Oleh Kelompok 2B
Shania Rada C 201611101029
Luthfia Choirunnissa 201611101018
Astrid Ganadya Nurul Iffah 201611101004
Ulfa Mayasari 201611101043
Muhammad Nagara Salim S 201611101069
Isfania Harmintaswa 201611101063
Pembimbing:
drg. Surartono Dwiatmoko M.M
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
bimbingan dan petunjukNya, serta berkat rahmat, nikmat, dan karuniaNya
sehingga penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas makalah Pendidikan Kesehatan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Penulis
3
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................9
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN............................................................15
PENYULUHAN MENGENAI KEJADIAN GASTRITIS PADA
PUSKESMAS TAMBAKASRI DESA RANGKAH.........................................22
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................23
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................26
BAB 3. METODE PELAKSANAAN KEGIATAN..........................................32
UKGS: PEMERIKSAAN OHI-S DAN DMF-T....Error! Bookmark not defined.
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................40
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................42
BAB 3. METODE PELAKSANAAN................................................................50
PERENCANAAN KEGIATAN KADER DOKTER GIGI CILIK DI SDN
RANGKAH 1........................................................................................................57
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................58
1.1 Latar belakang.........................................................................................58
1.2 Permasalahan............................................................................................60
1.3 Target dan Luaran.....................................................................................60
4
Oleh :
KELOMPOK 2B
Shania Rada C 201611101029
Luthfia Choirunnissa 201611101018
Astrid Ganadya Nurul U 201611101004
Ulfa Mayasari 201611101043
Muhammad Nagara Salim S 201611101069
Isfania Harmintaswa 201611101063
BAB I. PENDAHULUAN
penyakit yang timbul akibat gaya hidup manusia dan penularan bakteri. Salah
satunya adalah penyakit gastritis yang terjadi karena inflamasi pada lapisan
lambung yang menjadikan sering merasa nyeri pada bagian perut. Gastritis tidak
menular tetapi bakteri helicobacter pylori dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui makanan. Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub
sel-sel radang pada darah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang
dunia diantaranya adalah inggris 22%, China 31%, Jepang 14.5%, Kanada 35%,
menurut WHO adalah 40,8% dan angka kejadian gastritis di beberapa daerah di
7
Indonesia cukup tinggi dengan angka kejadian 274.396 kasus dari 238.452.952
merupakan salah satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap
Gastritis biasanya diawali dengan pola makan yang tidak baik dan tidak
iritasi dan kerusakan pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan jika
peningkatan asam lambung ini dibiarkan saja maka kerusakan lapisan lambung
atau penyakit gastritis akan semakin parah (Gustin, 2011). Pengaturan pola makan
yang tidak baik dan tidak teratur akan menimbulkan kekambuhan pada penderita
gastritis. Oleh karena itu pengaturan pola makan yang baik dan teratur merupakan
salah satu dari penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif
Faktor pencetus lain terjadinya gastritis yaitu stres. Stres memiliki efek
beresiko untuk mengalami gastritis. Produksi asam lambung akan meningkat pada
keadaan stres, misalnya pada beban kerja berat, panik tergesa-gesa. Kadar asam
lambung yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini
gastritis. Oleh karena itu pengendalian secara efektif berupa istirahat cukup,
olahraga teratur dan relaksasi yang cukup serta dukungan positif dapat
8
mengurangi tingkat stres pada seseorang sehingga akan membantu dalam upaya
Berdasarkan data yang diperoleh dari pada bulan Januari - Maret tahun
2020, data tentang kejadian gastritis dari Puskesmas Tambakasri yaitu sebanyak
37 kasus baru pada bulan Januari, 61 kasus baru pada bulan Februari, dan 97
kasus baru pada nulan Maret. Terdapat peningkatan angka kejadian gastritis di
pola makan dan tingkat stres terhadap kekambuhan gastritis di wilayah kerja
1.4 Hipotesis
b. Gastritis Kronis
Gastritis kronik merupakan suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun, karena peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada
mukosa lambung. Penyebab dari gastritis ini tidak jelas, sering bersifat multifaktor
dengan perjalanan klinik yang bervariasi. Gastritis kronis terdiri dari dua tipe,
yaitu gastritis kronis tipe A yang disebut juga sebagai gastritis atrofik atau
fundamental (karena mengenai fundus lambung). Penyakit ini merupakan suatu
penyakit autoimun yang disebabkan oleh adanya autoantibodi terhadap sel parietal
kelenjar lambung dan faktor interinsik dan berkaitan dengan tidak adanya sel
parietal dan chief cell, yang menurunkan sekresi asam dan menyebabkan
tingginya kadar gastrin.
Gastritis kronis tipe B lebih sering terjadi pada penderita yang berusia tua.
Penyebab utama gastritis tipe B adalah infeksi kronis oleh Helicobacter pylori.
Faktor etiologi gastritis kronis lainnya adalah asupan alkohol yang berlebihan,
merokok dan refluks empedu kronis dengan kofaktor Helicobacter pylori
(Mansjoer, 2001; Prince, 2005).
11
g. Usia. Usia merupakan faktor resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis.
Hal ini menunjukan bahwa seiring dengan bertambahnya usia, maka cenderung
memiliki infeksi Helicobacter pylori dari pada orang yang lebih muda (Vanella
et al, 2001).
