Anda di halaman 1dari 28

KELOMPOK B

MAKALAH DISKUSI INTEGRASI 2


ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT DAN PENCEGAHAN
Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Wajib
Mahasiswa Semester 2 Modul 214

TIM PENYUSUN
KELOMPOK B
PARALEL 2
NIM :
040001800110 - 040001800127

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2018
TIM PENYUSUN

Olivia Amanda Suwardi 040001800110

Pascal Filio 040001800111

Preizy Hidayat 040001800112

Puti Aulia Yushally 040001800113

Rania Nabilavashti 040001800114

Rayna Shula Azzahra 040001800115

Raynor Favianozaki 040001800116

Regina Fanditama Wijaya 040001800117

Reinaya Adjani 040001800118

Risya Tiara Chairunissa 040001800119

Rizka Usi Nadhifa 040001800120

Rossa Nabila 040001800121

Rubini 040001800122

Sasya Anursyah Salsabilah 040001800123

Shannon Winnie Susanto 040001800124

Sheilaz Augusty Muliawan 040001800125

Sinly Regina 040001800126

Siti Azizah 040001800127

I
DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN ..................................................................................................................... I

DAFTAR ISI............................................................................................................................ II

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... IV

diskusi 3 ................................................................................................................................. 1

bab I........................................................................................................................................... 1

1. Latar belakang ......................................................................................................... 1

2. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1

3. Tujuan ...................................................................................................................... 2

BAB II ....................................................................................................................................... 3

1. pendekatan psikologi ............................................................................................... 3

2. faktor yang mempengaruhi perilaku Bapak Budi .................................................... 4

3. motivasi yang mempengaruhi perilaku Bapak Budi................................................ 6

4. pendekatan perilaku Bapak Budi menurut Health Belief Model ............................. 7

BAB III...................................................................................................................................... 8

DISKUSI 4 ............................................................................................................................. 9

BAB I ......................................................................................................................................... 9

1. LATAR BELAKANG ............................................................................................. 9

2. Rumusan masalah .................................................................................................... 9

3. tujuan ..................................................................................................................... 10

BAB II ..................................................................................................................................... 11

1. permasalahan yang terjadi pada kasus diatas ........................................................ 11

2. perilaku Ny. Siti berkaitan proses pengobatan sakit anaknya ............................... 12

3. perubahan perilaku individual yang terjadi pada Ny. Siti ..................................... 13

4. pendekatan yang paling tepat untuk merubah perilaku Ny. Siti ............................ 19

II
5. Penjelasan permasalahan komunikasi yang terjadi pada kasus ............................. 20

BAB III.................................................................................................................................... 22

III
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmatnya kami dapat membuat makalah dari skenario diskusi 3 dan 4 dan diselesaikan sesuai
harapan. Makalah ini dibuat khusus sebagai syarat untuk mengikuti seminar pertama. Makalah
ini memuat materi-materi dari modul 214.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada 4 dan dapat menyelesaikan makalah ini. Kami sadar
bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu kami memohon maaf dan meminta kritik
dan saran dari pembaca.

Makalah ini dibuat khusus untuk Fakultas Kedokteran Gigi Trisakti dan diharapkan bermanfaat
bagi para pembaca

IV
DISKUSI 3

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Bapak Budi berusia 40 tahun dan berprofesi sebagai pengacara di sebuah firma hukum
ternama di Jakarta. Beberapa waktu yang lalu ia mengalami sakit nyeri berdenyut pada gigi
geraham bawah kanan sepanjang hari yang membuatnya tidak bisa konsentrasi dalam bekerja.
Bapak Budi sebelumnya tidak pernah pergi berobat ke dokter gigi, karena ia memiliki
pengalaman tidak menyenangkan di masa kecil. Ia melihat kakaknya menangis dan meronta-
ronta saat dilakukan tindakan pencabutan oleh dokter gigi. Kakaknya pun sejak saat itu
menghindari kunjungan ke dokter gigi.

Untuk mengatasi rasa sakit yang tak tertahankan tersebut, akhirnya Bapak Budi
memberanikan diri untuk pergi ke dokter gigi yang direferensikan oleh rekan kerjanya.
Menurut rekan kerjanya tersebut, dokter gigi ini sangat baik dan tidak terasa sakit ketika
mendapatkan perawatan. Namun Bapak Budi tetap merasa cemas terkait pengalaman masa
kecilnya tersebut.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Pendekatan psikologi pada kasus bapak Budi meliputi :

a. Faktor internal (interpersonal)

b. Faktor eksternal

2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Bapak Budi terkait keinginannya


berobat ke dokter gigi!

