Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH USAHA KECIL KECANTIKAN “MIRACLE AESTHETIC 

CLINIC”

PENDAHULUAN
Perkembangan zaman yang semakin kompetitif di lingkungan persaingan bisnis sebagai akibat
kemajuan teknologi, telah mengubah cara berfikir masyarakat dalam memilih dan memberikan
penilaian terhadap suatu produk, khususnya di bidang pelayanan jasa Klinik Estetika. Adanya
perubahan cara pandang penilaian tersebut menuntut organisasi untuk melakukan redifinisi,
revitalisasi dan reposisi strategi bisnis dengan tujuan memperoleh keunggulan bersaing. Untuk
mencapai dan merealisasikan hal tersebut organisasi harus dapat memanfaatkan sumber-sumber
yang ada untuk digunakan dalam mencapai tujuan, terutama berkaitan dengan peningkatan
kualitas pelayanan. Selain itu dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan
pengetahuan masyarakat maka kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan di
bidang kesehatan semakin hari juga semakin meningkat. Miracle Aesthetic Clinic merupakan
klinik kecantikan selalu merespon adanya perbaikan kualitas pelayanan. Syarat kualitas makin
bertambah penting karena dengan kualitas pelayanan yang prima dapat memperkecil timbulnya
efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan produk, perawatan yang menggunakan ilmu
dan teknologi.
Organisasi yang tidak berkualitas dalam memberikan pelayanan akan ketinggalan dan terlindas
dalam persaingan bisnis. Menurut F. Tjiptono (2000), kualitas pelayanan merupakan suatu
pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing
organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, tenaga kerja, proses, dan
lingkungannya. Untuk mencapai usaha tersebut diperlukan strategi pemasaran yaitu fokus pada
pelanggan, obsesi terhadap kualitas, komitmen jangka panjang, kerjasama tim, perbaikan
berkesinambungan, kesatuan tujuan, dan keterlibatan serta pemberdayaan karyawan.
Miracle Aesthetic Clinic merupakan klinik kecantikan yang berpusat di Surabaya yang selalu
fokus terhadap kepuasan pelanggan dan respek dalam memberikan jangkauan pelayanan kerja
yang terampil dan profesional. Strategi pengelolaan dan pengembangan bisnis estetika yang
terintegrasi dan terencana dengan baik telah mengantarkan Miracle sebagai klinik estetika
terkemuka di Indonesia. Miracle selalu berusaha meningkatkan mutu pelayanan yang
berorientasi kepada kepuasan pelanggan, misalnya dengan memberikan produk dengan mutu
yang lebih baik, harga bersaing, penyerahan produk lebih cepat dan pelayanan yang lebih baik
dari pada pesaingnya agar mampu bersaing secara sehat dengan klinik kecantikan yang lainnya.
ABSTRAK
Strategi pengelolaan dan pengembangan bisnis estetika yang terintegrasi dan terencana dengan
baik telah mengantarkan Miracle sebagai klinik estetika terkemuka di Indonesia. Permasalahan
yang ingin diteliti yaitu bagaimana strategi Miracle sebagai perusahaan yang bergerak di bidang
jasa kecantikan untuk memasuki pasar dan mempertahankan konsumennya. Variable yang
diteliti yaitu pemasaran jasa secara holistic meliputi :
1. Pemasaran eksternal yaitu menggambarkan pekerjaan untuk menyiapkan, menetapkan harga,
mendistribusikan, dan mempromosikan jasa tersebut kepada pelanggan.
2. Pemasaran internal yaitu menggambarkan pekerjaan untuk melatih dan memotivasi
karyawannya untuk melayani pelanggan dengan baik.
3. Pemasaran interaksi yaitu menggambarkan kemampuan karyawan dalam melayani klien.
A. DEFINISI JASA
Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain,
yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu. Produksinya
mungkin saja terkait atau mungkin juga tidak terkait dengan produk fisik.
