Anda di halaman 1dari 79

MAKALAH PEDODONSIA

STAINLESS STEEL CROWN (SSC)

Disusun Oleh:

Aliyah Saraswati (04074822124013)


Aurelia Maulini Rizky (04074822124006)
Karina Gita Wibawa (04074822124008)
Prima Hesti (04074822124018)
Revina Daniella Dwi March (04074822124014)

Dosen Pembimbing:
Drg. Novita Idayani, Sp. KGA

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

Laporan Kasus Pedodonsia


STAINLESS STEEL CROWN (SSC)

1. Definisi
Stainless Steel Crown (SSC) adalah suatu paduan logam dental (alloy) nikarat
yang dapat digunakan untuk bahan tambal sementara maupun tetap berbentuk
anatomi gigi dan mudah dibentuk untuk diadaptasikan pada gigi yang mengalami
kerusakan yang luas karena karies, fraktur mahkota, hipoplasia email, atau restorasi
setelah perawatan saraf. Tujuan perawatan SSC adalah untuk memperbaiki oklusi
dan fungsi pengunyahan. Menurut Cameron, dkk (2008) SSC (Stainless Steel
Crown) adalah bentuk restorasi extra coronal yang sangat berguna dalam pemulihan
gigi yang telah rusak parah, geraham desidui yang telah menjalani terapi pulpa dan
hipoplasia gigi desidui atau gigi permanen. SSC (Stainless Steel Crown) juga
digunakan pada restorasi gigi geligi anak dengan risiko karies yang tinggi, terutama
yang menjalani perawatan di bawah anestesi umum.

2. Komposisi
a. Stainless steel crown (18-8)
- 12-30% kromium ditambahkan ke steel alloy
- Alloy 18-8 mengandung 18% kromium dan 8% nikel
- Kekuatan: 211-1760 Mpa
- Bahan ini menahan tarnish dan korosi karena pembentukan lapisan pasif
kromium oksida (Cr2O3)
- Ada 3 jenis steel: feritik, martensit, dan austenitik
b. Mahkota berbahan dasar nikel: mengandung nikel (72%), kromium (14%), Fe
(6-10%), karbon (0,04%), mangan (0,35%) dan silikon (0,2%).

3. Klasifikasi

Laporan Kasus Pedodonsia


SSC dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Festooned
Festooned, dengan merek Ni-Chro primary crown, keluaran ion 3M (USA)
adalah metal crown yang sudah dibentuk menurut anatomis gigi, baik kontour
oklusal, bukal/lingual, proksimal dan tepi servikal. Penyelesaian preparasi SSC
jenis festooned ini tinggal membentuk/menggunting permukaan servikal
mahkota tersebut.
b. Unfestooned
Unfestooned, dengan merek Sun Platinum, keluaran Sankin, Jepang adalah
metal crown yang telah dibentuk permukaan oklusal saja sedangkan bagian
bukal/ lingual dan servikal harus dibentuk dengan tang khusus. Kedua macam
bentuk mahkota harus dimanipulasi agar tetap baik marginalnya.

Gambar 1. Klasifikasi dari stainless steel crown


Keterangan :
a: bentuk unfestooned, tepi servikal mahkota belum digunting.
b: bentuk festooned tepi servikal sudah digunting dan dibentuk cembung.
c: bentuk festooned tepi servikal sudah digunting sesuai dengan servikal.

4. Indikasi dan kontraindikasi SSC.


Indikasi
SSC banyak digunakan dalam perawatan gigi anak–anak karena banyak
keuntungannya, SSC merupakan suatu bahan restorasi yang ideal untuk mencegah
kehilangan gigi susu secara prematur.
1. Kerusakan yang meluas pada gigi susu.
2. Gigi yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
3. Gigi sesudah perawatan saluran akar.
4. Sebagai pegangan dari space maintainer atau protesa.

Laporan Kasus Pedodonsia


5. Pada kasus – kasus bruxism yang berat.
6. Untuk mengoreksi single crossbite anterior pada gigi susu.
Kontraindikasi
1. Restorasi kecil.
2. Pasien dengan alergi logam.
3. Untuk gigi yang berjejal
4. Hanya sisa radix
5. Pada pasien dengan alergi nikel.
6. Pasien tidak kooperatif.
7. Sebagai restorasi permanen untuk gigi permanen
8. Gigi sulung dengan resorpsi akar > ½ panjang akar.

5. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan Penggunaan SSC
- Kerja lebih cepat, oleh karena mahkota SSC sudah tersedia sesuai dengan
ukuran dan bentuk gigi.
- Lebih tahan lama karena terbuat dari logam
- SSC dapat diselesaikan dalam 1 kali kunjungan, hal ini sangant baik terutama
untuk anak-anak.
Kelemahan Penggunaan SSC
- Estetis kurang baik, warna mahkota SSC tidak sesuai dengan warna gigi asli.
- Untuk mengatasinya maka pada bagian labial SSC tersebut digunting dan
dibuatkan jendela yang kemudian jendela tersebut diisi / ditambal dengan bahan
yang sama warnanya dengan gigi misalnya self curing acrylic, komposit resin.
- Mudah terjadi penumpukan plak disekeliling servikal sehingga dapat
menyebabkan inflamasi gingiva.

6. Prosedur Penatalaksanaan
 Persiapan alat dan bahan
Bur dan stone

Laporan Kasus Pedodonsia


- No.169 atau No.69L FG
- No.6 or No.8 RA
- No.330 FG
- Bur bulat untuk menghilangkan karies
- Bur diamond berbentuk flame untuk pengurangan oklusal
- Bur panjang, tipis dan meruncing untuk pengurangan proksimal, bukal,
dan lingual.
- Rubber wheel atau green stone untuk finishing dan polishing
Pliers / Instrument
- Johnson No.114 (Rocky mountain), untuk kontur umum di daerah oklusal
dan tengah
- Pliers crimping No. 417 (Unitek), untuk menghasilkan kelengkungan yang
jelas di daerah servikal.
- No. 112 (Dentarum), untuk menghasilkan konveksitas dan titik kontak.
- No. 137 Gordon, digunakan untuk kontur dan pembentukan umum.
Lainnya
- Scaler atau instrumen tajam-Amerika No.7
- Gunting mahkota dan bridge
- Tang Howe No.110
- Tang No.138 (tang konturing Gordon)
- Kertas pad dan lempengan kaca glass
- Gate spatula
- Dental floss
- Rubber dam
- Kertas artikulasi
- Anestesi lokal.
 Pemilihan Crown

Laporan Kasus Pedodonsia


Mahkota yang dipilih dengan benar harus menutupi semua preparasi gigi dan
memberikan ketahanan. Dua prinsip yang harus diingat untuk mendapatkan
mahkota yang beradaptasi dengan baik adalah:
- Menetapkan panjang mahkota okluso gingiva yang benar,
- Margin mahkota harus mengikuti kontur alami gigi dan gingiva.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan crown:
- Lebar mesiodistal gigi yang memadai
Lebar mesiodistal gigi yang akan diaplikasikan crown sebelum tindakan
diukur dengan kaliper dan dicocokkan dengan stainless steel crown.

Gambar 2. Pengukuran mesiodital gigi dicocokkan dengan stainless steel


crown.

- Anatomi oklusal
Fisur yang dalam dan cusp yang tinggi membutuhkan pengurangan
oklusal yang lebih banyak.

Gambar 3. Bentuk gambaran anatomis dari stainless steel crown.

- Tinggi mahkota
Tinggi mahkota harus sama dengan gigi yang belum dipotong dengan
margin servikal tidak lebih dari 1 mm di bawah dan sejajar dengan
margin gingiva.

Laporan Kasus Pedodonsia


Gambar 4. Pengukuran tinggi mahkota dari stainless steel crown.

- Ruang primate
Penilaian sebelum tindakan harus dibuat untuk ruang primate atau ruang
fisiologis agar dapat mencegah pergeseran awal mesial dari gigi molar
pertama permanen
- Kontur margin gingiva
Bentuk dan kontur margin gingiva berbeda dari molar 1 hingga 2 serta dari
aspek bukal ke lingual hingga proksimal. Tiga bentuk kontur margin
gingiva telah digambarkan sebagai berikut:
 Smile
Garis tepi bukal gingiva dari molar kedua desidui dan gingiva lingual
dari kedua molar desidui menyerupai senyuman.
 Stretched S
Karena tonjolan servikal mesiobukal, margin gingiva turun ke bawah
pada aspek bukal molar pertama desidui dan berlanjut dari distal ke
mesial memberikan konfigurasi 'S' yang telah diregangkan satu sisi.
 Frown
Karena ketinggian oklusi servikal yang pendek pada titik tengah pada
aspek proksimal, gingiva turun ke bawah di kedua sisi titik tengah ini
memberikan garis kerutan.

 Evaluasi Oklusi
- Apakah gigi antagonis telah mengalami ekstrusi karena lesi karies yang
sudah berlangsung lama
- Apakah terdapat pergeseran ke mesial akibat lesi karies yang menyebabkan
hilangnya ruang proksimal

Laporan Kasus Pedodonsia


- Perlunya pengurangan gigi agar gigi yang direstorasi dapat kembali
berfungsi normal
- Adanya jarak atau crowding
- Periksa oklusi secara langsung di rongga mulut atau dengan menggunakan
model studi untuk hubungan gigi insisivus, kaninus, dan molar pada kedua
sisi
- Perhatikan midline dan dan hubungan cusp fossa secara bilateral

 Preparasi Gigi
Sebelum dimulai pemasangan SSC, dilakukan preparasi gigi susu untuk
mendapatkan adapatasi, stabilisasi dan retensi yang baik. Preparasi gigi susu
dilakukan dengan tujuan pembuangan jaringan karies, membebaskan titik
kontak dengan gigi tetangga dan pengurangan struktur gigi pada seluruh
ukuran. Preparasi dianggap cukup bila sewaktu mencoba SSC sudah berhasil
baik.
1. Pengukuran gigi
Sebelum gigi dipreparasi jarak mesio distal gigi diukur dengan kaliper.
Pengukuran ini bertujuan untuk memilih besarnya SSC yang akan
dipakai, sesuai dengan besarnya gigi.
2. Pembuangan seluruh jaringan karies
Dengan round bur putaran rendah atau dengan menggunakan
ekskavator.
3. Mengurangi permukaan oklusal
Fisur – fisur yang dalam pada permukaan oklusal diambil sampai
kedalaman 1 – 1,5 mm dengan tapered diamond bur. Penempatan awal
groove sedalam 1 mm di permukaan oklusal berdasarkan tinggi
crown dan marginal ridge gigi sebelahnya.

Laporan Kasus Pedodonsia


Gambar 5. Bentuk gambaran pengurangan oklusal.

4. Mengurangi permukaan proksimal


Sebelum melakukan preparasi, gigi tetangga dilindungi dengan
prositektor atau suatu matrik band logam. Preparasi dilakukan dengan
gerakkan bukolingual mengikuti kontour proksimal gigi dengan
kedalaman 1 mm di subgingiva. Vertical slice dilakukan hingga
kontak area bukal, lingual dan gingival hilang. Hindari merusak
permukaan gigi yang bersebelahan ketika melakukan pengurangan
proksimal. Usahakan agar margin gingiva pada permukaan proksimal
feathered edgenya harus halus/licin. Hilangkan permukaan preparasi
yang tidak rata atau untuk sudut yang tajam.

Gambar 6. Bentuk gambaran pengurangan oklusal.