3. Jelaskan faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku Bapak Budi berdasarkan teori
motivasi Maslow!

4. Jelaskan pendekatan perilaku Bapak Budi menurut Health Belief Model!

1
3. TUJUAN
1. Mengetahui pendekatan psikologi pada kasus bapak Budi baik Faktor internal
(Interpersonal) maupun Faktor eksternal
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Bapak Budi terkait keinginannya
berobat ke dokter gigi
3. Menjelaskan faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku Bapak Budi berdasarkan teori
motivasi Maslow
4. Menjelaskan pendekatan perilaku Bapak Budi menurut Health Belief Model

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENDEKATAN PSIKOLOGI

1. Faktor internal (intrapersonal)


 Perkembangan manusia (usia)
Perilaku sehat bervariasi berdasarkan usia. Biasanya kebiasaan sehat itu baik pada masa kecil,
memburuk pada masa remaja dan dewasa muda, tetapi meningkat kembali pada orang yang
lebih tua (Leventhal, Proschaska, & Hirschman, 1985; dalam Taylor,2009). Dalam kasus ini
usia bapak Budi adalah 40 dimana sudah mulai kesehatannya tidak sebaik saat muda dulu.
 Jenis kelamin (laki-laki / perempuan)
Dalam kasus ini jenis kelamin bapak Budi adalah laki-laki. Laki – laki lebih berani dan kuat
jika dibandingkan dengan perempuan.
 Latar belakang demografi, sosial ekonomi, pendidikan
Semakin tinggi kelas sosial ekonomi dan pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula
perilaku sehat. Dalam kasus ini bapak Budi berprofesi sebagai pengacara di sebuah firma
hukum ternama di Jakarta yang berarti kelas ekonominya lumayan.
 Pengalaman masa lalu
Dalam kasus ini pengalaman bapak Budi pada masa lalu saat melihat kakaknya menangis dan
meronta-ronta saat dilakukan tindakan pencabutan oleh dokter gigi membuatnya menjadi
takut ke dokter gigi.
 Kepribadian seseorang
 Kecemasan dan ketakutan dalam perawatan kedokteran gigi
2. Faktor eksternal (interpersonal)
 Hubungan pasien dan dokter
Dalam kasus ini bapak Budi diberitahu bahwa ada dokter gigi yang sangat baik dalam
melakukan perawatan terhadap pasien yang diberitahukan oleh rekan kerjanya.
 Lingkungan

3
2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU BAPAK BUDI

1. Kebutuhan dan motivasi

Terdapat dua jenis kebutuhan yaitu kebutuhan primer dan sekunder.Kebutuhan primer
mencakup berbagai kebutuhan fisiologis untuk kelangsungan hidup misalnya kebutuhan fisik
dan rasa aman, sedangkan kebutuhan sekunder mencakup berbagai kebutuhan psikologis
misalnya kebutuhan sosialisasi, aktualisasi dan pengakuan. Pembagian lain dari kebutuhan
menurut A.H. Maslow yaitu kebutuhan pokok, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial,
kebutuhan dihargai dan dihormati dan kebutuhan penampilan diri. Saat tidak ada kebutuhan
seseorang berada dalam suatu harmoni, tidak ada ketegangan, namun ketika dia menyadari
adanya kebutuhan akan barang dan jasa akan timbul ketegangan yang jika tidak dipenuhi
maka akan menimbulkan rasa frustasi dan konflik dalam dirinya. Upaya seseorang baik
secara sadar atau tidak untuk mengurangi ketegangan melalui perilaku yang diduga bisa
memenuhi kebutuhannya akan membebaskannya dari perasaan stress dan ketegangannya.
Inilah yang dimaksud dengan motivasi, motivasi dapat mengakibatkan konsumen terlibat
dalam proses atau perilaku beli terutama dalam proses mencari dan mengevaluasi.17

