Anda di halaman 1dari 9

ABSTRAK

Stainless Steel Crown (SSC) adalah tumpatan sementara berbentuk anatomi gigi,terbuat dari
pada logam (alloy) nirkarat. SSC merupakan paduan austenitik Stainless Steel 18/8 dari
kelompok AISI 304 yang mengandung Chrome 18% dan Nikel 8%, dapat digunakan untuk
bahan tambal sementara maupun tetap pada gigi yang mengalami kerusakan yang luas karena
karies, fraktur mahkota, hipoplasia email, atau restorasi setelah perawatan saraf. Terlepasnya
unsur Ni+2 dalam SSC akibat proses korosi di dalam cairan elektrolit mulut menyebabkan reaksi
inflamasi pada gusi yang ditandai dengan munculnya respon imun sistemik dan lokal. Kehadiran
sitokin proinflamasi seperti TNF dan IL-1 mempunyai fungsi utama dalam membantu
mengawali dan memperkuat setiap respon inflamasi. Tingkat korosi dan pelepasan ion-ion
tergantung pada komposisi logam, temperature dan pH lingkungan, dan keausan metal karena
friksi dan abrasi, dan regangan yang terjadi. Korosi terjadi dalam rongga mulut karena reaksi
logam nirkarat dengan cairan elektrolit mulut merupakan kejadian yang sulit untuk dihindari
karena beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan rongga mulut, seperti komposisi dan
prosedur pemasangan SSC, pola hidup, serta kondisi fungsional dan parafungsional.

Kata Kunci: Stainless Steel Crown, Bahan tambal, alloy, korosi

BAB I : PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Insidensi karies pada anak dilaporkan sebanyak 89% anak berusia dibawah 12 tahun mengalami
karies. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya fungsi mastikasi gigi dan tidak tersedianya
ruangan yang diperlukan untuk erupsi gigi permanen. Restorasi gigi desidui yang terserang
karies merupakan hal yang penting karena gigi posterior memegang peranan untuk
mastikasi dan space maintainer. Manfaat restorasi gigi geraham desidui yang terserang karies
tergantung pada pentingnya mempertahankan ruangan, dan hal ini sangat beragam
tergantung pada jenis gigi geligi (Andlaw, dkk., 2012). Salah satu pencegahannya yaitu
melakukan tindakan medis berupa pemasangan Stainless Steel Crown (SSC).
SSC (Stainless Steel Crown) adalah bentuk restorasi extra-coronal yang sangat berguna dalam
pemulihan gigi yang telah rusak parah, geraham desidui yang telah menjalani terapi pulpa
dan 2ypoplasia gigi desidui atau gigi permanen (Cameron, dkk., 2008). SSC (Stainless Steel
Crown) juga merupakan salah satu dari sebagian restorasi yang aman untuk pencegahan menetap
atau jangka panjang dari keretakan gigi (McDonald, dkk., 2004). Gigi geraham desidui apabila
terserang

karies

yang luas

yang

tidak

mungkin

dilakukan

preparasi

kavitas

yang

memuaskan untuk tumpatan amalgam, maka SSC (Stainless Steel Crown) adalah restorasi
yang ideal yang dapat digunakan (Andlaw, dkk.,2012).
SSC (Stainless Steel Crown) dikenal sebagai mahkota berbasis nikel. Mahkota ini memiliki
komposisi antara lain Nickel (72%), Chromium (14%), Fe (6-10%), Karbon (0,04%), Mangan
(0,35%), dan Silicon (0,2%). SSC (Stainless Steel Crown) merupakan salah satu tindakan
restorasi gigi yang seharusnya memiliki bahan restorasi yang ideal karena memiliki sifat
dan karakteristik antara lain biokompatibel terhadap pulpa gigi, tidak beracun di mulut,
tahan terhadap cairan oral, tidak mudah pecah, tahan aus, memiliki daya tekan yang kuat
setidaknya setara dengan enamel, memiliki sifat fisik yang tidak boleh berkurang di lingkungan
mulut dari waktu ke waktu, memiliki dimensi yang stabil, memiliki koefisien ekspansi termal
yang kompatibel dengan struktur gigi disekitarnya, harus hampir tidak larut di mulut, memiliki
karakteristik penanganan yang mudah, waktu kerja yang ideal, dapat ditempatkan dengan
cepat, mudah, serta nyaman (Pinkham, dkk.,2005).
2

