Anda di halaman 1dari 97

DIRECT DAN INDIRECT RESTORATION PADA GIGI

SULUNG

Oleh :
Albert 160112150504

Pembimbing :
Dr. Meirina Gartika, drg., Sp. KGA (K)
Rahastuti, drg
Theodora Erlyn Puspitasari, drg

Ilmu Kedokteran Gigi Anak


Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran
2020
 Direct Restoration pada Gigi Sulung
 1. Perawatan Penambalan Amalgam
 2. Perawatan Penambalan Komposit
 3. Perawatan Penambalan GIC
 Indirect Restoration pada Gigi Sulung
 1. Stainless steel crown
 2. Inlay/Onlay Logam Cor
Amalgam

Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa


logam (alloy) yang salah satunya adalah merkuri.

Dental amalgam adalah kombinasi alloy dengan merkuri


melalui suatu proses yang disebut amalgamasi.

Ketika powder alloy dan liquid merkuri dicampur terjadi


suatu reaksi kimia yang menghasilkan dental amalgam
yang berbentuk bahan restorasi keras dengan warna perak
abu – abu
Indikasi Restorasi Amalgam
 Kavitas yang membutuhkan preparasi sedang - besar
 Gigi yang memiliki fungsi oklusal yang berat
 Restorasi kelas I dan II terutama pada gigi yang membutuhkan fungsi
oklusi yang berat.
 Pada daerah yang tidak dapat diisolasi dengan baik
 Restorasi yang tidak membutuhkan estetik.
 Restorasi sementara sebagai caries-control.
 Caries control adalah langkah intermedia dalam perawatan restorasi dan
memiliki beberapa indikasi lain:
Untuk prognosis pulpa yang masih diragukan dimana demineralisasi dentin
terhenti.
Selama prosedur konservasi ketika gigi mengalami karies ekstensif yang
mencakup area yang luas.
 Foundations yaitu pada gigi yang telah rusak parah dan membutuhkan
peningkatan retensi dan resistensi sebagai antisipasi penempatan
mahkota atau metallic onlay.
Kontraindikasi restorasi amalgam
 Pengunaan restorasi amalgam pada daerah
yang membutuhkan estetik dihindari.
Khususnya gigi anterior
 lesi karies yang kecil-sedang pada gigi
posterior sebaiknya ditumpat dengan
komposit agar tidak menghilangkan struktur
gigi disekelilingnya yang masih sehat.
 Preparasi Kelas VI
MORFOLOGI GIGI SULUNG
MAHKOTA GIGI SULUNG
 Anatomi oklusal gigi sulung groovenya lebih sedikit daripada gigi
permanen.
 Bidang oklusal lebih sempit.
 Mahkota lebih pendek daripada gigi permanen
 Mahkota mengecil ukurannya di bagian servikal dan lebih cembung.
 Lapisan enamel dan dentin lebih tipis.
 Enamel rod pada 1/3 gingival sedikit ke arah oklusal, pada gigi
permanen berjalan ke arah apikal.
 Daerah kontak antara gigi molar sulung lebar dan datar.
 Warna gigi sulung lebih muda.
 Ketebalan dentin pada fosa di atas dinding pulpa lebih tebal.
PULPA GIGI SULUNG
 Pulpa pada gigi sulung lebih besar dari gigi permanen
jika dibandingkan dengan ukuran mahkotanya.
 Tanduk pulpa lebih dekat dengan permukaan gigi.
 Tanduk pulpa bagian mesial terletak lebih dekat ke
permukaan daripada bagian distal.
 Ruang pulpa molar sulung bawah lebih besar daripada
ruang pulpa molar sulung di rahang atas.
 Bentuk ruang mengikuti bentuk permukaan mahkota gigi.
 Biasanya tanduk pulpa berada di bawah tiap – tiap cups
AKAR
 Akar gigi sulung anterior lebih sempit
arah mesio distal.
 Akar gigi sulung posterior lebih panjang
dan ramping dibandingkan ukuran
mahkota.
 Akar molar sulung lebih lebar waktu
mendekati apikal.
PERTIMBANGAN ANATOMI DARI
GIGI SULUNG
 Gigi sulung mempunyai enamel dan ketebalan dentin lebih tipis
daripada gigi permanen.
 Pulpa gigi sulung lebih besar dibandingkan dengan ukuran
mahkota daripada pulpa gigi permanen.
 Tanduk pulpa gigi sulung lebih dekat ke permukaan daripada
gigi permanen.
 Pada gigi sulung, enamel rod pada 1/3 gingival ke arah oklusal
dari dentino enamel junction sedangkan pada gigi permanen ke
arah servikal.
 Mahkota gigi sulung lebih menyempit pada daerah servikal
daripada gigi permanen.
 Gigi sulung mempunyai proksimal kontak yang lebih datar dan
lebar
KLASIFIKASI KAVITAS
Black mengklasifikasikan kavitas dalam beberapa Kelas antara lain :
 Kelas I : Kavitas yang terjadi pada :
Pit dan fisur di dataran oklusal gigi posterior.
Daerah bukal, lingual atau groove palatinal gigi posterior.
Lingual atau palatinal gigi anterior (foramen caecum).
 Kelas II : Kavitas pada dataran aproksimal gigi posterior.
 Kelas III : Kavitas pada dataran aproksimal insisivus dan kaninus,
memerlukan perbaikan tepi insisal.
 Kelas IV : Kavitas pada dataran aproksimal gigi anterior di mana
proses kariesnya telah sampai ke tepi insisal.
 Kelas V : Kavitas yang didapatkan pada 1/3 servikal dataran bukal
atau labial dan kadang – kadang pada dataran lingual gigi anterior
atau posterior.
 Kelas VI: Karies yang terdapat pada incisal edge dan cusp oklusal
pada gigi.
PRINSIP – PRINSIP PREPARASI
KAVITAS
 Outline form.
 Removal of caries (Membuang jaringan karies).
 Resistance form (Membuat bentuk resistensi).
 Retention form (Membuat bentuk retensi).
 Convenience form.
 Finishing the enamel margin (Menghaluskan
dinding / tepi kavitas).
 Toilet of the cavity (Membersihkan kavitas dari
debris)
OUTLINE FORM
 Outline form yaitu pola menentukan bentuk luar suatu preparasi kavitas.
 Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan outline form antara lain:
Tempat atau permukaan yang mudah diserang karies harus dimasukkan dalam
outline form
Semua pit, fisur dan developmental groove yang terkena karies harus dimasukkan dalam
outline form
Bonjol cusp tidak dimasukkan dalam outline form.
Harus diusahakan jangan sampai ada dinding enamel yang tipis.
Extention for prevention: tepi – tepi kavitas harus ditempatkan pada daerah – daerah gigi
yang imun terhadap karies
Perluasan preparasi dapat dilakukan ke arah :
a. Oklusal.
b. Mesial, distal
c. Bukal, lingual, palatinal
d. Servikal, gingival.
Pelebaran ke arah oklusal dalam prinsipnya harus dimasukkan pit dan fisur.
Jangan membiarkan overhanging enamel yang tidak didukung oleh dentin yang sehat karena
enamel yang demikian sangat rapuh.
Bila ada dua kavitas pada fisur dipisahkan oleh lapisan enamel yang tipis, maka lapisan
enamel itu sebaiknya dipreparasi juga.
REMOVAL OF CARIES (Membuang
jaringan karies)
 Membuang jaringan karies
menggunakan ekskavator atau bur bulat
kecepatan rendah.