3.3.2 Kriteria
1. Kriteria Inklusi
a. Pria dan wanita yang bersedia menjadi responden dan
menandatangani bukti persetujuan menjadi responden.
b. Pasien dengan diagnosis gastritis
2. Kriteria Eksklusi
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = Jumlah Populasi
e = Toleransi error sebesar 0,05
Untuk tahap penelitian terdiri atas tahap pra lapangan, tahap pekerjaan
lapangan (penggalian data), dan tahap analisis data.
1. Tahap pra lapangan
Tahap pra lapangan merupakan orientasi untuk memperoleh gambaran
mengenai latar belakang penelitian dengan melakukan grand tour
observation. Adapun tahapan-tahapannya sebagai berikut: menyusun
pelaksanaan penelitian, memilih lapangan, mengurus permohonan penelitian,
memilih dan memanfaatkan informasi serta mempersiapkan
perlengkapanperlengkapan penelitian. Tahap ini dilakukan sejak dini yaitu
sejak pertama kali atau sebelum terjun ke lapangan dalam rangka penggalian
data.
2. Tahap pekerjaan lapangan (pengambilan data)
Pada tahap ini peneliti terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data
menggunakan kuisioner yang ditujukan pada responden yang sesuai dengan
kriteria sample. Data jawaban responden dalam penelitian ini adalah data
primer.
3. Tahap analisis data
18
Mengumpulkan data
DAFTAR PUSTAKA
13. Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddart. Jakarta : EGC
14. Vanella L. et al. 2001. Risk for Gastric Neoplasias In Patients With Chroni
Atrophic Gastritis: A Critical Reappraisal. World J Gastroenterol 18(12):
1279-1285.
15. Versalovic, J 2003, 'Helicobacter pylori: Pathology and diagnostic
strategies' American Journal of Clinical Pathology, vol. 119, no. 3, pp.
403-412. https://doi.org/10.1309/5DTF5HT7NPLNA6J5
16. Wahyudi, A.,Kusuma, DPA.,Andinawati, K.2018. Hubungan Antara
Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Keras (Alkohol) Dengan Kejadian
Gastritis Pada Remaja Akhir (18-21 Tahun) Di Asrama Putra Papua Kota
Malang.Nursing News.3(1):686-697.
22
Oleh :
KELOMPOK 2B
Shania Rada C 201611101029
Luthfia Choirunnissa 201611101018
Astrid Ganadya Nurul U 201611101004
Ulfa Mayasari 201611101043
Muhammad Nagara Salim S 201611101069
Isfania Harmintaswa 201611101063
2020
24
BAB 1. PENDAHULUAN
Gastritis biasanya diawali dengan pola makan yang tidak baik dan tidak
teratur sehingga lambung menjadi sensitif disaat asam lambung meningkat.
25
Berdasarkan data yang diperoleh dari pada bulan Januari - Maret tahun
2020, data tentang kejadian gastritis dari Puskesmas Tambakasri yaitu sebanyak
37 kasus baru pada bulan Januari, 61 kasus baru pada bulan Februari, dan 97
kasus baru pada nulan Maret. Terdapat peningkatan angka kejadian gastritis di
Puskesmas Tambakasri sehingga perlu dilakukan penyuluhan tentang penyakit
gastritis di wilayah kerja Puskesmas Tambakasri khususnya desa Rangkah pada
tahun 2020. Sehingga kedepannya diharapkan penyebab kasus kekambuhan pada
penderita gastritis ini dapat menurun.
b. Gastritis Kronis
Gastritis kronik merupakan suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun, karena peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada
mukosa lambung. Penyebab dari gastritis ini tidak jelas, sering bersifat multifaktor
dengan perjalanan klinik yang bervariasi. Gastritis kronis terdiri dari dua tipe,
yaitu gastritis kronis tipe A yang disebut juga sebagai gastritis atrofik atau
fundamental (karena mengenai fundus lambung). Penyakit ini merupakan suatu
penyakit autoimun yang disebabkan oleh adanya autoantibodi terhadap sel parietal
kelenjar lambung dan faktor interinsik dan berkaitan dengan tidak adanya sel
parietal dan chief cell, yang menurunkan sekresi asam dan menyebabkan
tingginya kadar gastrin.
Gastritis kronis tipe B lebih sering terjadi pada penderita yang berusia tua.
Penyebab utama gastritis tipe B adalah infeksi kronis oleh Helicobacter pylori.
