Anda di halaman 1dari 10

Resume

Stainless Steel Crown (SSC)

Dosen Pembimbing:

drg. Rinawati Satrio, M.Si

Disusun Oleh:

Hana Belinda Katriani

G4B017008

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

PURWOKERTO

2020
Stainless Steel Crown

A. Definisi

Stainless steel crown (SSC) adalah suatu tumpatan sementara maupun tetap

berbahan paduan logam (alloy) nirkarat yang berbentuk anatomi gigi dan

bertujuan sebagai mahkota selubung untuk kasus karies yag luas, fraktur mahkota,

hipoplasia email, dan restorasi setelah perawatan saluran akar. Kelebihan SSC ini

adalah bahan yang digunakan mudah didapat, mudah dibentuk dan disesuaikan

dengan anatomi gigi, memungkinkan waktu kunjungan dalam aplikasinya, dan

lebih ekonomis (Indriyanti, 2011)

Logam-logam yang digunakan untuk campuran bahan SSC ini antara lain

chromium, nikel, karbon, dan aluminium. Perpaduan dari bahan-bahan tersebut

memiliki karakteristik atau kekuatan mekanik yang baik yaitu semakin besar gaya

yang menimpa akan meningkatkan kekerasan bahan, serta sifat korosi yang

rendah. Selain itu juga bahan logam ini bukan suatu konduktor yang baik,

sehingga adanya pemanasan tidak akan berpengaruh (Mutu dan Sivakumar,

2009).

SSC ini dapat beradaptasi dengan mudah pada undercut gigi, karena memiliki

efek pegas sehingga akan segera mengunci pada undercut setelah melalui kontur

terbesar gigi. Kekuatan retensi tidak tergantung pada proses trimming, contouring,

maupun crimping, melainkan pada sementasinya (Indriyanti, 2011).

B. Klasifikasi

1. Berdasarkan komposisi (Muthu dan Sivakumar, 2009):


a. Stainless steel crown (unitek and rocky mountain crown)

Terdiri dari 17-19% chromium, 9-13% nikel, dan 0,08-12% karbon.

b. Nickel- base crown (ion Ni-Chro from 3M)

Terdiri dari 76% nikel, 15,5% chromium, 8% besi, 0,04% karbon, dan

0,35% mangan.

c. Tin-base crown

Terdiri dari 96% timah dan 4% perak

d. Aluminium-base crown

Terdiri dari 1,2% mangan, 10% magnesium, 0,7% besi, 0,3% silikon,

0,25% tembaga

2. Berdasarkan morfologi (Muthu dan Sivakumar, 2009):

a. Uncontoured/untrimmed crown

SSC yang memiliki sisi servikal yang lurus, panjang, dan belum

dibentuk.

b. Pretrimmed crown

SSC yang memiliki sisi servikal yang telah dibentuk namun tetap

memerlukan penyesuaian
c. Precontoured crown

SSC yang telah siap diadaptasikan pada gigi

C. Indikasi

Beberapa kondisi yang mengharuskan untuk dilakukan perawatan dengan

stainless steel crown (SSC) antara lain (Srivasta, 2011):

1. Gigi molar desidui atau gigi molar permanen muda yang mengalami

kerusakan (karies) yang parah pada mahkotanya.

2. Karies proksimal yang memerlukan preparasi hingga mencapai 2

permukaan atau lebih

3. Gigi molar desidui setelah dilakukan perawatan pulpotomi atau

pulpektomi

4. Gigi yang mengalami malformasi atau defek kongenital seperti hipoplasia

email, amelogenesis imperfekta, atau dentinogenesis imperfekta

5. Gigi molar yang fraktur

6. Karies rampan multiple

7. Sebagai attachment pada space maintainer atau space regainer

8. Kasus bruxism yang parah


D. Tahapan Pemasangan Stainless Steel Crown (SSC)

1. Preparasi gigi (Srivasta, 2011).

a. Pengurangan permukaan oklusal menggunakan bur fisur mengikuti

anatomi gigi dengan kedalaman ± 0,5 -1 mm

b. Pegurangan permukaan proksimal untuk menghilangkan kontak

vertikal dengan gigi sebelahnya. Pengurangan dengan bur fisur kecil

dari arah oklusal menuju gingival membentuk dinding yang konvergen

terhadap sumbu gigi

c. Pengurangan permukaan bukal dan lingual, dan gingival ± 1 mm, lalu

dilanjutkan dengan membentuk bevel pada sudut-sudut permukaan

oklusalnya

d. Membersihkan jaringan karies menggunakan bur bulat dan

menghaluskan permukaan menggunakan bur fisur

2. Seleksi SSC (Srivasta, 2011).

a. Mengukur jarak mesiodistal gigi serta tinggi oklusal dengan jangka

sorong

b. Memilih SSC yang sesuai dengan lebar dan tinggi gigi

3. Adaptasi SSC (Srivasta, 2011).

Menyesuaikan SSC dengan anatomi gigi dapat dilakukan dengan

trimming, contouring, dan crimping.