 Karies tidak boleh ditinggalkan dalam


kavitas karena bila terjadi kebocoran
tumpatan, bakteri yang tinggal di kavitas
akan menjadi aktif.
RESISTANCE FORM (Membuat bentuk
resistensi)
 membentuk preparasi kavitas sedemikian rupa sehingga gigi dan
tumpatan cukup kuat menerima tekanan serta menahan daya kunyah.
Dasar preparasi relatif datar
Berbentuk boks
Enamel yang tidak disokong dentin yang sehat dibuang.
Menghindari cusp dan marginal ridge
Isthmus 1/4 jarak antar cusp.
kedalaman kavitas 0,5 mm ke dalam dentin
Mempunyai kedalaman yang cukup
Line angle harus dibulatkan dan enamel harus didukung dentin yang sehat.
Perlu dibuat bevel atau dibulatkan pada axio-pulpa line angle sehingga
didapatkan “Bulk of Amalgam“ untuk menghindarkan pecahnya amalgam pada
daerah tersebut terhadap daya kunyah.
Cavo surface angle harus tegak lurus untuk mengurangi fraktur pinggir
restorasi dan memudahkan carving.

Isthmus
RETENTION FORM
 Membentuk kavitas sedemikian rupa
sehingga tumpatan tersebut
memperoleh pegangan yang kuat dan
tidak mudah bergeser terhadap daya
kunyah.
 Tumpatan tidak lepas ketika gigi
berfungsi
CONVENIENCE FORM
 Upaya membentuk kavitas sedemikian
rupa sehingga memudahkan untuk
bekerja dengan alat – alat, baik dalam
hal preparasi maupun memasukkan
bahan tumpatan ke dalam kavitas.
FINISHING THE ENAMEL MARGIN
(Menghaluskan dinding / tepi kavitas)
 Tindakan untuk membuat dinding yang
halus dan rata dengan tujuan
mendapatkan kontak marginal yang
baik.
TOILET OF THE CAVITY (Membersihkan
kavitas debris / sisa – sisa preparasi)
 Bertujuan membersihkan kavitas dari
debris / sisa –sisa preparasi.

Kavitas dibersihkan dari debris dengan air.


