Anda di halaman 1dari 6

Nama : Giffari adrian jusuf

NIPP : 20184020009

Refleksi Kasus IPE

Periode 26 Oktober – 31 Oktober 2020

1. Rangkuman Kasus

• Pasien perempuan usia 58 tahun Pasien dating dengan keluhan kaki sebelah kanan gerak
sendiri tanpa dapat dikendalikan karena tersetrum 1minggu yang lalu, tangan kanan post
orif terasa nyeri, jari tangan kiri terasa kesemutan, pasien mengeluhkan sulit tidur, Pasien
memiliki riwayat hipertensi.

• Terapi

Amlodipin 10mg 1x1

Farbion 5000iu 1x1amp

Phenytoin drip 1x1amp

Nimotop 5cc/jam

Citicolin 3x500mg

Manitol 3x500mg

Ketorolac 2x1 IV

Ranitidin 2x1 IV

 Kemungkinan diagnosis oral pada pasien:


Traumatic Stomatitis
Hiperplasia gingiva
Xerostomia
 Treatment Planning Kedokteran Gigi
KIE
Medikasi terkait lesi oral (jika dibutuhkan)
Scaling dan root planning
Perawatan bedah periodontal
Kontrol dan evaluasi

2. Perasaan Terhadap Pengalaman

Kegiatan IPE yang dilakukan online/offline memberikan pengalaman tersendiri dalam


melakukan anamnesis dari berbagai profesi dan juga ketika berdiskusi kasus

3. Evaluasi

Kelebihan :

Skenario/kasus secara keseluruhan sudah cukup lengkap, kasus tersebut merupakan kasus
umum yang sering di jumpai, sehingga memberi gambaran bagaimana penatalaksanaan
pada pasien dengan kasus terserbut

Kekurangan :

Terbatasnya informasi dan penampakan klinis

4. Analisis dan Poin Spiritualitas

a. Analisis

Pasien mengalami cidera kepala ringan pasca tersetrum sejak 1 minggu yang lalu.
Sekarang pasien mengeluhkan kaki sebelah kanan bergerak sendiri tanpa dapat
dikendalikan. Sebelumnya pasien pernah melakukan operasi tulang sekitar 8 bulan yang
lalu. Dari pengakuan anak pasien, pasien tidak memiliki keluhan gigi dan mulut. Pasien
belum pernah ke dokter gigi untuk memeriksakan kondisi rongga mulutnya. Pasien rutin
sikat gigi 2x sehari. Pasien rutin makan buah dan sayur. Pasien memiliki Riwayat
penyakit hipertensi. Pasien rutin meminum obat Amlodipin 10mg untuk hipertensinya.
Pada saat pasien datang tekanan darah pasien 181/86. Seperti yang tertulis pada jurnal
Phenytoin-Induced Gingival Over Growth (2014) oleh Iman dkk, kemungkinan
manifestasi oral pada pasien dengan pemberian obat phenytoin adalah hiperplasi gingiva
yang karena efek samping obat tersebut.Untuk perawatan yang dapat diberikan pada
pasien: KIE, medikasi terkait lesi oral, perawatan bedah periodontal, kontrol dan evaluasi.
b. Poin Spiritualitas

"Nabi Ayyub memohon pada Allah dengan mengucapkan 'Wa ayyuba 'idz naada
rabbahu 'annii massaniiyaddhurru wa 'anta arhamurrohimin'," kata Ahsin melalui
sambungan telepon, Rabu (8/7).

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia berdoa kepada Tuhannya : "(Ya Tuhanku) sungguh,
aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Maha Penyayang dari semua yang
penyayang. (QS. Al Anbiya ayat 83).

Kemudian doa Nabi Ibrahim terkait penyakit, sebagaimana tertulis dalam surat Asy-
Syuraa ayat 80 : "Wa idzaa maridhtu fahuwa yasyfiini", yang artinya "Dan apabila aku
sakit, Dialah (Allah) yang menyembuhkan aku".

Begitu juga disebutkan dalam hadits, "Ma’anzalallahu daa an, illa anzala lahu
syifaan," (HR. Bukhori), artinya "Allah tidak akan menurunkan satu penyakit kecuali
Allah turunkan juga obatnya".

"Jadi setiap penyakit ada obatnya kecuali satu saja, kematian. Kematian tidak bisa
disembuhkan artinya kalau sudah mati ya sudah. Tapi kalau penyakit-penyakit fisik dan
psikis ada penangkalnya. Banyak," kata Ahsin.

