Disusun Oleh:
Dosen Pembimbing:
Drg. Novita Idayani, Sp. KGA
1. Definisi
Stainless Steel Crown (SSC) adalah suatu paduan logam dental (alloy) nikarat
yang dapat digunakan untuk bahan tambal sementara maupun tetap berbentuk
anatomi gigi dan mudah dibentuk untuk diadaptasikan pada gigi yang mengalami
kerusakan yang luas karena karies, fraktur mahkota, hipoplasia email, atau restorasi
setelah perawatan saraf. Tujuan perawatan SSC adalah untuk memperbaiki oklusi
dan fungsi pengunyahan. Menurut Cameron, dkk (2008) SSC (Stainless Steel
Crown) adalah bentuk restorasi extra coronal yang sangat berguna dalam pemulihan
gigi yang telah rusak parah, geraham desidui yang telah menjalani terapi pulpa dan
hipoplasia gigi desidui atau gigi permanen. SSC (Stainless Steel Crown) juga
digunakan pada restorasi gigi geligi anak dengan risiko karies yang tinggi, terutama
yang menjalani perawatan di bawah anestesi umum.
2. Komposisi
a. Stainless steel crown (18-8)
- 12-30% kromium ditambahkan ke steel alloy
- Alloy 18-8 mengandung 18% kromium dan 8% nikel
- Kekuatan: 211-1760 Mpa
- Bahan ini menahan tarnish dan korosi karena pembentukan lapisan pasif
kromium oksida (Cr2O3)
- Ada 3 jenis steel: feritik, martensit, dan austenitik
b. Mahkota berbahan dasar nikel: mengandung nikel (72%), kromium (14%), Fe
(6-10%), karbon (0,04%), mangan (0,35%) dan silikon (0,2%).
3. Klasifikasi
6. Prosedur Penatalaksanaan
Persiapan alat dan bahan
Bur dan stone
- Anatomi oklusal
Fisur yang dalam dan cusp yang tinggi membutuhkan pengurangan
oklusal yang lebih banyak.
- Tinggi mahkota
Tinggi mahkota harus sama dengan gigi yang belum dipotong dengan
margin servikal tidak lebih dari 1 mm di bawah dan sejajar dengan
margin gingiva.
- Ruang primate
Penilaian sebelum tindakan harus dibuat untuk ruang primate atau ruang
fisiologis agar dapat mencegah pergeseran awal mesial dari gigi molar
pertama permanen
- Kontur margin gingiva
Bentuk dan kontur margin gingiva berbeda dari molar 1 hingga 2 serta dari
aspek bukal ke lingual hingga proksimal. Tiga bentuk kontur margin
gingiva telah digambarkan sebagai berikut:
Smile
Garis tepi bukal gingiva dari molar kedua desidui dan gingiva lingual
dari kedua molar desidui menyerupai senyuman.
Stretched S
Karena tonjolan servikal mesiobukal, margin gingiva turun ke bawah
pada aspek bukal molar pertama desidui dan berlanjut dari distal ke
mesial memberikan konfigurasi 'S' yang telah diregangkan satu sisi.
Frown
Karena ketinggian oklusi servikal yang pendek pada titik tengah pada
aspek proksimal, gingiva turun ke bawah di kedua sisi titik tengah ini
memberikan garis kerutan.
Evaluasi Oklusi
- Apakah gigi antagonis telah mengalami ekstrusi karena lesi karies yang
sudah berlangsung lama
- Apakah terdapat pergeseran ke mesial akibat lesi karies yang menyebabkan
hilangnya ruang proksimal
Preparasi Gigi
Sebelum dimulai pemasangan SSC, dilakukan preparasi gigi susu untuk
mendapatkan adapatasi, stabilisasi dan retensi yang baik. Preparasi gigi susu
dilakukan dengan tujuan pembuangan jaringan karies, membebaskan titik
kontak dengan gigi tetangga dan pengurangan struktur gigi pada seluruh
ukuran. Preparasi dianggap cukup bila sewaktu mencoba SSC sudah berhasil
baik.
1. Pengukuran gigi
Sebelum gigi dipreparasi jarak mesio distal gigi diukur dengan kaliper.
Pengukuran ini bertujuan untuk memilih besarnya SSC yang akan
dipakai, sesuai dengan besarnya gigi.
2. Pembuangan seluruh jaringan karies
Dengan round bur putaran rendah atau dengan menggunakan
ekskavator.