Kavitas diperiksa lagi, bila masih terdapat
jaringan karies harus segera dikeluarkan.
Kemudian dinding – dinding kavitas
dikeringkan dengan semprotan udara.
Preparasi kelas 1
Aspek Oklusal (Outline form eksternal)
 Outline form merupakan dovetail, termasuk semua fisur, daerah karies, pit
dan developmental groove, ujungnya dibulatkan, tidak boleh bersudut
tajam.

 Semua groove yang dalam dan telah rusak diikutkan dalam preparasi.

 Lebarnya kira – kira 1/3-1/4 lebar bidang oklusal.

 Outline form ke bagian distal dan mesial sejajar dengan marginal ridge.

 Ketebalan jaringan gigi di marginal ridge dipertahankan.


Dinding Internal
1. Dinding kavitas konvergen ke arah oklusal, dengan ketebalan
kavitas 0,5 ke dalam dentin untuk menambah retensi dan
menyediakan kedalaman yang cukup bagi amalgam untuk menahan
gaya oklusal
2. Semua line angle dibulatkan, untuk mengurangi tekanan internal
dan memudahkan kondensasi.
3. Dasar kavitas datar dan halus.
4. Sudut cavo surface 90-100° untuk membantu pada waktu carving,
polis dan mengurangi kemungkinan kerusakan tepi tambalan
Preparasi kelas 2 amalgam
 No. 245 atau no. 330
bur dapat digunakan
untuk preparasi
Matrix retainer

Menyediakan permukaan gigi bagian proksimal yang


dibuang untuk mengembalikan kontur dan kontak
proksimal pada bentuk dan fungsi yang normal
Outline: outline mengikuti Depth: 0.5 mm dibawah dentino-enamel
bentuk fissure untuk junction atau 1.5 mm dari cavosurface (a)
mencegah secondary caries
Internal angles: membulat untuk
pada gigi yang berdekatan
mengurangi stress dan memastikan
dengan restorasi amalgam dapat dengan mudah
ditempatkan pada area tersebut
Isthmus: ¼ jarak
intercusp(kurang lebih Pulpal floor: Pulpal floor slightly
1.5mm) concave.
Buccal and lingual walls: Konvergen untuk Axial wall: lebar dasar boks
menambah retensi kavitas, sudut kurang lebih 1 mm. mengikuti
cavosurface 90 derajat kontur eksternal gigi

Buccal and lingual walls:


Gingival floor: dibawah contact area dengan Konvergen parallel terhadap
gigi yang bersebelahan namun berada pada permukaan luar dan membuat
supragingiva cavo surface angle 90 derajat

Axio-pulpal line angle:


Membulat untuk memberi
ketebalan maksimal pada
amalgam dengan stress yang
minimal

•Retention grooves- untuk


menambah retensi

•Occlusal dovetail
Boks Proksimal Gigi Sulung

• Box konvergen ke arah oklusal

• Minimal flare untuk mencegah melemahkan


dinding enamel

• Isthmus 1/4 sampai 1/5 lebar inter cuspal

•Axio-pulpal angle groove membulat untuk


meningkatkan retensi

•Tidak ada bevel pada gingival seat

•Kedalaman minimal untuk mencegah eksposure


pulpa pada konstriksi servikal

•Gingival floor yang lebar


DIAGRAM ILUSTRASI PENINGKATAN
EKSPOSURE PULPA KETIKA DINDING
GINGIVAL DIBUANG TERLALU DALAM
Indikasi Amalgam sebagai material
restorative kelas V
 Area non estetik
 Area dengan akses dan visibilitas
terbatas
 Area dengan kontrol kelembaban
yang sulit
Kontraindikasi Amalgam sebagai bahan
restorative kelas V

 Area yang membutuhkan estetik


 I. OUTLINE FORM Outline form
Trapezoid membulat pada berdasarkan bentuk
1/3 gingival gigi dan lokasi karies
OUTLINE FORM

 Cavosurface margins diperluas menuju bagian gigi yang sehat


dengan mempertahankan kedalaman axial 0.5 mm dibawah
DEJ dan 0.75 mm dari cementum (ketika pada permukaan
akar)
Teknik Klinis
 Menggunakan bur fisur tapered membuang
lesi karies dengan initial axial depth 0.5 mm
dibawah DEJ

 Kedalaman preparasi 1 - 1.25 mm total axial


depth, tergantung dari lokasi
incisogingival/occlusogingival (Enamel lebih
tebal pada bagian oklusal dan insisal
daripada servikal)

 Jika preparasi pada permukaan akar axial


depth sekitar 0.75 mm.

