ODONTEKTOMI GIGI 38
1
I. DESKRIPSI KASUS
a. Identitas Pasien :
Nama Pasien : Riski Kanti P.
RM : 039896
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 24 Tahun
Alamat : Yogyakarta
b. Pemeriksaan Subjektif:
• Keluhan Utama
Pasien datang mengeluhkan kondisi yang tidak nyaman akibat gigi belakang kiri
bawahnya tumbuh terlalu menyentuh area pipi dan membuat makanan sering
terjebak pada daerah tersebut.
• Riwayat perjalanan penyakit
Keluhan dirasakan sejak ± 1 tahun yang lalu dan dirasakan sakit untuk
mengunyah makanan dan saat ada makanan yang terjebak pada daerah tersebut.
Saat dilakukan pemeriksaan, pasien tidak sedang dalam kondisi sakit akibat gigi
tersebut. Pasien belum pernah mengkonsumsi obat untuk meredakan kondisi
tersebut.
• Medical History
Pasien tidak dicurigai memiliki penyakit sistemik.
c. Pemeriksaan Objektif:
• Pemeriksaan pada 38:
2
Terdapat gigi 38 partial erupsi, pada daerah bukal terdapat warna keputihan akibat
sisa makanan yang terselip pada daerah tersebut, terdapat area kemerahan pada
daerah distal gigi 38.
Perkusi : (-)
Palpasi : (-)
Sondasi : (-)
CE : (+)
Vital Sign :
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : Afebris
d. Pemeriksaan Penunjang
Interpretasi Rongent OPG gigi 38:
- Jenis radiograf : OPG
- Elemen gigi : 38
- Mahkota: terdapat area radiolusen dari arah oklusal hingga kedalaman pulpa
- Akar : jamak, pada bagian mesial dan distal, akar distal dilaserasi kearah distal
- Ligament: menebal pada 1/3 ujung apikal akar mesial dan distal
- Lamina dura: menghilang pada sekeliling apikal
- Alveolar crest: dbn
- Furkasi : dbn
- Periapikal : terdapat area radiolusen pada ujung apikal akar mesial dan distal
Gambaran Radiografi
3
e. Assassment
Impaksi vertikal kelas 1A
f. Treatment Planning
1. Ekstraksi dengan open method
2. Kontrol
a. Flap
Untuk memperoleh akses yang jelas terhadap gigi yang akan dicabut atau
daerah pembedahan maka dibuat flap mukoperiostal. Flap yang dibuat harus cukup
suplai darah, memberikan lapang pandang / jalan masuk yang cukup, dan tepian flap
harus berada diatas tulang. Dasar flap harus lebih lebar dibanding bagian yang bebas.
4
Sebagian besar flap yang dibuat untuk tujuan bedah mulut adalah dibagian
bukal,karena rute ini merupakan rute yang paling langsung dan tidak rumit untuk
mencapai gigi yang terpendam atau fragmen ujung akar. Desain flap yang biasa
digunakan untuk mencabut gigi adalah flap envelope dengan atau tanpa perluasan ke
bukal/labial (Dym, 2001, Howe, 1993, Pedersen, 1996, Pedlar,2001).
b. Bentuk / Klasifikasi Flap
Berdasarkan Lokasi
1. Bukal
2. Lingual
3. Palatal
Berdasarkan Ketebalan
1. Full thickness (mukoperiosteal)
2. Partial thickness (hanya mukosa)
Berdasarkan Outline
1) Envelope
Dalam kebanyakan kasus, desain ini sudah cukup.
Flap envelope ini merupakan hasil dari insisi
horizontal sepanjang garis servikal gigi. Insisi pada
flap envelope ini dibuat pada bagian sulcus gingiva
yang diperluas sepanjang 4 – 5 gigi. Indikasi dari
flap jenis ini untuk bedah gigi insisivus, premolar, dan molar, di permukaan
labial atau bukal dan palatal atau lingual, dan juga diindikasikan pada perawatan
apikoektomi, kista, dan gigi impaksi.Pada teknik ini biasanya dilakukan insisi
horizontal pada tepi gingival, kemudian dimodifikasi seperlunya, beberapa
modifikasi tersebut, seperti :
• Dengan satu insisi tambahan serong di anterior (mesial)
• Rektangular, dengan dua insisi tambahan (mesial dan distal)
• Contiguous (dua flap yang disingkirkan dari satu insisi misal utk Alveoplasti)
• Apabila diperlukan jalan masuk apikal yang besar, maka ditambahkan insisi
serong disebelah posterior.