B. DESIGNING JASA DI MIRACLE AESTHETIC CLINIC
COMPANY PROFILE
Miracle: Pionir “Aesthetic Clinic” di Indonesia
Berbekal pengalaman lebih dari 12 tahun, Miracle Aesthetic Clinic kini dikenal sebagai salah
satu klinik estetika terdepan di Indonesia dengan 8 cabang yang tersebar di Jakarta, Surabaya,
Denpasar, Kuta, Balikpapan dan Batam. Dengan menggabungkan perawatan yang dilakukan
oleh dokter dan beauty therapist, Miracle Aesthetic Clinic memberikan perawatan terpadu untuk
kulit dan tubuh. Dengan konsep “Beyond Result”, selain memberikan hasil perawatan yang
prima, Miracle Aesthetic Clinic juga memberikan kenyamanan, keamanan dalam setiap
perawatannya serta keramahan dan privasi bagi pelanggannya.
Sejarah Miracle Aesthetic Clinic sebagai perintis bisnis estetika di tanah air dimulai pada tahun
1996. Ketika Miracle Aesthetic Clinic yang pertama kali dibuka di Jln. Bengawan No. 39
Surabaya, konsep “Beyond Result” pun mulai melandasi seluruh aktivitas yang dilakukan.
Setelah itu secara berturut-turut, Miracle Aesthetic Clinic membuka cabangnya di beberapa kota
besar :
• Denpasar ( tahun 2000)
• Balikpapan (tahun 2001)
• Plaza Tunjungan Surabaya (tahun 2002)
• Kuta Bali (tahun 2003)
• Jln. HR. Muhammad Surabaya (tahun 2004)
• Batam (tahun 2005)
• Jakarta (tahun 2006)
Miracle Aesthetic Clinic dikenal sebagai klinik eksklusif langganan para kalangan papan atas
yang menggabungkan keahlian dan pelayanan ala hotel bintang lima. Selain didukung oleh tim
dokter dan terapis kecantikan berpengalaman, Miracle Aesthetic Clinic juga didukung oleh
produk-produk ternama dari luar negeri yang tidak beredar bebas di pasaran (bukan termasuk
kategori kosmetik dan pemakaiannya harus di bawah pengawasan dokter) dan telah teruji secara
klinis. Untuk memberikan hasil yang maksimal, Miracle Aesthetic Clinic juga menggunakan
alat-alat modern dan canggih yang selalui diperbaharui sesuai dengan perkembangan teknologi.
Selain menjaga privasi pelanggan dengan menyediakan ruang-ruang perawatan yang terpisah dan
nyaman, Miracle Aesthetic Clinic juga memprioritaskan kesehatan, memberikan perlindungan,
serta rasa aman secara menyeluruh bagi pelanggan. Miracle Sterilization Program adalah bukti
nyata Miracle Aesthetic Clinic yang menaruh perhatian besar pada higienitas dan sterilitas.
Pemakaian alat bantu dan barang-barang penunjang yang sekali pakai (disposable) seperti alas,
baju, dan spon untuk facial misalnya, adalah langkah preventif untuk menghindari kemungkinan
tertular dari penyakit seperti Hepatitis dan HIV AIDS. Tak hanya itu, semua alat yang digunakan
telah disterilkan dengan autoclave yang mengacu pada standardisasi internasional.
Dengan semua kualitas yang melekat maka tak berlebihan jika Miracle Aesthetic Clinic adalah
pionir bisnis estetika yang elegan dan berkelas di Indonesia.
Visi:
Menjadi klinik estetika dan manajemen penuaan terdepan di kawasannya.
Misi:
Meningkatkan kualitas hidup menuju tahapan tertinggi.
C. BAURAN JASA
Tawaran suatu perusahaan ke pasar sering mencakup beberapa jasa. Dapat dikategorikan ke
dalam lima tawaran yaitu :
1. Barang berwujud murni
Tawaran tersebut terutama terdiri atas barang berwujud dan tidak satu pun jasa menyertai produk
tersebut, seperti sabun, pasta gigi atau garam.
2. Barang berwujud yang disertai jasa
Tawaran tersebut terdiri atas barang berwuju yang disertai oleh satu atau beberapa jasa. Menurut
Levitt bahwa maikn canggih secara teknologis produk generic, penjualannya makin bergantung
pada mutu dan ketersediaan layanan pelanggan yang menyertainya.
3. Campuran
Tawaran tersebut terdiri dari barang dan jasa dengan bagian yang sama.
4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa yang sangat kecil
Tawaran tersebut terdiri atas jasa utama bersama jasa tambahan atau barang pendukung.
5. Jasa murni
Tawaran tersebut terutama terdiri atas jasa.