2. Kepribadian

Kepribadian adalah ciri-ciri psikologis dalam diri seseorang yang membedakan seorang
dari yang lain, dengan demikian tidak ada pribadi yg sama persis. Kepribadian bersifat
konsisten dan bertahan dalam waktu yang lama. Respon seseorang terhadap bermacam-
macam stimulus akan konsiten namun perilaku tidak dapat diramalkan berdasarkan
kepribadiannya. Kepribadian dapat berinteraksi dengan situasi, misalnya dalam situasi
pembelian orang yang dogmatik tidak akan seberani orang yang inofativ dalam membeli
produk baru. Ciri-ciri kepribadian juga mengungkapkan tentang ciri yang bersifat sosial. Ada
orang yang dalam mengevaluasi sesuatu berdasarkan nilai-nilai dan patokannya sendiri dan
ada orang yang mengandalkan orang lain. Yang pertama lebih mengutamakan kegunaan
untuk dirinya, sedangkan yang lain mengutamakan nilai sosial agar setelah menggunakan
produk atau jasa itu ia bisa diterima di lingkungan sosialnya. Ada ciri kepribadian yang
senang dengan sesuatu yang tenang, sederhana, tetap dan bisa diramalkan, mereka tidak suka
berganti-ganti merek, dan sudah merasa puas dan aman menggunakan produk yang pernah
mereka gunakan.Adapula ciri kepribadian yang menyukai pengalaman baru, mencoba sesuatu
yang baru dan tertarik pada informasi baru.18

4
3. Psikografi

Psikografi adalah kajian tentang apa yang membentuk konsumen ecara psikologis. Ada
2 konsep dalam psikografik yaitu konsep diri dan gaya hidup. Kosep diri adalah keseluruhan
pemikiran dan perasaan yang berkenaan dengan diri sendiri sebagai obyek. Dengan kata lain
konsep diri merupakan cara seseorang memandang dirinya sendiri. Konsep diri merupakan
hal yang penting bagi seseorang.Konsep diri menyebabkan orang memilih produk atau jasa
yang sesuai dengan konsep diri yang diinginkannya.Gaya hidup konsumen adalah pola
aktivitas, minat dan pendapat konsumen yang konsisten dengan kebutuhan dan nilai-nilai
yang dianutnya. Dalam menggambarkan gaya hidup konsumen, dapat dilihat bagaimana
mereka hidup dan mengekspresikan nilai-nilai yang dianutnya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.

4. Persepsi

Persepsiadalah proses dimana sensasi yang diterima seseorang dipilah dan dipilih,
kemudian diatur dan akhirnya diinterpretasikan. Sensasi yang datang dan diterima melalui
panca indera akan diseleksi dan akhirnya membentuk persepsi seseorang mengenai produk
atau jasa. Persepsi ditentukan oleh mind set dan environmental setting. Mind set adalah pola
penalaran individual yang menghasilkan pesepsi, mencakup penilaian, kepercayaan, harapan,
imajinasi dan fantasi. Environmental settingbersifat eksternal dan merupakan tuntutan
lingkungan fisik, sosial dan budaya. Reaksi individu terhadap stimulus akan sesuai dengan
persepsinya yang terbentuk oleh beberapa faktor diatas.19

5. Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus yang melibatkan faktor
pendapat dan emosi yang bersangkutan. Ada beberapa hal yang berperan penting dalam
menentukan sikap yaitu pengetahuan, pikiran, emosi dan keyakinan. Contohnya seorang ibu
mendengar atau mengetahui penyakit demam berdarah, pengetahuan ini membawa ibu
berpikir bagaimana agar anak dan keluarganya tidak terkena penyakit tersebut. Dalam
berpikir komponen emosi dan keyakinan bekerja sehingga ibu tersebut mengambil sikap
yaitu melakukan 3M agar anak dan keluarganya tidak teserang penyakit demam berdarah dan
membawa keluarganya berobatapabila sudah terserang demam berdarah.20

5
3. MOTIVASI YANG MEMPENGARUHI PERILAKU BAPAK BUDI

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) adalah respon seseorang terhadap


stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan faktor-faktor yang
mempengaruhi sehat sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan
kesehatan.

Menurut Sarafino (2006) perilaku kesehatan adalah setiap aktivitas individu yang
dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan tanpa memperhatikan
status kesehatan. Sedangkan menurut Taylor (2003) mengatakan bahwa perilaku kesehatan
adalah tindakan yang dilakukan individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi
kesehatan mereka.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Kesehatan

Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) perilaku kesehatan ini ditentukan
oleh 3 (tiga) faktor utama, yakni:

1. Faktor Pendorong (predisposing factors)


Merupakan faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku
seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,
tradisi, dan sebagainya.
2. Faktor pemungkin (enabling factors)
Merupakan faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan.
Faktor pemungkin maksudnya adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya perilaku kesehatan, misalnya: Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit,
tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat olah raga, makanan
bergizi, uang dan sebagainya.
3. Faktor penguat (reinforcing factors)
Merupakan faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
Kadang-kadang meskipun orang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi
tidak melakukannya.