3. Mengurangi permukaan oklusal
Fisur – fisur yang dalam pada permukaan oklusal diambil sampai
kedalaman 1 – 1,5 mm dengan tapered diamond bur. Penempatan awal
groove sedalam 1 mm di permukaan oklusal berdasarkan tinggi
crown dan marginal ridge gigi sebelahnya.
4. Penghalusan SSC
Penghalusan merupakan langkah terakhir dan penting jika SSC telah sesuai.
Permukaan kasar akan mengiritasi gingiva dan memudahkan penumpukan
plak.
5. Pemasangan SSC
Setelah gigi selesai dipreparasi, SSC dipersiapkan, gigi dikeringkan dan
diisolasi dengan gulungan kapas. Saliva ejektor dipasang agar gigi tetap
kering dan bebas dari saliva. Gunakan semen adhesif misalnya
polikarboksilat GIC (tipe luting) atau semen seng fosfat, diaduk sampai
konsistensi seperti krim dan dialirkan ke dinding sebelah dalam SSC hingga
hampir penuh. Pasang SSC dari lingual ke bukal, tekan dengan jari sampai
posisi yang tepat. kemudian pasien disuruh menggigit dengan wooden blade
atau cotton roll diletakkan di atas gigi tersebut. Jika semen telah mengeras,
bersihkan semua kelebihan bahan terutama pada celah gingiva dan daerah
6. Sementasi
Bahan sementasi :
- Zinc Phosphate
- Zinc Oxide-Eugenol
- Reinforced Zinc Oxide-Eugenol
- Polycarboxylate
- Glass ionomer cement
Prosedur sementasi
- Isolasi gigi, bersihkan dan keringkan crown dan gigi, aplikasi varnish pada
gigi vital
- Pilih semen dan isi pada bagian dalam crown hingga 2/3
- Dudukan crown pada gigi, dimulai dari sisi lingual, pasien dminta menggigit
- Sebelum semen mengeras pasien diminta menutup mulut dalam oklusi
sentrik dan perhatikan oklusi tidak berubah
- Hilangkan kelebihan semen dengan eksplorer, interproksimal menggunakan
dental floss dan ultrasonic scaler
- Meminta pasien menggigit kapas basah pada crown
- Cek oklusi dan aplikasi Vaseline pada permukaan gingiva
Oleh :
Aliyah Saraswati
04074822124013
Dokter Pembimbing :
Drg. Novita Idayani, Sp. KGA
PEMERIKSAAN KLINIS
DIAGNOSIS
Pulpitis Irreversible pada gigi 84.
Pemilihan mahkota
Hilangkan sementasi berlebihan menggunakan ekskavator (jika ada), lalu
instruksi kembali untuk menggigit mahkota hingga sementasi mengeras
Gunakan dental floss untuk menghilangkan sementasi pada permukaan
proksimal gigi
Cek oklusi setelah pengaplikasian mahkota
Gambaran radiografi setelah 1 tahun perawatan. Reaksi pulpa terlihat jelas. Dentin
reaktif terbentuk karena perubahan volume kamar pulpa
Palembang,
Disetujui oleh
Dokter Pembimbing Pedodonsia
Oleh :
Aurelia Maulini Rizky
040748221124006
Dosen Pembimbing:
drg. Novita Idayani, Sp.KGA
I. IDENTITAS PASIEN
Jenis Kelamin: Perempuan
Usia : 9 tahun
Pemeriksaan Radiografi
- Dilakukan radiografi periapikal
- Pada gambaran radiografi terlihat lesi radiolusen pada oklusal gigi 35
mendekati pulpa, disertai perkembangan akar yang belum sempurna.
Diagnosis:
- Gigi 35: Pulpitis Reversible dengan penutupan apeks yang belum
sempurna.
- Gigi 36, 46, 74, 84 dan 85: Pulpitis irreversible
Persiapan Pasien
- Intruksikan pasien untuk mencuci tangan terlebih dahulu dan
dilakukan pengukuran suhu tubuh pasien.
- Informed consent
- Memperhatikan kondisi umum pasien yang meliputi pemeriksaan
berat badan dan tinggi badan, serta vital sign pasien.
Persiapan Operator
- Mencuci tangan sesuai dengan standar WHO
- Menggunakan APD level 3 (masker N95, handscoon, nurse
cap, hazmat, face shield/goggles dan shoe cover/boots)
Kunjungan 1
1. Pemberian anestesi lokal (lidokain 2% dengan epinefrin 1:100.000) dan
isolasi menggunakan rubber dam
2. Jaringan karies pada premolar kedua dieksavasi dengan ekskavator
steril (DENTSPLY Maillefer).