 Perluas preparasi incisally, gingivally,


mesially, dan distally sampai cavosurface
margins berada pada struktur gigi yang
sehat menyediakan outline form yang
dikehendaki
 Preparasi dinding aksial
dengan kedalaman 0.5 mm
dibawah DEJ menghasilkan
kedalaman yang uniform
pada preparasi
DEJ

 Karena axial wall mengikuti


kontur mesiodistal dan
incisogingival/occlusogingiv
al dari permukaan fasial 0.5
mm

gigi dan berbentuk convex


 Dinding mesial, distal,
gingival, dan incisal dari
preparasi gigi tegak lurus
terhadap permukaan luar
gigi untuk mendapatkan
cavosurface angle 90
derajat dan untuk
mengikut arah dari
enamel rods, preparasi
divergen ke arah fasial
 Retention form:

 Menggunakan No. 1/4 bur untuk


preparasi retention grooves, satu
pada incisoaxial line angle dan
lainnya pada gingivoaxial line
angle 0.2-0.3mm dibawah DEJ

 Idealnya arah dari incisal (i.e.,


occlusal) groove lebih ke arah
insisal(i.e., occlusal) daripada
axial, dan arah dari gingival
groove lebih ke arah gingival
daripada axial.
E

DEJ

m
0.5m

1.25 mm
D
P 1 mm

0.2m
m

0.75mm

Retention Grooves
 4 retention coves dipreparasi satu pada
setiap 4 axial point angles dari preparasi
 Final preparation:
 Pembuangan sisa dentin terinfeksi
 Perlindungan pulpa
 Finishing external walls
 Cleaning & inspecting
Langkah-Langkah Restorasi Amalgam
 Perbandingan merkuri-alloy
 Triturasi
 Aplikasi matrix band
 Pengisian amalgam
 Kondensasi
 Burnisher
 Proses carving
 Finishing and pemolesan
Rasio Merkuri-Alloy
 Untuk keberhasilan restorasi, rasio
merkuri harus spesifik dan akurat
berdasarkan tipe alloy yang digunakan.
 Merkuri pada dasarnya dibutuhakan
untuk membasahi partikel alloy sebelum
bereaksi.
 Rasio untuk mendapatkan hasil yang
terbaik ialah 1:1. Pada umumnya, 5:8
atau 5:7,
Triturasi
 Tujuan dari triturasi ialah membuang lapisan oksida dari
partikel alloy sehingga partikel alloy dapat tercampur
dengan merkuri, menghasilkan masa yang homogen
untuk kondensasi.(amalgamator/mortar dan pestel)
Tujuan dari Triturasi
 Untuk mencapai masa amalgam yang diharapkan
dengan waktu yang minimum.
 Meningkatkan kontak langsung antara partikel dan
merkuri dengan membuang okside dari bubuk
Pemakaian matrix band
 Letakkan matrix pada restorasi amalgam untuk
kasus kelas II untuk mendapatkan batas normal
struktur gigi.
 Tempatkan matrix band pada matrix retainer.
 Letakkan matrix diantara titik kontak gigi.
Gunakan wedges untuk menstabilisasikannya
Pengisian amalgam
 Ambil sedikit amalgam alloy dengan
bantuan amalgam carrier dan letakkan
pada gigi yang telah dipreparasi.
 Box di proksimal harus diisi sebelum
mengisi permukaan oklusal dari
preparasi
Kondensasi
 Berbagai bentuk (segitiga, bulat, elips, trapesium, dan persegi
panjang) dan ukuran kondenser digunakan untuk kondensasi
amalgam.
 Ujung kondenser biasanya bergerigi

Tujuan Kondensasi
 Membuang kelebihan merkuri dari permukaan restorasi.
 Mengurangi jumlah dan ukuran ruang yang berlebih dari
restorasi.
 Menyiapkan permukaan restorasi untuk dibentuk
 Untuk mengadaptasikan dinding dan lantai preparasi
Proses Burnishing
 Precarve burnishing dilakukan setelah kondensasi.
Prosesnya adalah menggosok agar permukaan
menjadi mengkilap
Keuntungan dari precarve burnishing
 Meningkatkan keutuhan tepi restorasi.
 Membentuk restorasi sesuai kontur dan kurvatura
gigi.
 Membantu mengurangi jumlah merkuri pada
amalgam.
Proses Carving,
Finishing dan Pemolesan

Tujuan dari proses carving adalah untuk mendapatkan restorasi dengan:


 Tidak berlebih dan kurang menggantung
 Ukuran yang tepat, lokasi, dan kontak interproksimal yang bagus.
 Tepi marginal yang adekuat
 Kontur yang tepat

Finishing restorasi amalgam mencakup pembuangan marginal yang tidak teratur,


mempertegas kontur anatomi, dan menghaluskan permukaan yang kasar dari restorasi.

 Polishing amalgam dilakukan setalah 24 jam penumpatan.