6
4. PENDEKATAN PERILAKU BAPAK BUDI MENURUT HEALTH
BELIEF MODEL

Konsep utama dari health belief model adalah perilaku sehat ditentukan oleh
kepercaaan individu atau presepsi tentang penyakit dan sarana yang tersedia untuk
menghindari terjadinya suatu penyakit. Health belief model (HBM) pada awalnya
dikembangkan pada tahun 1950an Oleh sekelompok psikolog sosial di Pelayanan Kesehatan
Masyarakat Amerika Serikat, dalam usaha untuk menjelaskan kegagalan secara luas
partisipasi masyarakat dalam program pencegahan atau deteksi penyakit. Kemudian, model
diperluas untuk melihat respon masyarakat terhadap gejala-gejala penyakit dan bagaimana
perilaku mereka terhadap penyakit yang didiagnosa, terutama berhubungan dengan
pemenuhan penanganan medis.Oleh karena itu, lebih dari tiga dekade, model ini telah
menjadi salah satu model yang paling berpengaruh dan secara luas menggunakan pendekatan
psikososial untuk menjelaskan hubungan antara perilaku dengan kesehatan.

7
BAB III
KESIMPULAN
Dalam pendekatan dengan bapak budi perlu dilihat faktor-faktor intrinsic seperti: usia,
jenis kelamin pengalaman, kepribadian, dan kecemansan terhadap dokter. Juga perlu dilihat
faktor-faktor ekstrinsik yaitu hubungan dengan dokter dan lingkungan. Faktor- faktor yang
mempengaruhi perilaku pak budi ialah kebutuhan, motivasi, psikografi, persepsi, dan sikap.
Motivasi pak budi untuk ke dokter adalah: faktor pendorong, faktor pemungkin, dan faktor
penguat. Pendekatan yang sesuai dengan Health Belief Model ialah psikososial

8
DISKUSI 4

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Ibu Siti datang ke Puskesmas untuk membawa anak balitanya berobat ke poli gigi. Pada
saat pendaftaran, Ibu Siti harus berdesakan untuk menyerahkan kartu BPJS. Pada saat
menunggu antrian, orang yang datang sesudah kedatangannya dipanggil lebih dulu dibanding
dirinya. Koordinasi antara bagian pendaftaran dengan petugas lain tampaknya tidak berjalan
baik, sehingga urutan pemanggilan tidak sesuai dengan urutan antrian. Setelah mendapatkan
perawatan dari Dokter, Ibu Siti diminta membawa kembali anaknya 1 minggu pasca perawatan.

Dalam perjalanan pulang, Ny. Siti bertemu dengan kader Posyandu. Kader tersebut
menyapa ibu Siti dengan ramah, dan mengingatkannya untuk datang ke Posyandu hari Rabu
minggu depan. Ibu Siti sudah tidak pernah lagi membawa anaknya ke Posyandu sejak
imunisasinya sudah lengkap, selain itu pengalaman antrian di Puskesmas membuatnya semakin
enggan untuk datang ke Posyandu. Sebetulnya Ibu Siti juga sudah merasa enggan untuk
kembali ke Puskesman, namun ia menyadari bahwa dirinya masih harus membawa anaknya
berobat kembali agar sakit giginya bisa sembuh total

2. RUMUSAN MASALAH
1. Identifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada kasus diatas!
2. Sebutkan perilaku-perilaku Ny. Siti berkaitan proses pengobatan sakit anaknya!
3. Jelaskan proses perubahan perilaku individual yang terjadi pada Ny. Siti berdasarkan
teori yang telah anda pelajari!
4. Apakah pendekatan yang paling tepat untuk merubah perilaku Ny. Siti pada kasus di
atas!
5. Jelaskan permasalahan komunikasi yang terjadi pada kasus tersebut di atas (pelayanan
puskesmas)!
6. Apa Teknik Komunikasi yang Diterapkan pada Tenaga Kesehatan dan Masyarakat di
Skenario