3. Setelah semua dentin yang terinfeksi dihilangkan dan permukaan dentin
yang keras terlihat. kalsium hidroksida (Dycal, Dentsply Sirona)
ditempatkan.
4. Kavitas ditutup dengan glass ionomer cement (GIC) tipe II (Fuji II, GC
America).
Kunjungan 2
1. Pasien diminta datang kembali untuk pamasangan stainless steel
crown pada gigi 35.
2. Ukuran mahkota stainless steel crown prefabrikasi dipilih (ukuran
D4, 3M ESPE) disesuaikan dengan struktur gigi yang tersisa.
Follow-up:
Saat follow-up (4 tahun) gigi premolar (35) menunjukkan potensi
penyembuhan yang luar biasa. Mahkota stainless steel tetap utuh dan Premolar
menunjukkan penutupan apikal lengkap, dan penebalan dinding dentin.
Palembang,
Disetujui oleh
Dokter Pembimbing Pedodonsia
Disusun oleh:
Karina Gita Wibawa
04074822124008
Dosen Pembimbing:
Drg. Novita Idayani, Sp. KGA
Palembang,
Disetujui oleh
Dokter Pembimbing Pedodonsia
Oleh:
Prima Hesti
04074822124018
KELUHAN UTAMA:
Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun datang dengan keluhan nyeri hebat
dan bengkak yang berhubungan dengan gigi molar pertama kanan bawah sulung
sejak malam sebelumnya.
PEMERIKSAAN KLINIS
Riwayat pemeriksaan gigi sebelumnya: tidak ada.
Pemeriksaan intraoral
o Pembengkakan dengan batas jelas pada regio 8 sisi bukal.
o Warna gingiva pada sekitar pembengkakan berwarna kemerahan
dengan warna kuning kemerahan pada bagian yang paling menonjol.
*Data lain tidak tercantum didalam jurnal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi:
Terdapat pelebaran saluran akar pada servikal akar distal gigi 84, berbentuk
oval yang memanjang dari sepertiga servikal akar distal hingga ke sepertiga tengah
akar distal gigi 84 disertai adanya pelebaran ligamen periodontal.
V. DEVITALISASI PULPA
1. Prosedur Devitalisasi Satu Kali Kunjungan (Formokresol)
Teknik devitalisasi formokresol.4
i. Formokresol adalah larutan formaldehida 19 %, kresol 35 % didalam
campuran 15 persen gliserin dan air. Untuk menyiapkan konsentrasi 1:5 dari
formula ini pertama-tama campurkan 3 bagian gliserin dengan 1 bagian air
suling secara menyeluruh kemudian tambahkan 4 bagian sediaan ini ke
dalam 1 bagian formokresol Buckley dan aduk rata kembali. 4
ii. Mekanisme kerja formaldehida adalah untuk mencegah autolisis jaringan
dengan mengikat protein.4
Prosedur:5
2. Indikasi
INDIKASI SECARA UMUM
1) Pasien sehat tidak memiliki riwayat kesehatan yang serius.
2) Pasien dan orang tua kooperatif.
INDIKASI SECARA KLINIS
1) Gigi yang awalnya akan dilakukan pulpotomi namun memiliki tanda-tanda
nekrosis pulpa.
2) Tidak adanya benih gigi permanen.
3) Gigi nekrosis.
4) Gigi nekrosis dan minimum resorpsi.
5) Gigi sulung tanpa pulpa dengan stoma.
6) Gigi sulung tanpa pulpa pada penderita hemofilia.
7) Gigi sulung tanpa pulpa pada gigi anterior untuk alasan estetik.
8) Gigi sulung molar tanpa pulpa untuk alasan orthodonsi.
INDIKASI RADIOGRAFI
1) Jaringan periodontal dan suport tulang alveolar yang baik.
3. Kontraindikasi
KONTRAINDIKASI SECARA UMUM
1) Pasien muda dengan kelainan sistemik sepeti kelainan jantung bawaan dan
leukimia.
2) Anak yang mengkonsumsi kortikosteroid jangka panjang.
4. Prosedur perawatan
a) PROSEDUR SATU KALI KUNJUNGAN
INDIKASI
- Keterlibatan karies yang luas dengan keterlibatan pulpa radikular yang jelas
tetapi tanpa adanya keterlibatan periapikal.
- Gigi sulung dengan inflamasi meluas ke luar pulpa koronal, ditandai dengan
perdarahan dari radikular yang diamputasi berwarna merah tua, keluar
perlahan dan tidak terkontrol.
PROSEDUR
1) Gigi dianastesi dan diisolari rubberdam.
2) Preparasi akses.
3) Pembukaan atap pulpa.
4) Mengangkat kamar pulpa dan radikular pulpa dengan menggunakan
broaches.
5) Irigasi menggunakan saline.
6) Preparasi saluran akar menggunakan K-File yang sesuai dengan perhitungan
radiografi.
7) Saluran harus diisi dengan tujuan memperbesarnya untuk memungkinkan
kondensasi bahan pengisi saluran akar
8) Irigasi saluran akar disetiap pergantian K-File.
- Berdasarkan letak
1) Armamentarium
3) Reduksi oklusal
Mulai reduksi oklusal dengan bur berbentuk buah pir. Kurangi oklusi sekitar
1,0 hingga 1,5 mm secara merata di sepanjang struktur cusp sehingga menghasilkan
gigi yang tereduksi tetapi dengan anatomi oklusal yang sama. Reduksi ditentukan
dengan membandingkan ridge marginal dari gigi yang berdekatan.
4) Reduksi Proksimal
- Reduksi proksimal dilakukan dengan bantuan taper fissure dan needle
burs dengan tujuan utama memutus kontak.
- Kurangi dan bulatkan semua sudut dan sudut tajam di preparasi dengan
bantuan finishing bur.
- Permukaan oklusal serta proksimal harus dibulatkan tetapi dengan sangat
hati-hati untuk menghindari pengurangan lebih lanjut.
- Periksa oklusi dan kontak proksimal. Harus ada celah 1 sampai 1,5 mm
antara gigi yang dipreparasi dan gigi lawan selama oklusi. Ini diverifikasi
dengan meminta pasien untuk menggigit blok wax dan tidak ada tanda pada
gigi yang dipreparasi yang harus diamati. Verifikasi pemotongan proksimal
dengan melewatkan probe tipis ke sisi mesial dan distal dan raba tepian.
- Tempatkan mahkota pada sisi lingual dan putar ke arah sisi bukal.
- Sekarang ratakan tepinya dengan bur finishing. Coba lagi mahkota pada
gigi. Jika terjadi blanching pada gingiva, mungkin perlu untuk menuliskan
ulang mahkota dan memotongnya kembali. Potong hanya di area yang
terlihat pucat.
- Periksa batas gingival mahkota dengan bantuan probe; tidak boleh lebih dari
1 mm pada permukaan bukal dan 0,5 mm pada permukaan lingual. Spedding
menjelaskan dua prinsip yang berkaitan dengan panjang dan margin gingiva
dari mahkota untuk adaptasi yang lebih baik dari mahkota ke gigi.
Tujuannya adalah untuk memperpanjang mahkota 1 mm di bawah margin
free gingiva dan untuk mendekati margin gingiva mahkota hingga ke
puncak gingiva di sekitar gigi. Penempatan subgingiva margin mahkota
dibenarkan karena untuk gigi sulung kontur bukal, lingual dan proksimal
tepat di atas puncak gingiva dan tujuannya adalah untuk mengikat mahkota
pada undercut normal.
9) Counturing
- Langkah adaptasi selanjutnya adalah mengkontur mahkota dengan tang
sehingga mengikuti kontur asli gigi.
- Sebagian besar mahkota yang tersedia saat ini sudah diprakontur tetapi
bantuan kontur minimal dalam anatomi yang lebih baik sehingga retensi
yang lebih baik dan keuntungan yang jelas.
- Setelah contouring dan crimping selesai coba lagi mahkota dan dengan
explorer, periksa semua margin untuk adaptasi
- Tempatkan kenop dari arah lingual ke bukal dan harus masuk ke posisinya
di bawah tekanan jari yang kuat.
- Kualitas retensi mahkota secara langsung tergantung pada pasnya mahkota
ke dalam gigi.
- Ini adalah waktu terbaik untuk mengevaluasi harmoni oklusal dan
membandingkannya dengan oklusi praoperasi.
- Setelah adaptasi akhir, periksa apakah ada destabilisasi atau goyangan
mahkota dengan menekan explorer pada aspek oklusal untuk menerapkan
beban.
- Evaluasi kritis dari blansing di seluruh struktur gigi harus dilakukan dan
radiografi precementasi harus dilakukan pada tahap ini.