5. Mengurangi permukaan bukal dan lingual


Dengan tapered diamond bur permukaan bukal dan lingual dikurangi
sedikit sampai ke margin gingiva dengan kedalaman lebih kurang 1 –
1,5 mm. Sudut – sudut antara ke-2 permukaan dibulatkan. Knife edge
finish line harus mencapai 0,5-1 mm dibawah sulkus gingiva. Hindari
ledge atau step pada finishing line mesial atau distal yang akan
menyababkan kesulitan dalam menempatkan crown
6. Perlindungan pulpa

Laporan Kasus Pedodonsia


Pembuangan jaringan karies yang telah mencapai dentin cukup dalam
sebaiknya ditutupi dengan kalsium hidroksida, yang berfungsi
melindungi pulpa terhadap iritasi.
7. Finishing
Line angles dibevel pada sudut 30 sampai 45 derajat. Permukaan
oklusobukal dan lingual membulat dan hilangkan bagian cusp yang
tajam. Sudut garis proksimal bukal dan lingual dibulatkan.
8. Evaluasi preparasi gigi
Jarak oklusal harus 1,5 sampai 2 mm. Irisan proksimal bertemu ke arah
oklusal dan lingual, mengikuti kontur proksimal normal. Pastikan
eksplorer dapat melewati antara gigi yang dipersiapkan dan gigi
proksimal pada margin gingiva yang dipreparasi. Permukaan bukal dan
lingual opsional dikurangi setidaknya 0,5 mm dengan pengurangan
yang berakhir pada feather edges 0,5 himgga 1 mm ke dalam sulkus
gingiva. Permukaan bukal dan lingual bertemu sedikit ke arah oklusal.
Semua sudut garis dalam preparasi dibulatkan dan diperhalus.
Sepertiga oklusal permukaan bukal dan lingual membulat dengan
lembut dan garis preparasi akhir gingiva harus feather edge tanpa
ledge.

 Persiapan SSC Sebelum Dipasang


1. Pemilihan ukuran SSC
SSC dipilih sesuai jarak mesio-distal gigi susu sebelum preparasi
2. Pemotongan SSC
Letakkan SSC yang sudah dipilih di atas gigi yang telah dipreparasi. Tekan
SSC ke arah gingiva :
- Jika terlalu tinggi atau rendah maka oklusi tidak baik.
- Jika terlalu besar atau kecil, SSC tidak dapat memasuki sulkus gingiva.
- Periksa apakah tepi SSC pada daerah aproksimal sudah baik.
- Tentukan kelebihan SSC, kemudian buang dengan stone bur atau
potong dengan gunting.

Laporan Kasus Pedodonsia


Gambar 7. Pemotongan kelebihan dari stainless steel crown.

3. Adaptasi dan Pembentukan Crown


- Tryin crown secara linguobuccal dengan memberikan tekanan ke arah
bukal
- Periksa hubungan oklusal dan marginal awal, tandai goresan pada crown
setinggi batas jaringan free gingiva
- Lepaskan crown dan potong
- Ulangi penandaan dan pemotongan sampai ekstensi yang memadai (1
mm di bawah margin gingiva) terjadi tanpa blanching
- Setelah penempatan awal crown, periksa oklusi
- Counturing dan crimping crown

Gambar 8. Crown trimming

4. Penghalusan SSC
Penghalusan merupakan langkah terakhir dan penting jika SSC telah sesuai.
Permukaan kasar akan mengiritasi gingiva dan memudahkan penumpukan
plak.

Laporan Kasus Pedodonsia


Finishing Crown
- Gunakan green stone untuk membuat knife edge pada margin servikal
crown
- Haluskan margin gingiva menggunakan rubber wheel
- Polish seluruh mahkota dengan wire brush.
- Coba pada mahkota dan periksa oklusi. Evaluasi lengkung yang
berlawanan untuk interdigitasi cuspal dan oklusal yang tepat.
- Periksa kontak mesial dan distal.
Polishing crown
- Stone wheel digunakan perlahan, melintasi margin, menuju pertengahan
crown
- Sikat kawat dapat digunakan untuk memoles margin agar tampak lebih
berkilaukapur sirih kasar atau bahan pemoles halus untuk memberikan
kilau halus pada crown

Gambar 9. Polishing crown

5. Pemasangan SSC
Setelah gigi selesai dipreparasi, SSC dipersiapkan, gigi dikeringkan dan
diisolasi dengan gulungan kapas. Saliva ejektor dipasang agar gigi tetap
kering dan bebas dari saliva. Gunakan semen adhesif misalnya
polikarboksilat GIC (tipe luting) atau semen seng fosfat, diaduk sampai
konsistensi seperti krim dan dialirkan ke dinding sebelah dalam SSC hingga
hampir penuh. Pasang SSC dari lingual ke bukal, tekan dengan jari sampai
posisi yang tepat. kemudian pasien disuruh menggigit dengan wooden blade
atau cotton roll diletakkan di atas gigi tersebut. Jika semen telah mengeras,
bersihkan semua kelebihan bahan terutama pada celah gingiva dan daerah

Laporan Kasus Pedodonsia


papila interdental dengan menggunakan skeler atau sonde. Semen yang
berlebihan dapat mengakibatkan inflamasi gingiva dan ketidaknyamanan.
Pasien diinstruksikan untuk diet setengah lunak selama satu hari dan
dianjurkan untuk membersihkan celah gingiva dan daerah papila interdental
dengan dental floss yang dibantu oleh orang tua pasien.

6. Sementasi
Bahan sementasi :
- Zinc Phosphate
- Zinc Oxide-Eugenol
- Reinforced Zinc Oxide-Eugenol
- Polycarboxylate
- Glass ionomer cement
Prosedur sementasi
- Isolasi gigi, bersihkan dan keringkan crown dan gigi, aplikasi varnish pada
gigi vital
- Pilih semen dan isi pada bagian dalam crown hingga 2/3
- Dudukan crown pada gigi, dimulai dari sisi lingual, pasien dminta menggigit
- Sebelum semen mengeras pasien diminta menutup mulut dalam oklusi
sentrik dan perhatikan oklusi tidak berubah
- Hilangkan kelebihan semen dengan eksplorer, interproksimal menggunakan
dental floss dan ultrasonic scaler
- Meminta pasien menggigit kapas basah pada crown
- Cek oklusi dan aplikasi Vaseline pada permukaan gingiva

7. Adaptasi Crown Yang Baik


- Terpasang pada tempatnya, tidak boleh dilepas dengan tekanan jari
- Oklusi yang tepat dan tidak boleh mengganggu erupsi gigi
- Tidak boleh ada titik tinggi saat diperiksa dengan articulating paper
- Tidak ada lubang antara crown dan gigi di tepi servikal

Laporan Kasus Pedodonsia


- Tepi margin adaptasi dengan dekat ke gigi dan tidak menyebabkan iritasi
gingiva
- Restorasi dapat membuat pasien menjaga OH

8. Pertimbangan Keberhasilan Penggunaan SSC


- Pembuangan karies yang tepat.
- Pengurangan struktur gigi yang optimal untuk retensi mahkota yang adekuat.
- Kurangnya kerusakan gigi tetangga setelah pembukaan kontak
interproksimal.
- Pemilihan ukuran mahkota yang tepat.
- Adaptasi marginal yang akurat dan kesehatan gingiva.
- Fungsi oklusal yang baik.
- Prosedur penyemenan yang optimal

9. Faktor Yang Dapat Menyebabkan Kegagalan SSC


- Preparasi gigi yang tidak baik.
- Adaptasi mahkota yang tidak baik dan kemudian disertai dengan retensi
yang buruk.
- Metode sementasi yang tidak tepat dengan mahkota yang lepas atau margin
yang terbuka.
- Kegagalan perawatan pulpa.

10. Instruksi Pasien dan Orang Tua


- Tidak memainkan SSC dengan lidah atau tangan
- Pasien/orang tua pasien diinstruksikan baru boleh makan 30 menit setelah
dilakukan pemasangan SSC
- Tidak konsumsi makanan yang keras dan lengket, disarankan untuk diet
setengah lunak selama satu hari. Jika tidak dihindari, SSC mungkin dapat
longgar atau bahkan lepas

Laporan Kasus Pedodonsia


- Informasikan bahwa gusi sekitar gigi yang dipasang SSC kemungkinan
terjadi peradangan (kemerahan dan mudah berdarah) ± 7-10 hari
- Tetap menggosok gigi dan membersihkan celah gingival dan daerah
interdental dengan dental floss
- Jika SSC longgar atau lepas, simpan SSC ke dalam plastik bersih, dan segera
kunjungi dokter gigi. Jika tidak segera diperbaiki, kemungkinan
membutuhkan pembuatan SSC baru, gigi tidak terlindungi sehingga
kemungkinan terjadi kerusakan gigi/kehilangan gigi semakin besar.
- Datang ke dokter gigi jika ada keluhan seperti nyeri berlanjut dan
perdarahan.

Laporan Kasus Pedodonsia


DAFTAR PUSTAKA

1. Rao A. Principles and Practice of Pedodontics. 2nd Ed. Jaypee Brothers


Medical Publishers. 2008.
2. Badrinatheswar GV. Pedodontics Practice and Management. Jaypee Brothers
Medical Publishers. 2010.

Laporan Kasus Pedodonsia


LAPORAN PEDODONSIA
STAINLESS STEEL CROWN

Oleh :
Aliyah Saraswati
04074822124013

Dokter Pembimbing :
Drg. Novita Idayani, Sp. KGA

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

Laporan Kasus Pedodonsia


I. IDENTITAS PASIEN
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 5 tahun
*data lain tidak tertera dalam jurnal.

II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF


KELUHAN UTAMA
Seorang anak perempuan berusia 5 tahun datang ke dokter gigi dengan
keluhan nyeri pada gigi geraham kanan bawah saat diberi rangsangan dan
rasa nyeri tersebut akan menghilang <20 detik.

PEMERIKSAAN KLINIS

 Riwayat pemeriksaan gigi sebelumnya : tidakdijelaskan dalam jurnal


 Pemeriksaan intraoral:
Gigi 84 :
o Lesi karies Klas II
o Karies D5
o Nyeri timbul saat diberi rangsangan dan akan menghilang <20 detik
o Perkusi (-)
o Palpasi (-)
o Tingkat kooperatif : Negatif
Berdasarkan skala Frankel, Negatif merupakan Peringkat 2
yang merupakan keenggan untuk menerima pengobatan,
tidak kooperatif, beberapa kejadian timbul tingkah negatif
tetapi tidak diucapkan.

Laporan Kasus Pedodonsia


PEMERIKSAAN RADIOGRAFI

 Terdapat lesi karies proksimal pada gigi 84 menyisakan selapis


tipis dentin pada bagian distal gigi
 Tidak ada kelainan periapikal
 Tidak ada keterlibatan kamar pulpa
 Tidak ada resorpsi tulang interradikuler

DIAGNOSIS
Pulpitis Irreversible pada gigi 84.