9
3. TUJUAN
1. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada kasus diatas
2. Menjelaskan perilaku Ny. Siti berkaitan proses pengobatan sakit anaknya
3. Menjelaskan perubahan perilaku individual yang terjadi pada Ny. Siti
4. Mengetahui pendekatan yang paling tepat untuk merubah perilaku Ny. Siti
5. Menjelaskan permasalahan komunikasi yang terjadi pada kasus
6. Mengetahui Teknik Komunikasi yang Diterapkan pada Tenaga Kesehatan dan
Masyarakat di Skenario

10
BAB II
PEMBAHASAN
1. PERMASALAHAN YANG TERJADI PADA KASUS DIATAS

Permasalahan yang terdapat pada skenario di atas adalah


1. Ibu Siti pada saat pendaftaran untuk menyerahkan kartu BPJSnya harus berdesakan.
2. Koordinasi antara bagian pendaftaran dan petugas lain tidak berjalan dengan baik,
sehingga pasien yang datang setelah ibu Siti bisa dipanggil dulu.
3. Ibu Siti sudah tidak pernah membawa anaknya ke posyandu lagi dan semakin enggan
untuk datang ke posyandu karena mengalami trauma pada saat pendaftaran di
puskesmas.
Ibu Siti juga merasa enggan untuk kembali ke puskesmas karena pengalaman tersebut

11
2. PERILAKU NY. SITI BERKAITAN PROSES PENGOBATAN SAKIT
ANAKNYA

KLASIFIKASI
PERILAKU
NO KORELASI TERHADAP SKENARIO
KESEHATAN

1. Perilaku terhadap Anak Ibu Siti yang mengalami keluhan gigi


sakit/ penyakit tentu menunjukkan respons terhadap keluhan
tersebut,misalnya tidak ingin makan,
menangis, dan emosi yang tidak teratur.

2. Perilaku peningkatan Tidak dapat diasumsikan karena tidak


dan pemeliharaan berhubungan dengan skenario.
kesehatan

3. Perilaku pencegahan Ibu Siti sebagai wakil anaknya membawa


anaknya untuk imunisasi

4. Perilaku pencarian Ibu Siti sebagai wakil anaknya pergi ke


pengobatan, tempat yang tepat, yaitu puskesmas

5. Perilaku pemulihan Tidak dapat diasumsikan karena tidak


(setelah sembuh dari berhubungan dengan skenario.
penyakit)

6. Perilaku terhadap Ibu Siti harus berdesakan pada saat ingin


sistem pelayanan mendaftarkan anaknya dan menyerahkan kartu
kesehatan BPJS
Ibu Siti tidak lagi aktif dalam kegiatan
posyandu

7. Perilaku terhadap Tidak dapat diasumsikan karena tidak


makan berhubungan dengan skenario.

8. Perilaku terhadap Tidak dapat diasumsikan karena tidak


kesehatan berhubungan dengan skenario.
lingkungan

12
3. PERUBAHAN PERILAKU INDIVIDUAL YANG TERJADI PADA NY.
SITI

Proses perubahan perilaku terdiri di dasarkan pada tiga teori yaitu Health Believe
Model, Theory of Planned Behavior atau Theory of Reason Action (TRA), dan Stages Of
Change.

Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)


Health Believe Model adalah model kognitif yang menyatakan bahwa perilaku
ditentukan oleh keyakinan tentang ancaman terhadap kesejahteraan individu serta hasil
tindakan atau perilaku tertentu. Keyakinan ini selanjutnya dilengkapi dengan rangsangan yang
disebut sebagai cues to action' yang memicu perilaku yang sebenarnya. Teori ini juga dibentuk
dari empat persepsi yaitu perceived susceptibility yang merupakan kepercayaan seseorang
bahwa suatu saat akan menghadapi masalah kesehatan, perceived severity yang merupakan
kepercayaan seseorang terhadap seberapa besar keseriusan yang dirasakan dan akibatnya,
perceived benefits yang merupakan kepercayaan seseorang terhadap keberhasilan dari tindakan
yang dianjurkan untuk menurunkan dampak serius, dan perceived barriers yang merupakan
kepercayaan seseorang terhadap nilai nyata dan terhadap kejiwaan perilaku yang dianjurkan.
Pada skenario, IbuSiti sudah menerapkan Teori Health Believe Model, di mana Ibu Siti
menyadari bahwa anaknya perlu diberi imunisasi lengkap sejak dini dan ketika gigi anaknya
sakit, ia sadar bahwa dirinya harus membawa anaknya berobat.