5. Kesimpulan dan Tindak Lanjut

Penyakit epilepsi dan pemberian obat phenytoin akan mengakibatkan munculnya


manifestasi oral seperti hiperplasi gingiva, serta traumatik stomatitis. Manifestasi oral
tersebut akan muncul ketika pasien mengkonsumsi obat-obatan yang memiliki efek
samping tersebut. Untuk mengurangi gejala pada pasien dapat diberikan terapi-terapi
seperti edukasi, pemberian medikasi lesi oral, serta perawatan bedan periodontal.
Refleksi IPECP

Periode 26 Oktober – 31 Oktober 2020

1. Rangkuman Pengalaman Belajar

Pada hari pertama kami menganamnesis dan memeriksa klinis pasien dengan
bergantian. Kemudian kami mendiskusikan pasien klinis dari sudut pandang kedokteran
gigi dan farmasi. Kegiatan ini sesuai dengan kompetensi kolaborasi, yaitu: memahami
peran, tanggungjawab dan kompetensi profesi lain dengan jelas, bekerja dengan
profesi lain untuk memecahkan konflik dalam memutuskan perawatan dan pengobatan
pasien, bekerja dengan profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, dan memantau
perawatan pasien, menoleransi perbedaan, kesalah pahaman dan kekurangan profesi lain,
memfasilitasi pertemuan interprofessional. Diketahui keluhan pasien dari anak pasien
yaitu kaki kanan bawah sering bergerak sendiri tanpa dapat di kendalikan, tangan sering
merasakan kesemutan dan mati rasa, dari pemeriksaan rongga mulut tidak di dapatkan
keluhan terkait masalah gigi dan mulut, pengakuan dari anak pasien, pasien sering
menggosok gigi 2x sehari pagi dan malam, pasien tidak pernah memeriksakan kesehatan
giginya ke dokter gigi selama hidupnya, pasien juga rutin mengkonsumsi sayur dan buah-
buahan
Perasaan terhadap pengalaman
Dalam mengikuti Interprofessional Education & Collaborative Practice (IPECP)
ini saya merasa tertarik dan senang namun juga sempat takut karena sedang pandemi
COVID-19. Karena kami bertemu langsung dengan mahasiswa dari program studi lain
dan juga pasien. Kami saling berinteraksi dalam rangka mendiskusikan bagaimana
kondisi pasien, perawatan yang tepat untuk pasien dan juga meningkatkan spiritualitas
pasien. Kami juga dihadapkan dengan pasien langsung sehingga menjadi lebih menarik
untuk dibahas. Kegiatan ini menjadi pengalaman baru yang menarik, menyenangkan, dan
sedikit menantang untuk saya pribadi.
2. Evaluasi
Kelebihan : Kegiatan ini dapat dilakukan dengan waktu dan tempat yang fleksibel
Kekurangan : Kegiatan ini hanya melibatkan mahasiswa dari 2 profesi saja
Keterbatasan dalam pemeriksaan rongga mulut terutama pada pasien
yang ada di bangsal
3. Analisis
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa IPE dapat menjadi dasar dalam
pembentukan kolaborasi. Seperti halnya pendapat Mendez,dkk.,(2008) bahwa IPE
merupakan hal yang potensial sebagai media kolaborasi antar profesional
kesehatan dengan menanamkan pengetahuan dan keterampilandasar antar profesional
dalam masa pendidikan. Coster, dkk.,(2008) memperkuat pendapat yang dikemukakan
oleh Mendez, dkk.,(2008) bahwa IPE merupakan hal yang penting dalam membantu
pengembangan konsep kerjasama antar profesional yang ada dengan mempromosikan
sikap dan tingah laku yang positif antar profesi yang terlibat di dalamnya. Seperti pada
jurnal “Competing health care systems and complex patients: An inter-professional
collaboration to improve outcomes and reduce health care cost (2017) oleh Lauran
Hardin dkk. Yang menyatakan bahwa kolaborasi antara interprofessional merupakan cara
yang efektif untuk menstabilkan perawatan, mengurangi penggunaan berlebihan pada
perawatan kesehatan, meningkatkan pemberian layanan kesehatan, dan mengurangi biaya
perawatan.

4. Kesimpulan dan Tindak Lanjut


Kegiatan IPE yang bertujuan membangun komunikasi antar profesi ini berjalan
dengan baik dan lancar, sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk kedepannya, kegiatan
IPE ini dapat semakin membangun hubungan baik antar profesi dalam menangani pasien
dengan kondisi yang kompleks.

Anda mungkin juga menyukai