III. RENCANA PERAWATAN


Pro-pedodonsia : Gigi 84 dilakukan restorasi stainless steel primary
molar crown (3M ESPE™)

Prosedur perawatan dengan Teknik Hall


 Membersihkan plak dan debris pada kavitas
 Pemilihan ukuran mahkota gigi
 Pengisian dengan GIC
 Penempatan mahkota dan sementasi
 Menghilangkan sementasi berlebihan
 Penempatan akhir
 Pembersihan dan evaluasi

Teknik aplikasi mahkota


 Pemilihan ukuran mahkota

Laporan Kasus Pedodonsia


 Gigi diisolasi dengan cotton roll lalu dilakukan pengisian GIC pada mahkota
yang telah dibentuk sebelumnya. Kasus ini menggunakan RM-GIC
 Pasien diminta untuk mengatupkan gigi dengan erat mahkota ke gigi
 Lakukan observasi pada penempatan mahkota, apakah sudah merata atau
belum

Pemilihan mahkota
 Hilangkan sementasi berlebihan menggunakan ekskavator (jika ada), lalu
instruksi kembali untuk menggigit mahkota hingga sementasi mengeras
 Gunakan dental floss untuk menghilangkan sementasi pada permukaan
proksimal gigi
 Cek oklusi setelah pengaplikasian mahkota

Pengecekkan oklusi setelah aplikasi mahkota


DHE pasca perawatan
 Dilatih untuk menjaga oral hygiene
 Melakukan kontrol setiap 6 bulan selama periode 2 tahun untuk
mengevaluasi kondisi subjektif dan objektif anak, kontrol radiografi,
dan dokumentasi

Laporan Kasus Pedodonsia


Follow-up setelah 1 tahun (radiografi)
 Normal fisiologi resorpsi akar
 Patologi periapikal dan perubahan furkasi
 Patologi resorpsi akar baik
 Patologi resorpsi pada tulang interdental dan interradikular

Gambaran radiografi setelah 1 tahun perawatan. Reaksi pulpa terlihat jelas. Dentin
reaktif terbentuk karena perubahan volume kamar pulpa

Follow-up setelah 2 tahun (radiografi)


 Dentin tersier
 Kamar pulpa relatif berkurang
 Tidak ada gejala klinis seperti fistula, abses, dan
pembengkakan
 Obliterasi saluran akar bagian distal
 Gigi vital

Gambaran radiografi pasca 2 tahun perawatan

Laporan Kasus Pedodonsia


Follow-up setelah 4 tahun (klinis)
 Tidak ada komplain
 Cenderung mengalami eksfoliasi fisiologi
 Mobilitas derajat 2

Palembang,
Disetujui oleh
Dokter Pembimbing Pedodonsia

Drg. Novita Idayani, Sp.KGA

Laporan Kasus Pedodonsia


LAPORAN KASUS PEDODONSIA
STAINLESS STEEL CROWN

Oleh :
Aurelia Maulini Rizky
040748221124006

Dosen Pembimbing:
drg. Novita Idayani, Sp.KGA

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI


BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

Laporan Kasus Pedodonsia


PEDODONSIA
STAINLESS STEEL CROWN

I. IDENTITAS PASIEN
Jenis Kelamin: Perempuan

Usia : 9 tahun

*data lain tidak dijelaskan pada jurnal

II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF


Keluhan Utama:
Pasien anak perempuan 9 tahun datang bersama orang tuanya mengeluhkan
bahwa anaknya merasakan nyeri pada daerah gigi belakang kiri rahang bawah,
ibu pasien ingin anaknya dirawat.
Pemeriksaan Klinis
 Riwayat Perawatan Gigi:
Pencabutan gigi sulung karena karies 6 bulan yang lalu
 Pemeriksaan Intraoral:
- Pada gigi 35 mengalami karies D5 oklusal-mesial, tes vitalitas
dingin dan elektrik (+)
- Pada gigi 36 dan 46 mengalami karies D6
- Pada gigi 74, 84 dan 85 mengalami karies D6

Gambar 1. Intraoral mandibula pre-operatif

Laporan Kasus Pedodonsia


Pemeriksaan Penunjang:

Pemeriksaan Radiografi
- Dilakukan radiografi periapikal
- Pada gambaran radiografi terlihat lesi radiolusen pada oklusal gigi 35
mendekati pulpa, disertai perkembangan akar yang belum sempurna.

Gambar 2. Radiografi pre-operatif

Diagnosis:
- Gigi 35: Pulpitis Reversible dengan penutupan apeks yang belum
sempurna.
- Gigi 36, 46, 74, 84 dan 85: Pulpitis irreversible

III. Rencana Perawatan


Pro Pedodonsia:
- Perawatan pulp capping dengan restorasi akhir Stainless Steel Crown
pada gigi 35
- Perawatan Pulpektomi dengan restorasi akhir Stainless Steel Crown
pada gigi 36 dan 46
- Pencabutan gigi 74, 84 dan 85

Laporan Kasus Pedodonsia


IV. Persiapan Sebelum Perawatan
Kunjungan 1

Persiapan Pasien
- Intruksikan pasien untuk mencuci tangan terlebih dahulu dan
dilakukan pengukuran suhu tubuh pasien.
- Informed consent
- Memperhatikan kondisi umum pasien yang meliputi pemeriksaan
berat badan dan tinggi badan, serta vital sign pasien.

Persiapan Operator
- Mencuci tangan sesuai dengan standar WHO
- Menggunakan APD level 3 (masker N95, handscoon, nurse
cap, hazmat, face shield/goggles dan shoe cover/boots)

Kunjungan 1
1. Pemberian anestesi lokal (lidokain 2% dengan epinefrin 1:100.000) dan
isolasi menggunakan rubber dam
2. Jaringan karies pada premolar kedua dieksavasi dengan ekskavator
steril (DENTSPLY Maillefer).
3. Setelah semua dentin yang terinfeksi dihilangkan dan permukaan dentin
yang keras terlihat. kalsium hidroksida (Dycal, Dentsply Sirona)
ditempatkan.
4. Kavitas ditutup dengan glass ionomer cement (GIC) tipe II (Fuji II, GC
America).

Kunjungan 2
1. Pasien diminta datang kembali untuk pamasangan stainless steel
crown pada gigi 35.
2. Ukuran mahkota stainless steel crown prefabrikasi dipilih (ukuran
D4, 3M ESPE) disesuaikan dengan struktur gigi yang tersisa.

Laporan Kasus Pedodonsia


3. Reduksi oklusal 1,5 mm dilakukan, lalu titik kontak dikurangi dan
diikuti dengan permukaan bukal dan lungual. Preparasi dilakukan
menggunakan diamond bur.
4. Konturing dilakukan menggunakan tang kontur No. 114 Johnson,
digunakan untuk mengkontur permukaan bukal dan lingual dengan
menahan mahkota secara kuat dengan tang dan kekuatan diberikan
dari sisi berlawanan dari mahkota untuk membengkokkan sepertiga
gingiva mahkota ke dalam
5. Periksa apakah ada destabilisasi atau goyangan mahkota dengan
menekan explorer pada aspek oklusal untuk menerapkan beban.
6. Mahkota disementasi dengan semen ionomer kaca tipe I (Fuji II GP,
GC America).
7. Buang kelebihan semen dengan scaler atau explorer setelah
mengeras dan periksa semua area sulkus gingiva dari semen yang
tertinggal.
8. Evaluasi oklusi dan aspek inter-proksimal untuk memeriksa
kelebihan semen karena dapat menyebabkan iritasi dan peradangan
jaringan.
9. Pasien diinstruksikan untuk follow-up

Follow-up:
Saat follow-up (4 tahun) gigi premolar (35) menunjukkan potensi
penyembuhan yang luar biasa. Mahkota stainless steel tetap utuh dan Premolar
menunjukkan penutupan apikal lengkap, dan penebalan dinding dentin.

Laporan Kasus Pedodonsia


Gambar 3. Follow-up

Palembang,
Disetujui oleh
Dokter Pembimbing Pedodonsia

Drg. Novita Idayani, Sp.KGA

Laporan Kasus Pedodonsia


LAPORAN KASUS PEDODONSIA
STAINLESS STEEL CROWN

Disusun oleh:
Karina Gita Wibawa
04074822124008

Dosen Pembimbing:
Drg. Novita Idayani, Sp. KGA

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

Laporan Kasus Pedodonsia


I. IDENTITAS PASIEN
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 3 tahun
*data lain tidak dijelaskan dalam jurnal
II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF
Keluhan utama:
Pasien anak laki-laki berusia 3 tahun datang bersama orang tuanya mengeluhkan
bahwa gigi pasien berlubang di daerah gigi belakang kiri dan kanan bawah.
Riwayat Kesehatan Umum dan Gigi:
 Pasien menunjukkan tanda-tanda keterbelakangan fisik dan mental.
 Riwayat medis: pasien mengalami pachygyria sejak lahir dan mengalami
kejang, keterlambatan perkembangan, tonus otot dan kontrol yang buruk
serta kesulitan makan/ menelan.
 Pasien menjalani pengobatan sodium valproate dan clobazam
 Ini adalah kunjungan perawatan gigi pertama pasien.
Pemeriksaan Klinis
• Gigi 61,73,81,82,83 mengalami karies D3
• Gigi 52, 53, 54, 55, 64, 65, 74, 75, 84, 85 mengalami karies D6
• Abses dento-alveolar ditemukan pada gigi 54, 74 dan 84
• Semua gigi ditutupi dengan plak gigi dan debris dengan sedikit
pembesaran gingiva

Laporan Kasus Pedodonsia


Pemeriksaan Radiografi: tidak tercantum di dalam jurnal
Diagnosis:
• D/ Pulpitis reversible pada gigi 61,73,81,82,83
• D/ Nekrosis pulpa pada gigi 52, 53, 54, 55, 64, 65, 74, 75, 84, 85

III. RENCANA PERAWATAN


 Behaviour management: Anestesi umum (karena pasien
berkebutuhan khusus dan tidak kooperatif)
Pro Periodonsia
 Profilaksis oral dan scaling menggunakan hand scaling
instrument
Pro Pedodonsia
 Pulpektomi dilanjutkan dengan restorasi resin komposit pada gigi
53 dan 52
 Insisi dan drainase pada gigi 54,74,84

Laporan Kasus Pedodonsia


 Pulpektomi dilanjutkan dengan Stainless Steel Crown pada gigi
54,55,64,65,74,75,84 dan 85
 Restorasi glass ionomer pada gigi 61,73,81,82,83
 Instruksi pada orang tua berupa konseling diet dan menjaga
kebersihan mulut
 Saran untuk orang tua yaitu pemeriksaan gigi setiap 3 bulan;
aplikasi topical fluoride setiap 6 bulan; dan pit and fissure sealant
segera setelah erupsi gigi geraham permanen.