13
Theory of Planned Behavior atau Theory of Reason Action (TRA)
(Ajzen 1985, 1991; Ajzen dan Madden 1986) berevolusi dari teori reasoned action
(Fishbein dan Ajzen 1975) yang berfungsi sebagai pengukur perilaku.Pengukuran tersebut
adalah hasil dari kombinasi sikap terhadap suatu perilaku atau tindakan. Itu adalah evaluasi
positif atau negatif dari perilaku dan hasil yang diharapkan, dan norma subyektif, yang
merupakan tekanan sosial yang diberikan pada individu yang dihasilkan dari persepsi mereka
tentang apa yang orang lain pikir harus mereka lakukan dan kecenderungan mereka untuk
mematuhinya.

jadi secara singat TRA adalah hasil secara langsung dari suatu motivasi yang terdiri
dari tiga komponen, yaitu :
a. sikap terhadap suatu tindakan
b. norma subjektif mengenai tindakan yang terkait
c. penilaian dalam pengendalian perilaku tertentu
pada dasarnya teori ini dapat terjadi berdasarkan sikap dan kepercayaan seseorang akan
hal-hal yang akan terjadi dari suatu tindakan dan evaluasi dari akibat tersebut.

Hubungan Komponen TRA terlihat seperti pada gambar dibawah

Keyakinan Sikap
akan akibat terhadap

Niat
Perilaku
untuk

Keyakinan Norma
normatif akan subjektif

14
Stages Of Change (Model Tahapan Perubahan)
Model tahapan perubahan atau disebut juga sebagai model Transtheoretical
secara luas menerapkan model kognitif yang membagi individu antara lima kategori yang
mewakili tonggak yang berbeda, atau 'tingkat kesiapan motivasi' sepanjang perubahan perilaku
yang berkelanjutan. Terdapat lima tahapan yaitu prekontemplasi, kontemplasi, persiapan,
tindakan, dan pemeliharaan. Gerakan atau transisi antar tahap didorong oleh dua faktor utama
yaitu (i) self-efficacy (kemanjuran diri) dan (ii) keseimbangan keputusan (yaitu, hasil penilaian
individu dari pro dan kontra suatu perilaku). Relaps, bergerak mundur melalui tahapan itu
umum. Pertanyaan tentang bagaimana diskritnya tahap sebenarnya dan apakah seseorang harus
bergerak melalui setiap tahap (dan tidak melompat tahap) adalah umum. Kemudian, model
tidak jelas tentang bagaimana individu berubah atau mengapa beberapa berubah lebih efektif
atau cepat daripada yang lain.

Table. The Stages of Change Model in a Health Psychotherapy Context, di adaptasi dari
(Prochaska et al. 1992).

Pengertian Pengertian Gangguan


Tahap Proses
Tahapan Proses Psikoterapi

Individu Observasi,
Meningkatkan
tidak Meningkatny konfrontasi,
informasi diri
menyadari a kesadaran. interpretasi,
dan masalah
masalah; biblioterapi.

Pre-ontemplasi Tidak ada Psikodrama,


niat untuk Mengalami dan
berduka
merubah Bantuan mengekspresi
karena
perilaku dramatis. perasaan dan
kehilangan,
dalam masa solusi.
bermain peran.

15
yang akan Menilai
datang. bagaimana
masalah
Evaluasi seseorang Melatih
ulang mempengaruhi empati,
lingkungan. fisik dokumenter.
lingkungan
hidupnya.

Menilai
Individu
bagaimana
sadar akan Klasifikasi
perasaan dan
masalah; nilai,
Mengevaluasi pemikiran
Pertimbanga perumpamaan,
Kontemplasi ulang diri mengenai diri
n serius akan pengalaman
sendiri. sendiri dengan
perubahan korektif
hormat
tingkah laku. emosional.
terhadap
masalah.

Terapi
Memilih dan pengambilan
Individu komitmen keputusan,
berencana untuk bertindak resolusi tahun
Pembebasan
Persiapan untuk atau percaya baru, teknik
diri.
mengambil akan logoterapi,
tindakan. kemampuan teknik
untuk berubah. meningkatkan
komitmen.