12) Crown Finishing
- Finishing tepi bentuk mahkota dilakukan dengan menggunakan green stone
yang dijepit pada sudut tepi.
- Buang kelebihan semen dengan scaler atau explorer setelah mengeras dan
periksa semua area sulkus gingiva dari semen yang tertinggal.
14) Polishing SSC dan Pemulangan Pasien
- Poles mahkota dengan pasta profilaksis fosfat fluorida yang diasamkan
sebelum pasien dipulangkan.
- Yang terbaik adalah mengevaluasi oklusi dan menyesuaikan kembali pada
tahap ini.
- Setelah semen mengeras, disarankan untuk memindahkan benang wax pada
aspek inter-proksimal untuk memeriksa kelebihan semen karena dapat
menyebabkan iritasi dan peradangan jaringan.
- Mahkota yang benar-benar bersih dan mengkilap ditunjukkan kepada anak
sebagai apresiasi dan respon positif.
Gambar 22. Penempatan obat intrakanal berupa kalsium hidroksida dan tumpatan
sementara.
11) Setelah itu, isi saluran akar hingga kamar pulpa menggunakan medikamen
intrakanal berupa kalsium hidroksida PH tinggi.
12) Akhirnya tumpat gigi dengan restorasi sementara.
Kunjungan 3:
1) Setelah 7 hari, pasien diminta untuk datang kembali.
2) Isolasi kembali dengan menggunakan rubberdam dan lakukan anastesi
lokal.
3) Irigasi kembali saluran akar untuk menghilangkan sisa kalsium
hidroksida dan keringkan menggunakan paperpoint.
4) Kemudian obturasi menggunakan kalsium hidroksida dan pasta berbasis
iodoform.
Disusun oleh:
Revina Daniella Dwi March
04074822124014
Dosen Pembimbing:
Drg. Novita Idayani, Sp. KGA
I. IDENTITAS PASIEN
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 4 tahun
*data lain tidak tertera pada jurnal
PEMERIKSAAN KLINIS:
- Riwayat gigi sebelumnya: *tidak dijelaskan pada jurnal
- Pemeriksaan intraoral:
Pada gigi 55 dan 84 mengalami karies D3
Pada gigi 65 mengalami karies D4
Pada gigi 74 dan 75 mengalami karies D5
Pada gigi 85 mengalami karies D6
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI
- Dilakukan radiografi panoramik
- Pada gambaran radiografi terlihat beberapa lesi radiolusen di
berbagai gigi, terlihat di gigi 85 terdapat karies dalam mencapai
kamar pulpa
Pro Periodonsia
Scaling supragingiva
Pro Pedodonsia
Gigi 85 dilakukan pulpektomi dan dilanjutkan pemasangan
stainless steel crown
Gigi 55, 74, 75, dan 84 dilakukan pulpotomi laser diode dan
dilanjutkan pemasangan stainless steel crown
Gigi 65 dilakukan pulp capping indirect dengan Biodentine dan
dilanjutkan pemasangan stainless steel crown
Gigi 54 dan 64 dilakukan fissure sealant dengan resin komposit
Aplikasi fluoride di seluruh gigi
Tahapan SSC:
Perawatan mahkota steinless steel dilakukan sebagai berikut:
Ukuran mahkota steinless steel dipilih dan penyesuaian awal
dibuat berdasarkan cetakan diagnostik. Interproksimal dan
permukaan oklusal gigi dipreparasi, dan garis tepi finishing
gingiva dipreparasi tanpa tepian atau undakan yang dapat
dideteksi.
Preparasi dibuat dengan bur taperred diamond pendek.
Penyesuaian terakhir pada mahkota stainless steel dilakukan
dengan carburundum disc.
Dinding mahkota disesuaikan dengan tang # 114 untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan, dan mahkota dipoles
dengan rubber abrasive points.
Permukaan gigi dibersihkan dengan slurry of pumice dan air
dan dibilas lalu suctions bertekanan tinggi sebelum diisolasi
Pulpotomi laser diode pada gigi 55. (A) Hemostasis terjadi pada gigi 55 dengan laser. (B)
Lapisan Biodentine. (C) Restorasi GIC.
VI. FOLLOW UP (dalam kasus)
Foto intraoral rahang atas dan rahang bawah setelah pemasangan stainless steel
crown
Palembang,
Disetujui oleh
Dokter Pembimbing Pedodonsia