IV. PERSIAPAN SEBELUM PERAWATAN


1. Persiapan pasien
- Intruksikan pasien untuk mencuci tangan terlebih dahulu dan dilakukan
pemeriksaan suhu tubuh pasien. Bila memungkinkan lakukan juga
pengukuran saturasi oksigen (SpO2) menggunakan pulse oximeter.
- Pasien menandatangani lembaran informed consent, yang sebelumnya
pasien telah menerima penjelasan atau informasi tentang kasus yang
dialami pasien meliputi diagnosis, tujuan perawatan, rencana perawatan,

Laporan Kasus Pedodonsia


lama perawatan, prognosis, biaya perawatan, serta resiko dan komplikasi
yang dapat terjadi bila dilakukan atau tidak dilakukannya perawatan.
- Memperhatikan kondisi umum pasien, yaitu pemeriksaan berat—tinggi
badan, vital sign pasien (suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi,
pernapasan, dan pupil mata)
2. Persiapan operator
- Mencuci tangan sesuai dengan standar WHO (6 langkah dan 5
momen)
- Menggunakan APD level 3 (masker N95, handscoon, nurse cap,
hazmat coverall, face shield/goggles dan shoe cover/boots)
3. Persiapan Alat dan Bahan
Alat
1. Polibib
2. Diagnostik set dasar (sonde, kaca mulut, ekskavator, pinset)

3. Mahkota stainless steel


4. Tang kontur Johnson #114, tang crimping, tang ball and socket

5. Bur diamond round, pear shaped, tapering fissure, flame shaped


6. Stone bur dan finishing bur
7. Spatula semen plastik
8. Glass pad
9. Suction saliva
10. Gunting crown
Bahan
1. Cotton pellet
2. Cotton roll
3. GIC
4. Paper pad
V. PROSEDUR PERAWATAN
1. Pulpektomi terlebih dahulu

Laporan Kasus Pedodonsia


a. Gigi dianastesi dan diisolasi menggunakan cotton roll.
b. Preparasi akses.
c. Pembukaan kamar pulpa.
d. Ekstirpasi pulpa dengan menggunakan barbed broach
e. Irigasi menggunakan saline.
f. Preparasi saluran akar menggunakan K-File yang sesuai dengan
perhitungan radiografi.
g. Saluran harus diisi dengan tujuan memperbesarnya untuk memungkinkan
kondensasi bahan pengisi saluran akar
h. Irigasi saluran akar disetiap pergantian K-File.
i. Keringkan saluran akar menggunakan paperpoint.
j. Isi saluran akar dengan bahan pengisi saluran akar dari kamar hingga
saluran akar.
k. Tempatkan Stainless Steel Crown sebagai restorasi akhir.
2. Prosedur SSC
a. Pilih mahkota sesuai dengan diameter mesiodistal
b. Ambil mahkota dengan bantuan pinset steril
c. Evaluasi oklusi
d. Pemberian anestesi local
e. Reduksi oklusal 1,0 hingga 1,5 mm dengan bur pear shaped
f. Reduksi proksimal dengan bur needle shaped
g. Kurangi dan bulatkan semua sudut dengan bur finishing
h. Verifikasi oklusi dan kontak proksimal
i. Try in mahkota pada gigi
j. Festooning pada permukaan proksimal harus dilakukan
k. Tempatkan mahkota
l. Ratakan tepi mahkota dengan finishing burs
m. Kontur mahkota
n. Crimping mahkota di sepertiga gingival
o. Lakukan finishing margin mahkota menggunakan green stone
p. Mahkota dihaluskan dengan finishing burs

Laporan Kasus Pedodonsia


q. Polishing dengan rubber wheel
r. Campur dan masukkan semen luting ke mahkota
s. Tempatkan mahkota dan minta pasien untuk menggigit perlahan
t. Buang kelebihan semen
u. Poles mahkota dengan pasta profilaksis fosfat fluoride

Palembang,
Disetujui oleh
Dokter Pembimbing Pedodonsia

drg. Novita Idayani, Sp.KGA

Laporan Kasus Pedodonsia


LAPORAN KASUS PEDODONSIA
STAINLESS STEEL CROWNS PADA GIGI 84

Oleh:
Prima Hesti
04074822124018

Dosen Pembimbing: drg. Novita Idayani, Sp.KGA

BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

Laporan Kasus Pedodonsia


I. IDENTITAS PASIEN1
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 4 tahun
*Data lain tidak tercantum didalam jurnal.

II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF1

KELUHAN UTAMA:
Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun datang dengan keluhan nyeri hebat
dan bengkak yang berhubungan dengan gigi molar pertama kanan bawah sulung
sejak malam sebelumnya.
PEMERIKSAAN KLINIS
 Riwayat pemeriksaan gigi sebelumnya: tidak ada.
 Pemeriksaan intraoral
o Pembengkakan dengan batas jelas pada regio 8 sisi bukal.
o Warna gingiva pada sekitar pembengkakan berwarna kemerahan
dengan warna kuning kemerahan pada bagian yang paling menonjol.
*Data lain tidak tercantum didalam jurnal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Radiologi:

Gambar 1. Ronsen gigi 85,84,83

Terdapat pelebaran saluran akar pada servikal akar distal gigi 84, berbentuk
oval yang memanjang dari sepertiga servikal akar distal hingga ke sepertiga tengah
akar distal gigi 84 disertai adanya pelebaran ligamen periodontal.

Laporan Kasus Pedodonsia


 D/ Resorpsi Akar Internal gigi 841
 DD/ Karies2
III. RENCANA PERAWATAN1
Pro Pedodonsia:
 Perawatan pulpektomi dengan restorasi akhir Stainless Steel
Crown pada gigi 84.
IV. PERSIAPAN SEBELUM PERAWATAN
1. Persiapan Pasien3
1) Pasien mendaftar terlebih dahulu dan diukur suhu tubuhnya (Jika tersedia
meja pendaftaran pasien).
2) Jadwal kedangan pasien sebaiknya di atur terlebih dahulu agar okupasi
ruangan tidak melebihi 50%.
3) Sebelum masuk dalam ruang tunggu, pasien wajib menggunakan masker
dan melakukan cuci tangan menggunakan air sabun atau hand sanitizer
yang telah disediakan, serta sebelum memulai perawatan pasien dapat
diminta untuk berkumur dengan menggunakan antiseptik.
4) Dalam ruang tunggu pasien, sebaiknya diberi jarak antar pasien minimal
1 meter guna mencegah kemungkinan terjadinya penyebaran infeksi
SARS-CoV-2.
5) Menunjukkan hasil pemeriksaan rapid test, swab antigen, serta PCR jika
diperlukan.
6) Menggunakan head cup ataupun gown jiga diperlukan.

Laporan Kasus Pedodonsia


2. Persiapan Operator3
Sebelum Memulai Perawatan

Gambar 2. Prosedur pemasangan APD.


1) Baju
o Pasang baju dan celana surgical scrub.
2) Lakukan cuci tangan menggunakan hand sanitizer berbahan dasar
alkohol 70%.
3) Head Cover
o Pasangkan head cover disposible hingga menutupi seluruh
rambut sisi depan dan belakang. Bagi yang berambut panjang, ikat
rambut sehingga dapat tertutup dalam head cover.
4) Masker atau respirator
1) Masker N95/setara
o Gunakan cup masker terlebih dahulu dan sangkutkan tali masker
ke kepala.
o Posisikan masker agar menutupi bagian atas hidung, mulut dan
bawah dagu.
o Tekan daerah tepi masker diatas hidung.

Laporan Kasus Pedodonsia


o Cek kembali posisi masker dan tepinya.
2) Surgical mask
o Posisikan tepi tengan atas masker di notch hidung (tulang hidung
diantara kedua mata).
o Pasangkan tali pengikat kepala.
o Tarik dan bentangkan masker sehingga menutupi bawah dagu.
o Cek kembali posisi masker dan tepinya.
5) Sarung tangan dalam (Sarung tangan pertama)
o Pasang sarung tangan pertama dibagian dalam. Tepi sarung tangan
dalam wajib tertutup oleh tepi lengan gaun sekali pakai atau baju
hazmat.
6) Baju gaun sekali pakai atau baju hazmat, kacamata atau face shield.
o Pasang baju hazmat yang menutupi dari leher ke lutut, tangan
sampai pundak dan ikat dibelakang.
o Jika tersedia dalam set baju hazmat, maka gunakan leg cover.
o Pasang kacamata atau face shield yang disesuaikan dengan ukuran
wajah dan kepala.
7) Sarung tangan luar (Sarung tangan kedua)
o Pasang sarung tangan kedua dibagian luar. Tepi sarung tangan luar
wajib menutupi tepi luar dari lengan baju.
8) Baju
o Jika baju hazmat menyatu dengan penutup kepala (hood),
pasanglam hood menutupi kepala.
o Kencangkan dan kancingkan atau rekatkan velcrow baju hazmat
sehingga rapat tertutup.
9) Sepatu tertutup atau boot
o Sepatu tertutup, ditutupi dengan shoe cover atau leg cover atau
menggunakan sepatu boot yang sesuai dengan ukuran.

Laporan Kasus Pedodonsia


3. Persiapan Armamentarium1
1) Alat
o Gelas kumur
o Penjepit polibib
o Rubber dam clamp set
o Cotton pellet, cotton roll
o Alat diagnostic dasar
o Tray datar
o Bur diamond highspeed
o Spatula semen plastik
o Glass pad
o Instrumen plastis plastik
2) Bahan
o Saliva ejector dan endo suction
o Polibib
o Alcohol handrub 70%
o Povidone iodine 1% antisptic gargle and mouthwash
o Rubber dam sheet
o Spuit 3 cc
o Spuid endo 3 cc (Closed ended-side vented)
o Benzocain 20% topikal
o Articaine 4%
o Natrium Hipoklorit 1%
o Kalsium hidroksida
o Pasta iodoform
o K-File
o Paperpoint
o Stainless steel crown

V. DEVITALISASI PULPA
1. Prosedur Devitalisasi Satu Kali Kunjungan (Formokresol)
Teknik devitalisasi formokresol.4
i. Formokresol adalah larutan formaldehida 19 %, kresol 35 % didalam
campuran 15 persen gliserin dan air. Untuk menyiapkan konsentrasi 1:5 dari
formula ini pertama-tama campurkan 3 bagian gliserin dengan 1 bagian air
suling secara menyeluruh kemudian tambahkan 4 bagian sediaan ini ke
dalam 1 bagian formokresol Buckley dan aduk rata kembali. 4
ii. Mekanisme kerja formaldehida adalah untuk mencegah autolisis jaringan
dengan mengikat protein.4
Prosedur:5

Laporan Kasus Pedodonsia


1) Anastesi gigi dan isolasi menggunakan rubber dam.
2) Angkat semua jaringan karies menggunakan high-speed straight fissure bur
tanpa masuk keruang pulpa.
3) Angkat semua dinding dentin dengan bur diamond stone besar atau low
speed round bur untuk meminimalisir resiko trauma.
4) Buka akses kavitas dan dinding pulpa.
5) Hilangkan semua enamel yang mengganggu akses menggunakan round bur.
6) Angkat kamar pulpa menggunakan eksavator.
7) Irigasi saluran akar menggunakan saline hingga semua debris terangkat.
8) Letakan kapas di area kamar pulpa untuk menghentikan perdarahan.
9) Kemudian tempatkan cotton pellet yang telah diberikan formokresol ke
ruang pulpa selama 4 menit.
10) Letakan cotton pellet kecil kering diatas kapas yang telah diberikan
formokresol untuk menghindari kontak dengan jaringan.
11) Angkat cotton pellet dan lihat apakah kapas sudah berubah kecoklatan yang
menandakan pulpa telah devital.
12) Lakukan prosedur endodontik dan diakhir prosedur tempatkan restorasi
akhir.
2. Prosedur Dua Kali Kunjungan
Ini adalah prosedur dua tahap yang menggunakan paraformaldehyde untuk
memperbaiki jaringan pulpa koronal dan radikular. 4
Rumus masing-masing agen yang digunakan adalah4
Gysi triopaste - Tricresol
- Cresol
- Glycerine
- Paraformaldehyde
Zinc oxide Easlick’s paraformaldehyde – P4C Paste
- Paraformaldehyde
- Procaine base
- Powdered asbestos
- Petroleum jelly

Laporan Kasus Pedodonsia


- Carimine to color
Paraform Devitalizing Paste
- Paraformaldehyde
- Lignocaine
- Propylene glycol
- Carbowax
- Carimine to color
Prosedur5
Kunjungan I:
1) Persiapan alat dan bahan
2) Isolasi gigi yang terkena dengan rubber dam
3) Anastesi gigi
4) Preparasi gigi dan angkat jaringan karies
5) Perbesar kavitas dengan menggunakan round bur
6) Ketika pengangkatan jaringan karies pastikan kavitas bersih dari semua
jaringan dan debris yang tersisa saat preparasi.
7) Siapkan pelet kapas yang cukup besar untuk menutupi kavitas tetapi
cukup kecil untuk membersihkan margin rongga; masukkan pasta
paraformaldehida ke dalam kapas pelet dan letakkan di atas kavitas
kemudian tutup gigi selama 1 hingga 2 minggu.
Kunjungan II:
1) Anastesi gigi
2) Angkat kapas dan jaringan pulpa
3) Irigasi saluran akar menggunakan saline dan keringkan dengan cotton
pellet
4) Lakukan prosedur endodontik pada saluran akar dan tempatkan restorasi
diakhir prosedur.
VI. PROSEDUR PULPEKTOMI5
1. Definisi

Laporan Kasus Pedodonsia


Pulpektomi adalah pengangkatan kamar dan saluran akar pulpa untuk
mendapatkan akses ke saluran akar yang didebridement, diperbesar dan
didesinfeksi, serta kemudian saluran akar diisi dengan bahan yang dapat diresorpsi.
Mathewson (1995) mendefinisikannya sebagai pengangkatan seluruh pulpa
nekrotik dari saluran akar gigi sulung dan mengisinya dengan bahan inert yang
dapat diserap untuk mempertahankan gigi pada lengkung gigi.
Finn mendefinisikan pulpektomi sebagai pengangkatan semua jaringan
pulpa dari bagian koronal dan radikular gigi.