Faktor etiologi gastritis kronis lainnya adalah asupan alkohol yang berlebihan,
merokok dan refluks empedu kronis dengan kofaktor Helicobacter pylori
(Mansjoer, 2001; Prince, 2005).
lapar. Gejala yang dirasa pada penyakit ini biasanya ringan sehingga membuat
keluhan gastritis ini sering diabaikan dan berakibat terus bertambahnya angka
kejadian gastritis (Agustina et.al., 2016).
c. Alkohol. Minuman beralkohol seperti whisky, vodka dan gin. Terlepas dari
jenis dan dosis, alkohol mempermudah berkembangnya penyakit refluks
gastroesofagus dengan menurunkan tekanan dari sphintcter esofagus bagian
bawah dan motilitas esofagus. Fermentasi dan penyulingan minuman
beralkohol suling meningkatkan kadar gastrin dan sekresi asam. Asam suksinat
dan maleat yang terkandung dalam minuman beralkohol tertentu juga
merangsang sekresi asam. Dosis alkohol rendah mempercepat pengosongan
lambung, sedangkan dosis tinggi menunda mengosongkan dan motilitas usus
lambat. Alkohol memudahkan perkembangan gastritis kronis superfisial dan
gastritis atrofi, meskipun belum terbukti menyebabkan ulkus peptik
(Mutaqqin, 2011).
d. Helicobacter pylori. Helicobacter pylori adalah suatu bakteri yang
menyebabkan peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis) yang
ditandai dengan peresapan neutrofilke permukaanepiteldangan prubahan
degeneratif. Helicobacter pylori menyebabkan infeksi persisten dalam
mayoritas individu yang terinfeksi(Versalovic, 2003).
e. Obat-obatan. Obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) seperti (Aspirin,
indometasin, ibuprofen), apabila dipakai secara terus menerus menimbulkan
perdarahan mukosa lambung pada 70 % pemakai. Selain itu juga terdapat
beberapa jenis obat seperti sulfonamida, steroid, kokain, agen kemoterapi,
salisilat dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung (Wilda, 2009;
Mutaqqin, 2011).
f. Trauma langsung lambung. Berhubungan dengan keseimbangan antara agresi
dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat
menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung (Mutaqqin, 2011).
g. Usia. Usia merupakan faktor resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis.
Hal ini menunjukan bahwa seiring dengan bertambahnya usia, maka cenderung
memiliki infeksi Helicobacter pylori dari pada orang yang lebih muda (Vanella
et al, 2001).
31
dinding lambung sehingga terjadi gastritis. Selain itu, makan makanan yang
memiliki kandungan asam tinggi seperti kopi dan buah – buahan kaya vitamin
C maka akan meningkatkan sekresi asam lambung (Putri, et al, 2010).
d. Mengurangi Tingkat Stress. Pada saat otak kita terlalu jenuh atau banyak
tekanan, maka tubuh akan memproduksi hormon kortisol. Hormon ini
menyebabkan tubuh menghasilkan lebih banyak asam dan prostaglandin yang
akan meningkatkan asam lambung sehingga lambung menjadi teriritasi
(Astuti, et al 2020).
Perubahan pola
hidup
Gastritis
33
DAFTAR PUSTAKA
13. Puri, Anita., SUyanto. 2012. Hubungan Faktor Stres Dengan Kejadian
Gastritis Pada Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang. Jurnal
Keperawatan. VIII(1).
14. Putri, MR.,Agustin, H.,Wulansari.2010. Hubungan Pola Makan Dengan
Timbulnya Gastritis Pada Pasien Di Universitas Muhammadiyah
MALANG MEDICAL CENTER (UMC).Jurnal Keperawatan.1(2):156-
164.
17. Rondonuwu, AA.,Wullur, A.,Lolo, WA.2014. Kajian Penatalaksanaan
Terapi Pada Pasien Gastritis Di Instalasi Rawat Inap Rsup Prof Dr. R .D.
Kandou Manado Tahun 2013.Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT.3(3);22-29.
18. Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddart. Jakarta : EGC
19. Vanella L. et al. 2001. Risk for Gastric Neoplasias In Patients With Chroni
Atrophic Gastritis: A Critical Reappraisal. World J Gastroenterol 18(12):
1279-1285.
20. Versalovic, J 2003, 'Helicobacter pylori: Pathology and diagnostic
strategies' American Journal of Clinical Pathology, vol. 119, no. 3, pp.
403-412. https://doi.org/10.1309/5DTF5HT7NPLNA6J5
21. Wahyudi, A.,Kusuma, DPA.,Andinawati, K.2018. Hubungan Antara
Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Keras (Alkohol) Dengan Kejadian
Gastritis Pada Remaja Akhir (18-21 Tahun) Di Asrama Putra Papua Kota
Malang.Nursing News.3(1):686-697.
22. Wendah H. Hubungan pola makan dan stres dengan kejadian gastritis pada
pasien yang berobat di Puskesmas Ramboken (buletin). Tomohon:
Universitas Sariputra. 2016.
37
KUESIONER PENELITIAN
Nama :
Usia :
I. KUESIONER PENGETAHUAN
No Pertanyaan SS S KS TS
dinding lambung
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
KS : Kurang Setuju
TS : Tidak Setuju
39
Oleh Kelompok 2B
Shania Rada C 201611101029
Luthfia Choirunnissa 201611101018
Astrid Ganadya Nurul Iffah 201611101004
Ulfa Mayasari 201611101043
Muhammad Nagara Salim S 201611101069
Isfania Harmintaswa 201611101063
Pembimbing:
drg. Surartono Dwiatmoko M.M
UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
bimbingan dan petunjukNya, serta berkat rahmat, nikmat, dan karuniaNya
sehingga penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas makalah Pendidikan Kesehatan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Jember, September
2020
Penulis
41
BAB I. PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui gambaran tingkat kebersihan rongga mulut dan karies
siswa-siswi pada sekolah dengan adanya pelaksanaan kegiatan UKGS melalui
pemeriksaan OHI-S dan DMF-T
1.4. Manfaat
Pemeriksaan OHI-S dan DMF-T dalam kegiatan UKGS ini diharapkan
dapat memberikan informasi mengenai tingkat kebersihan rongga mulut dan
karies siswa-siswi sekolah sehingga dapat dijadikan evaluasi keberhasilan
kegiatan UKGS
43
c. Kegiatan UKGS
44
utamanya adalah kalsium karbonat dan kalsium posfat yang bercampur dengan
debris, mikroorganisme, dan sel-sel ephitel deskuamasi (Narulita, et al, 2016).
1) Jika gigi molar pertama tidak ada, penilaian dilakukan pada molar kedua, jika
gigi molar pertama dan kedua tidak ada, penilaian dilakukan pada molar ketiga
akan tetapi jika molar pertama, kedua, dan ketiga tidak ada maka tidak ada
penilaian untuk segmen tersebut.
2) Jika gigi insisif pertama kanan atas tidak ada, dapat diganti dengan gigi insisif
kiri dan jika gigi insisif kiri bawah tidak ada, dapat diganti dengan gigi insisif
pertama kanan bawah, akan tetapi jika gigi insisif pertama kiri atau kanan tidak
ada, maka tidak ada penilaian untuk segmen tersebut.
3) Gigi index dianggap tidak ada pada keadaan-keadaan seperti: gigi hilang
karena dicabut, gigi yang merupakan sisa akar, gigi yang merupakan mahkota
jaket, baik yang terbuat dari akrilik maupun logam, mahkota gigi sudah hilang
46
atau rusak lebih dari ½ bagiannya pada permukaan index akibat karies maupun
fraktur, gigi yang erupsinya belum mencapai ½ tinggi mahkota klinis.
4) Penilaian dapat dilakukan jika minimal dua gigi index yang diperiksa (Anwar,
et al 2017).
SKOR KRITERIA
0 Tidak ada stain atau debris
1 Plak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal
atau terdapat stain ekstrinsikdi permukaan gigi
2 Plak menutupi lebih dari 1/3 permukaan servikal tetapi
kurang dari 2/3 permukaan yang diperiksa
3 Plak menutup lebih dari 2/3 permukaan gigi yang
diperiksa
Untuk menghitung DI, digunakan rumus sebagai berikut:
(Carranza, 2015)
SKOR KRITERIA
0 Tidak ada kalkulus
1 Kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 1/3
permukaan servikal gigi yang diperiksa
2 Kalkulus supragingival menutupi lebih dari 1/3
permukaan servikal tetapi kurang dari 2/3 permukaan
yang diperiksa atau terdapat bercak – bercak kalukulus
subgingival di daerah servikal
3 Kalkulus supragingival menutup lebih dari 2/3
permukaan gigi yang diperiksa atau ada kalkulus
subgingival
Jumlah(D+ M + F)
Rumus rata – rata DMF-T =
Jumlahindividu
Tingkat kebersihan
Tingkat karies
rongga mulut
51
i. Pemeriksaan DMF-t
1. Menyiapkan alat dan bahan pemeriksaan DMF-T
2. Memeriksa seluruh gigi rongga mulut yang dimulai dari gigi posterior
rahang bawah kanan, gigi anterior rahang bawah, gigi posterior rahang
bawah kiri, dilanjutkan gigi posterior rahang atas kiri, gigi anterior rahang
atas, dan terakhir gigi posterior rahang atas kanan.
3. Memeriksa ada tidaknya Decay:
a. Menggunakan ujung sonde yang digerakkan pada seluruh permukaan gigi.
b. Apabila ujung sonde tersangkut maka termasuk pada kategori decay.
4. Memeriksa ada tidaknya Missing teeth atau gigi yang hilang/dicabut
karena karies dengan menggunakan kaca mulut.
5. Memeriksa ada tidaknya Filling teeth atau gigi yang di tumpat karena
karies menggunakan kaca mulut. Jika terdapat gigi yang di tumpat karena
karies di kategorikan sebagai filling
6. Kemudian di jumlahkan seluruh gigi yang termasuk kategori D+M+F
e. Alur kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
KELOMPOK 2B
Shania Rada Chairmawati (NIM 201611101029)
Luthfia Choirunnisa (NIM 201611101018)
Astrid Ganadya Nurul Iffah (NIM 201611101004)
Ulfa Mayasari (NIM 201611101043)
Muhammad Nagara Salim Said (NIM 201611101069)
Isfania Harmintaswa (NIM 201611101063)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
Berdasarkan studi pustaka tentang kesehatan gigi dan mulut di kecamatan
Tambakasri, terdapat masalah yang teridentifikasi sebagai berikut :
1. Kegiatan UKGS di sekolah SDN 1A Rangkah telah dilaksanakan namun
tingkat DMF-T siswa SDN 1A Rangkah masih tergolong tinggi. Kegiatan
UKGS diselenggarakan bersama puskesmas kecamatan Tambakasri
namun belum berdampak terhadap DMF-T siswa.
permukaan mahkota gigi mulai dari puncak gingival margin dan dapat dilihat.
Subgingival calculus adalah calculus yang berada dibawah batas gingival margin,
biasanya pada daerah saku gusi. Calculus atau karang gigi banyak terdapat pada
gigi yang sering tidak digunakan untuk mengunyah (Putri, Herijulianti, dan
Nurjannah, 2010).
3. Gingivitis
Gingivitis adalah penyakit periodontal stadium awal berupa peradangan
pada gingiva. Faktor penyebab terjadinya gingivitis adalah faktor lokal dan
sistemik. Faktor sistemik yang menyebabkan gingivitis adalah nutrisi, keturunan
dan hormonal sedangkan penyebab lokal adalah plak, calculus, impaksi makanan,
karies dan tambalan yang berlebih (Irma dan Intan, 2013).
c) Karies Profunda
Karies sudah mengenai setengah dentin dan kadang-kadang sudah
mengenai pulpa.
2.2.2. Etiologi
Ada empat kriteria utama yang diperlukan untuk pembentukan karies:
permukaan gigi (email atau dentin), bakteri penyebab karies, substrat atau
makanan (seperti sukrosa), dan waktu. Proses karies tidak memiliki hasil yang tak
terelakkan, dan setiap individu berbeda terhadap kerentanan tergantung pada
bentuk gigi, kebiasaan kebersihan mulut, dan kapasitas produksi saliva mereka.
(Hongini, 2012).
Faktor Penyebab Terjadinya Karies:
1) Host (Gigi)
Gigi sebagai tuan rumah untuk hidupnya mikroorganisme yang ada dalam
mulut. Sembilan puluh enam persen dari enamel gigi terdiri dari mineral,
mineral ini terutama hidroksiapit, akan menjadi larut bila terkena lingkungan
asam. Pada gigi produksi saliva memainkan peranan penting terhadap
kemungkinan terjadinya karies gigi. Kuman akan menempel pada permukaan
gigi dan bagian yang tidak dapat dibersihkan dengan air liur. Jika gigi kesulitan
dibersihkan oleh air liur maka bakteri akan diubah menjadi asam yang dapat
membentuk lubang kecil pada permukaan gigi.
2) Bakteri
Mulut mengandung berbagai bakteri mulut, tetapi hanya beberapa spesies
tertentu dari bakteri yang diyakini menyebabkan gigi karies: Streptococcus
Mutans dan Lactobacillus diantara mereka. Lactobacillus Acidopilus,
Actynomices Piscoccus, Nocardia spp, dan Streptococcus Mutans yang paling
dekat hubungannya dengan karies. Bakteri akan memanfaatkan makanan
terutama yang mengandung tinggi gula untuk energi dan menghasilkan asam.
3) Substrat atau makanan
66
sensitif maka terjadi peradangan pulpa. Pembuluh darah dalam pulpa akan
membengkak, sehingga timbul rasa nyeri. (Ramadhan, 2010).
B. Tujuan Khusus
- Meningkatnya pengetahuan, sikap dan tindakan peserta didik dalam
memelihara kesehatan gigi dan mulut.
- Meningkatnya peran serta guru, dokter kecil, orang tua dalam upaya
promotif-preventif.
- Terpenuhinya kebutuhan pelayanan medik gigi dan mulut bagi peserta
didik yang memerlukan.
70
DAFTAR PUSTAKA
Andini, A., dkk., 2011. Gigi Sehat Ibadah Dasyat . Yogjakarta: Pro-U Media
Felton A & Alison C. 2009. Basic Guide to 0ral Health Education and
Promotion.KHL Printing, Malaysia. Hal: 27
Gopdianto, R., Rattu A.J.M., dan Mariati N.W. 2015. Status Kebersihan Mulut
dan Perilaku Menyikat Gigi Anak SD Negeri 1 Malalayang. Jurnal e-GiGi
(eG), 3(1).
Hartono & Enny, M. R. 2010. Diagnosis kelainan Dalam Mulut : Petunjuk Bagi
Klinis. Jakarta : EGC.
Hongini Yundali Siti, & Aditiawarman,S.H., Hum. (2012). Kesehatan Gigi dan
Mulut; Buku Lanjutan Dental Terminology. Bandung: Pustaka Reka Cipta.
Irma, I., & Intan A.S. 2013.Penyakit Gigi, Mulut dan THT Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kemenkes Ri. 2012. Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Jakarta:
Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan.
Mumpuni, Y. dan Pratiwi, E., 2013, 45 Masalah dan Solusi Penyakit Gigi dan
Mulut. Yogyakarta: Rapha Publising.
Ramadhan Gilang Ardyan. (2010). Serba Serbi Kesehatan Gigi & Mulut. Jakarta:
Bukune.
LAMPIRAN
BAGIAN A: Pengetahuan
10. Akibat tidak menyikat gigi dengan baik dan benar adalah, kecuali
a. Gigi bersih dan sehat
b. Bau mulut tidak sedap
c. Sakit gigi
77
BAGIAN B : Perilaku
Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan pertanyaan!
BAGIAN B : Perilaku
No Kegiatan SKOR
0 1 2
I Persiapan Sebelum Menyikat Gigi
Siswa menyebutkan dengan benar waktu yang
1
tepat untuk menyikat gigi dalam sehari
Siswa menyebutkan dengan benar frekuensi yang
2
tepat untuk menyikat gigi dalam sehari.