 Tumpatan di poles dengan stone hijau kemudian merah untuk menghaluskan
permukaan amalgam, jangan sampai mengubah anatomi gigi
Perawatan penambalan
komposit
Perawatan Penambalan Komposit

gabungan dari dua atau lebih bahan yang berbeda sifat dan strukturnya yang
bertujuan untuk menghasilkan sifat lebih baik (Mc Cabe & Walls, 2008)

salah satu bahan tambalan sewarna gigi yang banyak digunakan saat ini
karena memiliki nilai estetis yang tinggi dibandingkan dengan bahan
tumpatan warna gigi yang lain
Perawatan Penambalan Komposit

Komposit Komposit Komposit hibrid Komposit


tradisional berbahan pengisi

gabungan komposit Nanofiller
tradisional dan mikro
mikro (microfiller)

estetis baik
(macrofiller) ●
ukuran partikel 0,4-,1 µm.

berukuran 0,04-0,4 µm komposit nanohibrid :

kekuatan dan
ukuran partikel relatif



ikatan yang lemah komposit microfiller dan ketahanan yang
besar 8-12 µm sehingga kekuatannya komposit nanofiller (0,2-3 µm) hampir sama dengan

permukaan yang rendah

Komposit nanohibrid memiliki
mikrofiller
sifat fisik dan mekanis yang
kasar dan cenderung ●
estetis bagus dan baik serta mudah dipoles ●
partikel kecil 0,02-0,1
berubah warna permukaan halus (permukaannya halus) µm

McDonalds, 2016)
Indikasi

Karies kecil Restorasi Restorasi Restorasi


pada pit dan Kelas II pada kelas II pada Strip crown
Kelas III,
fisur dan gigi sulung gigi permanen pada gigi
yang tidak yang meluas IV, V pada
permukaan meluas sampai sulung dan
oklusal yang gigi sulung
melebihi setengah luas gigi
meluas ke proximal line buccalingual dan gigi
permanen
dentin angle intercuspal permanen

Mathur es et al, 2016


Keuntunga
n
Kerugian

Estetik

Mempertahankan struktur gigi

Pengerutan Polimerisasi

Adhesi ●
Cukup mahal
Konduktivitas termal rendah
Sulit untuk dipoles dan



Dapat dipakai secara luas

Mudah dimanipulasi finishing

Dapat diperbaiki ●
Koefisien ekspansi

Dapat dipoles dalam satu termal
pertemuan

Mathur es et al, 2016


Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Viskositas


Resin komposit packable

viskositas yang tinggi

kental dan sulit mengisi celah kavitas yang kecil.

dapat mengurangi pengerutan selama polimerisasi

Resin komposit Flowable

viskositas/ kekentalan yang rendah

mudah mengisi atau menutup kavitas kecil

McDonalds, 2016
Faktor Klinis yang Harus Diketahui pada
Perawatan Komposit untuk Anak

Resiko Waktu Isolasi


Polimerizatio Penggunaa
Preparasi n Shrinkage n Flowable

Compom
er Estetik Polishing
Donly and Goday. 2002.
Isolasi Preparasi
Bersihkan dan
Keringkan
Kelas I
Apliaksi Bonding Etching 15-
- keringkan -
Light Cure 20 detik

Aplikasikan
Komposit pada
Pengukiran dan Lepas
kavitas - Light Cure Pemolesan rubber dam

Casamassimo, 2013
Isolasi Preparasi
Bersihkan dan
Keringkan

Kelas II
Etching 15- Pasangka Pasangka
20 detik n wedge n matrix

Apliaksi Bonding
- keringkan -
Aplikasikan Komposit
pada proksimal - Light
Lepaskan
Light Cure Cure
Matrix

Lepas Poles bagian Pengukiran dan


rubber dam proksimal Pemolesan

Casamassimo, 2013
Isolasi Preparasi
Bersihkan dan
Keringkan

Kelas III
Etching 15- Pasangka Pasangka
20 detik n wedge n matrix

Apliaksi Bonding
- keringkan -
Aplikasikan Komposit
pada proksimal - Light
Lepaskan
Light Cure Cure
Matrix

Lepas Poles bagian Pengukiran dan


rubber dam proksimal Pemolesan

Casamassimo, 2013
Isolasi Preparasi
Bersihkan dan
Keringkan

Kelas IV
Etching 15- Pasangka Pasangka
20 detik n wedge n matrix

Apliaksi Bonding
- keringkan -
Aplikasikan Komposit
pada proksimal - Light
Lepaskas
Light Cure Cure
n Matrix

Lepas Poles bagian Pengukiran dan


rubber dam proksimal Pemolesan

Casamassimo, 2013
Isolasi Preparasi
Bersihkan dan
Keringkan
Kelas V
Apliaksi Bonding Etching 15-
- keringkan -
Light Cure 20 detik