2. Indikasi
INDIKASI SECARA UMUM
1) Pasien sehat tidak memiliki riwayat kesehatan yang serius.
2) Pasien dan orang tua kooperatif.
INDIKASI SECARA KLINIS
1) Gigi yang awalnya akan dilakukan pulpotomi namun memiliki tanda-tanda
nekrosis pulpa.
2) Tidak adanya benih gigi permanen.
3) Gigi nekrosis.
4) Gigi nekrosis dan minimum resorpsi.
5) Gigi sulung tanpa pulpa dengan stoma.
6) Gigi sulung tanpa pulpa pada penderita hemofilia.
7) Gigi sulung tanpa pulpa pada gigi anterior untuk alasan estetik.
8) Gigi sulung molar tanpa pulpa untuk alasan orthodonsi.
INDIKASI RADIOGRAFI
1) Jaringan periodontal dan suport tulang alveolar yang baik.
3. Kontraindikasi
KONTRAINDIKASI SECARA UMUM
1) Pasien muda dengan kelainan sistemik sepeti kelainan jantung bawaan dan
leukimia.
2) Anak yang mengkonsumsi kortikosteroid jangka panjang.

Laporan Kasus Pedodonsia


KONTRAINDIKASI SECARA KLINIS
1) Gigi dengan kegoyangan yang parah.
2) Kerusakan tulang hingga ke furkasi.
3) Struktur gigi tidak cukup untuk memungkinkan isolasi dengan rubber dam
dan restorasi ekstra koronal.
KONTRAINDIKASI RADIOGRAFI
1) Eksternal resorpsi.
2) Internal resorpsi di apikal akar.
3) Radicular cyst, dentigerous/ follicular cyst.
4) Radiolusen inter-radikular

4. Prosedur perawatan
a) PROSEDUR SATU KALI KUNJUNGAN
INDIKASI
- Keterlibatan karies yang luas dengan keterlibatan pulpa radikular yang jelas
tetapi tanpa adanya keterlibatan periapikal.
- Gigi sulung dengan inflamasi meluas ke luar pulpa koronal, ditandai dengan
perdarahan dari radikular yang diamputasi berwarna merah tua, keluar
perlahan dan tidak terkontrol.
PROSEDUR
1) Gigi dianastesi dan diisolari rubberdam.
2) Preparasi akses.
3) Pembukaan atap pulpa.
4) Mengangkat kamar pulpa dan radikular pulpa dengan menggunakan
broaches.
5) Irigasi menggunakan saline.
6) Preparasi saluran akar menggunakan K-File yang sesuai dengan perhitungan
radiografi.
7) Saluran harus diisi dengan tujuan memperbesarnya untuk memungkinkan
kondensasi bahan pengisi saluran akar
8) Irigasi saluran akar disetiap pergantian K-File.

Laporan Kasus Pedodonsia


9) Keringkan saluran akar menggunakan paperpoint.
10) Isi saluran akar dengan bahan pengisi saluran akar dari kamar hingga saluran
akar.
11) Tempatkan Stainless Steel Crown sebagai restorasi akhir.
b) PROSEDUR KUNJUNGAN BERULANG KALI
INDIKASI
- Indikasi jika adanya abses atau sinus kronis.
- Gigi sulung nonvital.
- Nekrosis pulpa dan keterlibatan periapikal
PROSEDUR
Kunjungan 1:
1) Anastesi dan lakukan isolasi menggunakan rubberdam.
2) Lakukan preparasi akses.
3) Buka atap kamar pulpa.
4) Formocresol cotton pellet ditempatkan pada kamar pulpa dan tempatkan
restorasi sementara.
5) Biarkan hingga 5-7 hari.
Kunjungan 2:
1) Hilangkan restorasi sementara.
2) Angkat jaringan pulpa menggunakan broaches.
3) Irigasi saluran akar menggunakan saline.
4) Lebarkan saluran akar menggunakan K-File yang sesuai panjang kerja.
5) Irigasi setiap pergantian K-File.
6) Keringkan saluran akar dan tempatkan restorasi sementara setelah meletakan
kapan steril.
Kunjungan 3:
1) Setelah 5-7 hari.
2) Hilangkan restorasi sementara.
3) Irigasi dan keringkan saluran akar.
4) Mulai pengisian saluran akar.
5) Isi saluran akar menggunakan reamer dan lentulo.

Laporan Kasus Pedodonsia


6) Tutup dengan restorasi sementara.
Kunjungan 4:
1) Setelah 1 minggu
2) Hilangkan restorasi sementara dan apabila tidak ada keluhan tempatkan
Stainless Steel Crown sebagai restorasi akhir.
VII. STAINLESS STEEL CROWN5
1. Definisi
Stainless steel crown (SSC) dapat didefinisikan sebagai bentuk mahkota
prefabrikasi yang disesuaikan dengan gigi individu dan disementasi dengan agen
luting biokompatibel.
2. Indikasi
- Karies yang luas: Jika karies melibatkan tiga atau lebih permukaan, hal ini
menyebabkan struktur gigi tidak cukup untuk menahan restorasi dan dalam
kasus tersebut mahkota terbukti lebih hemat biaya dan mencegah kerusakan
lebih lanjut.
- Dekalsifikasi ekstensif: Pada satu permukaan seperti proksimal juga
merupakan indikasi karena dapat menyebabkan hilangnya ruang pada tahap
selanjutnya.
- Karies rampan: Dalam kasus seperti itu ada kebutuhan untuk beberapa
restorasi pada satu gigi sehingga jauh lebih hemat biaya dan lebih sedikit
trauma untuk menempatkan mahkota stainless steel pada gigi.
- Karies rekuren: Penempatan mahkota juga akan membantu
menghilangkan kemungkinan karies rekuren di sekitar restorasi yang ada.
- Setelah terapi pulpa: Setelah terapi pulpa, struktur gigi melemah karena
pengurangan ketebalan dentin. Gigi tersebut rentan terhadap fraktur dan
karenanya coverage mahkota wajib untuk menghindarinya.
- Defek email yang diturunkan atau bawaan, misalnya hipoplasia,
amelogenesis imperfekta (Gigi permanen dan sulung): Pasien tersebut
memiliki kecenderungan untuk fraktur gigi saat kegiatan seperti makan dan
disertai dengan rasa sakit umum yang terkait. Sangat penting untuk

Laporan Kasus Pedodonsia


menutupi seluruh mahkota untuk pasien ini untuk menghindari rasa sakit
dan fraktur dan juga mengembalikan dimensi vertikal.
- Intermediate restoration: Pada anak-anak dengan maloklusi kelas 2 divisi
1 dengan hipoplastik atau gigi molar karies, ini dapat direncanakan sampai
erupsi gigi premolar dan molar kedua.
- Fraktur gigi seri permanen dan primer: Jika gigi seri patah, mahkota
pada gigi anterior dapat diberikan sebagai penutup sementara untuk
menutupi dentin yang terbuka.
- Bruxism parah: Ketika gigi menunjukkan keausan ekstrim karena
bruxism, mahkota adalah pilihan restoratif yang baik. Ini karena mahkota
stainless steel tidak dapat aus atau patah dan pada saat yang sama
mengembalikan dimensi vertikal yang hilang.
- Gigi penyangga untuk protesa: Ini adalah restorasi ekstra koronal yang
berguna pada gigi penyangga untuk protesa lepasan.
- Sebagai bagian dari space maintainer: Crown dapat menjadi bagian dari
crown and loop atau crown band and loop space maintainer.
- Kelas I—lesi tanpa kavitas dimana pada anak tidak dapat dilakukan fissure
sealant.
- Kelas I—lesi dengan kavitas dimana pada anak tidak dapat dilakukan
tindakan pengangkatan karies atau restorasi konvensional.
- Kelas II—lesi dengan kavitas atau nonkavitas.
3. Kontraindikasi
- Geraham sulung dekat waktunya tanggal.
- Resorpsi lebih dari setengah akar geraham sulung.
- Gigi yang menunjukkan mobilitas.
- Gigi yang tidak dapat direstorasi.
- Pasien dengan alergi nikel.
- Tanda atau gejala pulpitis ireversibel.
- Tanda klinis atau radiografik terbukanya pulpa.
- Mahkota yang tidak dapat dipulihkan.
- Pasien dengan risiko endokarditis bakterial

Laporan Kasus Pedodonsia


4. Keuntungan
- Cepat dan non-invasif.
- Tidak diperlukan preparasi gigi.
- Tidak perlu menghilangkan karies.
- Tidak perlu anestesi lokal dan rubber dam.
- Dapat diterima oleh dokter gigi, orang tua dan anak.
5. Kekurangan
- Karies yang tidak diobati dapat menyebabkan patologi pulpa.
- Kesulitan dalam pelepasan kembali.
- Ini adalah bahan untuk teknik konvensional tetapi bukan pengganti.

6. Klasifikasi stainless steel crowns


- Berdasarkan Trimming

Gambar 3. A. Untrimmed crowns, B. Pretrimmed crowns, C. Precontoured crowns.

o Untrimmed crowns, Mahkota ini tidak dipangkas atau berkontur


dan membutuhkan banyak adaptasi, sehingga memakan waktu, mis.
The Rocky Mountains.
o Pretrimmed crowns, Mahkota ini memiliki sisi lurus dan tidak
berkontur tetapi dibentuk mengikuti garis sejajar dengan puncak
gingiva. Mahkota masih membutuhkan countouring dan beberapa
pemotongan, mis. Mahkota Unitek, 3M Co. dan Denovo.
o Precountoured crowns, Mahkota-mahkota ini dibentuk dan juga
diprakontur meskipun sedikit countouring dan pemotongan
mungkin diperlukan, mis. Mahkota Ni-Chro Ion dan stainless steel
crowns Unitek, 3M Co.
- Berdasarkan komposisi

Laporan Kasus Pedodonsia


Gambar 4. A. Stainless steel crowns, B. Nickel-chromium crowns.

o Stainless steel crowns, Austenitic stainless steel (67% besi, 18%


kromium, 8% nikel), mis. Unitek stainless steel crowns, 3M Co.
o Nickel-chromium crowns, nickel chrome alloy (70% nikel, 15
kromium, 10% besi), mis. Ni-Chro Ion crowns, Iconel.

