PEMBAHASAN
data atau perumusan masalah klien. Data yang dikumpulkan adalah data
secara efektif (Stuart dan Sundeen, 2002) karena hal tersebut menjadi
2 pada Tn.H klien mendengaran suar-suara bisikan suara perempuan, dan tampak
murung dan menyendiri, klien juga jaerang mandi dan gosok gigi, klien
menceritakan dia sangat takut kepada pakdhe nya karena dia pernah di marahi
dan di pukuli oleh pakde nya saat dia mencuri uang nenek nya. Sedangankan
pada Tn.A klien mendengar suara-suara yang menyuruh untuk melakukan sholat,
gelisah, mondar-mandir, tampak tegang, putus asa, sedih dan lain-lain. Gejala
gejala yang muncul tersebut tidak semua mencakup dengan yang ada di teori
yang muncul sebanyak 4 pada kasus 1 dan 3 pada kasus 2 yang meliputi:
1. Halusinasi pendengaran
3. Isolasi soaial
Intervensi yang di berikan pada Tn.H dan Tn.A dengan diagnosa isolasi
sosial diberikan intervensi SP1 sampai SP4 yaitu: mengidentifikasi penyebab
halusinasi dan menjelaskan keuntungan dn krugian punyta teman serta
mengajarkan cara bersosialisasi.
Intervensi yang di berikan pada Tn.A dengan diagnosa harga diri rendah
yaitu: melakukan SP1 sampai SP4 yaitu mengidentifikasi penyebab harga diri
rendah dan membantu klien untuk mengenali kemampuan yang dimilkinya.
Pada tahap pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.H dan Tn.A dengan
diagnosa halusinasi pendengaran di RSJ ILDREM Medan. Penulis apat
mealukan implementasi sesuai dengan intervensi yang telah di buat. Hal ini
disebabkan karna klien dapat bekerja sama dengan baik.
2. Prilaku kekerasan, masalah ini sudah teratasi pasien sudah tidak marah –
marah lagi pasien sudah merasa tenang
3. Isolasi sosial pada diagnosa ini masalah sudah teratasi kedua pasien
sudah tidak menyendiri lagi dan sudah berinteraksi dengan orang lain.
4. Defisit prawatan diri, masalah sudah teratasi pasien sudah rajin mandi
dan gosok gigi dan lainnya.
5. Harga diri rendah, masalah sudah teratasi pasien sudah dapat menerima
keadaannya dan dia merasa senang berada di rsj.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn.H dan Tn.A dengan
gangguan halusinasi pendengaran di RSJ ILDREM Medan, selama kurang lebih
4 mulai dari tanggal 4 sampai 7 juni 2023, maka penulis mengambil kesimpulan
dan saran yang di buat berdasarkan laporan kasus adalah sebagai berikut.
5.2 Saran
Di susun oleh:
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN KOMPRES AIR HANGAT DI PUKESMAS
HELVETIA MEDAN
A. Tujuan umum
B. Tujuan khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 25 menit pasien dan kelurga
pasien diharapkan dapat menjelaskan.
1. Menjelaskan pengertian terapi okupasi
2. Menyebutkan manfaat terapi okupasi
3. Menyebutkan jenis aktivitas terapi okupasi
4. Menyebutkan indikasi terapi okupasi
C. Materi
1. Lefleat
D. Pelaksanaan penyuluhan
3. Penutup Disk - 8
a. Evaluasi usi
b. Penyimpulan Tany
materi a
c. Mengucapkan jawa
salam b
E. Evaluasi
1. Prosedur evaluasi : lisan
2. Waktu : 8 menit
MATERI PENYULUHAN TERAPI OKUPASI
2. Mengontrol
Nur Maida, S.Kep emosi
Terapi ukopasi adalah 3. Mencegah
usaha penyembuhan terjatuh
ABSTRAK
Halusinasi adalah pengalaman atau respon yang salah terhadap stimulasi sensorik. Salah satu penatalaksanaan halusinasi
adalah terapi okupasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi gejala halusinasi pendengaran
pada pasien halusinasi pendengaran. Menggunakan desain quasi wxperiment pre-post test without control group.