2) Triangular
Teknik ini dibuat dengan membuat insisi horizontal pada tepi gingiva kemudian
dilakukan satu kali insisi serong seperlunya pada sebelah mesial atau distal.
5
Pada kasus ini akan digunakan
design flap triangular, karena
gigi 48 berada di paling
posterior dan akses terhalang
gigi 47, sehingga pembuatan
flap dari bagian distobukal gigi 48 hingga distal gigi 47
3) Trapezium
Teknik ini hampir sama dengan triangular, dibuat dengan membuat insisi
horizontal pada tepi gingiva kemudiandilakukan dua kali insisi serong seperlunya
pada sebelah mesial dan juga distal.
4) Semilunar
Biasanya ditempatkan pada permukaan bukal prosessus alveolaris disebelah
apikal dari pertemuan antara mukosa bergerak dan cekat. Keuntungan desain ini
adalah perlekatan gingival dan sebagian besar mukosa cekat tetap terpelihara
dengan baik, walaupun tetap diperoleh jalan masuk ke region apikal dan
sekitarnya. Flap semilunar digunakan untuk menghindari tepi mahkota protesa,
untuk pembedahan periradikular dan untuk mendapat jalan masuk ke sinus
maxillaries dan region yang jauh lainnya.
5) Pedikel
Flap pedikel dibuat baik di bukal, lingual atau palatal. Biasanya digunakan untuk
migrasi atau transportasi untuk memperbaiki suatu cacat, misalnya fistula
oroantral atau nasoalveolar.
6
e) Forcep estraksi gigi 48 l) Jarum suturing
f) Bein m) Needle holder
g) Luxator n) Cheek retraction
h) Kuret o) Citoject
i) Bonefile p) Lampu pirtus
j) Raspatorium q) Burnisher
k) Gunting bedah
Bahan:
a) Povidone iodine
b) Kapas
c) Spongostan 2 buah
d) Benzocaine
e) Pehacaine HCL 2%
f) Spuit injeksi 3 cc
g) Salin
h) Benang Silk 3.0
d. Teknik Anestesi
Teknik Indirect Blok N. Alveolaris Inferior:
Tentukan sasaran anestesi dengan meraba linea oblique
externa dan interna
Posisi I: dari arah C/P kontralateral
Posisi II: digeser ke permukaan oklusal ipsilateral,
sejajar occlusal plane
Posisi III : hampir sama dengan posisi I
Insersi jarum 1.5-2 cc
Aspirasi (aman) kemudian deponir 1.5-2 cc larutan. Tarik jarum pelan sambil
deponirkan sisa larutan
e. Penatalaksanaan Odontektomi
1) Asepsis, dengan melakukan desinfeksi dengan menggunakan kapas yang diolesi
povidone iodin pada area yang akan dilakukan anastesi dan flap.
2) Anastesi topical dengan menggunakan benzocaine pada area insersi jarum
3) Anestesi blok n.alveolaris inferior kanan 1 cc dilakukan dengan menggunakan spuit
7
3cc yang berisi pehacaine HCl dan 0.5 cc untuk n. lingualis serta 0.5 cc untuk
n.bucalis.
4) Design flap full thickness (mucoperiosteal) triangular dilakukan dari tepi distal gigi
38 hingga setengah distal gigi 37
5) Dilakukan pemisahan mukoperiosteum dengan tulang menggunakan raspatorium
hingga terlihat area tulang yang akan dilakukan pengurangan
6) Jika akses yang diperoleh telah adekuat maka dilakukan pengurangan tulang
menggunakan round bur/fissure di bagian bukal dan sedikit bagian distal.
7) Bagian furkasi dilakukan separasi menggunakan bur bulat kearah oklusal searah
aksis gigi, tidak boleh kearah horizontal untuk mencegah bagian bur mencapi
lingual, hingga seluruh gigi terpisah menjadi bagian distal dan mesial.