- Berdasarkan letak

Gambar 5. A. Crowns for posterior teeth, B. Crowns for anterior teeth.

o Crowns for posterior teeth, mis. Unitek stainless steel crowns, 3M


Co.
o Crowns for anterior teeth, mis. NuSmile crowns, Orthodontic
Tecnologies, USA.
- Berdasarkan pabrik
o The Rocky Mountains
o Unitek
o 3M
o Iconel
o NuSmile crowns
- Berdasarkan anatomy oklusal
o Ion- Oklusal anatomi kompak

Laporan Kasus Pedodonsia


o Unitek- Oklusal anatomi yang paling baik
o Rocky Mountains- oklusal yang kecil
o Ormco- Terkecil dan paling sedikit diukir secara oklusal
7. Teknik penempatan
Penempatan separator adalah wajib untuk penempatan mahkota stainless
steel menggunakan teknik ini. Enam tahap penempatan mahkota adalah:

Gambar 6. Teknik penempatan stainless steel crown

1) Size: Mahkota terkecil yang menutupi semua permukaan dipilih.


2) Fill: Keringkan mahkota dan isi dengan semen ionomer kaca.
3) Locate and seat: Tempatkan mahkota dengan menggunakan tekanan jari
dan minta anak untuk menggigitnya.
4) Wipe: Kelebihan semen harus dibersihkan dengan gulungan kapas.
5) Seat futher: Minta anak untuk menggigit mahkota dengan kuat selama 2
hingga 3 menit.
6) Clean: Buang kelebihan semen dengan scaler dan bersihkan kontaknya.

Laporan Kasus Pedodonsia


8. Penempatan stainless steel crowns secara konvensional
Ini adalah pendekatan yang paling ditindaklanjuti untuk penempatan
stainless seteel crown yang membutuhkan reduksi gigi dan mahkota.

1) Armamentarium

Gambar 7. A. Tang, B. Bur pemotong mahkota.

- Bur pemotong mahkota—berbentuk buah pir, tapering fissure, needle


shaped, bur penghalus
- Tang—Hoe pliers, Tang kontur No. 114 Johnson, Tang Crimping No. 417,
Tang Ball and socket No. 112
- Scaler atau instrumen tajam lainnya
- Gunting crown and bridge
- Dudukan dan pelepas mahkota
- Stone and finishing bur untuk finishing mahkota
- Untuk sementasi—semen luting, glass slab, spatula
- Lain-lain—srticulating paper, wax sheet, pensil penanda kaca.
Evaluasi Oklusi Praperawatan
- Tujuannya adalah untuk mereplikasi oklusi yang ada setelah penempatan
mahkota SS.
- Hubungan garis tengah gigi dan cusp-fossa secara bilateral harus dinilai.

Laporan Kasus Pedodonsia


- Sebelum memulai preparasi gigi, kita harus mengevaluasi oklusi dengan
pemeriksaan visual dan mencatat oklusi ini ke lembaran wax dengan
meminta pasien untuk menggigitnya.
2) Pemilihan Mahkota
- Pertimbangan utama dalam memilih mahkota baja tahan karat yang tepat
adalah diameter mesiodistal yang memadai, ketahanan ringan terhadap
tempat dudukan, dan ketinggian oklusal yang tepat.
- Mahkota harus agak lebih besar dari gigi yang sedang diadaptasi, terutama
ketika bagian gingiva dari mahkota dipangkas dan dikerutkan. Tujuannya
adalah untuk memilih mahkota terkecil yang benar-benar menutupi
preparasi dan membentuk kontak proksimal yang tepat.
- Salah satu dari tiga metode berbeda berikut dapat digunakan untuk
pemilihan mahkota dengan keberhasilan yang dapat diprediksi:
a) Metode coba-coba dengan memilih ukuran yang berbeda secara acak.

Gambar 8. Pengukuran diameter SSC menggunakan kaliper atau boley gauge.

b) Mengukur pengukuran mesiodistal internal dengan menggunakan boley


gauge atau kaliper venire.
Tabel 1. Pengukuran diameter SCC.

Laporan Kasus Pedodonsia


c) Dengan menggunakan tabel.
- Ambil mahkota dengan bantuan pinset steril atau tang ibu jari.

3) Reduksi oklusal

Gambar 9. Oklusal reduksi

Mulai reduksi oklusal dengan bur berbentuk buah pir. Kurangi oklusi sekitar
1,0 hingga 1,5 mm secara merata di sepanjang struktur cusp sehingga menghasilkan
gigi yang tereduksi tetapi dengan anatomi oklusal yang sama. Reduksi ditentukan
dengan membandingkan ridge marginal dari gigi yang berdekatan.
4) Reduksi Proksimal
- Reduksi proksimal dilakukan dengan bantuan taper fissure dan needle
burs dengan tujuan utama memutus kontak.

Laporan Kasus Pedodonsia


Gambar 10. Proksimal reduksi.

- Potong permukaan mesial dan distal dengan bur berbentuk jarum


kemudian putuskan kontak antar gigi dengan bur taper fissure (No. 169L).
Pegang bur sedikit pada sudut ke sumbu panjang gigi dan rentangkan
potongan ke sudut garis bukal dan lingual memberikan lancip 2 hingga
5°. Tujuannya adalah untuk menghasilkan reduksi mendekati vertikal
dengan margin gingiva preparasi menjadi tepi (pisau) tanpa bahu atau
tepian. Lancip yang berlebihan dapat mengurangi retensi sementara bahu
atau langkan dapat menimbulkan kesulitan dalam menempatkan mahkota
(Myers, 1976).
- Hindari pergerakan bur atau bekas pada gigi yang berdekatan. Beberapa
metode pencegahan kerusakan pada gigi yang berdekatan termasuk
pemotongan dengan cakram sisi yang aman, penggunaan separator atau
pemotong.
5) Reduksi Buccal/Lingual
- Meskipun mahkota stainless steel tidak memerlukan pengurangan pada
aspek bukal atau lingual tetapi beberapa penulis merasa bahwa hal itu
diperlukan karena penggunaan ruang.
- Lidah sangat penting untuk segala sesuatu yang ekstra di dekatnya, bahkan
sepotong kecil makanan pada aspek lingual akan mengganggu lidah dan
akan terus menyentuhnya sampai terlepas. Jadi bahkan jika kita
menempatkan struktur mahkota bernilai 0,05 mm yang telah selesai dengan

Laporan Kasus Pedodonsia


baik dalam aspek lingual tanpa memotongnya akan dianggap oleh lidah
sebagai tambahan dan karenanya akan bertindak untuk melepaskannya.
Oleh karena itu perlu menurut penulis ini untuk mengurangi setidaknya 0,5
mm bukal dan permukaan lingual juga.
- Preparasi bukal dan lingual dibatasi pada sepertiga oklusal hanya dengan
goresan mesiodistal menggunakan taper fissure bur pada sudut 30 sampai
45 derajat terhadap permukaan oklusal. Undercut alami pada permukaan
bukal dan lingual dipertahankan dengan cara ini yang membantu retensi
mahkota.
- Dalam beberapa kasus, khususnya molar pertama sulung, diperlukan untuk
mengurangi tonjolan bukal ketika mengganggu dudukan mahkota.
- Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan pada aspek ini dan sampai
sekarang tidak ada reduksi lingual atau bukal yang diikuti.
6) Finishing

Gambar 11. Finishing preparasi mahkota.

- Kurangi dan bulatkan semua sudut dan sudut tajam di preparasi dengan
bantuan finishing bur.
- Permukaan oklusal serta proksimal harus dibulatkan tetapi dengan sangat
hati-hati untuk menghindari pengurangan lebih lanjut.
- Periksa oklusi dan kontak proksimal. Harus ada celah 1 sampai 1,5 mm
antara gigi yang dipreparasi dan gigi lawan selama oklusi. Ini diverifikasi
dengan meminta pasien untuk menggigit blok wax dan tidak ada tanda pada
gigi yang dipreparasi yang harus diamati. Verifikasi pemotongan proksimal
dengan melewatkan probe tipis ke sisi mesial dan distal dan raba tepian.

Laporan Kasus Pedodonsia


7) Crown Attachment
- Ini adalah langkah paling kritis dalam penggunaan mahkota stainless steel
oleh pedodontis untuk mencegah segala jenis kecelakaan pada anak seperti
trauma atau tertelannya mahkota yang tidak disengaja.
- Hal ini dapat dicapai dengan:
o Menyolder penghubung pada permukaan lingual mahkota tempat
diikatnya floss.
o Menyolder permukaan lingual tempat floss diikat
o Pemasangan floss pada struktur mahkota pada aspek bukal dengan
lem khusus. Ini adalah metode terbaik karena tidak memberikan
gangguan selama manipulasi mahkota.
8) Adaptasi Mahkota
- Jika rubber dam sedang digunakan, maka pada tahap ini perlu dilepaskan.
- Festooning pada permukaan proksimal harus dilakukan sebelum mencoba
mahkota karena akan memudahkan penempatan dan akan membatasi tanda-
tanda blansing palsu. Gingiva bukal dan lingual di sekitar gigi geraham
sulung kedua dan ginggiva marginal lingual gigi geraham sulung
menyerupai smile (∪) sedangkan gingiva marginal bukal menyerupai
bentuk S yang terlihat meregang (). Kontur proksimal dari semua geraham
sulung terlihat seperti kerutan (∩). Margin gingiva dari mahkota yang
dipotong harus sesuai dengan margin gingiva masing-masing gigi.

Gambar 12. Metode untuk menempatkan mahkota.

- Tempatkan mahkota pada sisi lingual dan putar ke arah sisi bukal.

Laporan Kasus Pedodonsia


- Mahkota harus pas dengan longgar, dengan kelebihan gingiva 2 sampai 3
mm. Dengan scaler, gores di sekitar margin gingiva pada mahkota atau
tandai dengan pensil penanda kaca. Garis gores ini menunjukkan garis
gingiva dan kontur gingiva, serta bagian mahkota yang akan dilepas.

Gambar 13. Pemotongan mahkota dengan menggunakan gunting untuk memotong


mahkota dan jembatan.

- Lepaskan mahkota dari gigi yang dipreparasi, memperlihatkan garis gores.


Dengan bantuan gunting mahkota dan jembatan, potong mahkota 1 mm di
bawah garis gores.

Gambar 14. Proses perataan tepi SSC menggunakan finishing bur.

- Sekarang ratakan tepinya dengan bur finishing. Coba lagi mahkota pada
gigi. Jika terjadi blanching pada gingiva, mungkin perlu untuk menuliskan
ulang mahkota dan memotongnya kembali. Potong hanya di area yang
terlihat pucat.

Laporan Kasus Pedodonsia


Gambar 15. Pengecekan kelebihan mahkota.

- Periksa batas gingival mahkota dengan bantuan probe; tidak boleh lebih dari
1 mm pada permukaan bukal dan 0,5 mm pada permukaan lingual. Spedding
menjelaskan dua prinsip yang berkaitan dengan panjang dan margin gingiva
dari mahkota untuk adaptasi yang lebih baik dari mahkota ke gigi.
Tujuannya adalah untuk memperpanjang mahkota 1 mm di bawah margin
free gingiva dan untuk mendekati margin gingiva mahkota hingga ke
puncak gingiva di sekitar gigi. Penempatan subgingiva margin mahkota
dibenarkan karena untuk gigi sulung kontur bukal, lingual dan proksimal
tepat di atas puncak gingiva dan tujuannya adalah untuk mengikat mahkota
pada undercut normal.

