Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN ALVEOLEKTOMI

Oleh :
Hilal Sunu Widagdo
40618095
Instruktur : drg. Sih Winarti, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2021
PERTANYAAN DISKUSI ALVEOLEKTOMI

Alveolektomi

1. Definisi Alveolektomi
Alveolektomi adalah pengambilan tulang pada prosessus alveolaris
yang tajam atau membesar, atau meupakan tindakan pengurangan dan
perbaikan tulang alveolar yang menonjol atau tidak teratur untuk
menghilangkan undercut yang dapat mengganggu pemasangan protesa.
Penonjolan tulang dapat menyebabkan protesa tidak stabil yang dapat
memprngaruhi kondisi tulang dan jaringan lunak dibawahnya. Tujuan dari
bedah prostetik ini adalah untuk mendapatkan protesa dengan retensi,
stabilitas, estetik, dan fungsi yang lebih baik (Ghosh, 2008).
2. Indikasi Alveolektomi
a. Kasus proyeksi anterior yang berlebih pada alveolar ridge di maxilla
(Wray et al, 2003) atau Pengurangan prosessus alveolaris yang mengalami
elongasi
b. Rahang yang perlu dipreparasi untuk tujuan prostetik yaitu untuk
memperkuat stabilitas dan retensi gigi tiruan
c. Alveolar ridge yang runcing yang dapat menyebabkan neuralgia, protesa
tidak stabil, protesa sakit pada saat waktu dipakai.
d. Tuberositas yang perlu dihilangkan untuk mendapatkan protesa yang
stabil dan enak dipakai
e. Penyakit periodontal yang parah dan mengakibatkan kehilangan sebagian
kecil tulang alveolarnya
f. Eksisi eksostosi (Thomas, 1969)
g. Penghilangan interseptal Bone desease
h. Perlunya menhilangkan undercut
i. Penyakit periodontal yang parah yang mengakibatkan kehilangan sebagian
kecil tulang alveolarnya (Wray et al, 2003).
3. Kontraindikasi Alveolektomi
a Pada pasien yang memiliki bentuk prosesus alveolaris yang tidak rata,
tetapi tidak mengganggu adaptasi gigitiruan baik dalam hal pemasangan,
retensi maupun stabilitas.
b Pada pasien yang memiliki penyakit sistemik yang tidak terkontrol yaitu
penyakit kardiovaskuler, Diabetes Mellitus (DM) dan aterosklerosis.
(Wray et al, 2003).
4. Macam-macam Desain Flap
a. Envelope

Teknik ini biasanya dilakukan dengan membuat insisi horizontal pada


tepi gingiva, kemudian dimodifikasi seperlunya dengan melakukan insisi
serong kearah anterior. Indikasi dari flap jenis ini adalah untuk bedah gigi
insisivus, premolar, dan molar, di permukaan labial atau bukal dan palatal
atau lingual, dan juga diindikasikan pada perawatan apikoektomi, kista, dan
gigi impaksi.
b. Triangular flap

Merupakan flap dengan satu insisi tambahan serong di anterior


(mesial). Incisi ini biasa digunakan ketika membutuhkan akses yang luas
kearah apikal khususnya pada bagian posterior. Indikasi flap triangular adalah
pembedahan pada sisa akar yang terpendam, kista kecil, dan apikoektomi.
c. Trapezoid flap

Flap ini berbentuk trapesium yang dibentuk oleh insisi horizontal


sepanjang tepi gingiva yang mengikuti alur tepi gingiva, dan dua insisi
vertikal yang terletak di sisi mesial dan distal dari flap horizontal. Flap ini
digunakan untuk prosedur pencabutan yang luas, terutama ketika flap
triangular tidak memungkinkan untuk mendapatkan akses yang cukup.
d. Semilunar