Miracle merupakan tawaran yang masuk dalam kategori ‘Jasa utama yang disertai barang dan
jasa yang sangat kecil’ karena konsumen Miracle bertujuan membeli jasa perawatan kulit.
Perawatan tersebut meliputi beberapa barang berwujud, seperti krim perawatan muka dan badan,
member card, majalah, dan minuman. Jasa tersebut membutuhkan barang padat modal-klinik
kecantikan-untuk merealisasikannya, tetapi jenis produk utamanya adalah jasa. Jasa ini
membutuhkan kehadiran klien, karena klien harus hadir ketika proses jasa yaitu perawatan
dilakukan. Sehingga Miracle sangat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan konsumennya.
Miracle percaya jika Ia tidak memperhatikan kebutuhan konsumen maka konsumen akan cepat
untuk berpindah ke yang lain, apalagi jika konsumen tidak puas terhadap layanan dan kualitas
produk maka konsumen akan sangat cepat sekali menyebarkan ketidakpuasan itu ke yang lain.
Sebaliknya, jika konsumen merasa puas atas layanan dan kualitas produk, pelanggan dengan
sukarela merekomendasikan hal ini ke yang lain. Dengan melihat hal ini maka Miracle
melakukan penekanan pada kualitas layanan dan produk dari perusahaan.
D. KARAKTERISTIK JASA
1. Tidak berwujud (intangibility)
Artinya jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, diengar atau dicium sebelum di beli. Orang yang
mengalami perawatan kulit tidak dapat melihat hasil yang sesungguhnya sebelum ia membeli
jasa tersebut. Untuk mengurangi ketidakpastian, konsumen akan mencari bukti akan mutu jasa
tersebut. Mereka akan menarik kesimpulan mengenai mutu dari tempat, orang-orang, peralatan,
bahan komunikasi, symbol dan harga yang mereka lihat. Karena itu, penyedia jasa bertugas
mengelola bukti tersebut untuk mewujudkan sesuatu yang tidak berwujud. Perusahaan jasa dapat
berupaya menunjukkan mutu layanan melalui bukti fisik dan presentasi.
Miracle untuk mempromosikan diri dengan janjinya yang tertuang dalam slogan citranya “Feel
Great, Look Great”. Dengan layanan yang prima, pelanggan akan feel great dan setelah melewati
perawatan mereka akan “look great”. Cara yang ditempuhnya yaitu dengan mendesain pesan
yang in line dengan daya saing sekaligus diferensiasi Miracle, yaitu sterilitas dan higienitas.
Karena selama ini tidak banyak yang tahu bahwa facial bisa menjadi awal penularan virus HIV
dan hepatitis karena ada tahapan-tahapan yang memberikan peluang bagi terkontaminasinya
darah. Hal itu menjadi perhatian utama Miracle. Untuk mewujudkan strategi pemosisian ini
melalui :
– Miracle sengaja menggunakan produk-produk sekali pakai (disposable) seperti spons, handuk,
alas tempat tidur, dan baju. Bahkan buat meyakinkan konsumen, setiap selesai perawatan
ditawari untuk membawa pulang perawatan yang telah digunakannya dan untuk itu disediakan
tas berisi seluruh barang yang akan dibawa pulang. Selain itu, Miracle telah mendapatkan lisensi
eksklusif untuk beberapa produk perawatan kulit.
– Tempat. Tampilan fisik Miracle memang telah memperlihatkan kelasnya. Desain eksterior dan
interiornya terkesan “wah”. Demikan juga ruang perawatannya. Privasi pelanggan benar-benar
dijaga, dimana satu ruang perawatan hanya untuk satu pelanggan.
– Peralatan. Semua peralatan yang dipakai Miracle adalah yang terbaik, dengan teknologi terkini.
Miracle terus mengikuti perkembangan kesehatan kulit baik secara medis maupun teknologi.
Prosesi penanganan inilah pelanggan inilah yang sengaja dikemas agar menjadi bahan
pembicaraan pelanggan dan calon pelanggan.
2. Tidak terpisahkan (inseparability)
Biasanya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Karena klien tersebut juga hadir
pada saat jasa perawatan kulit dilakukan, interaksi penyedia jasa merupakan ciri khusus
pemasaran jasa. Dengan menyadari hal ini maka Miracle focus pada produk dan layanan yang
bagus. Apabila produk dan layanan yang bagus, maka akan timbul kepercayaan pada pelanggan
dan kemudian mereka akan merekomendasikannya kepada orang lain.