Aplikasikan
Pengukiran dan Lepas
Komposit -
Pemolesan rubber dam
Light Cure

Casamassimo, 2013
3. Perawatan penambalan GIC

Glass Ionomer Cement (GIC)


merupakan bahan restorasi yang Bahan GIC yang pertama kali
memiliki sifat adhesif, sewarna diperkenalkan pada bidang
dengan gigi dan memiliki kemampuan kedokteran gigi oleh Wilson
pelepasan ion fluor yang dipengaruhi dan Kent tahun 1972
derajat keasaman (pH)
 Bahan GIC terdiri dari bubuk dan cairan.
 Bubuk  kaca calcium fluoroaluminosilicate terdiri dari Silica (SiO2 ),
Alumina (Al2O3 ), Aluminium Fluoride (AlF3 ), Calcium Fluoride
(CaF2 ), Natrium Fluoride (NaF), dan Aluminium Fosfat (AlPO4 )
yang larut dalam cairan asam. Lanthanum, stronsium, barium, dan
oksida seng ditambahkan untuk mendapatkan sifat radioopak
 Cairan GIC  cairan dari asam poliakrilat dengan konsentrasi 40- 50%
 Klasifikasi :
Type I – Luting cements
Type II – Restorasi
Type III – Liners and Bases
Type IV – Core build up
Type V – Orthodontic Cements
Type VI – Fissure Sealants
 Type VII – Fluoride releasing
Type VIII – ART (atraumatic restorative technique)
Type IX – Deciduous teeth restoration
 Indikasi :
1. Restorasi pada lesi erosi/abrasi tanpa preparasi
kavitas
2. Tumpatan pit dan fisura oklusal
3. Restorasi gigi sulung
4. Restorasi lesi karies kl. V
5. Restorasi lesi karies kl. III lebih diutamakan yang
pembukaannya arah lingual
6. Reparasi kerusakan tepi restorasi mahkota (Craig,
2004)
 Kontraindikasi :
1. Kavitas2 yang ketebalannya kurang/tipis
2. Kavitas2 yang terletak pada daerah yang menerima
tekanan tinggi
3. Lesi karies kelas IV atau fraktur insisal
4. Lesi yang melibatkan area luas pada email labial
yang mengutamakan faktor estetika(Craig, 2004)
Prinsip preparasi gigi pada GIC
Adapun prinsip dari preparasi gigi pada GIC
meliputi 7 prinsip yaitu : 
1. Outline Form
2. Resistance Form
3. Retention Form
4. Removal of caries
5. Finishing of the enamel wall
6. Convinience Form
7. Cavity toilet
Prosedur
 Anestesi lokal dan isolasi menggunakan rubber dam
 Menentukan outline
 Menghilangkan semua lesi karies dengan bur bundar (lowspeed)
atau hand instrument
 Aplikasi kondisioner (10% asam poliakrilat selama 10 detik, dan
cuci dan keringkan)
 Aduk powder dan liquid
 Aplikasi pada kavitas  manipulasi menggunakan ball burnisher
yg telah celupkan pada bonding agent atau unfilled resin u/
mencegah bahan menempel pada instrument
 Final restorasi. Aplikasi selapis tipis unfilled resin diatas permukaan
dan polimerisasi selama 20 detik.
 Cek oklusi, lepaskan rubberdam
Indirect Restoration pada Gigi Sulung
1. Stainless Steel Crown

 Stainless-steel crown (SSC) adalah restorasi


ekstrakoronal siap pakai yang terutama digunakan
dalam restorasi gigi dengan kerusakan yang hebat,
molar sulung yang telah dirawat pulpa, dan gigi
sulung atau gigi tetap yang mengalami hipoplasia.

 SSC merupakan restorasi yang dapat bertahan lama


dan restorasi pilihan pada mulut dengan resiko tinggi
karies (Cameron, 2003)
 Komposisi SSC terdiri alloy yang mengandung 18% kromium
dan 8% nikel (disebut juga 18-8 alloy) dengan kandungan
karbon sebesar 0,8 % sampai 20%. Kandungan kromium yang
tinggi ini mengurangi korosi (Matthewson, 1995).

 Campuran bahan-bahan ini menyebabkan ssc dapat


beradaptasi dengan baik pada permukaan gigi (Mathewson,
1995)

 Paduan logam ini memperlihatkan sifat-sifat yang


menguntungkan yaitu semakin besar gaya yang menimpa,
akan semakin menambah kekerasan bahan, demikian pula
kandungan Chrome yang tinggi akan mengurangi korosi
 Indikasi :
Gigi dengan kerusakan parah
Molar sulung post perawatan pulpa
Gigi sulung atau permanen yg mengalami hipolplastik
Gigi sulung pada anak dgn high risk karies
 Metode :
1. Anastesi lokal, pasang rubber dam
2. Restorasi gigi menggunakan GIC atau kompomer sebelum
preparasi utk SSC
3. Kurangi permukaan oklusal 1,5mm bur diamond tapered atau
flame-shaped. Pengurangan oklusal yg seragam akan
memudahkan penempatan mahkota tanpa mengganggu oklusi
4. Gunakan bur diamond panjang dan tappered, dipegang agak
konvergen pada sumbu panjang gigi, kurangi pada daerah mesial
dan distal  probe dpt melewati area kontak
5. Pengurangan buccolingual minimum, krn penting utk retensi
6. Memilih crown yg sesuai dgn mengukur lebar mesiodistal
7. Try in (mahkota tidak boleh lebih dari 1mm subgingiva, jika ada
daerah pucat pada gingiva maka panjang crown dikurangi dan
dihaluskan menggunakan white stone bur )
8. Sementasi menggunakan GIC
2. Inlay/Onlay Logam Cor