a. Cobakan SSC pada gigi yang telah dipreparasi

b. Mengurangi (trimming) kelebihan SSC dengan gunting ± 0,5 - 1 mm

c. Haluskan tepi servikal SSC dengan stone atau rubber wheel


d. Membentuk SSC sedemikian rupa seperti anatomi gigi molar dengan

melakukan crimping dan conouring menggunakan plier

4. Sementasi

Sebelum melakukan sementasi penting untuk memastikan oklusi pasien

dan SSC tidak menekan gingiva. Beberapa kasus dengan preparasi yang

terlalu dalam memerlukan lapisan basis untuk melindungi pulpa

dilanjutkan dengan mengaplikasikan varnish sebelum sementasi. Bahan

yang dapat digunakan untuk sementasi antara lain zinc phosphate, zinc

oxide eugenol, glass ionomer cement, reinforce ZOE. Adaptasi SSC

dilakukan dari arah lingual ke bukal, selanjutnya untuk kelebihan semen

dapat dibersihkan dengan sonde (Srivasta, 2011).

E. Instruksi

Edukasi 1 jam setelah pemakaian SSC yaitu menghindari makanan yang

lengket seperti karamel atau permen karet dan menghindari makanan yang keras

seperti menggigit permen atau es batu (Srivasta, 2011).


F. Laporan Kasus

1. Identitas Pasien

Nama : Gaizka Haznatun

Usia : 7 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Arcawinangun

2. Pemeriksaan Subjektif:

a. Chief Complain : Pasien ingin melanjutkan perawatan

b. Present Illness : Pasien merasa tidak nyaman ketika mengunyah

c. Post Medical History: Pasien tidak memiliki riwayat penyakit

sistemik.

d. Post Dental History: Pernah, untuk melakukan perawatan pulpektomi

e. Family History : Tidak ada kelainan.

f. Social History : Pasien adalah siswa SD

3. Pemeriksaan Obyektif:

1. Pemeriksaan Ekstraoral: tidak ada kelainan

2. Pemeriksaan Intraoral:

a. Inspeksi: Gigi 84 terdapat karies profunda pada seluruh bagian

oklusal, dan pasca perawatan pulpotomi

b. Palpasi (-)

c. Perkusi (-)

d. Tes vitalitas (-)


G. Diagnosis

Pulpitis Reversible gigi 84

H. Perawatan

Restorasi mahkota stainless steel crown (SSC) pada gigi 84

I. Tahapan Perawatan

1. Pencetakan rahang atas dan rahang bawah menggunakan bahan cetak

alginat

2. Pemilihan mahkota SSC sesuai ukuran gigi yang akan dipreparasi

3. Preparasi gigi dimulai dari permukaan oklusal dikurangi ± 0,5-1 mm

menghilangkan lesi karies serta memberi ruang inseri SSC, apabila

tinggi mahkota sudah berkurang maka dapat dibersihkan saja jaringan

kariesnya dan dibuat sama rata menggunakan bur fisur

4. Preparasi bagian proksimal (mesial dan distal), dengan membebaskan

dengan titik kontak gigi tetangganya menggunakan bur fisur

5. Preparasi bevel membulat dengan arah konvergen ke arah oklusal

6. Penyesuaian SSC dengan cara menggunting mahkota SSC sesuai

dengan kontur gigi (trimming), membentuk bagian margin SSC agar

dapat di apaptasikan ke dalam sulkus gingiva (crimping), dan

membentuk seluruh sisi SSC sesuai dengan anatomi gigi yang telah di

preparai (contouring) pada model

7. Sementasi SSC dari arah lingual ke bukal menggunakan semen zinc

phosphate lalu kurangi kelebihan semen menggunakan sonde

8. Cek oklusi menggunkan articulating paper


9. Kontrol 1 minggu kemudian dengan mengecek oklusi kembali dan

kondisi jaringan mukosa sekitar gigi


DAFTAR PUSTAKA

Indriyati, R., Mahkota Baja Nirkarat Stainless Steel Crown pada Gigi Sulung,
Tinjauan Korosi dan Inflamasi, Pustaka Ilmiah, Universitas
Padjajaran, Bandung.

Muthu, M.S., Sivakumar, N., 2009, Pediatric Dentistry:Principles and


Practice, Elseiver, New Delhi.

Srivasta, V.K., 2011, Modern Pediatric Dentistry, Jaypee Brothers Medical


Publishers, New Delhi.

Anda mungkin juga menyukai