Individu Mengganti relaksasi,


memodifikasi Pengkondisia alternative desensitisasi,
Tindakan
tingkah laku, n. untuk kelakuan asersi,
pengalaman bermasalah. pernyataan

16
dan / atau diri yang
lingkungan positif.
untuk
mengatasi
masalah. merestrukturis
asi lingkungan
seseorang
(mis.,
Menghindar
menghapus
atau melawan
alkohol atau
stimulus
Kontrol makanan yang
terhadap
stimulus menggemukkan
kelakuan
), menghindari
bermasalah
isyarat
yang muncul.
berisiko tinggi,
teknik
memudar.

Menjadi
aliansi
terbuka dan
terapeutik,
percaya
dukungan
Membantu tentang
sosial,
hubungan. masalah
kelompok
kepada
swadaya.
seseorang yang
diperdulikan.

Menghadiahi kontrak
diri sendiri kontingensi,
Penguatan
atau dihadiahi terbuka dan
manejemen.
oleh orang lain penguatan
karena rahasia,

17
membuat penghargaan
perubahan. diri.

Individu
bekerja
untuk
Meningkat advokasi untuk
mencegah
alternatif untuk hak ditekan,
kembali ke
Pembebasan perilaku yang memberdayaka
Pemeliharaan kebiasaan
sosial. tidak n, intervensi
buruk dan
bermasalah di kebijakan.
mengkonsoli
masyarakat.
dasikan
keuntungan.

Berdasarkan teori ini, Ibu Siti hanya mencapai tahap persiapan karena beliau
tidak berusaha untuk melakukan suatu tindakan ataupun mencari alternaltif penyelesaian
masalah yang dialaminya. Ibu Siti hanya mengevaluasi dirinya sendiri dengan menyadari dan
mempertimbangkan keputusannya untuk tetap mambawa anaknya untuk berobat hingga
sembuh walaupun beliau enggan karena pelayanan di Puskersmas yang kurang efisien.

18
4. PENDEKATAN YANG PALING TEPAT UNTUK MERUBAH
PERILAKU NY. SITI

Salah satu pendekatan yang tepat untuk mengubah perilaku Ibu Siti adalah dengan
menggunakan pendekatan persuasif. Pendekatan persuasif bertujuan untuk mengubah perilaku
sasaran melalui pendidikan berkesinambungan. Pendekatan persuasif ini dilakukan dengan
cara pemberian pendidikan. Metode pendekatan ini ditujukan kepada Ibu Siti yang berperan
sebagai wakil dari anaknya. Sebenarnya, Ibu Siti sudah memiliki pengetahuan dan sikap yang
positif terhadap perilaku kesehatan yang terkait. Namun, karena pelayanan posyandu yang
kurang baik, Ibu Siti merasa enggan untuk membawa anaknya kembali untuk datang ke
posyandu. Disini pendidikan yang diberikan bertujuan untuk menguatkan pengetahuan dan
terutama sikap dari Ibu Siti terhadap perilaku kesehatan terkait untuk meningkatkan
kemampuan Ibu Siti untuk membuat keputusan yang terkait dengan kesehatannya dan juga
keluarganya.

Selain pendekatan persuasif, pendekatan kompulsif juga dapat dilakukan. Pendekatan


kompulsif adalah pendekatan yang tidak langsung pada sasaran pendidikan. Misalnya, bagi
kelompok masyarakat yang sulit didekati, kelompok sekitarnya yang telah siap fisik maupun
mental untuk menerima pendidikan kesehatan diberi pendidikan kesehatan. Tujuannya adalah
supaya hasil pendidikan tersebut secara berantai dapat diteruskan pada kelompok yang lebih
sulit didekati. Pada kasus ini, contohnya adalah kader yang mengingatkan ibu Siti untuk datang
ke posyandu pada hari Rabu mendatang.

19
5. PENJELASAN PERMASALAHAN KOMUNIKASI YANG TERJADI
PADA KASUS

Pertama, terjadi permasalahan antara bagian administrasi dengan petugas lain yaitu
terjadi kesalahpahaman antara apa yang disampaikan oleh bagian pendaftaran dengan yang
ditangkap oleh petugas lain sehingga terjadi kesalahan pemanggilan urutan pasien.
Kesalahpahaman tersebut mungkin saja disebabkan oleh padatnya pasien yang datang ke
puskesmas sehingga petugas pun menjadi kewalahan (adanya noise yang membuat petugas
tidak fokus menjalankan tugasnya dan mengganggu jalannya komunikasi), kurangnya jumlah
petugas puskesmas, atau petugas puskesmas yang acuh tak acuh terhadap pasien sehingga
mereka tidak peduli pasien mengantri lama dan mereka pun kurang teliti dalam menjalankan
tugasnya.