BAB II : PEMBAHASAN
INDIKASI PENGGUNAAN SSC
Stainless steel crown dapat digunakan untuk merestorasi gigi sulung yang telah mengalami
karies dengan daerah yang luas, karena jaringan gigi yang tidak cukup untuk retensi tumpatan.
Selain itu, dekalsifikasi yang meluas pada satu permukaan juga merupakan indikasi pemasangan
stainless steel crown. Pada anak-anak dengan rampant karies, stainless steel crown juga lebih
efektif dan cepat, serta ekonomis untuk merestorasi gigi anterior dan posterior. Stainless steel
crown merupakan restorasi mahkota penuh ,menutupi gigi secara keseluruhan sehingga
kemungkinan terjadinya sekunder karies menjadi kecil. Selain itu, SSC biasanya digunakan pada
restorasi ekstra koronal yang sangat berguna pada restorasi :

Gigi yang terlalu rusak


Molar sulung yang mengalami terapi pulpa
Hipoplastik pada gigi primer atau permanen
Pemakaian pada anak anak yang beresiko tinggi terhadap karies misalnya rampan

karies, khususnya pada anak anak yang menjalani perawatan dibawah anestesi umum
Karies interproksimal atau karies yang lebih dari dua permukaan
Bentuk gigi yang malformasi akibat kongenital
Pendukung terhadap space maintainer

KONRAINDIKASI PENGGUNAAN SSC


Sedangkan penggunaan SSC dapat berkontraindikasi terhadap situasi berikut ini :

Sensitivitas terhadap nikel atau crown luting cement


Adanya bukti klinis atau radiografi dari patologi pada bagian akar
Gigi yang menunjukkan mobilitas yang berlebihan
Lebih dari dua per tiga dari akar gigi yang telah resorbsi
Kurangnya persetujuan dari orang tua atau wali pasien anak

ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN PADA SSC


ALAT
Kaliper

KEGUNAAN
Mengukur jarak mesio-distal
3

Ekskavator
Bur Diamond ( Fisur, Silindris, Bulat )
Cotton Roll
Kaca Mulut
Pinset
Sonde
Gunting
Green Stone Bur Bentuk flame
Tang Kriming

Pembuangan jaringan karies yang lunak


Pembuangan jaringan karies dan untuk melakukan
preparasi gigi
Isolasi
Untuk melihat daerah kerja dan menarik pipi
Mengankat bahan seperti cotton roll
Melihat kedalaman karies dan memeriksa preparasi
gigi serta melihat kedudukan SCC
Untuk menggunting lebihan SSC
Untuk menghaluskan lebihan SSC yang ditandai
dengan batas gusi yang terlihat pucat apabila SSC
dipasen.
Untuk melakukan penghalusan batas SSC sebelum
SSC dipasang tetap pada gigi.

TEKNIK PEMILIHAN SSC


Tiga pertimbangan utama dalam memilih SSC yang tepat adalah diameter mesiodistal yang tepat,
ketinggian oklusal yang tepat, dan resistensi yang ringan saat penempatan mahkota. Ukuran SSC
dipilih dengan mengukur lebar mesiodistal. Mahkota yang terlalu besar akan rotasi pada
preparasi gigi dan akan memakan waktu lama pada saat adaptasi mahkota.
Jika jarak mesiodistal dari gigi yang akan dipreparasi sudah tidak dapat diukur, dapat diambil
jarak gigi tetangga sebelah mesial ke gigi tetangga sebelah distal dari gigi yang dipreparasi. Bila
gigi tetangga tidak ada, dapat diambil ukuran dari gigi yang kontra lateral pada satu rahang.
Ukuran crown yang dipilih harus cukup besar untuk disisipkan di antara gigi di bawah gingival
margin dan sedikit bisa berotasi.
Apabila SSC ditekan ke arah gingiva, bila terlalu tinggi atau rendah maka oklusi tidak baik. Bila
terlalu besar atau kecil, SSC tidak dapat memasuki sulkus gingiva. Oleh itu, harus diperiksa
apakah tepi SSC pada daerah aproksimal sudah baik.

TEKNIK PREPARASI DAN FINISHING SSC

Sebelum dimulai pemasangan SSC, dilakukan preparasi gigi susu untuk mendapatkan adapatasi,
stabilisasi dan retensi yang baik. Preparasi gigi susu dilakukan dengan tujuan pembuangan
jaringan karies, membebaskan titik kontak dengan gigi tetangga dan pengurangan struktur gigi
pada seluruh ukuran. Preparasi dianggap cukup bila sewaktu mencoba SSC sudah berhasil baik.
Teknik preparasi gigi meliputi :
A. Preparasi gigi anterior
Pertama sekali harus dilakukan pengukuran materi gigi. Sebelum gigi dipreparasi jarak mesiodistal diukur dengan kapiler, tujuannya untuk memilih ukuran SSC yang akan dipakai, sesuai
dengan besarnya gigi asli. Seterusnya melakukan pembuangan seluruh jaringan karies dengan
menggunakan ekskavator atau round bor pada kecepatan rendah. Kemudian mengurangi
permukaan proksimal. Sebelum melakukan preparasi permukaan proksimal, gigi tetangga
dilindungi dengan prositektor atau steel matrik band. Permukaan proksimal dikurangi 0,5 1,0
mm dengan bur diamond tapered, dinding proksimal bagian distal dan mesial dibuat sejajar.
Permukaan proksimal diambil jika masih berkontak dengan gigi tetangga dibuang sampai kontak
tersebut bebas. Bagi mengurangi permukaan insisal, bagian insisal dikurangi 1 1,5 mm
sehingga nantinya crown sesuai dengan panjang gigi tetangga. Mengurangi permukaan palatal
dengan cara preparasi permukaan palatal 0,5 mm dan dilakukan jika permukaan tersebut
berkontak dengan gigi antagonis. Jika pada kasus open bite untuk gigi anterior atas, permukaan
palatal tidak perlu dipreparasi. Seterusnya mengurangi permukaan labial dengan dipreparasi 0,5
1,0 mm cukup dengan membuang karies dan tidak membuang undercut. Melakukan
penghalusan pinggir pinggir yang tajam pada bagian proksimal mengakibatkan crown sukar
beradapatasi dengan gigi. Bagian pinggir yang tajam dari preparasi harus dibulatkan. Akhirnya,
setelah dilakukan pembuangan jaringan karies mencapai dentin yang dalam, sebaiknya ditutupi
dengan kalsium hidroksida yang berfungsi untuk melindungi pulpa terhadap iritasi.
B. Preparasi gigi posterior
Pertama sekali dilakukan pengukuran materi gigi. Sebelum gigi dipreparasi jarak mesio distal
diukur dengan kaliper. Pengukuran ini bertujuan untuk memilih besarnya SSC yang akan
dipakai, sesuai dengan besarnya gigi. Pembuangan seluruh jaringan karies dengan round bur
putaran rendah atau dengan menggunakan ekskavator.seterusnya mengurangi permukaan oklusal,
5

fisur fisur yang dalam pada permukaan oklusal diambil sampai kedalaman 1 1,5 mm dengan
tapered diamond bur. Kemudian mengurangi permukaan proksimal, sebelum melakukan
preparasi, gigi tetangga dilindungi dengan prositektor atau suatu steel matrik band. Tempatkan
tapered diamond bur berkontrak dengan gigi pada embrasur bukal atau lingual dengan posisi
sudut kira kira 20 dari vertikal dan ujungnya pada margin gingiva. Preparasi dilakukan dengan
suatu gerakkan bukolingual mengikuti kontour proksimal gigi. Untuk mengurangi resiko
kerusakan pada gigi tetangga akibat posisi bur yang miring, maka slicing dilakukan lebih dahulu
dari lingual ke arah bukal atau sebaliknya, baru kemudian dari oklusal ke gingival. Mengurangi
permukaan bukal dan lingual dengan tapered diamond bur permukaan bukal dan lingual
dikurangi sedikit sampai ke gingival margin dengan kedalaman lebih kurang 1 1,5 mm. Sudut
sudut antara ke-2 permukaan dibulatkan. Akhirnya, harus dipastikan bahawa pulpa dilindungi.
Apabila pembuangan jaringan karies yang telah mencapai dentin cukup dalam sebaiknya ditutupi
dengan kalsium hidroksida, yang berfungsi melindungi pulpa terhadap iritasi.
Langkah-langkah persiapan SCC sebelum dipasang:
i.

Pemilihan ukuran SSC.


SSC dipilih sesuai jarak mesio-distal gigi susu sebelum preparasi. Jika jarak mesio-distal dari
gigi yang akan dipreparasi sudah tidak dapat diukur, dapat diambil jarak gigi tetangga
sebelah mesial ke gigi tetangga sebelah distal dari gigi yang dipreparasi. Bila gigi tetangga
tidak ada, dapat diambil ukuran dari gigi yang kontra lateral pada satu rahang. Ukuran crown
yang dipilih harus cukup besar untuk disisipkan diantara gigi dibawah gingival margin dan
sedikit bisa berotasi.

ii.

Pemotongan SSC.
Letakkan SSC yang sudah dipilih di atas gigi yang telah dipreparasi. Tekan SSC ke arah
gingiva :

bila terlalu tinggi atau rendah maka oklusi tidak baik.


bila terlalu besar atau kecil, SSC tidak dapat memasuki sulkus gingiva.