Flap jenis ini merupakan flap berbentuk setengah lingkaran yang


dibuat di daerah mukosa alveolar. Insisi ini dimulai dari lipatan vestibular dan
membentuk seperti busur dengan bagian yang cembung mengarah ke gingiva
cekat. Penjahitan akan lebih baik apabila tepi bawah dari flap ini berada pada
2-3 mm di atas pertemuan mukosa bergerak dan tidak bergerak. Flap
semilunar digunakan untuk apikoektomi, penghilangan kista berukuran kecil,
dan pada abses.
Bentuk flap yang diindikasikan pada alveolektomi adalah flap
triangular dan flap trapezoid.
5. Alat dan Bahan yang Digunakan
a. Alat:
1) 1 set pakaian OK (pakaian, penutup kepala, masker, kacamata
pelindung, lateks glove, sendal)
2) Handuk, lap meja, duk steril untuk pasien
3) Diagnostik set standar (kaca mulut, sonde, ekskavator, pinset,
eksavator)
4) Stetoskop/spigmomanometer
5) Nierbeken
6) Syringe Disposable 3 cc
7) Syringe disposable 5 cc (2 buah)
8) Scalpel handle no.3 & Blade No.15
9) Raspatorium
10) Flap retractor
11) Straight handpiece serta bur tulang round dan fissure bur
12) Bone File
13) Knable tang
14) Needle Holder
15) Pinset chirurgies
16) Standard suture scissors
17) Soft tissue scissors
18) Suction Tip
19) Suture needle
20) Suture material/benang Jahit
21) Dappen glass
22) Mangkok melamin (Pedersen, 1996).
b. Bahan:
1 Local Anaesthesia (Pehacaine/Lidokain HCL) 2 ampul
2 alkohol 70%
3 Povidone Iodine
4 Larutan saline/NaCl
5 Kapas, tampon, cotton pellet (Pedersen, 1996).
6 Jarak Kedalaman dan Jarak antar Jahitan
a. Jarak kedalaman yang sama pada kedua sisi daerah insisi, biasanya
kurang dari 2-3 mm.
b. Jarak antar jahitan satu dengan jahitan lainnya berkisar 3-4 mm
(Sudisma,2017).
Kasus Alveolektomi

Seorang pasien laki-laki usia 60 tahun datang ke RSGM IIK dengan keluhan
ingin dibuatkan gigi tiruan sebagian pada rahang atas. Dari pemeriksaan subjektif
didapatkan bahwa pasien tidak memiliki kelainan penyakit sistemik dan alergi obat.
Pada pemeriksaan intra oral terlihat adanya penonjolan tulang pada bagian ridge
alveolar ridge belakang atas kiri. Ketika dipalpasi tidak ada rasa sakit, runcing, dan
tajam. Berdasarkan hasil pemeriksaan pasien memiliki eksostosis pada region
tersebut yang dapat mengganggu pembuatan gigi tiruan.
A. Identitas Pasien:
Nama : Tn. N
Alamat : Jl. K. H. Wahid Hasyim desa Bandar Lor gang 2B 3 no.9 RT
25 RW 05 Kota Kediri.
Pekerjaan : Swasta
No. Telp : 081249018980
Tanggal Lahir : 23-04-1961
Jenis Kelamin : laki-laki
B. Riwayat Kesehatan Gigi dan Mulut
1. Keluhan utama : pasien datang dengan keluhan daerah bekas pencabutan ggi
belakang atas kiri yang menonjol
2. Anamnesa : pasien datang dengan keluhan daerah bekas pencabutan gigi
belakang kiri atas menonjol. Gigi pada daerah tersebut telah dicabut sekitar 6
bulan yang lalu. Pasien hendak melakukan perawatan gigi tiruan di dokter
gigi, namun dokter gigi tersebut merujuknya agar melakukan perawatan untuk
menghilangkan penonjolan tulang pada daerah tersebut, dokter gigi tersebut
mengatakan jika penonjolan tulang tersebut dibiarkan akan menyebabkan
gangguan pada gigi tiruan nya, oleh karena itu pasien ingin melakukan
perawatan pada tulang yang menonjol tersebut.
C. Keadaan Umum
1. Keadaan Umum
a. Kondisi Fisik : pasien datang dalam kondisi baik dan siap untuk diberikan
perawatan
b. Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 120/90 mmHg
- Denyut Nadi : 75x/ menit
- Respirasi : 19x/ menit
- Suhu : 36,5°C
- Berat badan : 70 Kg
2. Pemeriksaan fisik regional
a Ekstraoral :
- Kepala : normal
- Kelenjar tiroid : normal
- Arteri : normal
- Wajah/ leher : normal
- Kelenjar submandibularis :
1) Sinister : normal
2) Dekster : normal
- Kelenjar submentalis : normal
b Intra oral :
- Bibir : normal
- Mukosa palatum : normal
- Mukosa bukal : normal
- Lidah : normal
- Dasar mulut : normal
- Tonsil : normal
- Orofaring : normal
- Gingiva : terdapat penonjolan tulang pada region gigi 24, 25, 26.
E. Diagnosa
Eksostosis tulang alveolar maxillary pada ridge gigi 24, 25, 26.
F. Rencana Perawatan
Alveolektomi
G. Prosedur Tindakan
1. Persiapan alveolektomi
a Meliputi persiapan mental, jasmani, dan rohani
b Pasien harus dalam kondisi sehat, tidak lelah, serta tidak ada keluhan nyeri
c Menerapkan prinsip sterilisasi dan instrumentasi
2. Penatalaksanaan
a Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk tindakan
alveolektomi
b Informed consent
c Pengukuran tekanan darah pasien
d Melakukan universal precaution
e Operator : cuci tangan dengan cairan desinfektan, menggunakan
perlengkapan bedah dengan tepat (gown, handscoon, masker, head cap,
dan sandal bersih).
f Pasien : pasien didudukkan dalam keadaan semi supine, memasang duk
steril pada pasien
g Isolasi daerah kerja, lakukan asepsis dengan menggunakan povidone
iodine 10%
h Lakukan anestesi dengan menggunakan pehacain dan dilakukan infiltrasi
pada nervus alveolaris medialis kiri (0,5 cc), untuk selanjutnya infiltrasi
pada nervus alveolaris superior posterior kiri (0,5 cc) serta nervus
palatinus majus kiri (0,5 cc). Tunggu kurang lebih selama 1 menit hingga
anestesi berjalan. Cek keberhasilan anestesi, jika sudah maka dapat
dilanjutkan ke tahap berikutnya
i Melakukan insisi untuk membuat flap trapezoid dengan blade no.15,
dimulai dengan membuat insisi sepanjang oklusal alveolar ridge dari
penonjolan tulang horizontal sepanjang gingiva mesial p1 sampai distal
M1 dan diikuti dua irisan vertical kearah vestibulum