3. Bervariasi (Variablity)
Karena bergantung pada siapa yang memberikannya serta kapan dan di mana diberikan, jasa
sangat bervariasi. Contoh : beberapa dokter memiliki keramahan yang sangat baik dengan
pasien, sedangkan yang lain kurang sabar dengan pasien-pasiennya. Miracle mengambil langkah-
langkah sebagai berikut untuk mengendalikan mutu :
– Berinvestasi dalam prosedur perekrutan dan pelatihan yang baik.
Selain produk dan proses layanan, SDM pun menjadi perhatian utama Miracle. Baik staf, terapis
kecantikan maupun Dokter di Miracle harus memenuhi standar yang sudah ditentukan.
– Memantau kepuasan pelanggan
Melalui system saran dan keluhan dan survey pelanggan.
4. Tidak tahan lama (Perishability)
Jasa tidak dapat disimpan.
E. KUALITAS JASA
Menurut Wyckof (Lovelock, 1988), kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan
kata lain, ada dua factor utama yang mempengaruhi kualitas jasa yaitu expected service dan
perceived service (parasuraman, et al, 1985). Apabila jasa diterima atau dirasakan (perceived
service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan.
Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai
kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan,
maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian, baik tidaknya kualitas jasa tergantung
pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten.
F. MENGELOLA MUTU JASA
Ada banyak model yang dapat dipergunakan untuk menganalisis kualitas jasa. Pemilihan
terhadap suatu model tergantung pada tujuan analisis, jenis perusahaan dan situasi pasar.
Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1985) mengidentifikasi lima gap (kesenjangan) yang
menyebabkan kegagalan penyampaian jasa. Kelima gap tersebut yaitu :
1. Gap 1 adalah gap antara harapan konsumen dan persepsi manajemen
Gap ini terjadi bila manajemen salah mengerti terhadap apa yang menjadi harapan pelanggan.
2. Gap 2 adalah gap antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan spesifikasi
kualitas jasa.
Gap ini terjadi apabila terjadi kekeliruan interpretasi manajemen terhadap harapan pelanggan.
3. Gap 3 adalah gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa.
Hal ini terjadi akibat ketidakmampuan sumber daya manusia perusahaan untuk memenuhi
standar mutu layanan yang ditetapkan.
4. Gap 4 adalah gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal
Gap ini terjadi karena perusahaan tidak mampu memenuhi janji yang dikomunikasikan secara
eksternal lewat promosi
5. Gap 5 adalah gap antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan. Gap kelima terjadi bila
harapan pelanggan tidak terpenuhi.
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan Parasuraman dan kawan-kawan tersebut meliputi :
1. Penilaian terhadap kualitas jasa adalah hasil dari perbandingan antara harapan dan pengalaman
mereka
2. Penilaian pelanggan pada kualitas jasa dipengaruhi oleh proses penyampaian jasa dan otput
dari jasa
3. Kualitas jasa ada dua macam, yaitu kualitas dari jasa yang normal dan kualitas dari deviasi
jasa yang normal
4. Apabila timbul masalah, perusahaan meningkatkan kontaknya dengan pelanggan
Pengukuran terhadap kualitas jasa dilakukan Parasuraman, Zeithaml dan Berry sejak tahun 1985.
Pada penelitian awal, mereka mengungkapkan bahwa kriteria yang digunakan oleh konsumen
dalam menilai kualitas jasa terdiri atas sepuluh dimensi, akan tetapi pada penelitian berikutnya
mereka merangkum sepuluh dimensi tersebut menjadi lima dimensi. Kelima dimensi kualitas
jasa menurut Parasuraman, Zeithaml dan Berry ;
1. Tangibles (bukti langsung)
Meliputi penampilan fisik, perlengkapan, karyawan, dan bahan komunikasi.
2. Reliability (kehandalan)
Kemampuan melaksanakan layanan yang dijanjikan secara meyakinkan dan akurat
3. Responsiveness (daya tangkap)
Yaitu kesediaan membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat
4. Assurance (jaminan)
Pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka menyampaikan kepercayaan dan
keyakinan
5. Emphaty
Kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan khusus kepada masing-masing pelanggan.
G. ANALISIS PEMASARAN HOLISTIK JASA
Pemasaran holistik untuk jasa menuntut pemasaran eksternal, internal dan interaktif.