Periksa apakah tepi SSC pada daerah aproksimal sudah baik. Tentukan kelebihan SSC,
kemudian buang dengan stone bur atau potong dengan gunting. SCC dicoba lagi dan
diperhatikan:

oklusi gigi geligi.


jika gingiva terlihat pucat berarti SSC masih kepanjangan dan perlu pemotongan bagian
servikalnya.
Pembentuan SCC.

iii.

Diperlukan tang tang khusus :

Tempatkan tang dengan paruh cembung sebelah dalam dan paruh cekung sebelah luar

mahkota yang akan dibentuk.


Bagian bukal dan lingual serta servikal dibentuk dengan konfigurasi yang sesuai dengan
giginya. Bagian servikal harus benar menempel pada posisi gigiuntuk mendapatkan

iv.

retensi yang maksimal.


Pemasangan SCC.

Setelah gigi selesai dipreparasi, SSC dipersiapkan, gigi dikeringkan dan diisolasi dengan
gulungan kapas. Saliva ejektor dipasang agar gigi tetap kering dan bebas dari saliva. Pasang
SCC dari lingual-bukal sampai posisi yang tepat, kemudian pasien disuruh mengigit wooden
blade yang dileta diatas gigi tersebut.
v.

Penghalusan SSC.

Penghalusan merupakan langkah terakhir dan penting jika SSC telah sesuai. Permukaan kasar
akan mengiritasi gingiva dan memudahkan penumpukan plak. Lakukan penghalusan tepi
SSC (buat knife edge cervical margin) kontak garis antara SSC dengan gigi. Gunakan Stone
Bur untuk melakukan proses ini. Pemolesan tepi servikal SSC harus dengan rubber wheel
(ditambah dengan brush & bahan polis).Selain itu , pelindung CaOH digunakan pada kavitas
yang dalam. Bahan sementasi yang digunakan adalah Zn phospat, polycarboxylate atau glass
ionomer. Isi SSC dengan bahan semen, masukkan dental floss pada permukaan proksimal
gigi dan pasang SSC. Kelebihan semen dibersihkan dan pada bagian proksimal floss
diangkat.
BAB III : KESIMPULAN
7

KESIMPULAN
Stainless steel crown merupakan restorasi pilihan terbaik terutama untuk gigi sulung dengan
karies yang luas ataupun trauma yang patah. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai
perawatan lanjutan dari perawatan saluran akar, serta untuk menangani kasus kelainan dalam
perkembangan jaringan keras gigi seperti amelogenesis imperfecta. Keuntungan dari SSC ini
adalah kerja lebih cepat, oleh karena mahkota SSC sudah tersedia sesuai dengan ukuran dan
bentuk gigi. Lebih tahan lama oleh karena terbuat dari logam SSC dapat diselesaikan dalam 1
kali kunjungan, hal ini sangant baik terutama untuk anak anak. Kekurangan stainless steel
crown dari segi estetisnya yaitu berwarna keperakan, dimana tidak menyerupai warna gigi
asli. Hal ini mengganggu terutama untuk penggunaannya pada gigi anterior. Namun, keadaan
ini dapat diatasi dengan pembuatan jendela pada bagian labial mahkota. Jendela yang
dimaksud adalah mempreparasi bagian labial tersebut, dan sebagai gantinya diisi dengan
lapisan sewarna gigi seperti resin komposit, self curing acrylic, dan kompomer, sehingga gigi
tersebut dapat dipertahankan hingga waktunya tanggal.

DAFTAR PUSTAKA
1. Stainless

steel

crown.

http://ocw.usu.ac.id/course/download/611-PEDODONSIA-

TERAPAN/pdi705_slide_stainless_steel_crown1.pdf.
2. 17/08/2000. http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t39135.pdf.
3. Tiara A. Stainless steel crown. 13 Mei 2011. . (23 September 2011).
4. Boenjamin F, Jeddy. Restorasi karies luas pada gigi sulung dengan stainless steel crown.
Dentika Dental Journal 2001; 6 (1): 64-9.
5. Hermina T. Mahkota stainless steel dangan jendela untuk restorasi gigi anterior sulung.
Dentika Dental Journal 2001; 6 (2): 330-3.
6. Stephen HY, Wei. Pediatric dentistry: total patient care. Ed.1. Philadelphia: Lea &
Febiger, 1988: 224-231.
7. Rao A. Principles and

Practice

of

Pedodontics.

books.google.com/books?

isbn=9350258919: page 268.


8. Ilmu material dan teknologi kedokteran gigi / lasminda syafiar (et.al). cetakan ke-2.
Medan:USU press, 2012.
9. Kresno, Siti Budina. Imunologi : Diagnosis Dan Prosedur Laboratorium. Edisi ke 4, Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.

Anda mungkin juga menyukai