Anda di halaman 1dari 64

PERAWATAN SALURAN

AKAR

Ketut Suardita, drg., Ph.D., SP.KG(K)


Kediri, 15-12-2021
PERAWATAN ENDODONTIK

► Definisi:

► adalah perawatan pulpa gigi yang terinfeksi yang berguna


untuk menghilangkan infeksi dan melindungi gigi yang
telah didekontaminasi dari invasi mikroba di masa
mendatang.

► Tujuan:

► mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rahang


supaya tetap dapat dipergunakan sesuai dengan fungsinya.
► Prinsip perawatan saluran akar:
► Cleaning
► Shaping
► obturation

► Keberhasilan perwatan saluran akar didasarkan pada:


► Penegakan diagnosa yang akurat
► Pengembangan rencana perawatan yang tepat
► Menerapkan pengetahuan tentang anatomi, morfologi gigi
► Melakukan debridement dan disinfeksi
► Melakukan obturasi seluruh sistem saluran akar
TAHAPAN PERAWATAN SALURAN AKAR
1. Diagnosa kelainan pulpa dan periapikal
2. Anastesi lokal
3. Isolasi
4. Akses opening (endodontic access)/cavity entrance
5. Penentuan panjang kerja
6. Preparasi saluran akar
7. Sterilisasi saluran akar
8. Obturasi/pengisian
9. Pembuatan restorasi tetap
I. Diagnosa kelainan pulpa dan periapikal

► Prinsip dasar untuk menentukan diagnosis


►Riwayat medis / gigi
►Pemeriksaan klinis
►Pemeriksaan radiografi
RIWAYAT MEDIS DAN DENTAL

► Riwayat medis : informasi tentang obat yang sedang digunakan,


riwayat alergi, dan penyakit sistemik, kondisi emosi dan
fisiologis.

► Riwayat dental: keluhan utama, riwayat rasa sakit/nyeri yang


dikeluhkan px.

► Pertanyaan ttg permulaan, lokasi, jenis, frekuensi, intensitas,


durasi, dan penyebab nyeri 🡪 menentukan differential and
definitive diagnosis.
PEMERIKSAAN KLINIS

◼ Pemeriksaan ekstra oral


► performa secara umum, warna kulit, asimetri wajah,
pembengkakan, perubahan warna, kemerahan, bekas luka ekstra
oral atau saluran sinus

◼ Pemeriksaan intra oral


► Pemeriksaan jaringan lunak harus mencakup penilaian warna,
kontur, dan konsistensi. Kemerahan lokal, edema,
pembengkakan, atau saluran sinus dapat mengindikasikan
penyakit inflamasi.
► Pemeriksaan jaringan keras dapat mengungkapkan temuan klinis
seperti: kelainan tumbuh kembang, karies, abrasi, atrisi, erosi,
restorasi yang rusak, fraktur, dan perubahan warna gigi.
DIAGNOSTIC TESTING
► Pulp testing
► Thermal testing.
►Cold test
►Heat test
► Electric pulp testing
► Direct dentinal stimulation (test cavity).
► Percussion.
► Palpation.
► Mobility.
► Periodontal probing.
► Transillumination/dye staining.
► Selective anesthesia/anesthetic test.
Radiographic examination

► Informasi tentang:

► karies dan restorasi yang ada, kalsifikasi, resorpsi


internal dan eksternal, morfologi gigi dan pulpa,
fraktur akar, hubungan struktur anatomi, arsitektur
jaringan tulang, jejak sinus tract, menunjukkan
kelainan periodontal.
MACAM DIAGNOSA KLINIK
► PULPA
► Normal
► Reversible pulpitis.
► Irreversible pulpitis.
► Necrosis.

► PERIRADICULAR
► Normal
► Acute apical periodontitis.
► Chronic apical periodontitis
► Chronic periradicular abscess.
► Acute periradicular abscess.
► Condensing osteitis.
II. ANASTESI LOKAL

► Mengurangi kecemasan pada pasien


► Menghilangkan rasa sakit
► Jenis anastesi : infiltrasi, blok, intrapulpa
III. ISOLASI
► Tujuan:
► Moisture control
► Retraction and access
► Harm prevention
► Safe and aseptic operating field
► Prevent accidental swallowing of restorative
materials and instruments
► Bacterial contamination from saliva
► Metode isolasi:
► A. Direct methods
►1. Rubber Dam
►2. Cotton Rolls and cellulose wafers
►3. Saliva Ejectors and Evacuator systems
►4. Gingival Retraction Chord
►5. Mouth Props

► B. Indirect methods
►1. Patient Comfort and relaxation
►2. Local Anesthesia
►3. Drugs
►- Anti-sialogouges
►- Anti-anxiety drugs
►- Muscle relaxants
IV. AKSES OPENING (ENDODONTIC
ACCESS)/CAVITY ENTRANCE
►Definisi:
►sebagai preparasi bagian koronal yang
memungkinkan akses tanpa hambatan ke
orifice, memberikan straight line access
ke foramen apikal, dapat mengontrol
penuh atas instrumentasi dan dapat
mengakomodasi teknik obturasi.
►it generally refers to the part of the
preparation from the occlusal table to
the root canal orifices.
► Tujuan akses opening :
► Straight line access
►Meningkatkan kontrol thd instrumen yang digunakan
►Meningkatkan kualitas obturasi
►Pengurangi kesalahan prosedur
► Melindungi struktur gigi
►Mengurangi kerapuhan gigi
►Mencegah perforasi
► Membuka ruang dan tanduk pulpa
► menghilangkan jaringan pulpa di bagian koronal
► memfasilitasi penempatan instrumen
► Menemukan kanal
► Visibilitas maksimum
► Tempat untuk bahan irigasi
PRINSIP DARI ENDODONTIC ACCESS:

► I: OUTLINE FORM
► Outline form adalah bentuk yang direkomendasikan untuk
memastikan bentuk dan lokasi yang benar dan memberikan stright
line access ke apikal saluran akar
► Akses opening harus dapat menghilangkan struktur gigi yang
menghambat cleaning and shaping
► 3 faktor anatomi internal yang harus diperhatikan:
►1.Ukuran kamar pulpa
►2. Jumlah saluran akar individu, kelengkungannya, dan posisinya.
►3. Bentuk ruang pulpa
► II: CONVENIENCE FORM

► Memungkinkan modifikasi outline form yang ideal untuk memfasilitasi


penempatan instrumen serta aplikasi bahan

► Akses tidak terhalang ke saluran akar

► Akses langsung ke foramen apikal

► Perluasan rongga untuk mengakomodasi teknik pengisian.


► III: CARIES REMOVAL
► Untuk mendapatkan daerak yang aseptic sebelum tindakan
preparasi akses opening dan saluran akar
► Untuk mendapatkan sound tooth structure sehingga dapat
menempatkan restorasi sementara yang adekuat
► Unsupported tooth structure harus dihilangkan

► IV. TOILET OF CAVITY


► Meliputi pencegahan bahan/benda memasuki ruang pulpa dan
saluran akar
► Toilet of cavity yang tidak baik: dapat menyumbat bagian
apikal saluran akar
Instrumen untuk akses opening

Examples of access burs. Left to right, No. 4 round carbide,


No. 557 carbide, Great White, Beaver bur, Transmetal,
Multipurpose bur, Endo Z bur, and Endo Access bur.
CARA AKSES OPENING PADA SALURAN AKAR TUNGGAL

► Preparasi dimulai dengan round bur no 2 atau 4 atau tapered fissure


diamond bur dengan arah tegak lurus pada permukaan enamel sampai
menembus dentin dan diteruskan sampai atap pulpa terbukan dengan
kedalaman 3mm.

► Setelah itu arah bur diubah menjadi sejajar sumbu gigi sampai
menembus ruang pulpa

► Gunakan tapered fissure untuk membentuk dinding cavity entrance


divergen ke arah insisal samapi jarum miller dapat masuk dengan
lurus

► Mencari orifice dengan menggunakan jarum miller.


CARA AKSES OPENING PADA SALURAN AKAR GANDA

► Pembutan cavity entrance menggunakan round bur atau


tapered fissure diamond.

► Setelah kedalaman preparasi mencapai dentin, preparasi


dilanjutkan menggunakan fissure diamond bur untuk mencapai
atap pulpa

► Setelah orifice ditemukan, gunakan file kecil untuk


memperkirakan panjang kerja

► Lakukan finishing untuk menghilangkan bagian dentin yang


menghalangi akses
Basic steps in access preparation. A, The access cavity is outlined deep into
dentin and close to the estimated depth of access with the high-speed
handpiece. B, Penetration and unroofi ng are achieved by fi ssure high-
speed bur or slow-speed latch-type burs. Other bur configurations are
acceptable. C, Canal orifi ces are located and identifi ed with an
endodontic
explorer. Small fi les are used to negotiate to the estimated working length.
The dentin shelf that overlies and obscures the orifi ces is removed.
Akses opening dan lokasi saluran akar

The basic pulp canal shape and suggested access cavity


openings in the maxilliary teeth.
The basic pulp canal shape and suggested access
cavity openings in the mandibular teeth.
► Setelah endodontic access:

► Pulp debridement:

►Pada gigi vital: ekstirpasi pulpa 🡪 diawali smooth


broach 🡪 barbed broach

►Pada gigi non vital : dengan file


V. PENENTUAN PANJANG KERJA

► Metode pengukuran panjang kerja:


► Preoperative radiographs
► Digital radiography
► Electronic apex locators
► Preoperative radiographs
► membuat Diagnostic Wire Photo (DWP) :
► Mengetahui panjang gigi
► Menggunakan file # 10, # 15
► Tentukan reference point
► File dimasukkan sampai reference point
► Pembuatan Ro photo
► Penentuan panjang gigi sebenarnya🡪 dengan rumus
► Rumus mengukur panjang gigi:
► Pgs = (Pgf x Pas) / Paf
► Pgs = panjang gigi sesungguhnya
► Pgf = panjang gigi dalam foto
► Pas = panjang alat sesungguhnya
► Paf = panjang alat dalam foto

► Panjang Kerja:
► Pgs – 1 mm
► Digital Radiography

FIGURE . Gendex DenOptix software demonstrating working


l ength estimation. (Courtesy Dentsply Gendex, Des Plaines,
IL.)
► Electronic Apex Locator
► alat untuk identifikasi apeks dalam
saluran akar, sehingga panjang kerja
dapat ditentukan.
► Keuntungan :
►Mempersingkat waktu perawatan.
►Mengurangi dosis radiasi bila
dibandingkan dengan cara
radiografi.
►Dilaporkan sebagai alat ukur yang
akurat.
►Memberikan pengukuran ulang
yang sama.
►Dapat mendeteksi adanya
perforasi.
VI. PREPARASI SALURAN
AKAR
► TUJUAN:
► Biological :
►Membersihkan/menghilangkan jaringan
pulpa, bakteri dan endotoksin
► Mechanical
►Continuously tapering preparation
►Mempertahankan bentuk anatomi
►Mempertahankan posisi foramen apikal
►Mempertahankan bentuk apeks
KLASIFIKASI SALURAN AKAR

• Saluran akar lurus


• Normal
• Sederhana
• Menyempit ke foramen apikal

• Saluran akar bengkok


• Bengkok bagian apikal
• Bengkok bertahap
• Membentuk setengah lingkaran
• Bengkok dengan tajam
• Membentuk huruf s
► Macam teknik preparasi dan indikasi:
► Akar lurus :
►teknik Konvensional
► Saluran akar tumbuh lengkap/ sempit, bengkok :
►Step Back
►Step Down
►Crown Down Pressureless
►Balance Force
TEKNIK KONVENSIONAL

▪ Pada akar lurus dan lebar, sdh tumbuh sempurna


▪ Preparasi 🡪 K-file dgn gerakan diputar dan ditarik
▪ Preparasi dimulai dari nomor kecil secara berurutan sesuai
panjang kerja 🡪 mencegah ledge dan terdorongnya debris ke
apikal
▪ Setiap pergantian nomor dilakukan irigasi saluran akar
▪ Preparasi selesai: apabila infected dentin sdh terambil dan
saluran akar cukup lebar utk obturasi
▪ Kekurangan: terjadi ledging dan zipping, perforasi, kehilangan
working length
TEKNIK STEP BACK

• Guna: mengurangi procedural error dan meningkatkan debridement,


mencegah zipping
• Menghasilkan preparasi yang berbentuk flare dan tapering,
mempertahankan canal shape
• Kekurangan: kemungkinan debris terdorong ke periapikal

Preparasi 🡪 file
File 15-25 ( MAF) 🡪 sesuai panjang kerja
FILE 30 🡪 Panjang kerja – 1 mm
File 35 🡪 panjang kerja file 30 dikurangi 1 mm
File 40 🡪 panjang kerja file 35 dikurangi 1 mm
File 45 dst 🡪 panjang kerja file 40
Setiap nomor 🡪 rekapitulasi
Dilakukan irigasi
TEKNIK STEP BACK
TEKNIK STEP DOWN
► DAERAH 2/3 KORONAL PREPARASI DENGAN GATES GLIDEN
► 1/3 APIKAL PREPARASI DENGAN FILE

TAHAP PREPARASI

⮚ PREPARASI DENGAN GGD # 2 SEPANJANG 14-16 mm


⮚ GGD # 3 SEPANJANG 11-13 mm
⮚ GGD # 4 SEPANJANG 8- 10 mm
⮚ Preparasi apikal : step back
⮚ Mulai file no.15,20,25 sesuai panjang kerja
⮚ File 30 p.KERJA – 0,5 mm
⮚ File 35 p.KERJA – 0,5 mm DR P.Kerja n 30
⮚ File 40 p.KERJA – 0,5 mm DR P.Kerja n 35
⮚ File 45 p.KERJA – 0,5 mm DR P.Kerja n 40
⮚ File 50 p.KERJA – 0,5 mm DR P.Kerja n 45
⮚ File 55 p.KERJA - 0,5 mm DR P.Kerja n 50
⮚ File 60 p.KERJA- 0,5 mm DR P.Kerja n 55
KEUNTUNGAN TEKNIK STEP DOWN
► Memberikan straight access ke arah apikal lebih baik

► Preparasi lebih cepat dan efisien karena tidak ada


hambatan dari 2/3 bagian koronal

► Mencegah masuknya debris ke apikal yang dapat


menyebabkan periapical inflammation dan pembuntuan
saluran akar

► Mengurangi nyeri setelah preparasi

► Irigasi lebih efektif


GGD φ 4
GGDS φ 3 🡪 PK 11 – 13 MM
GGDS φ 2🡪 PK 14-16 MM
F60 🡪 PK 16,5
F 55🡪 PK 17
F 50🡪 PK 17,5 Diketahui :
F 45🡪 PK 18
Panjang Gigi = 21 mm
Panjang Mahkota = 8mm
Jadi panjang kerja =
F 40🡪 PK 18,5
20 mm
F 35🡪 PK 19 (21mm – 1mm )

F 30🡪 PK 19,5

F 15,20,25 🡪 PK 20
TEKNIK CROWN DOWN PRESSURELESS
🖛 File 30 dimasukkan ke dalam s.A tanpa tekanan sampai panjang gigi
dikurangi 4 mm 🡪 pks
( panjang kerja sementara )

🖛 Gates glidden drill # 2 = panjang pks


🖛 Gates glidden # 3 sepanjang pks - 1 mm
🖛 Gates glidden drill # 4 pks - 2mm

🖛 Panjang kerja sebenarnya = panjang gigi – 1 mm

🖛 Preparasi apikal dimulai dg file tipe K


🖛 File 35 sepanjang pks + 1 mm
🖛 File 30 sepanjang pks + 2 mm
🖛 File 25 sepanjang pks + 3 mm
🖛 Selama preparasi 🡪 diirigasi
TEKNIK BALANCED FORCE
► Menggunakan file flex-R ( modification of K-files with non cutting
tip)
► Untuk saluran akar sangat bengkok
► Tujuan :
► Mempertahankan bentuk semula saluran akar dan foramen
apikal

► Reaming action : clock wise insertion dan counter clockwise


cutting

► Alat preparasi 🡪 fleksibilitas tinggi


🡪 Daya potong >
🡪 gerakan memutar
PROTAPER
• instrumen endodontik generasi terbaru
• protaper termasuk jenis file NiTi ISO endcutting yang pertama
kali dipublikasikan pada tahun 2001 oleh Ruddle, dkk
• keunggulan :
► Preparasi saluran akar lebih bersih
► Hemat waktu kerja (efisien)
► Tingkat keamanan relatif tinggi
► Keberhasilan dapat diprediksi

Klasifikasi ProTAPER
1. Protaper Rotary Instrument

2. Protaper Hand Instrument


TEKNIK CROWN DOWN PRESSURE LESS DENGAN PROTAPER
FOR HAND USE

► Protaper for hand use terdiri dari 2 jenis yaitu :

► 1. Shaping files: File ini berfungsi untuk membentuk saluran


akar, terdiri dari 3 jenis file yaitu:

►Sharper X atau SX (orange) dengan panjang 19 mm. File SX ini


digunakan untuk menghilangkan dentin dan shaping orifice.

►Shaping file No.1 (S1-ungu) untuk preparasi bagian koronal


(coronal-third) saluran akar, dan No.2 (S-putih) untuk
preparasi bagian tengah (middle-third) saluran akar. File S1
dan file S2 memiliki panjang 21mm atau 25 mm.
► 2.Finishing file: terdiri dari 3 jenis file yaitu: finishing file F1,
F2 dan F3 yang berfungsi untuk preparasi apical-third saluran
akar. File F1, F2 dan F3 adalah finishing file yang ada dalam
satu paket, di luar paket ada finishing file F4 dan F5.
TEKNIK PREPARASI

1. Gunakan K-File no 10, 15 ke dalam saluran akar untuk persiapan


preparasi daerah 2/3 koronal sesuai panjang kerja sementara (PKS).
PKS adalah 2/3 panjang saluran akar. Selama preparasi gunakan
lubricant (Glyde atau sodium hypochlorite (NaOCl) dan lakukan
irigasi pada setiap pergantian file.
2. Selanjutkan dilakukan pembentukan (shaping) daerah 2/3
koronal dengan menggunakan file S1 (ungu) sesuai PKS. Dilakukan
irigasi, rekapitulasi dengan K-file No.10 dan di irigasi kembali.
Apabila terasa ada hambatan atau jalan masuk orifice belum
lancar, dapat meggunakan file Sx (orange).
3. Setelah tahapan pre-enlargement diatas, dilakukan preparasi
dengan file no.10 dengan menggunakan lubricant (Glyde atau
NaOCl) sesuai panjang kerja, dan dilanjutkan dengan
menggunakan K-file No.15. Tindakan ini adalah untuk persiapan
preparasi daerah 1/3 apikal.
4. Lanjutkan shaping daerah 1/3 dengan menggunakan file S1
(ungu) dan S2 (putih) sesuai panjang kerja. Lakukan irigasi,
rekapitulasi dan re-irigasi setiap pergantian file Protaper.
5. Selanjtnya dilakukan finishing daerah 2/3 koronal dan 1/3
apikal dengan mengggunakan finishing file F1 (kuning) sesuai
panjang kerja, sebelumnya saluran akar diisi dengan bahan
irigasi. Lakukan irigasi, rekapitulasi dan re-irigasi.
6. Dilakukan pemeriksaan ukuran diameter apikal dengan
menggunakan file No.20, jika file terasa pas sesuai dengan
panjang kerja, maka bisa dilakukan obturasi. Jika masih longgar,
preparasi dilanjutkan dengan file F2 (merah) dan dilakukan re-
chek dengan K-file No. 25. Apabila masih longgar dilanjutkan
preparasi dengan file F3 (biru) dan di re-check kembali dengan
K-file No. 30. Setiap pergantian file dilakukan irigasi.
KEGAGALAN PREPARASI SALURAN AKAR
Ledge

A) Formation of ledge by use of stiff


instrument in curved canal, (B) Correction
of ledge; Ledge is bypassed by making a
small bend at tip of instrument. Bent
instrument is passed along canal wall to
locate original canal

Apikal canal transportation

Type I, II and III canal transportation (A)


Minor movement of apical foramen (Type I),
(B) Moderate movement of apical foramen
(Type II), (C) Severe movement of apical
foramen (Type III)
Lateral Perforation
(stripping)

Zippin
g
Over
Loss of working instrumentation
length

Separated
instrument
IRIGASI SALURAN AKAR

► Bahan irigasi saluran akar yang ideal:


► Sifat anti mikroba
► Pelarut jaringan/tissue solvent (organik dan
inorganik).
► Membersihkan debris.
► Pelumas/lubricant
► Menghilangkan lapisan smear layer
► Tidak toksik
► Low surface tension
►SODIUM HYPOCHLORITE

► reducing agent
► memproduksi hypochlorus acid dan hypochlorite ion, bertanggung
jawab thd kemampuan antimicrobial dari NaOCl
► Mampu melarutkan jaringan
► Konsentrasi yang efektif: 0.5%-5.2%
► 2.5% NaOCl: menurunkan toksisitas dan mempertahankan activitas
antimicrobial dan kemampuan melarutkan jaringan
► Menaikkan suhu menjadi 600C: dapat meningkatkan activitas
antimicrobial dan kemampuan melarutkan jaringan.
►CHLORHEXIDINE DIGLUCONATE

► 2% chlorhexidine digluconate : bahan antimicrobialspektrum luas


untuk melawan endodontic pathogens

► CHX is sangat efektif utk Enterococcus faecalis, yang merupakan


pathogen yang ditemukan di saluran akar

► CHX : aktivitasnya bisa bertahan lama di saluran akar

► CHX tidak dapat menghilangkan smear layer shg hrs dikombinasikan


dengan bahan irigasi yang lain
►HYDROGEN PEROXIDE
► Cairan bening, tidak berwarna dan tidak berbau
► Dapat membunuh virus, bakteri dan jamur.
► Biasanya digunakan untukmembersihkan darah dan debris dari
ruang pulpa
► Konsentrasi yang direkomendasikan : 3%
►Ethylene-diamene tetracetic acid
(EDTA)

► nontoxic and non irritating


► Bahan chelating agent : mengikat komponen logam
► Dapat menghilangkan komponen inorganic dari smear
layer
► Rekomendasi: 17% EDTA selama 1 mnt diikuti dengan
final rinse menggunakan NaOCl
►MIXTURE OF A TETRACYCLINE ISOMER, AN
ACID, ANDA DETERGENT (MTAD)

► MTAD : campuran dari tetracycline isomer (doxycycline), citric


acid, dan detergent “TWEEN 80” sebagai bahan pembilas yang
terakhir untuk menghilangkan smear layer

► Konsentrasi yang direkomendasikan 1,3%

► Biasanya digunakan setelah irigasi dengan NaOCl

► Kombinasi NaOCl dan MTAD: menghilangkan smear layer dan efektif


sebagai bahan antimikroba
Kesalahan prosedur pada saat preparasi saluran akar

Procedural errors in the preparation of curved canals.


a) Dentine debris and pulp remnants packed into the apical part of the canal resulting in
loss of working length. This may be avoided by recapitulation with fine files and copious
irrigation.
b) Ledging due either to not precurving the
instrument, or forcing it into the canal.
c) Apical zip caused by rotating the file excessively.
d) Perforation due either to persistent filing with too large an instrument, or continual
zipping.
Note: the narrower part of the canal in c) and d) is termed an elbow. This makes obturation
of the root canal very difficult in the widened apical area. e) Strip perforation caused by
overpreparing and
straightening the curved canal.

Anda mungkin juga menyukai