 Merupakan salah satu restorasi rigid yaitu restorasi


yang dibuat dengan tekhnik indirek menggunakan
model cetakan gigi yg telah dipreparasi
kemudian disemenkan pada gigi

 Inlay adalah tumpatan rigid yang ditumpatkan di


kavitas diantara cusp

 Onlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas


meliputi satu atau lebih cusp
 Gigi yang dibuatkan inlay atau onlay adalah gigi dgn karies
luas yg sdh berlubang besar atau gigi dengan tambalan yang
kondisinya sudah buruk dan harus diganti, apabila ditambal
secara direct dengan amalgam ataupun resin komposit
dikhawatirkan tambalan tersebut tidak akan bertahan lama
karena patah atau lepas

 Komposisi dari inlay atau onlay yang terbuat dari logam


terdiri atas beberapa macam, seperti au (gold) 83%, ag
(silver) 10%, cu (tembaga) 6%, pd (paladium) 0,5%
 Kelebihan
Resistensi kuat dan lebih balik dibandingkan dengan
komposit
Biokompatibilitas terhadap jaringan baik
Dapat memperkuat jaringan gigi yang tersisa. Gigi yang
karies cenderung menyisakan jaringan gigi yang lemah,
dengan adanya restorasi dari logam dapat memperkuat
jaringan gigi tersebut
Karena proses pembuatannya dilakukan secara ekstraoral
(teknik indirect), polishing lebih mudah
Dapat membentuk kontur gigi yang lebih baik
Lebih murah dibandingkan dengan restorasi rigid dari
porselen
 Kekurangan
Membutuhkan kunjungan berkala
Apabila rusak, lebih sulit diperbaiki
lebih mahal dibandingkan restorasi direct
Teknik yang digunakan lebih rumit
Secara estetik buruk, karena tidak sewarna dengan gigi asli
Inlay
 Indikasi :
a. Baik untuk kavitas yang kecil/ karies proksimal lebar
b. Bila diperlukan untuk restorasi klamer dari suatu gigi tiruan
(pegangan), misalnya: inlay bukal atau disto/mesial inlay yang
perluuntuk dibuatkan “ rest seat", untuk gigi tiruan
c. Kavitas dengan bentuk preparasi <  1,5 jarak central fossa
kepuncak cusp
d. Mengembalikan estetik pada restorasi gigi posterior yang
mengalami kerusakan akibat adanya karies sekunder

 Kontraindikasi :
a. Rekuensi karies tinggi
b. OH pasien jelek
Onlay
 Indikasi :
a. Untuk menggantikan tambalan lama, terutama bila jaringan gigi
yang tersisa sedikit (pada gigi belakang)
b. Kerusakan gigi posterior yang menerima tekanan yang besar
c. Kemungkinan bisa terjadi fraktur cusp
d. Pengganti restorasi amalgam yang rusak
e. Lebar karies atau kavitas > 1/3 - 1/2 jarak antar cusp
f. Bila diperlukan perlindungan cusp. Dimana cusp yang ada sudah
tidak kuat / memeiliki resiko fraktur karena kurangnya jaringan
pendukung
g. Abrasi gigi posterior yang luas
h. Pasca endodontik
i. Mahkota klinis masih tinggi sebagai retensi dari onlay
 Kontraindikasi :
a. Dinding bukal dan lingual rusak
b. Mahkota klinis yang pendek
c. Oral Hygiene buruk
d. Frekuensi karies tinggi
 Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan
preparasi inlay/onlay adalah sebagai berikut :
 Apabila terdapat penyakit periodontal harus dihilangkan terlebih
dahulu
 Melakukan foto rontgen untuk mengetahui apakah terdapat kelainan
atau tidak
 OH harus baik
 Tahapan Preparasi pada Inlay/ Onlay Logam