8) Penggunaan bein / luxator dilakukan untuk menggoyahkan gigi akar mesial. Setelah
dirasakan gigi mulai terluksasi maka dilakukan pengambilan dengan menggunakan
forcep
9) Bein akar distal dengan cara mengurangi tulang bagian distal hingga terasa longgar
dan cukup untuk menggerakkan akar distal. Pengamnbilan akar distal dengan
menggunakan bein dan forcep
10) Dilakukan kuretase jaringan granulasi pada socket paska pengambilan seluruh gigi,
dan penghalusan tepi-tepi tulang yang terasa tajam dengan bone file, di dep
menggunakan tampon serta dilakukan spooling dengan povidone iodin yang
dicampur salin dan dilakukan massage / pemijatan daerah socket
11) Pemberian spongostan pada soket dan dilakukan suturing interrupted menggunakan
benang silk 3.0
12) Suturing interrupted sebanyak 4 x dimulai dari proksimal sisi distal terlebih dahulu,
dan berlajut hingga ke mesial
13) Jika terjadi komplikasi perdarahan maka dilakukan kauterisasi dengan menggunakan
burnisher yang dipanaskan
14) Pasien diinstruksikan menggigit tampon selama 15-30 menit
10
o Jika ada edema, kompres es dengan potongan-potongan es dalam kantung plastic
yang kemudian dibungkus sebuah atau dua buah handuk adalah metode yang tepat
untuk aplikasi dingin. Selama 24 jam pertama pasca perawatan, dianjurkan aplikasi
dingin selama 30 menit. Pemberian minuman panas sebaiknya dihindari karena
akan meningkatkan edema.
h. Klasifikasi Gigi Impaksi
Klasifikasi gigi impaksi berdasarkan hubungan dengan ramus mandibula,
inklinasi dan kedalaman dapat dilihat berdasarkan klasifikasi menurut Pell dan
Gregory, George Winter dan Archer.
a. Klasifikasi menurut Pell dan Gregory
Berdasarkan hubungan antara ramus mandibula dengan molar kedua
dengan caramembandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan
jarak antara bagian distalmolar kedua ke ramus mandibula.
o Kelas I : Ruangan yang tersedia cukup untuk erupsi molar tiga
antara batas anterior ascending ramus dengan distal gigi molar
dua.
o Kelas II : Ruangan yang tersedia untuk erupsi molar tiga antara
batas anterior ascending ramus dengan distal gigi molar dua
kurang dari ukuaran mesio-distal molar tiga.
o Kelas III: Seluruh atau sebagian besar molar tiga berada dalam
ramus mandibula
11
b. Klasifikasi menurut George Winter
Klasifikasi yang dicetuskan oleh George Winter ini cukup
sederhana. Gigi impaksidigolongkan berdasarkan posisi gigi molar
tiga terhadap gigi molar dua. Posisi-posisimeliputi mesioangular
(miring ke mesial), distoangular (miring ke distal), vertika,
horizontal, bukoangular (miring ke bukal), linguoangular (miring ke
lingual), inverted dan posisi tidak biasa lainnya yang disebut
unusual position.
12
o Kelas A: Bagian terendah gigi molar tiga setinggi bidang oklusal
molar dua.
o Kelas B: Bagian terendah gigi molar tiga berada di atas garis
oklusal molar dua tapi masih di bawah garis servikal molar dua.
o Kelas C: Bagian terendah gigi molar tiga lebih tinggi dari garis
servikal molar dua.
Klasifikasi ini sebetulnya sama dengan klasifikasi George Winter.
Berdasarkan hubungan molar tiga dengan sinus maksilaris.
o Sinus Approximation (SA): Bila tidak dibatasi tulang, atau ada
lapisan tulangyang tipisdiantara gigi impaksi dengan sinus
maksilaris.
o Non Sinus Approximation (NSA): Bila terdapat ketebalan tulang
yang lebih dari 2 mm antara gigi molar tiga dengan sinus
maksilaris.
III. KESIMPULAN
Akan dilakukan ekstraksi pada gigi 38 dengan teknik open method,
menggunakan flap mukoperiosteal dengan design triangular dan dilakukan suturing
interupted. Prognosa pada kasus ini baik, setelah dilakukan pecabutan gigi tersebut
diharapkan akan meredakan gejala sakit akibat gigi 38 dan menghindari penyebaran
infeksi.
13
DAFTAR PUSTAKA
14