9) Counturing
- Langkah adaptasi selanjutnya adalah mengkontur mahkota dengan tang
sehingga mengikuti kontur asli gigi.
- Sebagian besar mahkota yang tersedia saat ini sudah diprakontur tetapi
bantuan kontur minimal dalam anatomi yang lebih baik sehingga retensi
yang lebih baik dan keuntungan yang jelas.

Laporan Kasus Pedodonsia


Gambar 16. Pengkonturan mahkota menggunakan tang kontur.
- Pembuatan kontur dilakukan dengan bantuan tang kontur No. 114 Johnson.
Tang berbentuk ball and socket digunakan untuk mengkontur permukaan
bukal dan lingual dengan memegang mahkota dengan kuat menggunakan
tang dan gaya diberikan dari sisi berlawanan dari mahkota untuk
membengkokkan sepertiga gingival mahkota ke dalam (Gbr. 48.14).
- Keuntungan dari contouring adalah bahwa mahkota bekerja lebih keras
dengan manipulasi dan menjadi lebih retentif.
10) Crimping of the Crown
- Hal ini sangat penting untuk kesehatan gingiva dari jaringan pendukung
karena mahkota yang kurang beradaptasi akan berfungsi sebagai tempat
berkumpulnya bakteri, berkontribusi terhadap karies berulang atau penyakit
periodontal yang baru muncul.
- Menggunakan tang Crimping No. 417, mahkota tekuk pada sepertiga
gingiva.

Gambar 17. Proses crimping ssc.

Laporan Kasus Pedodonsia


- Prosedur crimping adalah tang harus 'berjalan' menyusuri seluruh mahkota
terus menerus tanpa diangkat. Setelah crimping selesai, akan ada lipatan
bertahap pada sepertiga gingival mahkota.
- Kegunaan crimping adalah perlindungan jaringan lunak, pencegahan
kebocoran semen, pencegahan kontaminasi dan retensi yang memadai.
11) Checking the Final Fit

Gambar 18. Checking the final fit.

- Setelah contouring dan crimping selesai coba lagi mahkota dan dengan
explorer, periksa semua margin untuk adaptasi
- Tempatkan kenop dari arah lingual ke bukal dan harus masuk ke posisinya
di bawah tekanan jari yang kuat.
- Kualitas retensi mahkota secara langsung tergantung pada pasnya mahkota
ke dalam gigi.
- Ini adalah waktu terbaik untuk mengevaluasi harmoni oklusal dan
membandingkannya dengan oklusi praoperasi.
- Setelah adaptasi akhir, periksa apakah ada destabilisasi atau goyangan
mahkota dengan menekan explorer pada aspek oklusal untuk menerapkan
beban.
- Evaluasi kritis dari blansing di seluruh struktur gigi harus dilakukan dan
radiografi precementasi harus dilakukan pada tahap ini.
12) Crown Finishing
- Finishing tepi bentuk mahkota dilakukan dengan menggunakan green stone
yang dijepit pada sudut tepi.

Laporan Kasus Pedodonsia


- Handpiece kecepatan lambat akan memberikan hasil yang lebih baik dan
menghasilkan tepi yang tajam yang dapat disesuaikan dengan gigi yang
dipreparasi pada margin gingiva.
- Mahkota kemudian dihaluskan dengan finishing bur dan dipoles dengan
rubber wheel atau rouge.
13) Sementasi Mahkota
- Lepaskan, bersihkan dan keringkan mahkota serta permukaan gigi. Isolasi
dengan kapas dan instruksikan pasien untuk tidak menutup mulut.
- Myers (1983) telah menganjurkan aplikasi pernis sebelum sementasi
mahkota terutama dalam kasus gigi vital untuk mencegah sensitivitas pasca
operasi karena tubulus terbuka.

Gambar 19. Proses memasukan semen luting kedalam mahkota

- Campurkan semen luting dan masukkan ke mahkota dengan bantuan


instrumen antilengket. Setidaknya 2/3 dari mahkota harus diisi dengan
konsistensi luting semen.
- Semen yang umum digunakan adalah—seng fosfat, seng oksida eugenol,
seng oksida eugenol yang diperkuat, polikarboksilat dan semen ionomer
kaca.
- Tempatkan mahkota, biasanya pertama di sisi lingual dan kemudian sisi
bukal pada saat yang sama menopang mandibula anak dengan satu tangan
saat Anda meletakkan mahkota. Minta pasien untuk menggigit pelan-pelan
untuk menempatkan mahkota sepenuhnya pada posisi yang akurat.

Laporan Kasus Pedodonsia


Gambar 20. Proses pembuangan kelebihan semen luting

- Buang kelebihan semen dengan scaler atau explorer setelah mengeras dan
periksa semua area sulkus gingiva dari semen yang tertinggal.
14) Polishing SSC dan Pemulangan Pasien
- Poles mahkota dengan pasta profilaksis fosfat fluorida yang diasamkan
sebelum pasien dipulangkan.
- Yang terbaik adalah mengevaluasi oklusi dan menyesuaikan kembali pada
tahap ini.
- Setelah semen mengeras, disarankan untuk memindahkan benang wax pada
aspek inter-proksimal untuk memeriksa kelebihan semen karena dapat
menyebabkan iritasi dan peradangan jaringan.
- Mahkota yang benar-benar bersih dan mengkilap ditunjukkan kepada anak
sebagai apresiasi dan respon positif.

Laporan Kasus Pedodonsia


VIII. PROSEDUR SETELAH PERAWATAN3

Gambar 21. Prosedur pelepasan APD

PROSEDUR PELEPASAN APD


1) Sarung tangan luar (Sarung tangan kedua)
o PERHATIKAN: Sarung tangan luar merupakan barang yang paling
terkontaminasi.
o Jika tangan atau kulit (Tidak sengaja) berkontak dengan barang yang
paling terkontaminasi, segera cuci tangan menggunakan hand sanitizer
berbahan dasar alkohol 70%.
o Gunakan jari tangan lain untuk melepaskan sarung tangan luar tanpa
berkontak dengan sarung tangan dalam.
Lakukan cuci tangan menggunakan hand sanitizer berbahan dasar
alkohol 70%.

Laporan Kasus Pedodonsia


2) Sepatu dengan shoe cover atau sepatu boot
o PERHATIKAN: Shoe cover merupakan barang yang juga paling sering
terkontaminasi.
o Jika tangan atau kulit (tidak sengaja) berkontak dengan barang paling
terkontaminasi, segera cuci tangan menggunakan hand sanitizer
berbahan dasar alkohol 70%.
o Lepaskan sepatu boot, hati-hati agar tidak terjatuh saat melepas sepatu
tersebut.
o Selanjutnya sepatu boot didesinfeksi.
Lakukan cuci tangan menggunakan hand sanitizer berbahan dasar
alkohol 70%.
3) Baju gaun sekali pakai/ baju hazmat
o PERHATIKAN: baju juga merupakan barang yang paling
terkontaminasi.
o Jika tangan atau kulit (Tidak sengaja) berkontak dengan barang paling
terkontaminasi, segera cuci tangan menggunakan alkohol 70%.
o Lepaskan tali pengikat/ restletting/ kancing/ velcrow tanpa menyentuh
kulit.
o Lepaskan baju dari kepala, arah leher, pundak dengan hanya menyentuh
bagian dalam baju.
o Gulungkan baju agar sisi dalam baju berada dibagian luar.
o Jika bajuakan digunakan kembali, letakkan dalam wadah khusus barang
kontaminasi (Berisi air dan detergen) yang digunakan ulang dan
kemudian dilakukan desinfeksi.
o Jika baju sekali pakai, masukkan dalam kantong plastik limbah
(Berwarna kuning).
Lakukan cuci tangan menggunakan hand sanitizer berbahan dasar
alkohol 70%.
4) Kacamata atau Face shield

Laporan Kasus Pedodonsia


o PERHATIKAN: Kacamata atau face shield juga merupakan barang
yang paling terkontaminasi.
o Jika tangan atau kulit (Tidak sengaja) berkontak dengan barang paling
terkontaminasi, segera cuci tangan menggunakan hand sanitizer
berbahan alkohol 70%.
o Lepaskan kacamata atau face shield dnegan cara memegang tali
pengikat di kepala.
o Jika operator menggunakan kacamata baca, setelah melepaskan kaca
mata baca, jangan lupa agar dicuci menggunakan air dan detergen.
o Jika kacamata atau face shield akan digunakan kembali, letakkan dalam
wadah khusus barang terkontaminasi yang akan digunakan ulang dan
kemudian dilakukan desinfeksi. Jika kacamata atau face shield hanya
dimiliki dalam jumlah terbatas, maka lakukan desinfeksi sebelum
melepaskan baju dan sarung tangan dalam (Sarung tangan pertama).
Lakukan cuci tangan menggunakan hand sanitizer berbahan dasar
alkohol 70%.
5) Masker
o PERHATIKAN: Masker juga merupakan barang yang paling
terkontaminasi.
o Masker dilepaskan dengan cara memegang tali pengikat dikepala, tanpa
menyentuh kulit.
o Jika masker akan digunakan kembali, letakkan dalam wadah khusus
barang kontaminasi yang digunakan ulang dan kemudian dilakukan
desinfeksi. Jika masker sekali pakai, masukan dalam kantong plastik
limbah
Lakukan cuci tangan menggunakan hand sanitizer berbahan dasar
alkohol 70%.
6) Head cover
o Lepaskan head cover tanpa menyentuh rambut dan buang ke kantong
plastik limbah.

Laporan Kasus Pedodonsia


Lakukan cuci tangan menggunakan hand sanitizer berbahan dasar
alkohol 70%.
7) Sarung tangan dalam (Sarung tangan pertama).
o Lepaskan sarung tangan dalam dan buang ke kantong plastik limbah.
Jika tidak tersedia ruangan khusus pelepasan APD, CDC merekomendasikan
melepas APD (Doffling) dan sarung tangan dilakukan diruang kerja (Dental
unit). Sedangkan untuk melepas pelindung wajah/goggle/face shield dan
masker dilakukan diluar tindakan pasien. Apabila semua APD sudah dilepas,
maka tenaga kesehatan wajib melakukan kebersihan tangan.
IX. PROSEDUR PERAWATAN DAN EVALUASI HASIL PADA KASUS
1. PROSEDUR PERAWATAN:1
Kunjungan 1:
1) Pengangkatan jaringan karies menggunakan bur bulat.
2) Kamar pulpa dibuka untuk drainase abses.
3) Setelah abses dan perdarahan keluar dari kamar pulpa, kapas ditempatkan
pada kamar pulpa selama 1 minggu dan dokter meresepkan antibiotik
berspektrum luas untuk 5 hari.
Kunjungan 2:
1) Setelah drainase abses selama 1 minggu pasien datang dan dilakukan
pemeriksaan klinis dan didapatkan margin gingiva yang sehat.
2) Pasien kemudian dianastesi menggunakan anastesi topikal benzokain
20% ditempat yang akan disuntikan anastesi blok.
3) Setelah itu, operator menyuntikan anastesi blok berupa articaine 4% pada
syaraf alveolaris inferior dan ditambahkan dengan adrenalin.
4) Isolasi gigi menggunakan rubber dam.
5) Setelah diisolasi, kapas yang telah diletakan dikamar pulpa dikeluarkan
dan saluran akar dipreparasi.
6) Kemudian operator menggunakan eksploler endodontik untuk mencari
orifis dan didapatkan 3 saluran akar ( 2 akar Mesial dan 1 akar Distal).
7) Pulpa diekstirpasi menggunakan K-File No.10.
8) Lalu saluran akar dipreparasi minimal proteper S2.

