Anda di halaman 1dari 31

Diskusi Pasak dan

Mahkota Jaket
Pembimbing :

drg. Erma Sofiani, Sp.KG

WINA MEIANA W (20184020039)


ASTRI BILQIS A (20184020042)
S H A FA N U D I YA ( 2 0 1 8 4 0 2 0 0 4 5 )
Pendahuluan
Restorasi gigi pasca PSA bertujuan untuk melindungi sisa struktur gigi
dari fraktur dan mengganti struktur gigi yang hilang. Pada gigi anterior dan
posterior yang telah dilakukan perawatan endodontik, struktur gigi yang
tersisa biasanya sangat sedikit, maka dilakukan pasak dan inti sebagai
resistensi pada mahkota gigi.

Pasak adalah salah satu bangunan berbentuk pasak yang merupakan


retensi tambahan tipe intra radikuler yang dibuat dengan maksud untuk
menambah retensi dan resistensi mahkota. Pasak berfungsi sebagai retensi
inti & didesain untuk meminimalkan terjadinya fraktur akar dari tekanan
fungsional.
Prinsip mekanis
1. Rentensi : factor yang dapat menahan bangunan restorasi agar tidak bergeser keluar (berpindah)
daripreparasi kavitas karena pengaruh vertical maupun horizontal mastikasi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi retensi pasak yaitu :

a. Panjang pasak

b. Keruncingan pasak

c. Diameter pasak

d. Konfigurasi permukaan pasak


Panjang pasak
• Ketentuan Panjang Pasak :

1. A=B

(B) Panjang pasak ≥ (A) panjang mahkota klinis

2. B=D

(B) Panjang pasak = 2/3 (D) panjang akar

3. Menyisakan gutta perca sepanjang ± 4 mm ( 3-5 mm) dari apical

4. E = ½ F

Utk melindungi akar dari fraktur maka :

 panjang pasak dari alveolar crest ke apikal (E) paling tidak setengah dari panjang akar yg tertanam dalam tulang (F)
Jika pasak terlalu pendek maka:

1. Retensi pasak kurang

2. Dapat menyebabkan fraktur akar karena tekanan pengunyahan yang mengenai mahkota dan pasak -
inti
Diameter pasak
Lebar pasak paling tidak 1/3 diameter akar.

> 1/3  dinding saluran akar menjadi tipis

< 1/3  pasak dapat patah terhadap tekanan pengunyahan

Akibat diameter pasak yang terlalu kecil :

• Pasak kehilangan retensi

• Mudah patah terhadap kekuatan pengunyahan

Akibat diameter pasak yang terlalu besar:


• Fraktur akar karena tekanan pengunyahan

• Dinding saluran akar tipis  mudah fraktur


Keruncingan pasak
Bentuk geometri : sejajar dan meruncing

Pasak yang memiliki sisi sejajar:


• Lebih retentive daripada pasak meruncing

• Memberikan tekanan yang lebih besar dibandingkan pasak meruncing

• Pasak bersisi sejajar berpotensi memecah akar. E.g: pada gigi I RB  melihat anatomi sal. Akar dan ketebalan
dentin pilih yg meruncing. Pada M1 RB dengan akar meruncing, dinding sal. Akar tipis  pasak meruncing.
•Pada gigi P RB dapat menggunakan Paralel

•Meruncing digunakan pada sal. Akar tipis dan sesual bentuk sal. Akar, biasanya pada multi rooted
Konfigurasi permukaan pasak
1. Bentuk geometri : sejajar dan meruncing

2. Keonfigurasi permukaan akar:

- Rata (smooth)  bersifat pasif

- Bergerigi (serrated) bersifat pasif, lebih retentive dari pasak rata pada pasien dengan kerusakan
gigi yang luas.

- Bergalur (threaded)  aktif dan paling retentif


2. Resistensi pasak adalah kemampuan pasak dan gigi untuk tetap berada posisinya terhadap adanya gaya
lateral dan rotasional.

Faktor yang mempengaruhi resistensi pasak:


a. Ferrule effect : pita logam yang mengelilingi permukaan bagian luar struktur gigi yang tersisa, yang dibentuk
oleh diding dan margin gigi. Ferrule dapat membantu melindungi gigi dari fraktur akar secara vertical.
b. Kekakuan (rigidity)
c. Panjang pasak
d. Antirotational groove
Syarat gigi dapat dilakukan
perawatan pasak:
1. Gigi telah dilakukan PSA dan obturasi hermetic