1. Pemasaran eksternal menggambarkan pekerjaan biasa untuk menyiapkan, menetapkan harga,
mendistribusikan dan mempromosikan jasa tersebut kepada pelanggan.
– Produk
Mengusung konsep “Beyond Result”, Miracle menawarkan sebuah pengalaman yang tak
terlupakan kepada pelanggannya melalui Miracle Aesthetic Klinik. Miracle memosisikan
dirisebagai klinik premium. Segmen pasar yang dibidik lebih diarahkan ke segmen kalangan atas
atau SES A+ dan A. Alasan Miracle memilih segmen ini yaitu karena segmen ini biasanya jauh
lebih sulit digarap daripada segmen pasar lainnya dan konsumennya lebih demanding. Miracle
selalu berusaha untuk memastikan bahwa segala hal yang berkaitan dengan klinik adalah nomor
satu. Produk perusahaan berupa Services and products. Untuk services, Miracle tidak hanya
menawarkan perawatan kulit tapi experience. Kenyamanan, keramahan, keamanan, dan privasi
merupakan elemen penting untuk memberikan layanan dan hasil perawatan yang berkualitas
tinggi di Miracle. Selain pengalaman tindakan perawatan yang tak terlupakan, Anda pun akan
memiliki pengalaman visual yang menyenangkan. Seluruh panca indera Anda akan dimanjakan
oleh pilihan gaya desain bercita rasa tinggi, aroma therapy dan alunan musik yang menenangkan,
serta sentuhan artistik dalam setiap detail ruangan.
Selain peningkatan kualitas layanan dan teknologi, berbagai cara ditempuh untuk menyajikan
yang terbaik bagi pelanggan. Miracle menyediakan membership program yang menawarkan
keuntungan berlipat ganda. Melalui program ini klien bisa memiliki Miracle Card dengan ragam
kemudahan dan fasilitas. Sistem poin yang diberlakukan, memungkinkan pelanggan menjadikan
Miracle Card sebagai mata uang setiap kali transaksi dilakukan.
– Price
Sesuai dengan segmen pasarnya yaitu kalangan atas atau SES A+ dan A, produk Miracle dijual
sedikit lebih mahal dari competitor nya seperti erha clinic.
– Place
Miracle saat ini memiliki 8 gerai yang ada di Suarabaya, Balikpapan, Batam, Bali, Jakarta, dan
Malang.
– Promotion
– Mobile marketing gencar dilakukan sebagai bagian dari aktivitas komunikasi dan promosi
setiap bulannya.
– Melalui buletin, gathering, dan kolom khusus di website miracle-clinic. com, para pelanggan
yang berkepentingan bisa saling bertukar informasi, menjaring koneksi, dan mengembangkan
bisnis mereka.
– Miracle mulai merancang desain word of mouth yang komprehensif melalui produk dan
layanan yang berkualitas. Miracle selalu menempatkan nomor 1 untuk kebutuhan kliennya.
Prosesi penanganan pelanggan sengaja dikemas agar menjadi bahan pembicaraan pelanggan
dengan calon pelanggan. Karena jika pelanggan merasa puas atas layanan dan kualitas produk
Miracle maka pelanggan dengan sukarela merekomendasikan klinik ini ke koleganya. Cara yang
ditempuhnya dengan mendesain pesan yang in line dengan daya saing sekaligus diferensiasi
Miracle, yaitu sterilitas dan higienitas. Tidak hanya itu saja, Miracle selalu menyisipkan pesan
yang ada di tas pelanggan yang membawa pulang peralatan yang digunakan dengan pesan yang
kurang lebih : “hati-hati memilih tempat facial karena facial bisa menimbulkan penyakit. Facial
bisa jadi awal penularan penyakit HIV dan Hepatitis”. Dan pesan diteruskan dengan jika ingin
tahu lebih jauh tentang Miracle Sterilization Program, silakan hubungi Miracle. Singkatnya,
Miracle ingin mengedukasi konsumen lewat pengunjung yang telah datang ke klinik.
Selain itu Word of Mouth (WOM) harus memiliki efek lanjutan yang dibagi dalam tiga level
yaitu do the talking, do the promotion dan do selling atau lebih mudahnya dengan TPS (talking,
promoting and selling). TPS di Miracles tidak mengandalkan selebriti tetapi dilakukan oleh
pelanggannya sendiri yang notabene wanita, seperti kita ketahui bahwa wanita adalah pembicara
yang baik sekaligus penjual yang baik pula. Bagi Miracle cara ini sangat efektif karena strategi
ini akan lebih panjang daur hidupnya.