Menyiapkan pasta gigi, sikat gigi, gelas dan air
3
kumur
Menempatkan pasta gigi pada sikat gigi dengan
4
benar
II Pelaksanaan
Menyikat gigi depan yang menghadap kebibir
5 dalam keadaan tertutup dengan gerakan naik
turun
Menyikat gigi belakang kiri yang menghadap ke
6 pipi dalam keadaan tertutup dengan gerakan naik
turun sedikit
Menyikat gigi belakang kanan yang menghadap
7 kepipi dengan gerakan naik turun sedikit
memutar
Menyikat gigi belakang kiri bawah yang
8 menghadap kelidah dengan gerakan dari arah
gusi kearah tumbuhnya gigi
Menyikat gigi depan bawah yang menghadap
9 kelidah dengan gerakan dari arah gusi kearah
tumbuhnya gigi
10 Menyikat gigi belakang kanan bawah yang
80
● Setelah menyikat gigi berkumur satu kali dengan cara posisi gigi
mengatup kemudian air dikumurkan di dalam rongga mulut,
kemudian membuangnya
● Mencuci sikat gigi di bawah air mengalir
● Menyimpan sikat gigi dengan benar
83
PANDUAN OBSERVASI
PENGGUNAAN ALAT DASAR KEDOKTERAN GIGI PADA SISWA SDN
01A TAMBAKASRI
N KRITERIA SKOR
O
2 1 0
1 Membuka set alat dasar dari wadah
2 Alat dipegang dengan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah
3 Jari manis dan atau jari kelingking sebagai titik tumpuan pada
jaringan keras gigi
1. Kaca mulut
Ciri - ciri :
Kegunaan :
2. Pinset
Ciri - ciri:
Kegunaan :
3. Desain sertifikat
86
4. Desain pin
5. BOOKLET
1. Bibir
Bibir adalah bagian terluar dari mulut. Bibir terdiri dari bibir atas dan bibir bawah.
Pertemuan antara bibir atas dan bibir bawah membentuk sudut mulut. Bibir berwarna
merah karena terdapat banyak pembuluh darah halus.
2. Lidah
Lidah merupakan indra pengecap yang strukturnya terdiri dari kumpulan otot rangka
pada lantai mulut. Terdapat tonjolan-tonjolan kecil atau papilla yang mengandung alat
pengecap untuk mengenal rasa manis, asin, asam dan pahit pada lidah. Fungsi lidah yang
88
lain adalah membantu proses menelan dan untuk menjilat dan membantu membentuk
suara waktu berbicara.
3. Gusi
Gusi adalah jaringan lunak yang menempel pada gigi berwarna merah muda. Gusi
melapisi tulang rahang, dan berhubungan dengan gigi melalui jaringan penyangga gigi.
Gusi yang sehat melekat erat sekitar mahkota gigi. Pinggiran dari gusi yang sehat terlihat
tipis (tidak menggelembung) dan mengkilap. Gusi yang tidak sehat mempunyai
pinggiran yang menggelembung dan seringkali gusinya berwarna merah menyala dan
mudah berdarah saat menyikat gigi. Gusi berfungsi untuk melindungi dan mengelilingi
akar gigi supaya tetap pada tempatnya.
4. Langit-langit
Langit-langit adalah bagian yang membentuk atap rongga mulut, terdiri dari langit-langit
keras yang didukung tulang dan langit-langit lunak. Bagian akhir dari langit-langit lunak
yaitu uvula (jaringan berbentuk bola kecil yang menggantung di atas bagian belakang
lidah), yang pada saat proses menelan, bersama langit-langit lunak, bergerak ke atas,
sehingga makanan tidak masuk ke rongga hidung dan orofaring (pertemuan rongga
mulut dan tenggorokan yang terdapat pada daerah belakang mulut).
5. Gigi geligi
Gigi geligi adalah organ tubuh yang berperan penting untuk mengunyah makanan. Sesuai
fungsinya gigi merupakan organ pertama dalam sistem pencernaan. Proses dan cara kerja
yang dilakukan gigi dinamakan mencerna makanan secara mekanis, untuk memudahkan
proses secara enzimatis. Karena pentingnya fungsi gigi untuk mengawali proses
pencernaan yang baik, gigi juga harus dirawat dan dipertahankan selama mungkin dalam
rongga mulut. Sebuah gigi terdiri atas mahkota dan akar gigi. Mahkota gigi adalah
bagian yang tampak dari luar dan terlihat saat kita membuka mulut atau sedang
tersenyum. Akar gigi adalah bagian gigi yang tertanam di dalam tulang. Struktur-struktur
yang membentuk gigi Gigi dibentuk oleh 4 lapisan struktur jaringan.
89
1. Email Email adalah lapisan terluar gigi yang menutupi seluruh mahkota gigi,
berwarna putih translusen dan merupakan struktur yang paling keras dari gigi karena
kandungan kalsium yang tinggi. Namun email rentan terhadap serangan asam dari
makanan baik langsung atau hasil fermentasi gula. Berbeda dengan tulang, email
tidak dapat memulihkan diri bila terjadi kerusakan.
2. Dentin Dentin adalah lapisan berwarna kuning, yang terletak di bawah lapisan email
pada mahkota gigi, sedangkan pada akar ditutupi sementum. Dentin merupakan
struktur penyusun gigi yang terbesar namun lebih lunak daripada email. Dentin
dapat memulihkan diri jika mengalami kerusakan.
3. Pulpa Pulpa disebut juga rongga gigi, adalah bagian terdalam dari gigi yang
dikelilingi lapisan dentin. Pulpa merupakan bagian gigi yang paling lunak karena
terdapat jaringan ikat, serabut pembuluh syaraf dan pembuluh darah. Pulpa
berhubungan dengan jaringan sekitar akar gigi termasuk juga dengan keseluruhan
jaringan tubuh.
4. Sementum
Sementum merupakan bagian gigi yang melapisi akar gigi. Fungsi sementum adalah
menghubungkan akar gigi dengan rahang.
Gigi geligi terbagi atas gigi depan dan gigi belakang. Gigi depan terdiri dari gigi seri dan
gigi taring, yang berfungsi memotong dan mengoyak/mencabik makanan. Gigi belakang
terdiri atas geraham kecil dan geraham. Sesuai bentuknya, pada saat mengunyah gigi
belakang berfungsi menggilas dan menghaluskan makanan.
90
1. Gigi seri Gigi seri atau gigi depan atau insisivus, terdiri atas gigi seri pertama dan
gigi seri kedua. Karena teletak di depan, gigi seri langsung terlihat saat kita
tersenyum. Gigi seri memiliki satu akar. Jumlah gigi seri 8, terdapat 4 di rahang atas
dan 4 di rahang bawah.
2. Gigi taring Gigi taring atau caninus terletak di sisi kiri dan sisi kanan setelah gigi seri
dan tampak di sudut mulut saat tersenyum. Akarnya satu dan lebih panjang dari gigi
seri, karena itu gigi ini kuat. Jumlah gigi taring ada 4, terdapat 2 di rahang atas dan 2
di rahang bawah. rahang. Jumlah akar tiap gigi tidak sama. Mahkota dan akar gigi ini
dibatasi oleh bagian yang disebut leher gigi.
3. Gigi geraham kecil Disebut juga gigi premolar, terdiri atas gigi premolar 1 dan
premolar 2. Gigi premolar tumbuh menggantikan geraham pada gigi anak dan
memiliki 1-2 akar. Jumlah premolar ada 8, terdapat 4 di rahang atas dan 4 di rahang
bawah. Pada anak-anak tidak terdapat gigi premolar.
4. Gigi geraham Disebut juga gigi molar, merupakan gigi yang hanya ada fase gigi
tetap, mahkotanya lebih besar dari gigi yang lain. Gigi molar memiliki 2-3 akar,
jumlahnya 12, di mana terdapat 6 di rahang atas, 6 di rahang bawah.
Manusia memiliki 2 fase pertumbuhan gigi yaitu gigi susu dan gigi tetap. Perkembangan
gigi susu dan gigi tetap dimulai dengan terbentuknya benih gigi sejak dalam kandungan.
1. Gigi Susu
91
Gigi susu atau gigi sulung adalah gigi yang kita miliki saat kecil. Gigi susu mulai
tumbuh pada bayi umur 6 – 7 bulan dan yang pertama kali tumbuh adalah gigi
seri bawah. Selanjutnya gigigigi susu lainnya tumbuh sesuai waktunya hingga
lengkap berjumlah 20 gigi sampai usia 2,5 tahun.
Sejak usia 6-7 tahun, mulai terjadi pergantian gigi susu ke gigi tetap. Proses
diawali tanggalnya gigi susu sesuai waktunya dan diikuti tumbuhnya gigi tetap
penggantinya. Fase transisi ini sering disebut sebagai fase gigi campuran.
Gigi susu harus dijaga dari kerusakan dan dipertahankan sampai waktunya
tanggal. Karena gigi susu yang tanggal sebelum waktunya akan menggangu
pertumbuhan rahang yang normal. Kelainan yang bisa terjadi adalah letak gigi
tidak beraturan / menumpuk dengan gigi lainnya.
2. Gigi Permanen
Gigi tetap atau gigi permanen adalah gigi yang digunakan sampai akhir hayat
kita. Diawali dengan tumbuhnya gigi molar pertama pada usia 6 – 7 tahun dan
akan tumbuh lengkap sampai gigi terakhir pada usia sekitar 18-20 tahun dengan
jumlah 32 gigi.
Gigi geraham tetap yang pertama kali tumbuh tidak menggantikan gigi susu,
tumbuhnya tepat di belakang gigi geraham susu. Bila gigi tetap ini rusak tidak
92
akan ada lagi penggantinya. Gigi tetap harus dirawat dengan baik karena akan
dipakai seumur hidup.
Gigi berlubang / karies atau keropos adalah kondisi rusaknya lapisan email gigi yang
disebabkan hasil kerja kuman dalam plak di permukaan gigi. Bakteri dalam plak gigi
yang tidak dibersihkan dengan baik, menghasilkan asam yang perlahan tapi pasti
menghancurkan email gigi. Bila sudah terjadi lubang pada email, harus dilakukan
perawatan berupa penambalan untuk mencegah perluasan karies ke lapisan yang
lebih dalam. Karies gigi yang sudah mencapai dentin dan pulpa akan menimbulkan
rasa sakit bahkan pembengkakan (abses) di gusi dan pipi. Sakit gigi ini
mengakibatkan tidak hanya sulit bicara dan mengunyah, juga dapat menganggu
kesehatan tubuh secara keseluruhan yang berakibat terganggunya waktu belajar di
sekolah. Karies gigi adalah penyakit gigi yang diderita 60%- 90% anak usia sekolah
dan remaja.
2. Sariawan
93
Sariawan adalah proses luka berupa bercak putih dikelilingi kemerahan pada jaringan
lunak mulut, paling sering pada bibir, lidah dan gusi. Selain karena infeksi, sariawan
dapat timbul karena iritasi akibat tergigit saat makan, atau tergores kawat gigi pada
bibir tergigit, dan kurangnya vitamin C. Sariawan dapat dihindari dengan
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, seperti: buah-buahan.
3. Plak Gigi
Plak gigi merupakan lapisan tipis pada permukaan gigi yang tidak berwarna, yang
terdiri dari sisa makanan dan kuman-kuman. Plak melekat pada permukaan gigi,
namun dapat dibersihkan melalui penyikatan gigi dengan cara yang benar. Plak dapat
menyebabkan gigi berlubang, terjadinya radang gusi, dan bau mulut.
4. Karang Gigi
Karang Gigi adalah kondisi di mana terjadi mineralisasi / pengerasan plak gigi yang
dibiarkan menumpuk terlalu lama dan menempel di permukaan gigi seperti batu
karang. Karang gigi sulit dibersihkan melalui penyikatan gigi. Selain mengakibatkan
gigi berlubang, karang gigi yang dibiarkan bisa menimbulkan iritasi dan peradangan
pada gusi, sampai kelainan yang lebih parah di mana terjadi kerusakan jaringan
penyangga gigi. Selain itu juga umumnya penderita juga mengalami halitosis / bau
mulut tidak sedap yang menetap.
5. Radang gusi
94
Bakteri dan plak yang menempel di gusi akan menyebabkan peradangan pada gusi
yang ditandai terjadinya pembengkakan gusi, warna gusi merah menyala dan mudah
berdarah bila disentuh. Meski masih dalam tingkat keparahan ringan, radang gusi
harus diobati sesegera mungkin, karena radang gusi adalah awal dari kerusakan
jaringan penyangga gigi lainnya.
6. Halitosis / Bau Mulut
Halitosis atau bau mulut adalah bau tidak sedap yang keluar dari mulut saat
menghembuskan nafas. Halitosis ini memiliki dampak yang tidak menyenangkan
ketika harus berinteraksi secara sosial dan pada akhirnya akan menimbulkan rasa
percaya diri yang rendah pada penderita. Penyebab utama bau mulut adalah
kebersihan mulut yang buruk, adanya infeksi kronis pada mulut bisa menimbulkan
bau mulut yang menetap, selain itu, makanan tertentu, merokok, dan alcohol juga
dapat memicu halitosis.
7. Gigi berjejal
Gigi berjejal / berdesakan (crowding teeth) adalah kelainan susunan gigi akibat
ukuran gigi geligi dengan ukuran tulang rahang yang tidak seimbang. Kondisi ini
terjadi karena pertumbuhan rahang yang tidak normal. Meski faktor genetik berperan,
95
gigi berjejal lebih sering terjadi akibat gigi susu yang rusak dan tanggal sebelum
waktunya. Gigi berjejal dapat diperbaiki dengan perawatan menggunakan kawat gigi
oleh dokter gigi.
Setiap hari, gigi harus selalu dibersihkan dengan menggunakan sikat gigi yang diberi
sejumput pasta gigi. Agar pembersihan gigi menjadi maksimal, kita harus pandai memilih
mana sikat gigi yang baik untuk gigi kita.
1. Pilihlah sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut karena yang keras dapat membuat
gusi terluka dan menimbulkan abrasi pada gigi, yaitu penipisan struktur gigi. Abrasi
dapat membuat bakteri dan asam menghabiskan gigi karena lapisan keras pelindung
enamel gigi telah terkikis.
2. Simpan sikat gigi di tempat yang kering dan ganti sikat gigi jika bulu sikat sudah rusak
dan
3. Jangan bergantian menggunakan sikat gigi dengan orang lain karena bakteri sikat gigi
dapat menular atau berpindah tempat ke orang lain.
Setelah mengetahui jenis sikat gigi yang baik untuk kita, kita juga perlu mengetahui
bagaimana cara menyikat gigi dengan baik dan benar. Berikut adalah cara menyikat gigi
dengan baik dan benar:
97
98
1. KACA MULUT
Yaitu sebuah kaca kecil berbentuk bundar dan diberi gagang. Alat ini akan
dimasukkan ke dalam rongga mulut untuk melihat keadaan gigi dan jaringan di sekitar
gigi.
2. PINSET
Pinset gigi ini terbuat dari bahan stainless steel digunakan oleh dokter gigi untuk
mengambil sesuatu seperti kapas maupun kotoran, dari dalam rongga mulut pasien.
Alat ini tidak mudah berkarat dan dapat disterilkan.
99
3. SONDE
Alat instrument gigi yang digunakan untuk mencari gigi berlubang serta mengukur
kedalamannya, selain itu juga difungsikan untuk memeriksa sisa makanan (debris)
dan karang gigi (kalkulus)