2. Dentin saluran akar masih cukup tebal

3. Tidak ada peradangan pada jaringan periapical

4. Jaringan periodontal sehat, tidak terdapat resorbsi horizontal maupun vertical

5. Gigi tidak goyah

6. Posisi gigi memungkinkan peletakan inti dan mahkota jaket.


Macam pasak
A. Inti Pasak tuang/ custom dowel core

Indikasi :

1. sisa mahkota ≤ 1/3 arah servikal

2. Diameter saluran akar besar > 1/3 diameter akar

3. Mahkota gigi pasca PSA yang sudah rusak dan tidak dapat direstorasi hanya dengan mahkota jaket
atau inlay

4. Sebagai abutment GTC dan GTS

5. Koreksi gigi malposisi (sudah dirawat PSA)


Kontraindikasi

1. Saluran akar kecil

2. Gigi berakar pendek (lebih pendek dari Panjang mahkota dan tipis)

3. Pasien dengan kerusakan tulang alveolar yang luas

Kekurangan : pemasangan pasak tidak bisa dalam 1 kali kunjungan

Kelebihan : dapat memperbaiki/ koreksi posisi gigi yang ekstrim pada gigi pasca PSA
B. Pasak jadi

Indikasi :

a. Sisa gigi (mahkota) ≥ 1/3 arah servikal  sisa struktur dentin masih banyak

b. Diameter saluran akar kecil  ≤ 1/3 diameter akar, pendekatan preservation approach

Kekurangan : tidak bisa mengkoreksi gigi yang malposisi

Kelebihan : modulus elastisitas = dentin  tidak menyebabkan fraktur, dapat diaplikasikan dalam 1 kali
kunjungan.
Rencana perawatan gigi pasca
PSA
Faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu:

1. jumlah struktur gigi yang tersisa

2. beban oklusal dan posisi anatomis gigi

3. kebutuhan restorasi

4. kebutuhan estetik
Jumlah struktur gigi yang tersisa

Resistensi dari gigi pasca PSA tergantung pada jumlah dentin pada area radicular dan struktur gigi bagian
koronal. Berdasarkan Ingrid Peroz (2005) rencana perawatan dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah
dinding kavitas yang tersisa disekitar preparasi akses kavitas.
- Klas I : tersedia 4 dinding disekitar akses preparasi kavitas, jika dinding kavitas yang tersisa dengan ketebalan
> 1 mm  direct restoration
- Klas II dan III : tersedia 2 atau 3 dinding disekitar akses preparasi kavitas, tidak perlu pasak dan indikasi
untuk pembuatan inti dan mahkota jaket.
- Klas IV : tersedia 1 dinding disekitar akses preparasi kavitas, pasak diindikasikan hanya pasak 1 dinding
kavitas yang tersisapasak
- Klas V : tidak terdapat sisa dinding kavitas disekitar akses preparasi kavitas,  wajib
Menurut Cohen, pemilihan restorasi pasca PSA tergantung dari jumlah struktur gigi yang tersisa:

1. kehilangna struktur gigi yang minimal, gigi masih kuat dan dapat direstorasi dengan penumpatan
bagian mahkota.

2. kehilangan struktur gigi bagian koronal > 50 % yang tersisa dapat direstorasi dengan mahkota.

3. kehilangan struktur gigi bagian koronal antar 25 – 50% yang tersisa dapat direstorasi dengan pasak
non- rigid ( jadi non logam)

4. kehilangan struktur gigi bagian koronal < 25 % yang tersisa, atau kurang dari 3-4 mm struktur gigi
bagian servikal, harus direstorasi dengan pasak rigid. Teteap melihat struktur gigi yg tersisa.
Beban oklusal dan posisi anatomis gigi
Gigi anterior:

1. minimal loss  coronal restoration

2. gigi diskolorasi  bleaching dan veneer

3. structurally compromised teeth  pasak  inti  crown

4, gigi dengan beban oklusal tinggi  restorasi dengan bahan yang kuat e.g : porcelain

Gigi posterior:

1. kehilangan struktur gigi yang besar  onlay atau crown untuk mencegah fraktur

2. extensive tooth damage  pasak inti mahkota


Macam jenis bahan sementasi
pasak
- Traditional cement

Semen zinc fosfat atau semen karboksilt masih digunakan untuk sementasi pasak dan mahkota jaket.
Bahan ini tediri dari powder dan liquid. Sifat fisikny dipengaruhi oleh rasio dari pencampuran powder
dan liquid. Memiliki kekuatan tekan sekitar 100 Mpa dan modulus elastisitas lebih rendah dari dentin (5
sampai 10 Gpa). Semen zinc fosfat ini banyak digunakan untuk restorasi dan pasak berbahan mtal.
Ketebalan film dari zinc fosfat kurang dari 25 μm. Retensi ang diberikan bersifat mekanis dan tida
memiliki ikatan kimawi antara pasak dan dentin. Namun secara klinis retensinya cukup untuk pasak
pada stuktur gigi yang memadai.
- Glass Ionomer Cement

GIC dapat diklasifikaiskan sebagai glass ionomer konvensional dan glass inomer modfikasi resin. GIC
konventional memiliki kekuatan tekan antara 100 dan 200 Mpa, modulus young sektar 5 Gpa. Secara mekanis
GIC lebih tahan daripada semen zinc fosfat dan dapat mengikat ke dentin dengan nilai berkisar 3 dan 5 Mpa.

