikum

Working Time Setting Time


Diameter
Diameter 2cm Diameter 3cm Diameter 4cm Diameter 3cm Diameter 4cm
2cm
1 menit 15 1 menit 50 1 menit 2
1 menit 6 detik 39 detik 1 menit 6 detik
detik detik detik

Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum di atas, dapat dilihat bahwa waktu working time dan setting
time pada percobaan penggunaan semen zinc fosfat di lingkaran dengan diameter yang berbeda
akan menghasilkan waktu yang berbeda pula. Hal ini dikarenakan perbedaan diameter lingkaran
yang digunakan sebagai batas pengadukan powder dan liquid. Semakin besar diameter lingkaran
memungkinkan untuk working time dan setting time terjadi dalam waktu yang singkat
dibandingkan dengan dimeter lingkaran yang lebih kecil.

Semen zinc fosfat merupakan semen yang memiliki sejarah


paling panjang, sehingga material ini memiliki aplikasi yang paling luas. Mulai dari semen
sebagai luting, cavitas liner dan basis untuk melindungi pulpa dari stimulus mekanik, termal,
maupun elektrik suatu restorasi (O’Brien 2002, p 136). Penggunaan luting biasanya digunakan
untuk restorasi atau dental appliance yang dikonstruksi di luar mulut pasien. Misalnya inlay,
mahkota logam, bridge, dan metal post. Hal ini karena jika suatu protesa ditempatkan pada
gigi pasien, maka diperlukan adanya suatu mekanisme retensi antara gigi dan protesa
(McCabe, 2008, p. 271).
Semen seng fosfat juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai basis. Tujuan basis adalah
sebagai penghalang antara bahan tumpatan dengan pulpa untuk memberikan thermal, chemical,
dan electrical barrier. Penggunaan basis dengan tujuan sebagai insulator terhadap thermal schock
tidak dilakukan pada semua restorasi logam, hal ini tergantung pada kedalaman kavitas.
Kedalaman kavitas mengindikatorkan dentin yang tersisa (McCabe, 2008, p. 267). Semakin
dalam suatu kavitas, semakin sedikit pula dentine yang tersisa sehingga memerlukan insulator.

Menurut spesifikasi ADA no. 8, Semen Zinc Phosphate dibagi menjadi


dua macam (Bhat & Nandish, 2011):
1. Tipe 1 Fine Grain, digunakan untuk semen luting. (film thickness <25µm).
2. Tipe 2 Medium Grain, digunakan untuk thermal insulating base atau intermediate
restorative material (film thickness >40 µm).

Semen Zinc Phosphate dikemas dalam bentuk powder dan liquid. Semen ini banyak
digunakan untuk bahan luting permanen dalam restorasi tidak langsung dan melakukan
penyemenan piranti orthodonti. Penambahan rasio bubuk saat proses mixing dapat memberikan
isolasi termal untuk mendapatkan base yang kuat (Hatrick, Eakle & Bird, 2011). Semen seng
fosfat terdiri dari bubuk putih yang dicampurkan dengan cairan. Bubuk semen ini paling banyak
mengandung zinc oksida dengan 10% magnesium oksida, dan cairannya merupakan
asam phosphoric encer dengan konsentrasi 45-64%. Magnesium oksida yang terdapat didalam
bubuk semen seng fosfat membantu mempertahankan warna putih dari semen. Keuntungan
lainnya adalah membuat proses pulverization zinc oksida menjadi lebih mudah, dan juga
meningkatkan compressive strenght dari semen. Oksida lain seperti sillika dan aluminium
ditambahkan dengan jumlah yang lebih kecil sekitar 5% untuk meningkatkan sifat mekanik dari
material, dan memberikan berbagai tingkat warna. Terkadang ada juga beberapa pabrik yang
memberikan flouride yang memiliki berbagai keuntungan (Van Nort 2002, p. 260). Cairan dari
semen seng fosfat memiliki sifat buffer dengan kombinasi dari oksida yang terkandung di dalam
bubuk dengan magnesium hidroksida yang berperan untuk membentuk phosphate pada cairan.
(Van Nort 2002, p. 260).

Pada pencampuran bubuk dan cairan secara bersamaan maka akan terjadi suatu reaksi,
sehingga terbentuk seng fosfat yang relatif tidak larut sebagai berikut:

3ZnO + 2H3PO4 + H2O → Zn3(PO4)2 ∙ 4H2O

Pada prinsipnya, reaksi pencampuran semen seng fosfat merupakan reaksi asam basa
yang relatif tidak terlarut. Ketika bubuk dan cairan bercampur, ion asam fosfat bereaksi dengan
permukaan ion Zn untuk menghasilkan garam seng fosfat yang amorf dan terhidrasi. Setelah
permukaan inti ion Zn bereaksi, maka struktur inti yang tidak bereaksi akan bereaksi dengan
matriks fosfat sehingga semen seng fosfat menjadi setting. Akhirnya dihasilkan kristal
tersier seng fosfat yang membentuk matriks yang terkristalisasi disekeliling partikel residu semen
fosfat. Selama proses pencampuran, terjadi reaksi eksotermis yaitu melepaskan panas
(McCabe,2008, p.273).