Sejumlah 27 sampel dipilih dengan teknik total sampling, instrument yang valid dan reliabel. Analisis menggunakan
dependent t test. Hasil penelitian menunjukan gejala halusinasi menurun setelah diberikan terapi okupasi. (p-value < α
0,05), frekuensi gejala halusinasi pendengaran yang dialami klien halusinasi pendengaran sebelum diberikan terapi
okupasi yang paling banyak dalam katagori sedang (51,9%). Setelah diberikan terapi okupasi gejala halusinasi
pendengaran yang paling banyak dalam katagori ringan (44,4%) Terapi okupasi di rekomendasikan untuk mengatasi
halusinasi pada klien halusinasi pendengaran.
ABSTRACT
Hallucinations are an experience of one or the wrong response to sensory stimulation. One of the management of
hospitals with hallucinations is occupational therapy.This study aims to determine the frequency distribution of
auditory hallucinatory symptoms in auditory hallucinatory patients. Using the quasi experiment pre-post test without
control group design. A total of 27 samples were selected by total sampling technique, a valid and reliable instrument.
The analysis uses dependent t test. The results showed hallucinations symptoms decreased after being given
occupational therapy. (p-value <α 0.05), the frequency of auditory hallucinations symptoms experienced by auditory
hallucinations clients before being given the most occupational therapy in the medium category (51.9%). After being
given the most auditory hallucinations symptom therapy in the mild category (44.4%) Occupational therapy is
recommended to treat hallucinations in clients with auditory hallucinations.
World Health Organization (WHO, 2013) Berdasarkan data yang diperoleh di Yayasan
menyatakan setidaknya ada satu dari empat Aulia Rahma, Kemiling, Bandar Lampung
orang didunia mengalami masalah mental, dan Tahun 2018 jumlah penderita halusinasi hingga
masalah gangguan kesehatan jiwa yang ada akhir februari 2018 tercatat kasus tertinggi
diseluruh dunia sudah menjadi masalah yang dengan pasien halusinasi terdapat 49 pasien
serius.Dimana terdapat sekitar 35 juta orang penderita halusinasi dari 70 pasien yang dirawat
terkena depresi, 60 juta terkena bipolar, diklinik tersebut. Diantaranya terdapat 27 pasien
21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta dengan halusinasi pendengaran, 12 pasien
terkena dimensi. dengan halusinasi penglihatan, 7 pasien dengan
halusinasi perabaan dan 3 pasien dengan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia halusinasi penciuman.
(Depkes) pada tahun 2014 menyatakan jumlah
gangguan jiwa di Indonesia mencapai angka 2,5 Halusinasi adalah sebagai pengalaman yang
juta dari 150 juta populasi orang dewasa di salah atau persepsi yang salah atau respon yang
Indonesia, dan terdapat 1,74 juta orang salah terhadap stimulasi sensorik.Suatu
mengalami gangguan mental emosional. Di penyimpangan persepsi palsu yang terjadi pada
Indonesia, jumlah penderita gangguan jiwa berat respon neurologis maladatif.Seseorang
(psikosis/skizofrenia) adalah 1,7 perseribu sebenarnya mengalami penyimpangan
penduduk.Rumah Sakit Jiwa Diindonesia sensorik sebagai hal yang nyata dan
menyatakan sekitar 70%
meresponya. Halusinasi dapat muncul dari salah mengalihkan perhatian pasien dari halusinasi
satu panca indra (Stuart, 2013). Respon terhadap yang dialami sehingga pikiran pasien tidak
halusinasi dapat mendengar suara, curiga, terfokus dengan halusinasinya khusus nya pada
khawatir, tidak mampu mengambil keputusan, pasien halusinasi pendengaran (Yosep, 2009).
tidak dapat membedakan nyata dan tidak
nyata.Pasien halusinasi disebabkan karena faktor Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui
pola asuh, perkembangan, neurobiology, Pengaruh Terapi Okupasi Terhadap Gejala
psikologis sehingga Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Halusinasi
menimbulkan gejala halusinasi. Seseorang yang Pendengaran Rawat Inap Di Yayasan Aulia
mengalami halusinasi bicara sendiri, senyum Rahma, Kemiling Bandar Lampung Tahun
sendiri, tertawa sendiri, menarik diri darin orang 2018.
lain, tidak dapat membedakan nyata dan tidak
nyata (Stuart, 2013). METODOLOGI
KEPUSTAKAAN
maret 2018.
Yosep. I (2009) Keperawatan Jiwa, Refika
Editama, Bandung
Kementrian Kesehatan Lampung, (2013).
https://dinkes.lampungprov.go.id diakses 6
maret 2018.
Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan
Keperawatan Jiwa:
Yogyakarta.Andi,2015.
Ni Made Wijayanti, I Wayan Candra &I Dewa
Made Ruspawan, (2012). Terapi Okupasi
Aktivitas Waktu Luang Terhadap Perubahan
Gejala Halusinasi Pendengaran Pada Pasien
Skizofrenia. www.poltekkes-denpasar.ac.id.
Diakses 6 maret 2018.
Prabowo, Eko. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan
Keperawatan Jiwa:Yogyakarta: Nuha
Medika, 2014
Rekam Medik (2014) Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Lampung
Stuart, Gail W. (2013). Prinsip Dan Praktik
Keperawatan Kesehatan Stuart, 1 St
Indonesia Edition, By Budi Anna Keliat And
Jesica Pasaribu:Copyright © 2016 Elsevier
Singapore Pte Ltd.
World health organization (2013) mental
disorder.www.who.int diakses 24 maret
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah September
2020
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah
Alamat Website: http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM
Terapi Okupasi Pada Pasien Dengan Halusinasi Di Rumah Sakit Umum Daerah Banyu-
mas
1
Program Studi Keperawatan S1, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Indonesia
2
Dosen Program Studi Keperawatan S1, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Indonesia
INFORMASI A B S T R A C T
Korespondensi: Objective : To determine the effects of occupational therapy in patients with
hallucina- tions in Banyumas Regional Hospital.
melindanandya92@gmail.
com Method: The research method used in this study was descriptive quantitative with a
cross-sectional approach. The sampling technique employed random sampling with
a sample size of 32 respondents who fit the inclusion and exclusion criteria.
- dipertanyakan 9 0
- ringan 9
- sedang 9
- ditandai 3 25,0
- parah 2
25,0
Karakteristik Frekuensi (F) Presentase (%) 25,0
Umur
-10-29 tahun 9 28,1 9,4
-30-49 tahun 18 56,2
-50-69 tahun 3 15,2 6,2
Jenis Kelamin
Karakteristik Frekuensi (F)
-perempuan 15 46,9
-laki-laki 17 53,1 Presentase(%)
Pendidikan
-SD 0 0 Perilaku Positif
-SMP 17 53,1
-SMA 14 43,8
-Perguruan Tingggi 1 3,1
Lama Dirawat
<1 thn 32 100
Lama Sakit
<1 tahun 28 87,5
>1 tahun 4 12,5
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa karak-
teristik responden pasien deangan halusinasi pada
ruang sadewa di Rumah Sakit Umum Daerah Banyu-
mas dengan jumlah responden 32 didapatkan hasil
paling banyak berumur antara 30-49 tahun yaitu 18
responden (56%). Kategori jenis kelamin didapatkan
hasil paling banyak adalah berjenis kelamin laki-laki
yaitu sedanyak 17 responden (53%). Pada kategori
pendidikan paling banyak responden berpendidikan
akhir SMP yaitu sebanyak 17 responden (53%). Kat-
egori lama dirawat responden dengan halusinasi diru-
ang sadewa yaitu <1 tahun sebanyak 32 responden.
Kategori lama sakit paling banyak responden lama
sakit <1 tahun yaitu 28 responden (87%).
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, E., Suliswati, Rochimah,
Suryati, K.R, Lestari, W. (2009).
Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta: TIM
Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Asuhan
Keper- awatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Doenges,M.E., Townsend,M.C., &
Moorhouse. (2007). Rencana Asuhan
Keperawatan Psiki- atri. Alih bahasa Laili
Mahmudah. Jakarta: EGC Hawari, D. (2014).
Pendekatan Holistik Pada Gang-
guan Jiwa, Skizofrenia Edisi
Hidayati, W, C. (2014). Pengaruh Terapi
Religi- us Zikir Terhadap Peningkatan
Kemampuan Mengontrol Halusinasi
Pendengaran Pada Pasien Halusinasi di
RSJD. Dr. Amino Gon- dohutomo
Semarang
Keliat, B.A. (2013). Proses Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
(Ke- menkes RI). (2014). Profil
KesehatanIndonesia Tahun 2013. Jakarta :
Kemen- trian Kesehatan RI.
Nasir, A., Muhith, A., & Ideputri, M.E.
(2011). Buku Ajar Metodologi Penelitian
Kesehatan Konsep Pembuatan Karya
Tulis & Thesis Un- tuk Mahasiswa
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan
Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika