Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MEKANISME PEMBENTUKAN BIOFILM

Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas

PENYUSUN
PARALEL 2

Monica Silvia Lay 040001800097


Pascal Filio 040001800111
Raynor Favianozaki 040001800116
Winnie Valentini 040001800146
Yasnill 040001800147

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………1

KATAPENGANTAR ........................................................................................... 2

BAB I .................................................................................................................... 3

1. Pendahuluan .......................................................................................... 3

BAB II ................................................................................................................... 4

1. Mekanisme Pembentukan Biofilm .................................................................. 4

2. Faktor Perlekatan Bakteri Pada Biofilm .......................................................... 6

3. Penjelasan singkat Dental Plak pada gigi ......................................................... 7

4. Mekanisme Molekuler Resistensi terhadap Antibiotik ....................................... 8

5. Mekanisme Resistensi Antibiotik pada Bakteri Pembentuk Biofilm ................... 10

BAB III................................................................................................................ 11

6. Kesimpulan ........................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 12


KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat dan rahmatnya kami dapat membuat makalah ini dan diselesaikan
sesuai harapan. Makalah ini dibuat khusus sebagai tugas wajib . Makalah ini
memuat materi-materi dari modul 113.

Terimakasih juga saya ucapkan kepada Dr.drg Armelia sari Mkes. yang
sudah berbaik hati memberikan kesempatan kepada kami untuk menambah nilai
dan dapat menyelesaikan makalah ini. Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari
sempurna, maka dari itu kami memohon maaf dan meminta kritik dan saran dari
pembaca.

Makalah ini dibuat khusus untuk Fakultas Kedokteran Gigi Trisakti dan
diharapkan bermanfaat bagi para pembaca
BAB 1
Pendahuluan
Biofilm merupakan kumpulan dari sel sel mikrobial yang melekat secara
ireversibel pada suatu permukaan dan terbungkus dalam matriks Extracellular
Polymeric Substances (EPS) yang dihasilkannya sendiri serta memperlihatkan
adanya perubahan fenotip seperti perubahan tingkat pertumbuhan dan perubahan
transkripsi gen dari sel planktonik atau sel bebasnya.

Saat ini telah banyak antimikroba yang mengalami resistensi sehingga


pengobatan menggunakan antimikroba tersebut tidak lagi efektif. Banyak
mikroba yang telah diadaptasi melalui mutasi spontan atau membutuhkan
resistensi dan seleksi serta berkembang menjadi strain yang lebih ganas dan
kebanyakan dari mikroba tersebut telah resisten terhadap antibiotik multipel.
Mekanisme resistensi masing-masing obat antimikroba berbeda-beda. Berikut ini
akan dijelaskan obat-obat antimikroba yang telah mengalami resistensi dan
bagaimana mekanisme terjadinya resistensi
BAB 2
PEMBAHASAN
Mekanisme Pembentukan Biofilm
Pembentukan biofilm dimulai dari beberapa bakteri yang hidup bebas (sel
planktonik) melekat pada suatu permukaan gigi, kemudian memperbanyak diri
dan membentuk satu lapisan tipis (monolayer) biofilm. Pada saat ini, pembelahan
akan berhenti selama beberapa jam dan pada masa ini terjadi banyak sekali
perubahan pada sel planktonik, yang akan menghasilkan transisi sel planktonik
menjadi sel dengan fenotip biofilm. Sel biofilm berbeda secara metabolik dan
fisiologik dari sel planktoniknya.

Sejalan dengan pertumbuhannya, sel biofilm ini akan menghasilkan EPS yang
akan melekatkan mereka pada suatu permukaan dan melekatkan satu sama lain
untuk membentuk suatu mikrokoloni. Monolayer ini dikenal juga sebagai linking
film yaitu suatu substrat yang menjadi tempat sel bakteri melekat dan membentuk
mikrokoloni. Jika sel-sel terus melanjutkan pertumbuhannya dan membentuk
lapisan yang makin menebal, maka mikroba yang melekat pada lapisan terdalam
permukaan akan kekurangan zat-zat nutrisi dan terjadi akumulasi produk
buangan yang bersifat toksik. Untuk mengatasi masalah ini, mikrokoloni akan
berkembang menjadi bentuk jamur yang mempunyai saluran atau pori-pori yang
dapat dilewati oleh nutrisi dan produk metabolit dari semua sel.

Dalam perkembangannya, sel-sel bakteri dalam matriks akan mengeluarkan


sinyal kimia. Molekul sinyal ini berperan dalam pembentukan karakteristik
biofilm menjadi lebih matang dan dalam koordinasi aktivitas biofilm. Aksi dari
sinyal ini merupakan suatu proses dari quorum sensing yaitu komunikasi antar
sel dan kemampuan molekul untuk mencetuskan suatu aksi bergantung pada
konsentrasi sinyal dalam lingkungan.
Biofilm yang matang telah terbentuk dan sekarang terdiri dari banyak spesies
bakteri. Biofilm ini juga mungkin berisi jamur, alga, protozoa, jaringan debris
dan produk korosi dari pipa saluran. Ketika bakteri hidup saling berdampingan,
terkadang satu spesies membutuhkan metabolit spesies lainnya dan mereka saling
membutuhkan. Biofilm ini merupakan suatu struktur yang dinamik dengan sel-
sel yang terus silih berganti masuk dan meninggalkan komunitasnya. Dalam
proses ini sel-sel signaling juga mengambil peranan yang penting.

Pembentukan dari biofilm ini tergantung dari konsentrasi nutrisi yang tersedia
dan diatur oleh suatu zat kimia komplek yang dikeluarkan oleh sel sebagai
komunikasi antar sel. Sebagai contoh, ketika hidup bebas, Pseudomonas
aeruginosa menghasilkan molekul signal dalam kadar yang rendah. Tetapi ketika
sel Pseudomonas aeruginosa membentuk biofilm maka konsentrasi molekul
signal akan meningkat dan menimbulkan perubahan aktivitas dari gen gen, salah
satunya adalah gen yang mengatur sintesis dari alginat untuk pembentukan
matriks ekstraseluler.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perlekatan Sel-Sel Bakteri dalam
Pembentukan Biofilm
1. 1. Efek substratum (Permukaan)
Perlekatan terjadi lebih baik pada permukaan yang kasar, karena akan
menurunkan kekuatan aliran yang dapat melepaskan biofilm, dan permukaan
yang kasar mempunyai luas permukaan yang lebih besar. Hal lain adalah
mikroorganisme lebih baik melekat pada permukaan yang hidrofobik seperti
teflon dan plastik dibandingkan pada gelas atau logam.

2. Conditioning film.
Permukaan yang terpapar oleh media cair akan segera ditutupi oleh
polimerpolimer dari medium dan menimbulkan modifikasi kimiawi yang akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perluasan dari perlekatan mikroorganisme
pada permukaan tersebut. Contohnya yang terjadi pada enamel gigi yang dilapisi
oleh proteinaceous film yang disebut ‘acquired pellicle’ dimana sel-sel bakteri
akan melekat pada enamel dalam beberapa jam paparan.

3. Hidrodinamik
Semakin cepat aliran cairan yang terjadi maka semakin mempercepat perlekatan
sel pada permukaan karena sel-sel akan bertubulensi dan berputar. Hal ini
terbatas sampai kecepatan tidak melepaskan perlekatan sel-sel dari permukaan.

4. Karakteristik media cairan


Seperti ph, suhu, jumlah zat gizi, kation dan adanya antimikroba akan
mempengaruhi perlekatan.

5. Keadaan permukaan sel bakteri


Permukaan sel yang hidrofobik, adanya fimbriae, flagel, dan polisakarida atau
protein pada permukaan sel bakteri akan mempermudah perlekatan, terutama
bila terjadi kompetisi dalam suatu kumpulan mikroorganisme.
Penjelasan Singkat Formasi Dental Plak pada Gigi
A. Asosiasi: Dengan murni
kekuatan, bakteria melekat pada
pelikel secara longgar

B. Adhesi: Beberapa bakteri menjadi


“koloni primer” karena memiliki
molekul permukaan yang spesial
yang dapat berikatan dengan
reseptor pelikel, seperti
Streptococci dan Actinomyces

C. Bakteri berproliferasi

D. Terbentuknya mikrokoloni.
Banyak streptococci yang
mengeluarkan Protective
Extracellular Polysaccharides

E. Biofilm (“attached Plaque”)


Mikrokoloni membentuk
kelompok-kelompok kompleks
dengan keuntungan metabolism
untuk konstituennya.
F. Plak maturasi. Biofilm ditandai
dengan “sistem peredaran darah”
yang primitive. Plak mulai
“bertingkah” seperti organisme
kompleks dan jumlah organisme
anaerobic mulai meningkat. X Pelikel
Y Biofilm
Produk metabolik dan konstituen
Z fase Plaktonik
dinding sel yang dihindari
(Lipopolisakarida, vesikel)
berperan dalam mengaktivasi
respon imun host. Bakteri dalam
biofilm terlindungi oleh PMN dan
melawan agen bakteriosidal
eksogen.
Resistensi Antimikrobial
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya resistensi bakteri, yaitu faktor primer
adalah penggunaan agen antibiotik, munculnya strain bakteri yang resisten
terhadap antibiotik, dan penyebaran strain tersebut ke bakteri lain. Selain itu,
adanya faktor penjamu seperti lokasi infeksi, kemampuan antibiotik mencapai
organ target infeksi sesuai dengan konsentrasi terapi, flora normal pasien, dan
ekologi lingkungan merupakan faktor-faktor yang perlu diperhatikan.
Penggunaan antibiotik secara berlebihan, memiliki andil besar dalam
menyebabkan peningkatan resistensi terhadap antibiotik, terutama di rumah sakit.

Mekanisme Molekuler Resistensi terhadap Antibiotik


Resistensi dapat terjadi karena adanya gen resisten. Gen resisten pada bakteri
berfungsi melindungi terhadap inhibitory effect dari antibiotik. Gen resisten dapat
melakukan coding protein transpor membran untuk mencegah antibiotik
memasuki sel bakteri, atau melakukan pemompaan untuk mengeluarkan
antibiotik sesegera mungkin saat masuk ke dalam sel, sehingga mencegah kontak
dengan targetnya.

Bakteri memperoleh gen resisten dengan beberapa cara, antara lain lewat mutasi
DNA bakteri. Mutasi ini diwariskan ke seluruh keturunan yang dihasilkan dari
sel inti yang dikenal sebagai proses evolusi vertikal. Bakteri juga dapat
melakukan evolusi horisontal, yaitu dengan pertukaran gen antara sel-sel bakteri
yang berdekatan. Sebuah mutasi DNA spontan dapat terjadi pada sebuah plasmid
dalam suatu sel bakteri. Plasmid ialah DNA ekstrakromosomal yang hanya
terdapat pada sel bakteri. Mutasi ini dapat terjadi dari gen yang resisten antibiotik.
Mula- mula plasmid bereplikasi dalam sel inang dan ditransfer ke sel bakteri lain.
Plasmid tersebut dapat memindahkan informasi genetik antara bakteri yang
berbeda. Jenis transfer genetik tersebut dinamakan konjugasi.
Metode lain dari transfer genetika adalah transduksi, yaitu perpindahan informasi
genetik oleh virus penginfeksi bakteri yang disebut bakteriofag. Fage berikatan
pada membran sel bakteri lalu melakukan injeksi. Ada 2 hal yang dilakukan oleh
fage, yaitu DNA dapat menjadi non infektif dan menggabungkan gen yang
membawanya ke dalam DNA bakteri itu sendiri atau virus dapat berkembang
biak dan merusak sel inang.

Transfer informasi genetik juga dapat terjadi melalui transposon antara DNA
virus dan DNA bakteri. Transposisi berarti transfer genetik yang menggunakan
transposon, yaitu bahan yang lebih kecil dari DNA untuk membawa gen resisten
antibiotik. Transposon dapat keluar dari plasmid dan bergabung dengan DNA
inang yang baru atau ke dalam plasmid setelah konjugasi. Informasi genetik yang
dibawa transposon masih dapat hidup meskipun plasmid yang mentransfer
informasinya sudah mati.
Mekanisme Resistensi Antibiotik pada Bakteri Pembentuk Biofilm
Setiap bakteri mempunyai susceptibilitas yang berbeda. Spora bakteri dianggap
paling resisten, diikuti oleh mikobakteria, kemudian Gram negatif berbentuk
kokus. Ketahanan bakteri tersebut dihubungkan dengan adanya enzim degradatif
dan impermeabilitas selular. Lapisan dan korteks pada spora bakteri,
arabinogalaktan dan komponen dinding sel lain serta membran luar bakteri Gram
negatif membatasi konsentrasi biosida aktif yang mencapai daerah target sel-sel
bakteri tersebut. Kondisi khas ini ditemukan pada bakteri biofilm, sebagai hasil
mekanisme resistensi intrinsik dari adaptasi fisiologi sel. Kolonisasi biofilm
ditemukan dalam matriks glycocalyx. Bakteri akan terlindung dari pengaruh
surfaktan, antibodi, dan antibiotik dengan membangun “guard celf” pada bagian
atas biofilm yang dapat menetralkan antibiotik secara enzimatik atau
mengeluarkan antibiotik berdasarkan perubahan struktur permukaannya.
Polianionik dari matriks glycocalyx diduga berperan pada resistensi dalam
biofilm sehingga kemampuan pembentukan biofilm pada suatu bakteri dapat
dikatakan sebagai salah satu sifat dari patogenitasnya.

Resistensi antibiotik dalam bakteri biofilm diduga terjadi karena lambat atau
tidak sempurnanya penetrasi antibiotik ke biofilm oleh adanya perubahan
lingkungan kimiawi mikro pada biofilm sehingga dapat melawan aksi antibiotik
dan adanya perubahan osmotika biofilm melalui perubahan proporsi relatif dari
porin sehingga mengurangi permeabilitas cell envelope terhadap antibiotik, serta
diduga karena subpopulasi mikroorganisme dalam biofilm akan membentuk
struktur khas yang memberikan perlindungan pada mikroorganisme.
BAB 3
KESIMPULAN
Kesimpulan
Biofilm merupakan kumpulan dari sel sel mikrobial yang melekat pada suatu
permukaan gigi dan terbungkus dalam matriks Extracellular Polymeric Substances
(EPS). Pembentukan biofilm terbagi menjadi 5 tahap, yaitu Pertama, pelekatan awal
yaitu mikroba melekat pada suatu permukaan gigi dan dapat diperantarai oleh fili
(rambut halus sel) contohnya pada P.aeruginosa. Kedua, pelekatan permanen, dimana
mikrob melekat dengan bantuan eksopolisakarida (EPS). Ketiga, maturasi I yang
merupakan proses pematangan biofilm tahap awal. Keempat, maturasi II yaitu proses
pematangan biofilm tahap akhir, mikrob siap untuk menyebar. Dan yang terakhir,
dispersi dimana sebagian bakteri akan menyebar dan berkolonisasi di tempat lain.

Pencegahan pembentukan biofilm merupakan suatu tahap penting guna mencegah


terjadinya kerusakan jaringan gigi, yaitu karies maupun penyakit periondontal.
Berbagai cara dilakukan untuk dapat menghambat atau merusak struktur biofilm, yaitu
dengan bahan antimikroba, antibiotika, enzim penghancur atau pencegah pembentukan
plak.

Bakteri dapat membawa gen resistensi dengan mekanisme molekuler seperti mutase
pada antibiotika target, yaitu antibiotika yang bekerja dengan cara menginaktivasikan
protein esensial bakteri sehingga terjadi perubahan genetik. Pertukaran informasi
genetik terjadi lewat tiga mechanism, yaitu 1) transduksi: terjadi dengan peran virus,
yang secara acak mengangkut gen-gen resisten dari genom suatu bakteri dan
mentransfer materi genetiknya ke bakteri lain; 2) transformasi: terjadi dengan
menggabungkan DNA dari bakteri lain; dam 3) konjugasi: merupakan pertukaran
materi genetik dengan kontak cell to cell. Terjadinya mutase menyebabkan peningkatan
produksi enzim target antibiotika untuk menginaktivasikannya. Mutasi juga
menyebabkan perubahan permeabilitas dinding sel terhadap antibiotika.
Daftar Pustaka

Gunardi, W.D. 2014. “Peranan Biofilm dalam Kaitannya dengan Penyakit


Infeksi”. Diambil dari Jurnal Kedokteran Meditek. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UKRIDA

Pratiwi, Rina Hidayati. 2017. “Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen


Terhadap Antibiotik”. Jakarta: Universitas Indraprasta PGRI

Wolf, Hebert F. dan Thomas M. Hassel. 2006. Color Atlas of Dental Hygiene -
Periodontology. Stuttgart: Georg Thieme Verlag KG

Anda mungkin juga menyukai