Keuntungan dari GIC konventional adalah manipulasinya mudah, adanya ikatan kimiawi, dan kemampuannya
dapat mengikat gigi dan pasak.

GIC modifikasi resin tidak diindikasikan untuk sementasi pasak karena dapat terjadi ekspansi higroskopis yang
dapat memicu fraktur akar.
- Resin based luting cement

Penggunaan resin based luting cement didasarkan berdasarkan pada hasil dimana pengikat pasak
kesaluran akar dentin dan akan memperkuat gigi dan membantu retensi antara pasak dan restorasi.
Temporary resin based lutin cement dapat menunjukkan kekuatan tekan sekitar 200 Mpa dan modulus
elastisitas antara 4-10 Gpa. Bahan ini dapat dipolimerisasi melalui reaksi kimiawi, proses foto
polimerisasi, atau kombinasi dari kedua mekanisme tersebut. Foto polimerisasi dari bahan berbasis resin
ini seringkali diperlukan untuk memaksimalkan kekuatan dan kekakuan.
- Self adhesive cement

Semen ini mengandung asam fosfat metakrilat yang bereaksi dengan hidroksiapatit dan secara
bersamaan dapat menghilangkan mineral dan masuk ke jaringan keras gigi. Memiliki modulus
elastisitas rendah (5 sampai 8 Gpa). Namun dapat meningkat menggunakan proses dual curing. Dimana
proses dual curing ini memerlukan light cure untuk proses polimerisasi. semen resin yang dilakukan
proses dual curing dapat menerima cahaya yang masimal . Kinerja adhesi dentin ditemukan sama
dengan multistep luting cement namun ikatan enamel tanpa etsa asam tidak disarankan.
Prosedur kerja
1. Menentukan panjang pasak

Sebelum dilakukan preparasi, perlu dilakukan pengukuran diameter badan saluran akar gigi 11.
Pengukuran dapat dilakukan melalui pengukuran langsung pada radiograf. Pengukuran panjang kerja dapat
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

Diketahui :

MAF #40, Panjang kerja PSA : 24 mm

Panjang mahkota klinis : 9,5 mm

Panjang gigi : 25 mm

Panjang akar = panjang gigi - panjang mahkota = 25 mm- 9,5 mm = 15,5 mm


1. Panjang Pasak

•B=D
Panjang pasak = 2/3 (D) panjang akar
Panjang pasak : 2/3 x15,5 = 10,3 ~ 10,5 mm
•Menyisakan gutta perca sepanjang ≥ 4 mm ( 3-5 mm) dari apical
sisa gutta perca = panjang akar – panjang pasak
= 15,5 mm – 10,3 mm
= 5,2 mm
•B ≥ A
Panjang pasak ≥ (A) panjang mahkota klinis
10,5 ≥ 9,5 mm