Laporan Kasus Pedodonsia


9) Irigasi menggunakan natrium hipoklorit 1% setiap pergantian Protaper.
10) Kemudian saluran akar dikeringkan dengan paperpoint.

Gambar 22. Penempatan obat intrakanal berupa kalsium hidroksida dan tumpatan
sementara.

11) Setelah itu, isi saluran akar hingga kamar pulpa menggunakan medikamen
intrakanal berupa kalsium hidroksida PH tinggi.
12) Akhirnya tumpat gigi dengan restorasi sementara.
Kunjungan 3:
1) Setelah 7 hari, pasien diminta untuk datang kembali.
2) Isolasi kembali dengan menggunakan rubberdam dan lakukan anastesi
lokal.
3) Irigasi kembali saluran akar untuk menghilangkan sisa kalsium
hidroksida dan keringkan menggunakan paperpoint.
4) Kemudian obturasi menggunakan kalsium hidroksida dan pasta berbasis
iodoform.

Gambar 23. Radiografi pasca pemasangan stainless steels crown.

5) Restorasi menggunakan IRM dan stainless steels crown.


6) Mengistruksi pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan rutin
melakukan evaluasi.

Laporan Kasus Pedodonsia


2. EVALUASI
- Satu minggu setelah perawatan, jaringan lunak telah sembuh dengan
jaringan sekitar.

Gambar 24. Radiografi tindak lanjut enam bulan.


- 6 bulan setelah perawatan, radiografi menunjukan hilangnya bahan
obturasi, lesi periaikal yang semakin berkembang pada furkasi gigi, dan
berkurangnya defek dari resorpsi serta terlihat perkembangan gigi
pengganti.

Gambar 25. Tindak lanjut satu tahun.

- 1 tahun setelah perawatan, kondisi lesi yang membaik.

Laporan Kasus Pedodonsia


Gambar 26. Tindak lanjut dua tahun.

- 2 tahun setelah perawatan, kondisi lesi yang membaik dengan resorpsi


akar fisiologis normal.

Gambar 27. Tindak lanjut tiga tahun.

- 3 tahun setelah perawatan, resorpsi akar mesial secara fisiologis yang


lebih cepat daripada akar distal.

Gambar 28. Tindak lanjut empat tahun.

- 4 tahun setelah perawatan, resorpsi akar mesial secara fisiologis yang


sangat cepat dibandingkan resorpsi akar distal serta pembentukan akar
dari gigi pengganti yaitu gigi premolar yang sesuai dengan usia pasien.

Laporan Kasus Pedodonsia


LAPORAN KASUS PEDODONSIA
STAINLESS STEEL CROWN

Disusun oleh:
Revina Daniella Dwi March
04074822124014

Dosen Pembimbing:
Drg. Novita Idayani, Sp. KGA

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

Laporan Kasus Pedodonsia


PEDODONSIA
STAINLESS STEEL CROWN

I. IDENTITAS PASIEN
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 4 tahun
*data lain tidak tertera pada jurnal

II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF


KELUHAN UTAMA:
Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun datang bersama orang tuanya dengan
keluhan utama gigi terasa sakit saat makan. Pasien memiliki riwayat hemofiilia A
yang parah diketahui di usia 6 bulan karena beberapa bercak kebiruan di tungkai
bawahnya.
*onset, duration, aggravating factor, relieving factor dan treatment tidak tertera pada jurnal

PEMERIKSAAN KLINIS:
- Riwayat gigi sebelumnya: *tidak dijelaskan pada jurnal
- Pemeriksaan intraoral:
 Pada gigi 55 dan 84 mengalami karies D3
 Pada gigi 65 mengalami karies D4
 Pada gigi 74 dan 75 mengalami karies D5
 Pada gigi 85 mengalami karies D6

Laporan Kasus Pedodonsia


Foto intraoral rahang atas dan rahang bawah sebelum dilakukan perawatan

PEMERIKSAAN RADIOGRAFI
- Dilakukan radiografi panoramik
- Pada gambaran radiografi terlihat beberapa lesi radiolusen di
berbagai gigi, terlihat di gigi 85 terdapat karies dalam mencapai
kamar pulpa

Gambaran radiografi sebelum perawatan


DIAGNOSIS
- D/ Pulpitis irreversible pada gigi 85
- D/ Pulpitis reversible pada gigi 55, 74, 75 dan 84
- D/ Kavitas 2.3 di gigi 65; kavitas 1.1 di gigi 54 dan 64; dan
kavitas 3.2 di gigi 73 dan 83 (Klasifikasi kavitas Mount)

Laporan Kasus Pedodonsia


III. RENCANA PERAWATAN

Pro Periodonsia
 Scaling supragingiva
Pro Pedodonsia
 Gigi 85 dilakukan pulpektomi dan dilanjutkan pemasangan
stainless steel crown
 Gigi 55, 74, 75, dan 84 dilakukan pulpotomi laser diode dan
dilanjutkan pemasangan stainless steel crown
 Gigi 65 dilakukan pulp capping indirect dengan Biodentine dan
dilanjutkan pemasangan stainless steel crown
 Gigi 54 dan 64 dilakukan fissure sealant dengan resin komposit
 Aplikasi fluoride di seluruh gigi

Pro Konservasi gigi


 Gigi 73 dan 84 dilakukan restorasi GIC

IV. PERSIAPAN SEBELUM PERAWATAN


4. Persiapan pasien
- Intruksikan pasien untuk mencuci tangan terlebih dahulu dan
dilakukan pengukuran suhu tubuh pasien.
- Informed consent, yang sebelumnya telah dijelaskan mengenai kasus
gigi yang dialami pasien, diagnosis, rencana perawatan, lama
perawatan, prognosis dan komplikasi apabila dilakukan nya perawtan
tersebut.
- Memperhatikan kondisi umum pasien yang meliputi pemeriksaan
berat badan dan tinggi badan, serta vital sign pasien.
5. Persiapan operator
- Mencuci tangan sesuai dengan standar WHO

Laporan Kasus Pedodonsia


- Menggunakan APD level 3 (masker N95, handscoon, nurse cap, hazmat,
face shield/goggles dan shoe cover/boots)
6. Persiapan Alat dan Bahan
Alat Bahan
11. Diagnostik set dasar 1. Cotton pellet dan cotton roll
12. Mahkota stainless steel 2. GIC
13. Tang #114 3. Resin komposit
14. Polibib 4. Paper pad
15. Bur diamond dan highspeed
16. Stone bur
17. Spatula semen plastik
18. Glass pad
19. Suction saliva
20. Gunting
21. Light curing

Tahapan SSC:
Perawatan mahkota steinless steel dilakukan sebagai berikut:
 Ukuran mahkota steinless steel dipilih dan penyesuaian awal
dibuat berdasarkan cetakan diagnostik. Interproksimal dan
permukaan oklusal gigi dipreparasi, dan garis tepi finishing
gingiva dipreparasi tanpa tepian atau undakan yang dapat
dideteksi.
 Preparasi dibuat dengan bur taperred diamond pendek.
Penyesuaian terakhir pada mahkota stainless steel dilakukan
dengan carburundum disc.
 Dinding mahkota disesuaikan dengan tang # 114 untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan, dan mahkota dipoles
dengan rubber abrasive points.
 Permukaan gigi dibersihkan dengan slurry of pumice dan air
dan dibilas lalu suctions bertekanan tinggi sebelum diisolasi

Laporan Kasus Pedodonsia


dengan cotton roll. GIC Fuji IX dicampur sesuai dengan
petunjuk pabrik dan ditempatkan di dalam mahkota.
 Tekanan dudukan yang kuat diberikan pada setiap mahkota
dengan menggunakan tekanan jari saja.

Tahapan Resin Komposit:


 Bersihkan gigi dengan slurry of pumice dan air; bilas dan suction;
 Isolasi gigi dengan cotton roll.
 Etsa selama 30 detik dengan 37% asam fosfat; bilas dan suction ; ganti
cotton roll; keringkan dengan lembut.
 Aplikasikan bonding lalu di lightcure.
 Aplikasikan resin komposit di dalam seluloid forms
 Tempatkan forms dengan kuat dengan tekanan jari; buang kelebihan
material dengan probe (atau instrumen lain); light cure resin komposit;
 Periksa oklusi; lalu finishing dan poles.

V. PROSEDUR PERAWATAN (dalam kasus)


Gigi 85: Setelah akses kamar pulpa, panjang kerja dilakukan dengan
menggunakan apex locator Propex II untuk mencegah cedera periapikal oleh
instrumentasi berlebihan. Saluran akar kemudian dibentuk dan diirigasi dengan
saline steril sebelum obturasi dengan pasta ZOE. Mahkota pasca perawatan
direstorasi dengan GIC (Fuji IX, GC) dan mahkota logam (stainless steel crown)
dari perushaan 3M.
Gigi 55, 74, 75, dan 84 dirawat dengan pulpotomi dioda laser sebagai
berikut: kamar pulpa dibuang dengan bur high speed, kemudian secara terus
menerus oleh sinar laser dioda 810 nm pada tingkat energi 0,5 W (Laser AMD dari
Dentsply Sirona (Dentsply International), York, Pennsylvania, AS) hingga dasar
kamar pulpa terlihat, masuk ke orifis. Cotton pellet yang dibasahi dengan saline
digunakan untuk membersihkan dan memeriksa status perdarahan. Setelah terjadi
hemostasis, kamar pulpa ditumpat dengan lapisan Biodentine (Septodont) dan GIC

Laporan Kasus Pedodonsia


(Fuji IX, GC) (Gambar 2). Mahkota kemudian dilapisi dengan mahkota logam (SSC)
(Gambar 3).
Gigi 65: Gigi ini menunjukkan warna merah muda tepat di luar kamar pulpa.
Setelah pembuangan jaringan karier, dilakukan pulp capping indirect dengan
Biodentine dan built up GIC. Kemudian, seluruh gigi yang dirawat endodontik
masing-masing dilindungi dengan restorasi SSC, disesuaikan dengan garis akhir
yang dipoles dan kontak yang tepat dengan gingiva. Gigi 73 dan 83 ditumpat
dengan GIC (Fuji VII, GIC) dan gigi 54 dan 64 dilakukan restorasi pit and fissure
composite sealant. Akhirnya, seluruh gigi diaplikasikan varnish fluoride.

Pulpotomi laser diode pada gigi 55. (A) Hemostasis terjadi pada gigi 55 dengan laser. (B)
Lapisan Biodentine. (C) Restorasi GIC.
VI. FOLLOW UP (dalam kasus)

Foto intraoral rahang atas dan rahang bawah setelah pemasangan stainless steel
crown

Laporan Kasus Pedodonsia


Gambaran radiografi setelah follow up 3 bulan

Palembang,
Disetujui oleh
Dokter Pembimbing Pedodonsia

Drg. Novita Idayani, Sp.KGA

Laporan Kasus Pedodonsia


LEMBAR ACC MAKALAH DAN DISKUSI

No Hari dan Tanggal Kegiatan Dosen Pembimbing

Penyerahan Makalah Laporan


1.
Kasus Stainless Steel Crown
Drg. Novita Idayani, Sp.KGA

Diskusi Kasus Stainless Steel


2.
Crown
Drg. Novita Idayani, Sp.KGA

Laporan Kasus Pedodonsia

Anda mungkin juga menyukai