– Menggelar event melalui below the line baik dilakukan sendiri maupun sponsorship.
– Menerbitkan majalah Verve. Selain sebagai alat komunikasi antar anggota majalah yang
direncanakan terbit empat bulan sekali ini juga merupakan salah satu aktivitas PR Miracle.
Pasalnya, isi majalah ini taidak hanya tentang layanan Miracle, tetapi juga informasi mengenai
kesehatan kulit, belanja, kuliner dan travelling. Ini merupakan majalah gaya hidup yang
disesuaikan dengan pelanggan Miracle.
2. Pemasaran internal menggambarkan pekerjaan untuk melatih dan memotivasi karyawannya
untuk melayani pelanggan dengan baik.
Konsep “Beyond Result” juga tertuang dalam seluruh aktivitas yang dilakukan oleh tim dokter,
beauty therapist, staf, dan manajemen Miracle untuk menghadirkan layanan ala hotel bintang
lima.
Kombinasi unik prosedur perawatan terpadu dan produk bermutu tinggi yang telah teruji klinis,
layanan prima, tim dokter dan terapis berpengalaman, serta didukung teknologi canggih terkini
telah menjadikan Miracle sebagai klinik estetika eksklusif langganan para kalangan atas.
Melihat karakteristik perusahaan yang berbasis jasa utama yang disertai barang dan jasa yang
sangat kecil, Miracle pun memusatkan perhatian utama ke SDM nya. Baik staf, terapis
kecantikan maupun dokter harus memenuhi standar yang sudah ditentukan. Ada tiga standar
baku yang diberikan kepada karyawan pada saat pelatihan yaitu menyangkut keterampilan,
pengetahuan dan sikap. Budaya yang dikembangkan Miracle adalah budaya melayani. Hal ini
dikarenakan sifat konsumen yang cenderung menuntut. Karyawan diajarkan untuk membangun
attitude tersebut. Contoh : ketika pelanggan datang, staf Miracle diajarkan untuk member
layanan personal, seperti menyediakan minuman dan yang lain. Selain itu karyawan dimotivasi
dengan memberikan gaji yang sesuai dengan kebutuhannya. Miracle berupaya menjaga fairness
perolehan gaji mereka, dan membangun hubungan yang baik antara para karyawan serta atasan
di Miracle dengan mengembangkan program “learning & sharing culture” atau menciptakan
lingkungan untuk berbagi pengetahuan secara kolaboratif.
H. CARA MIRACLE MEMBANGUN HUBUNGAN DENGAN PELANGGAN
Miracle mengelola pelanggannya dengan menggunakan system keanggotaan. Dengan transaksi
sebesar Rp 1,5 juta, pelanggan bisa menjadi anggota Miracle dan menjadi bagian dari Miracle
Society. Pelanggan yang tercatat sebagai anggota akan memperoleh keuntungan lebih disbanding
pelanggan biasa. Setiap transaksi yang dilakukan bakal mendapat point reward yang dapat
digunakan sebagai diskon atau tawaran perawatan khusus dengan menggunakan teknologi
wireless smart card. Selain itu, kartu anggota dapat pula digunakan sebagai kartu diskon pada
merchant-merchant yang bekerja sama dengan Miracle.
Kesimpulan tentang memilih klinik kecantikan wajah
Dalam memilih klinik kecantikan kulit wajah ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu
mulai dari ada atau tidaknya konsultan atau dokter pendampingnya, produknya, profil klinik
serta kebersihan klinik, baik dari ruangan maupun staffnya

DAFTAR PUSTAKA
Kotler, Philip, (2008). Marketing Management, 12 ed, Prentice Hall
Lovelock, Christoper H., Patterson, Paul G and Walker, Rhett W. (2002), “Services Marketing :
An Asia Pacific Perspective”, 2nd ed, French Forest : Prentice Hall.
Tjiptono, Fandi (2000). Manajemen Jasa, Edisi kedua, Andi. Yogyakarta
SWA. NO. 09/XXIV/30 APRIL – 14 MEI 2008

Anda mungkin juga menyukai