Semen seng fosfat terdiri dari bubuk (seng oxide) dan liquid (fosfat). Pada basis,
komposisi seng oxide lebih banyak daripada fosfat, hal ini menyebabkan semakin banyak
pula inti ion Zn yang tidak bereaksi. Inti ion Zn yang tidak bereaksi ini akan berikatan dengan
matriks fosfat sehingga ikatan ion Zn dan matriks fosfat juga semakin banyak. Banyaknya ikatan
ion Zn dan matriks fosfat menyebabkan inti banyak dan terletak saling berdekatan, dan matriknya
menjadi sedikit. Sedangkan pada lutting, komposisi seng oxide dan fosfat sama banyak, sehingga
ikatan ion Zn dengan matriks fosfat tidak terlalu banyak, sehingga letak inti berjauhan dan matriks
lebih banyak. Hal ini dapat menyebabkan setting time semen seng fosfat sebagai basis jauh lebih
cepat daripada semen seng fosfat sebagai lutting, karena setting time dilihat dari matriks yang
sudah mengeras, banyaknya matriks dan banyaknya ikatan ion Zn dengan matriks fosfat.

Reaksi eksotermik yang timbul setelah bubuk dan cairan semen seng fosfat dicampur
memberikan kerugian berupa working time yang singkat. Untuk mengatasi kerugian tersebut,
dapat disiasati dengan cara sebagai berikut:

1. Menggunakan glass lab yang dingin atau tebal

Pada glass slab yang tebal atau dingin, memungkinkan untuk menyerap panas lebih
banyak dari pada glass lab yang tipis. Penggunaan glass slab dingin dapat memperpanjang
working time dan memperpendek setting time. Glass slab yang dingin dapat
menyerap panas lebih banyak dari reaksi eksotermis yang terjadi. Metode
pendinginan glass slab dapat menggunakan glass slab bersuhu 6oC atau – 10oC. Tujuan
memanipulasi semeng seng fosfat dalam glass slab dingin adalah menurunkan
kecepatan reaksi, mengontrol pH agar tidak terlalu rendah, mengurangi panas yang
dihasilkan pada rekasi eksotermis, dan working time cukup (Anusavice, 2013, p.478).

2. Menggunakan teknik spreading.

Teknik spreading pada saat pengadukan juga dapat mengurangi reaksi eksotermis,
karena dengan cara tersebut bidang pengadukan akan lebih luas, sehingga panas yang
dapat diserap oleh glass slab akan lebih banyak. Semakin lama pengadukan,
maka matriks yang terbentuk akan menjadi hancur. Pecahnya matriks akan membutuhkan
waktu yang lama untuk membangun kembali matriks tersebut. Jadi, semakin lama
pengadukan maka semakin lama setting time nya (Anusavice, 2013, p.478)

3. Membagi bubuk menjadi beberapa bagian

Pada saat sebelum melakukan pencampuran semen, bubuk semen dibagi


menjadi beberapa porsi kecil terhadap cairan. Dengan menggabungkan porsi kecil bubuk ke
cairan, panas yang dilepaskan lebih sedikit. Sejumlah bubuk yang secara bertahap dalam
jumlah kecil dicampur ke dalam cairan akan mengurangi panas yang ditimbulkan jika
dibandingkan dengan langsung mencampur semua bubuk, sehingga dapat memperlambat
setting time dan menambah working time (Anusavice, 2013, p.478).

Pembagian bubuk menjadi beberapa bagian menyebabkan reaksi eksotermik yang


dihasilkan akan bertahap dan sedikit demi sedikit, sehingga panas yang dihasilkan
tidak terlalu banyak. Sejumlah bubuk yang secara bertahap dalam jumlah kecil dicampur
ke dalam cairan akan mengurangi panas yang ditimbulkan jika dibandingkan
dengan langsung mencampur semua bubuk, sehingga dapat memperlambat setting
time dan menambah working time (Anusavice, 2013, p.478).
Daftar pustaka

Annusavice KJ. 2013. Phillip's Science of Dental Material, 12th ed. St. Louis.
Saunders Elsevier Ltd.

Bhat, VS, Nandish, BT. 2011. Science of Dental Materials & Clinical Applications. New
Delhi: CBS.

Hatrick, CD, Eakle, WS, Bird, WF. 2011. Dental Materials: Clinical Application for Dental
Assistants and Dental Hygienists. St. Louis: Saunders Elsevier.

McCabe dan Walls. 2008. Applied Dental Materials, 9th ed. Victoria: Blackwell, Inc.

O’Brien W.J. 2002. Dental Material and Their Selection. 3rd ed. Michigan. Quintessence
Publishing Co Inc.

Anda mungkin juga menyukai