Kedua, kesalahan komunikasi juga terjadi di antara petugas dengan Ibu Siti,
dimana dalam kasus tidak disebutkan bahwa Ibu Siti mencoba untuk bertanya atau protes
kepada petugas mengapa urutan pemanggilan tidak sesuai dengan urutan antrian, sehingga
masalah itu pun tidak bisa diselesaikan dan petugas mungkin saja tidak menyadari apa
kesalahannya. Dalam hal ini, komunikasi antara Ibu Siti dan petugas pun menjadi tidak lancar
karena Ibu Siti tidak mengungkapkan apa keinginannya (bersifat pasif) kepada petugas.

Ketiga, permasalahan komunikasi antara kader posyandu dengan Ibu Siti (masyarakat).
Faktor penunjang komunikasi yang efektif (faktor pada komunikator) yaitu: kepercayaan, daya
tarik, kekuasaan, keahlian. Faktor yang hilang yaitu ibu siti sudah kurang kepercayaan kepada
pelayanan kesehatan akibatnya Ibu Siti sudah ragu untuk datang kembali ke posyandu.
Kepercayaan yang hilang dari Ibu Siti yaitu kepercayaan untuk dilayani dengan baik dan adil.

20
6. TEKNIK KOMUNIKASI YANG DITERAPKAN PADA TENAGA
KESEHATAN DAN MASYARAKAT DI SKENARIO

Jenis komunikasi yang diterapkan berupa komunikasi interpersonal dengan menggunakan


teknik komunikasi Persuasif. Teknik persuasif merupakan teknik komunikasi yang dapat
mempengaruhi pemikiran dan perbuatan seseorang, hubungan aktivitas antara pembicara dan
pendengar dimana pembicara berusaha mempengaruhi tingkah laku pendengar melalui
perantara pendengaran dan penglihatan. Contoh pada kasus ini adalah saat kader menyapa Ibu
Siti dan memintanya untuk memeriksakan anaknya ke Posyandu hari Rabu minggu depan,
Selain teknik persuasif, teknik komunikasi yang digunakan adalah komunikasi efektif SBAR
yang terdiri dari :
● S (Situation)
Situation merupakan kondisi terkini yang sedang terjadi pada pasien.
Contohnya adalah mengidentifikasi diri, unit, pasien, dan nomor kamar; nomor
rekam medis; diagnosa medis; daftar obat dan menyatakan masalah secara
singkat (apa, kapan dimulai, dan tingkat keparahan).

● B (Background)
Informasi latar belakang yang sesuai dengan situasi, meliputi hasil terbaru
pengkajian dan tanda-tanda vital pasien; hasil labor, dengan tanggal dan waktu
pengambilan serta hasil dari tes labor sebagai pembanding; informasi klinik
lainnya; dan terapi dan/atau tindakan (intervensi) yang telah dijalankan dan
diterapkan, waktu pelaksanaan dan memberikan nomor dari setiap tindakan
sesuai dengan SOP yang ada. Background merupakan informasi penting tentang
apa yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini.

● A (Assessment/Pengkajian)
Assessment merupakan masalah keperawatan dan dapat ditulis lebih dari satu
apabila ditemukan masalah keperawatan yang lainnya.

● R (Recommendation)
Recommendation merupakan apa saja hal yang diperlukan untuk mengatasi
masalah pasien pada saat ini.

21
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan skenario, terjadi berbrapa permasalahan yang mengakibatkan perubahan
perilaku pada Ibu Siti. Pada dasarnya, Ibu Siti sudah memiliki perilaku kesehatan yang cukup
baik karena ia sadar bahwa harus memberi anaknya imunisasi lengkap dan ketika anaknya sakit
ia membawanya ke poli klinik. Tetapi karena terjadi komunikasi yang tidak efektif antara
petugas kesehatan dan Ibu Siti yang mengakibatkan pelayanan kurang baik, Ibu Siti merasa
enggan untuk kembali berobat. Oleh karena itu, dapat dilakukan pendekatan persuasif untuk
mengubah perilaku Ibu Siti dan petugas kesehatan dapat melakukan evaluasi terhadap
kinerjanya.

22
DAFTAR PUSTAKA
Marya, CM. A Textbook of Public Health Dentistry. India. Jaypee Brothers Medical Publishers
(P) LTD. 2011

23

Anda mungkin juga menyukai