1. Teknik preparasi
 Membuka akses dengan membongkar restorasi yang lama dengan
round bur
 Menghilangkan jaringan karies dgn round bur atau eskavator
 Syarat khusus :
○ Outline form kavitas sempit dan berujung tajam
○ Line angle tajam pada alas kavitas
○ Dinding kavitas tegak atau divergen 3 – 5 derajat ke oklusal
○ Tidak ada undercut
○ Short bevel 45 derajat pada cavosurface line angle
○ Reverse bevel pada gingivoaxial line angle
2. memeriksa kerentanan cusp
 Tahap ini merupakan aspek yang penting dan harus diperha
tikan karena bagian oklusal gigi akan mendapatkan tekanan
pengunyahan makaharus dilihat dan diperhatikan
bagaimana kerentanan dari cusp tersebut. Dengan tahap ini
kita juga bisa memilih bahan yang tepat untuk restorasi
inlay/onlay yang akan digunakan

3. Memeriksa undercut
‒ Pada restorasi rigid (inlay atau onlay) undercut bukan merupakan
bentuk retensi. Retensi dari restorasi rigid didapat dari adanya bevel
pada cavosurface. Sehingga undercut ditutup dgn menggunakan liner.
4. Memberi liner kavitas
‒ Dasar kavitas diberi liner dan seringkali liner tersebut
adalah kalsium hidroksida. Semen ini digunakan juga untuk
menutup undercut sehingga diharapkan dasar kavitas akan
rata. GIC juga seringkali digunakan, bahan ini bekerja
optimal karena memeiliki sifat adesif dengan dentin dan
mudah diadaptasikan dalam kavitas

5. Pencetakan
Pencetakan bisa secara menyeluruh ataupun hanya
sebagian, namuntetap kedua regio dilakukan
pencetakan untuk mengetahui kontak dengan gigi
antagonisnya. Bahan yang sering digunakan adalah
elastomer karena lebih praktis dibanding bahan lain
6. Restorasi sementara

 Hasil cetakan dimasukan ke lab dental


 Pada kunjungan berikutnya dilakukan :
• Try in (mahkota tidak boleh lebih dari 1mm subgingiva, jika ada daerah
pucat pada gingiva maka panjang crown dikurangi dan dihaluskan
menggunakan bur lalu di poles kembali menggunakan karet poles
• Sementasi menggunakan semen ZnPO4
1. Stainless Steel Crown

 Stainless-steel crown (SSC) adalah restorasi


ekstrakoronal siap pakai yang terutama
digunakan dalam restorasi gigi dengan
kerusakan yang hebat, molar sulung yang
telah dirawat pulpa, dan gigi sulung atau gigi
tetap yang mengalami hipoplasia.

 SSC merupakan restorasi yang dapat


bertahan lama dan restorasi pilihan pada
mulut dengan resiko tinggi karies (Cameron,
2003)
 Komposisi SSC terdiri alloy yang mengandung
18% kromium dan 8% nikel (disebut juga 18-8
alloy) dengan kandungan karbon sebesar 0,8 %
sampai 20%. Kandungan kromium yang tinggi
ini mengurangi korosi (Matthewson, 1995).

 Campuran bahan-bahan ini menyebabkan ssc


dapat beradaptasi dengan baik pada permukaan
gigi (Mathewson, 1995)

 Paduan logam ini memperlihatkan sifat-sifat


yang menguntungkan yaitu semakin besar gaya
yang menimpa, akan semakin menambah
kekerasan bahan, demikian pula kandungan
Chrome yang tinggi akan mengurangi korosi
 Indikasi :
Gigi dengan kerusakan parah
Molar sulung post perawatan pulpa
Gigi sulung atau permanen yg
mengalami hipoplastik
Gigi sulung pada anak dgn high risk
karies
 Metode :
1. Anastesi lokal, pasang rubber dam
2. Restorasi gigi menggunakan GIC atau
kompomer sebelum preparasi utk SSC
3. Kurangi permukaan oklusal 1,5mm bur
diamond tapered atau flame-shaped.
Pengurangan oklusal yg seragam akan
memudahkan penempatan mahkota tanpa
mengganggu oklusi
4. Gunakan bur diamond panjang dan tappered,
dipegang agak konvergen pada sumbu panjang
gigi, kurangi pada daerah mesial dan distal 
probe dpt melewati area kontak
5. Pengurangan buccolingual minimum, krn
penting utk retensi
6. Memilih crown yg sesuai dgn mengukur lebar
mesiodistal
Daftar Pustaka
 Sturdevant's art & science of operative dentistry-2006- Theodore M.
Roberson, Harald O. Heymann, Edward J. Swift, Jr.
 Principles of operative dentistry (2005)- A.J.E. Qualtrough, J.D.
Satterthwaite, L.A. Morrow and P.A. Brunton.
 Fundamentals of Operative Dentistry- 2nd Edition- Summitt & Robbins
 M. Powers, John. C. Wataha, John. 2013. 10th Edition
Dental Materials: Properties and Manipulation. United
States of America: Saunders Elsevier. Hal 63.
 Bharti, R. Wadhawani, K.K. , Tikku, A. P.,Chandra A.
2010. Dental Amalgam : An Update. Journal of
Conversative Dentistry. Vol 13(4)

Anda mungkin juga menyukai