j Memisahkan mukosa dan tulang dengan rasparatorium.

k Pengambilan tulang dengan bantuan bur tulang dan knabel tang, saat
pengambilan tulang selalu irigasi dengan larutan saline.
l Setelah pengambilan tulang dilakukan, lakukan penghalusan tulang
dengan menggunakan Bone file.
m Palpasi dengan jari telunjuk apakah masih ada bagian yang runcing atau
tajam. Jika tidak ada, maka dapat dilakukan reposisi flap.
n Jika terdapat jaringan berlebih pada saat reposisi flap, jaringan dapat
dikurangi dengan tissue scissors atau Blade.
o Lakukan suturing dengan teknik simple interrupted suture.

H. Instruksi Pasca Alveolektomi


1. Instruksi meminum obat sesuai anjuran dokter
2. Tidak menghisap daerah yang luka
3. Istirahat dan tidak boleh melakukan pekerjaan berat 1-2 hari
4. Jika terjadi perdarahan instruksikan untuk menggigit tampon steril
5. Jika terjadi pemengkakan, kompres dingin pada daerah wajah di dekat daerah
yang dioperasi
6. Instruksi untuk makan-makanan yang lunak
7. Posisi kepala saat tidur ditinggikan dengan diganjal 1 atau 2 bantal tambahan
8. Tetap menjaga oral hygiene
I. Kontrol
1. Pasien kontrol 3 hari post alveolektomi dengan melihat kondisi EO dan IO
nya. Apakah ada keluhan atau tidak.
2. Jahitan dibuka 1 minggu post alveolektomi.
3. Kembali melakukan kontrol kedua pada 2 minggu post alveolektomi.
Dilakukan anamnesa dan ditanyakan apakah ada keluhan.
DAFTAR PUSTAKA

Ghosh PK. 2008. Synopsis of Oral and Maxillofacial Surgery: An Update


Oveview: Jaypee Brothers.
Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Alih bahasa: Purwanto,
Basoeseno. Jakarta: EGC, 1996; 119-27.
Sudisma, I Gusti Ngurah. 2017. Jahit Menjahit dalam Pembedahan.
Universitas Udayana : Denpasar, Bali
Thoma, KH. 1969. Oral Surgery, Saint Louis: Mosby.
Wray D, Stenhouse D, Lee D, Clark AJE. 2003. Textbook of General and
Oral Surgery. New York : Churchill Livingstone
Lampiran Diskusi Alveolektomi

Diskusi Alveolektomi: Selasa, 30 November 2021 (07.30 WIB)

Anda mungkin juga menyukai