• E=½F
Utk melindungi akar dari fraktur maka :
 panjang pasak dr alveolar crest ke apikal (E) paling tidak 1/2 dari panjang akar yg
tertanam dalam tulang (F)
E=½F
E = ½ x 15,5 mm
E = 7,75 mm
Panjang kerja pasak :
PKP = PP + PM
PKP = 10,3 + 9,5 = 19,8 ~ 20 mm
Tahapan kerja
1. Preparasi pengambilan gutaperca sesuai dengan Panjang kerja pasak dan menyisakan gutaperca
pada bagian apical untuk mencegah kebocoran apical. Pengambilan gutaperca menggunakan gates
glidden drill dengan rubber stop sesuai PK pasak.
No 1 dengan diameter 0,5 mm
No 2 dengan diameter 0,7 mm
No 3 dengan diameter 0,9 mm
No 4 dengan diameter 1,1 mm
2. Irigasi dengan salin setiap pergantian gates glidden dril dan keringkan dengan paper point
3. Rontgen dengan periapical untuk melihat kesesuaian preparasi PK pasak
4. Preparasi saluran akar dengan menggunakan precission drill pada low speed untuk menghilangkan undercut,
melebarkan orifice, membentuk saluran akar seperto corong. Memilih alat sesuai dengan diameter saluran
akar, Perhatikan Panjang kerja dan rubber stop:
No 1 dengan diameter 0,5 mm
No 2 dengan diameter 0,7 mm
No 3 dengan diameter 0,9 mm
No 4 dengan diameter 1,1 mm
No 5 dengan diameter 1,3 mm
No 6 dengan diameter 1,5 mm
5. Setiap pergantian alat selalu diirigasi dengan NaOCl 2,5% dan diakhiri dengan salin dan EDTA, kemudian
dikeringkan dengan paper point
6. Try in dan insersi post
• Try in pasak fiber ke dalam saluran akar, sesuai dengan warna
• Cek apakah pasak beradaptasi dnegan baik atau tidak, perlu penguranga atau tidak.
• Jika sudah pas, maka dilakukan rontgen foto untuk melihat apakah hasil pasak tersebut terinsersi dengan baik dan tidak terdapat celah di saluran
akar
• Irigasi EDTA pada saluran pasak untuk membuang jaringan anorganik selama preparasi kemudian salin dan dikeringkan dengan paper point.
• Saluran akar diaplikasikan cavity cleanser kemudian di etsa dnegan asam fosfat 37% selama 15 detik kemudian bilas dengan salin dan
dikeringkan hingga moist.
• Aplikasi bonding pada dinding saluran akar dengan microbrush pada area yang telah di etsa, digenangi/didiamkan agar dapat berpenetrasi,
kemudian diangin-anginkan 10-15 detik untuk menghilangkan monomer , kemudian swab sal. Akar secara ringan dengan paper point agar tidak
menyebabkan kelebihan bonding dan di sinar LC selama 20 detik.
• Aplikasi silane pada pasak untuk menambah adhesi dengan semen kemudian diangin-anginkan.
• Manipulasi semen resin dual cure rely X dengan glass plate dan spatula stainless. Aplikasi rely X dengan lentulo ke saluran akar dan pasaknya
bisa dimasukkan sampai titik referansi tercapai, kemudian di sinar dengan LC selama 20 detik setiap permukaan. Dual cure dapat setting sendiri
dan dengan LC, resin yang ada dalam saluran akar tidak diketahui apakah semua terpolimerisasi dengan sempurna.
• Menyisakan kepala pasak 2/3
7. Pembuatan core/inti menggunakan resin komposit
• Pembentukan inti dengan makrofill P60 / RK Hybrid (Z 250 XT) diaplikasikan layer by layer sampai terbentuk miniature mahkota
• Dilakukan pengurangan pada bagian labial, palatal dan insisal. Menggunakan bur tapered ujung bulat untuk bagian labial, insisal
dan proximal ⁺ 2 mm dan bur pear untuk bagian palatal. Finishing line pada bagian labial berupa shoulder dengan bur fissure
meruncing ujung datar, tapered fissure round end untuk bagian palatal.
• Supragingiva pada gigi posterior digunakan pada kasus gigi vital semakin ke apical struktur gigi makin tipis
• Jarak post head dengan sisi terluar axial kontur tidak boleh terlalu tipis minimal 2-2,5 mm. lihat ferrule effect.
• Potong pasak sepanjang ⁺ 1/3 arah koronal
8. Pencetakan. Aplikasi gingival cord + adrenalin dam lingkarkan ke servikal untuk retraksi margin gingiva. Manipulasi bahan
elastomer dan diisi dengan glass stone. Kemudian pencocokan warnak gigi dengan shade guide.
9. Pemasangan mahkota sementara dan pengiriman workmodel ke dental lab.
10. Try in koping
• Mengecek ada atau tidaknya traumatic oklusi
• Kirim ke lab untuk prosessing mahkota jaket PFM
11. insersi mahkora jaket
• Try in PFM
• Cek traumatic oklusi, kerapatan tepi,warna gigi
• Manipulasi bahan sementasi SIK Fuji I 2:1 pada fitting surface PFM  insersi dan bersihkan kelebhan sisa
semen dan tunggu hingga setting.
• Cek traumatic oklusi dengan articulating paper
• Cek keadaan gingiva
• Jika ada traumatic dapat dikurangi dengan round wheel bur.
12. Instruksi
a. Jangan menggigit makanan yang keras terlebih dahulu sementara waktu
b. Kontrol 1 minggu kemudian
c. Menjaga kebersihan rongga mulut
Daftar Pustaka
Cohen S, Hargreave KM. Chohen's pathways of the Pulp. 10th ed. St Louis: Mosby Elsevier; 2011.

Garg, N and Garg, A. 2014. Textbook of Endodontics. 3rd ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers

Anda mungkin juga menyukai